BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dinamika kerja di lingkungan industri dan organisasi akhir-akhir ini selalu

ANALISIS PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) (STUDI PADA GURU SMP NEGERI 4 RAHA KAB.

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri, Sebagaimana diketahui sebuah organisasi atau perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi ataupun perusahaan tidak akan dapat bertahan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. diperlukan, maka individu dalam organisasi memerlukan perilaku untuk

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian OCB dan DOCB

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang penting dalam sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Definisi Organizational Citizenship Behavior

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kebutuhan yang cukup penting. Hal ini menjadikan industri jual beli

TINJAUAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial menjadi kebutuhan organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus diperhatikan, dijaga dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang saling bekerja sama

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting disamping sumber-sumber daya lain yang dimiliki

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS PENELITIAN. melakukan balas budi terhadap organisasi dengan bersikap dan berprilaku lebih

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal, selain kualitas SDM, sistem dalam organisasi, prosedur

BAB II LANDASAN TEORI. Cascio (2003) mengungkapkan OCB sebagai perilaku kebijaksanaan

2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan tenaga kerja yang ulet dan terampil sehingga dicapailah performa

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ada pada perusahaan tersebut. Sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda dunia mengharuskan perusahaan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di dalam negeri namun saat ini sudah merambah ke luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Panjang (RPJP) Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki, dengan demikian karyawan menjadi aset penting bagi perusahaan. Rasa suka rela

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada jaman era globalisasi seperti sekarang ini yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan sumberdaya manusia yang berkualitas saat ini semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori pertukaran sosial. Fung et

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. menunjang keefektifan fungsi-fungsi organisasi, terutama dalam jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. ekstra, baik ditinjau dari segi kebijakan pemerintah maupun persoalan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dengan bermunculannya sekolah-sekolah baru

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset penting dalam suatu organisasi, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperlakukan dengan baik oleh organisasi, mereka akan cenderung bersikap dan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara job..., Putriani Pradipta Utami Setiawan, FISIP Universitas UI, 2010 Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang sangat penting karena faktor manusia sangat berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh perusahaan sangat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Perawat bagian rawat inap Rumah Sakit X menunjukkan derajat OCB

BAB I PENDAHULUAN. menjual suatu barang atau komoditas dari negara satu kenegara lain. Proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) Schultz (Prihatsanti, 2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan

Judul : Pengaruh Keadilan Organisasional, Komitmen Organisasional, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior

I. PENDAHULUAN. Setiap organisasi tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan bagian dari ilmu perilaku

telekomunikasi dan informasi kepada masyarakat luas sampai kepelosok daerah di seluruh Indonesia. PT Telkom memiliki 25,011 orang karyawan per

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia atau istilah asingnya sering disebut dengan Human

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik dalam literatur manajemen karena dapat mempengaruhi efektifitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia memegang peranan penting dalam melakukan aktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. reformasi baru, yaitu perubahan yang disebut dengan globalisasi. Sturuktur. serta cara berpikir baru pada lingkup organisasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur kerja karyawan dalam sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja (job satisfaction) didefinisikan sebagai suatu perasaan positif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel Tergantung : Organizational Citizenship Behavior. B. Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. dengan organisasi lain sehingga dapat terus mengembangkan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan. maksud memeroleh atau membantu memeroleh pendapatan atau gaji

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Definisi Perilaku Organisasi. meningkatkan keefektifan suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. ketat, karena perusahaan tidak hanya dihadapkan pada persaingan dalam negeri

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori yang melandasi penelitian ini adalah Social Exchange Theory. Fung

BAB I PENDAHULUAN. rapuh saat sumber daya yang dimilikinya tidak memiiki visi yang sama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana pengaruh OCB terhadap kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan perusahaan provider telekomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Kepuasan kerja merupakan faktor penting yang memengaruhi kenyamanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah membawa manusia pada era yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan sangat efektif dan efisien. Efektifitas dan efisiensi proses kerja

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada karyawan PT. Perdana Perkasa

Oleh: Mentari Esti Anggariana B Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia dinilai masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi yang berhasil mewujudkan perubahan memiliki ciri-ciri mampu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada kemajuan jaman seperti sekarang ini banyak sekali jenis lapangan pekerjaan yang dipilih hanya karena berdasarkan dari faktor benefit yang didapat bagi individu tersebut. Begitu banyak pertimbangan pada kenyataannya di lapangan yang selalu menjadi bahan pertimbangan setiap individu yang bekerja diantaranya seperti gaji, sikap atasan yang harus membela bawahannya, suasana kerja yang nyaman, rekan kerja yang sehati, tunjangan, menyangkut karier kedepannya, nama instansi atau perusahaan yang terkenal, dana pensiun, dan sebagainya. Banyak kalangan masyarakat berpandangan bahwa jenis pekerjaan yang patut dihormati, dihargai dan diperjuangkan adalah pekerjaan yang hanya mendatangkan keuntungan bagi dirinya yang sangat banyak tanpa mempertimbangkan faktor lainnya. Ataupun dikarenakan organisasi atau perusahaan tertentu yang berani memberikan orang tersebut dengan salary yang tinggi, maka tolak ukur seorang pekerja yang baik adalah berasal dari gaji yang tinggi seperti hal diatas tersebut, padahal belum tentu, maka dengan begitu pekerjaan tersebut tidak menunjang menumbuhkan komitmen dan kepribadian yang baik pula. Seperti halnya yang dikatakan oleh (Robbins, 2001) mengenai good citizen. Good citizen, yaitu seseorang yang membantu rekan kerja, sukarela melakukan kegiatan ekstra, menghindari konflik dengan rekan kerja melindungi property organisasi, toleransi pada situasi kurang ideal, memberi saran yang membangun di tempat kerja, serta tidak membuang-buang waktu di tempat kerja. Oleh karena itu kontribusi dari seluruh pegawai adalah sangat dibutuhkan, setiap pegawai harus memikul secara bersama-sama apa saja 1

yang dibutuhkan guna membangun dan mempertahankan sebuah instansi. Terdapat dua pembedaan, menurut (Hui, 2000) yaitu (intra-role) dan (extrarole). Intra-role adalah deskripsi formal tentang perilaku yang harus dikerjakan oleh pegawai dan Extra-role adalah perilaku yang tidak terdeskripsi secara formal yang dilakukan oleh pegawai dan diharapkan oleh sebuah instansi. Dan apabila dilihat dari keduanya, perilaku extra-role memiliki kontribusi yang sama pentingnya dengan perilaku intra-role. Perilaku extra-role inilah yang dalam organisasi juga dikenal dengan istilah organizational citizenship behavior (OCB). Dan OCB inilah yang digunakan untuk mengidentifikasi perilaku pegawai sehingga dapat disebut sebagai anggota yang baik atau good citizen ( Sloat, 1999 dalam Wijaya, 2002). Salah satu profesi yang sesuai dilakukan pengidentifikasian dengan menggunakan OCB adalah guru selain perawat, dokter, dan pekerja sosial (Robbins, 2001). Juga berasal dari penelitian sebelumnya bahwa OCB lebih tepat diidentifikasikan pada guru karena berkaitan dengan profesinya demi pembentukkan karakternya sebagai guru yang baik akan selalu berkaitan dengan OCB yang tinggi dengan begitu akan meraih sebutan sebagai anggota yang baik (Fenika, 2004) Dengan demikian lingkungan yang berkaitan dengan guru adalah sekolah. Bagi instansi sekolah, guru adalah motor utama bagi organisasi maka sesuai perannya diharuskan melaksanakan tanggung jawabnya sebaik mungkin dan terlebih dari itu cenderung membangun kualitas sekolah, dengan arti kata menguntungkan organisasi meski melebihi tugas formalnya, disebut juga dengan ERB atau ekstra-role behavior (Van Dyne, 1995). Disamping itu sekolah juga sangat membutuhkan koordinasi antara satu sama lain agar terciptanya keharmonisan. Koordinasi antar sub kerja menjadi sangat inti, karena pada dasarnya organisasi dibangun atas dasar 2

interaksi antara satu orang dengan lainnya dan jika kerjasama dalam kelompok dapat terselenggara dengan baik, maka tujuan dari sebuah kelompok (organisasi) akan cepat terwujud, namun jika terdapat distorsi dalam kerjasama tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai akan terasa lebih sulit. Profesi guru sendiri dituntut dapat memberikan contoh baik bagi murid maupun dalam masyarakat. Tugasnya adalah membimbing, mengarahkan, mengajar, dan mendidik terhadap para siswanya hal tersebut adalah kontribusinya yang nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan disekolah (Akhmad Sudrajat, wordpress 2008, Psikologi Pendidikan dan Guru). Peran guru dalam pengimplementasian dalam pendidikan budi pekerti tidaklah mudah. (Diah Widya Ningrum, S.Pd.I, 2010, Karakter Guru Teladan). Menurut Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa guru dituntut menjadi figur teladan kepada murid-muridnya. Guru juga harus mampu memberi motivasi bagi muridnya. Pendek kata guru adalah sebagai garis depan memberi contoh atau teladan, motivator, dalam penanam budi pekerti. Teladan sebagai seorang guru dapat terlihat sebagai karakter yang mencerminkan kepribadiannya. H.J.Eysenck yang dimuat pada ( Sumadi Suryabrata, 2006 : 290-291) seseorang memiliki struktur kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan, disposisi-disposisi yang terorganisasi dalam susunan hirarkis yang dibedakan menjadi dua sudut pandang, yang pertama berdasarkan atas keumuman dan kepentingannya, dan yang kedua berdasarkan kognitif. Bila dilihat berdasarkan keumuman dan kepentingannya terdiri dari type, trait, habitual response, specific response. Tindakan atau response pada seseorang yang terjadi pada suatu keadaan atau kejadian tertentu, hal yang khusus sekali (specific response), seseorang yang meresponse secara berulang-ulang terhadap kondisi atau situasi yang 3

sejenis (habitual response), habitual response yang behubungan satu sama lain (trait), organisasi di dalam individu (type). Dalam hal kognitif dikatakan Eyesenck mengutamakan dua hal yaitu attitude dan ideology dalam menilai sebuah tingkah laku. Sehingga dapat menampilkan karakter guru yang teladan atau yang bukan teladan. Meski profesi sebagai seorang guru dapat dibilang kurang diminati, tetapi justru sebaliknya pada profesi inilah basic OCB sangat dibutuhkan guna menunjang pembentukan karakter guru yang mendasar untuk menjadi teladan. Menurut James M. Cooper, 1990 (dikutip oleh Muhibbuddin, 2009, Guru Sebagai Jabatan Profesional) A teacher is person charged with the responbility of helping others to learn and to behave in new different ways. Mengungkapkan bahwa menjadi seorang guru adalah suatu pekerjaan profesional yang membutuhkan kemampuan khusus hasil dari proses pendidikan yang dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai pekerjaan profesional yaitu guru harus memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya. Adapun ciri-ciri guru yang professional adalah sebagai sumber belajar, sebagai fasilitator, sebagai pengelola, sebagai demonstrator, sebagai pembimbing, sebagai motivator, dan sebagai evaluator. Maka dari itu seorang guru tidak hanya dituntut secara professional sebagai individu tetapi juga sebagai rekan kerja yang bagus, serta sebagai seorang pekerja di dalam suatu organisasi yaitu konstruksi keorganisasian sekolah. 4

Sama halnya seperti profesi pekerjaan yang lain apabila pertimbangannya hanya berupa imbalan maka akan menyebabkan sangat minimnya ada sikap sukarela melakukan kegiatan ekstra di tempat kerja, membantu rekan kerja, menghindari konflik dengan rekan kerja, melindungi properti organisasi, toleransi terhadap situasi kurang ideal di tempat kerja, memberi saran-saran membangun di tempat kerja, serta tidak membuangbuang waktu di tempat kerja seperti sikap-sikap yang sudah terangkum dalam istilah yang dikenal dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Kemajuan jaman yang pesat yang seperti pada masa sekarang ini banyak membuat pengaruh OCB pada setiap diri yang berkarya pada pekerjaannya lebih mengutamakan hal-hal yang lain daripada pembinaan serta penumbuhan OCB. Pada umumnya setiap orang yang telah bekerja memiliki pandangan bahwa organisasi harus memberikan apa yang layak bagi dirinya barulah akan bekerja giat, sebaliknya organisasi atau perusahaan berpandangan bahwa perusahaan telah memberikan kesempatan berupa pekerjaan dan gaji, serta pengalaman, maka karyawan itu sebagai pekerja diperusahaan tersebut harus bekerja dengan sebaik-baiknya dan tidak boleh ada kesalahan. Tetapi kondisi sebaliknya justru dikemukakan dalam jurnal penelitian (Debora Elfina, 2004 Pengaruh Kepribadian dan Komitmen Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior, para 1) bahwa dinamika kolektivistik tinggi justru dimiliki oleh kita yaitu di negara Indonesia sehingga bentuk dimana kepentingan kelompok berada diatas kepentingan individu lebih terlihat menonjol dibanding negara-negara Barat bahkan kawasan Asia lainnya. Profesi guru dipilih berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi OCB seperti yang dikemukakan oleh Podsakoff, (dalam Burton, 2003). Dengan mempertimbangkan karakteristik individual dan 5

karakteristik tugas atau pekerjaan serta dilihat berdasarkan jenis organisasi profit atau non-profit. Berdasarkan kriteria tersebut profesi guru inilah yang menjadi memiliki perbedaan terhadap profesi lain yang juga berkaitan dengan OCB pada pekerjaannya seperti dokter, pekerja LSM, dan perawat. Diantaranya, telah menjadi pengetahuan umum apabila seorang guru memiliki julukan sebagai seorang pahlawan yaitu pahlawan tanpa tanda jasa. Dari ciri tersebut sudah terlihat bahwa guru dibutuhkan menjadi seorang yang profesional dari profesinya tersebut diabdikan pada bidang pendidikan tanpa pamrih tidak dipergunakan untuk mencari benefit atau keuntungan. Hubungan yang terjalin adalah antara guru dengan murid dalam lembaga pendidikan berbeda dengan dokter dengan pasiennya berdasarkan karakteristik jenis lembaga non-profit di Indonesia menurut Prijono (dalam Salusu, 2005). Guna menunjang performanya terlepas dari porsi pekerjaannya maka dibutuhkkan perefleksian terhadap dimensi OCB, sebagaimana diketahui bahwa suatu organisasi membutuhkan SDM yang tepat untuk dapat mempertahankan organisasinya di dunia persaingan bisnis (Nawawi, 2001). Organisasi juga membutuhkan perilaku karyawan yang tidak hanya sekedar perilaku intra-role saja, melainkan juga perilaku Organizational Citizenship Behavior (OCB). Organ (1988) mendefinisikan OCB sebagai perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward formal organisasi tetapi secara agregat meningkatkan efektivitas organisasi. Hal ini berarti perilaku tersebut tidak termasuk ke dalam persyaratan kerja atau deskripsi kerja karyawan sehingga jika tidak ditampilkan pun tidak diberikan hukuman. (Elanain, 2007). Sehingga dengan alasan inilah peneliti mengambil subjek penelitian yang berlatarbelakang seorang guru. Karena beberapa dimensi OCB seperti altruism, courtesy, sportsmanship, civic virtue, dan conscientiousness. 6

Justru pada profesi gurulah contoh penerapan dari (Robbins, 2001) sangat dapat terwakili bentuk-bentuknya perilakunya. Dan, motivasi awal dari guru inilah yang terbangun melalui tekad, yang menjadi semangat dalam terciptanya OCB. Disebabkan karena guru adalah profesi yang selalu dijadikan tempat acuan dan motivasi serta pondasi pengetahuan dan kepribadian bagi para siswa dan siswi. Maka benar pada kenyataannya OCB pada guru memang lebih dituntut lebih, karena seorang guru merupakan suatu contoh bagi orang lain, tidak hanya bagi murid-muridnya. Oleh sebab itu peneliti memberikan dugaan bahwa organizational citizenship behavior pada guru, sangat diperlukan dalam kepribadiannya untuk mendukung sebutan sebagai teladan. Menurut Organ (1988), Organizational Citizenship Behavior terbagi menjadi 5 Dimensi diantaranya yaitu : (1) altruism, (2) courtesy, (3) sportsmanship, (4) civic virtue, (5) conscientiousness, Karena pada kepribadian guru yang teladan sangat dapat tercermin sikap-sikap dimensi organizational citizenship behavior, juga dari kesetiaan serta pengabdiannya. Melalui jurnal-jurnal sebelumnya bila dilihat dari jenis pekerjaannya, profesi seorang guru membutuhkan pencerminkan perilaku 5 Dimensi menurut Organ (1988), dan juga menurut (Bateman & Organ dalam Steers, Porter, Bigley, 1996) sebagai individu maupun seseorang yang berada di dalam organisasi yaitu sikap yang tercermin dalam perilaku membantu yang ada pada jiwa personel nya, yang bersifat konstruktif, yang dihargai dan disanjung oleh organisasinya tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan produktifitas individu yaitu, ada beberapa pekerjaan yang sangat mengisyaratkan OCB sebagai motor utama yang mendukung terbentuknya organisasi atau perusahaan guna mencapai keberhasilan, salah satunya adalah profesi sebagai guru. 7

Pada penelitian ini peneliti menetapkan SMP X dikota Surabaya sebagai tempat untuk melakukan penelitian. Penelitian OCB kali ini didasarkan pada pencarian faktor-faktor seperti apakah yang bisa mendukung kepribadiannya dan komitmennya sehingga terbentuk OCB yang ada pada beberapa guru di SMP X. Tentunya sekolah yang menjadi tempat penelitian peneliti sebab merupakan tempat bagi berkaryanya para guru. Dan, jawaban awal sementara, peneliti adalah OCB pada profesi guru lebih dituntut ekstra bisa didasari dari jurnal yang dipakai sebagai referensi penelitian yaitu (Makara, Sosial Humaniora, Vol.8, No.3, Desember 2004 : 105-111 ). Hasil wawancara awal dan observasi awal peneliti terhadap para guru lainnya, terkait akan judul penelitian peneliti Faktor Terbentuknya OCB Pada Profesi Guru pada Sekolah Menengah Pertama X menjelaskan bahwa tidak semua guru memiliki OCB dan sangat menjunjung tinggi tujuan organisasi. Ada beberapa sikap yang tidak dapat dikatakan mencerminkan OCB, seperti misalnya conscientiousness terlihat pada guru yang pulang awal sebelum jam kerja usai, memiliki kebiasaan merokok di kawasan sekolah; courtesy terlihat dari adanya guru yang cuek atau acuh terhadap rekan kerjanya dalam memberikan nasehat atau masukan membangun karena menilai mereka sudah bukan anak kecil lagi yang harus mendapatkan masukan dari rekan sekerjanya, juga hal pembagian informasi terkait dengan pembinaan hubungan antar rekan kerja dan perilaku extrarole juga tidak nampak terlihat pada hubungan interaksi antar rekan satu tim; sportsmanship terlihat dari adanya keputusan mengakhiri masa kerjanya dikarenakan sesuatu hal, juga adanya keluhan tentang kebijakan yang ada; altruism terlihat dari adanya perilaku kinerja guru tertentu dikarenakan adanya gap-gap tertentu yang selalu menjadi isu yang hidup; civic virtue terlihat dengan adanya ketidaksetaraan pandangan dikarenakan 8

individu tertentu mengutamakan benefit bukan Extra Role Behavior. Namun pada kedua subjek penelitian yang telah direkomendasikan oleh kepala sekolah, sikap OCB sudah nampak pada keduanya. Hal ini dapat ditangkap oleh peneliti pada saat melakukan observasi terhadap keduanya sebelum memulai wawancara untuk pengambilan data. Dari keduanya terlihat adanya suatu dorongan dari dalam sendiri untuk turut menjaga kemajuan sekolah, yang diantaranya adalah keduanya yang mampu untuk memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya untuk menjaga fasilitas sekolah yang rusak tanpa adanya perintah dari atasan mereka, Sering bersedia membantu rekan kerja terkait dengan saling bertukar jam mata pelajaran dikarenakan rekan ataupun informan diberikan kepercayaan oleh kepala sekolah untuk mengelola tugas lain yang berkaitan dengan nama sekolah, melakukan koordinasi dan konsultasi terhadap rekan satu team satu mata pelajaran untuk pembagian bab-bab pengajaran dikelas tanpa adanya koordinasi dari kepala sekolah selaku ketua organisasi. Sehingga hal inilah yang mendorong peneliti untuk menjadikan keduanya sebagai subjek penelitian. 9 1.2 Fokus penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mendukung terbentuknya yang dinamai sebagai organizational citizenship behavior. Organizational citizenship behavior dikenal sebagai extra-role. Sedangkan profesi guru adalah pekerjaan dimana seseorang dapat dikatakan bekerja sebagai seorang guru, dalam istilah umum adalah sebagai pengajar. Tentunya penelitian ini terpusat pada guru yang mengabdi pada instansi terkait yaitu sekolah, paling tidak minimal telah menetap selama 2 tahun, bukan pengajar private, bergerak sendiri secara individual, tidak bekerja dalam satu tim kelompok pengajar dalam satu susunan struktur

10 keorganisasian dan satu instansi terkait yaitu sekolah maupun yayasan. Subjek penelitian dibatasi tentunya harus seorang guru yang telah lolos masa percobaan dan secara resmi diterima di sekolah tersebut, tempat yang telah dipilih oleh peneliti, subjek diketahui memiliki performa kerja baik, suka bekerja keras atau giat bekerja serta memiliki tingkat adaptasi yang baik terhadap rekan kerja, atasan maupun terhadap instansi dimana ia berada. Pemilihan karakteristik didasari oleh pertimbangan bahwa seorang guru atau pengajar terbukti melewati masa selection dan rekruitmen serta mampu beradaptasi pada masa percobaannya. Sedangkan penetuan subjek suka bekerja keras dan memiliki performa baik dalam bekerja didasari oleh pertimbangan bahwa biarpun, mereka seorang guru atau pengajar tetapi subjek mampu seringkali menunjukkan motivasi dan sikap pencerminan organizational citizenship behavior tinggi. Tempat penelitianya terpilih yaitu Sekolah Menengah Pertama yang terletak pada jalan T. Pemilihan tersebut karena keterbatasan peneliti untuk mengakses semua sekolah yang berada di Surabaya. Penelitian ini bertujuan mengetahui apa sajakah faktor-faktor terbentuknya organizational citizenship behavior dan dalam identifikasinya peneliti menggunakan metoda kualitatif. 1.3 Tujuan penelitian Penelitian mengenai Faktor-faktor terbentuknya organizational citizenship behavior pada profesi guru ini bertujuan untuk mengetahui : Faktor-faktor apa sajakah yang mendukung terbentuknya organizational citizenship behavior pada profesi seorang guru.

11 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Penelitian ini memberikan masukan bagi teori psikologi. Terutama psikologi industri organisasi mengenai perilaku organisasi yaitu tentang faktor faktor apa sajakah yang membentuk organizational citizenship behavior yang terkait pada profesi seorang guru. 1.4.2 Manfaat praktis 1. Bagi informan Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan pengetahuan bagi informan yaitu wawasan tentang gambaran faktor-faktor pembentuk OCB. 2. Bagi sekolah Dapat memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang bisa mempengaruhi OCB pada profesi guru. 3. Bagi penelitian selanjutnya Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan komparasi bagi penelitian yang memiliki topik hampir sama.