Rosy Husna Shofiana, Liliek Sulistyowati, Anton Muhibuddin

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN JAMUR ENDOFIT PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DAN KEMAMPUAN ANTAGONISNYA TERHADAP Phytophthora infestans ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

III. METODE PENELITIAN

Zevita Yunade Ganda Tirtana, Liliek Sulistyowati, Abdul Cholil

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian Laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi,

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

Koloni bakteri endofit

EKSPLORASI JAMUR ENDOFIT DAUN KACANG TANAH Arachis hypogaea L. DAN UJI ANTAGONIS TERHADAP PATOGEN Scleretium rolfsii Sacc.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

KEANEKARAGAMAN JAMUR FILOPLAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir.) PADA LAHAN PERTANIAN ORGANIK DAN KONVENSIONAL

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

UJI ANTAGONIS JAMUR TRICHODERMA, VERTICILLIUM DAN TORULOMYCES TERHADAP Ganoderma boninense Pat. SECARA IN VITRO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan,

Yuricha Kusumawardani, Liliek Sulistyowati dan Abdul Cholil

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. BAHAN DAN METODE

Potensi Agen Hayati dalam Menghambat Pertumbuhan Phytium sp. secara In Vitro

*

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

ISOLASI DAN KARAKTERISASI KAPANG ENDOFIT PADA. BATANG DAN DAUN GINGSENG JAWA (Talinum paniculatum) SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Wawancara Pengamatan dan Pengambilan Contoh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

EKSPLORASI DAN KAJIAN KERAGAMAN JAMUR FILOPLEN PADA TANAMAN BAWANG MERAH : UPAYA PENGENDALIAN HAYATI TERHADAP PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri)

METODELOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kentang varietas Granola Kembang yang diambil dari Desa Sumberbrantas,

IV. KULTIVASI MIKROBA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

UJI ANTAGONISME Trichoderma sp. TERHADAP JAMUR PATOGEN Alternaria porri PENYEBAB PENYAKIT BERCAK UNGU PADA BAWANG MERAH SECARA In-VITRO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

EKSPLORASI JAMUR FILOPLANE PADA TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens) DAN UJI KEMAMPUAN ANTAGONISNYA TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

Lampiran 1. Komposisi yang digunakan dalam penelitian

BAHAN DAN METODE. Bahan

Uji Daya Hambat Jamur Eksofit terhadap Phytophthora palmivora (Butler) Butler Penyebab Penyakit Busuk Buah Kakao secara In Vitro

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu, tidak adanya perlakuan terhadap variabel (Nazir, 2003).

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

III. MATERI DAN METODE

SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI

SKRIPSI OLEH: NENY YANTI SIREGAR AGROEKOTEKNOLOGI - HPT

BAHAN. bulan Juli diremajakan. pertumbuhan. Gambar 4

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

METODOLOGI. Kerapatan jenis (K)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

No Nama Alat Merk/Tipe Kegunaan Tempat 1. Beaker glass Pyrex Tempat membuat media PDA

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

II. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi

HI. BAMAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

HI. BAHAN DAN METODE. Penclitian ini dilaksanakan di Desa R'mbo Panjang Kecamatan Tambang

Transkripsi:

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 Januari 2015 ISSN : 2338-4336 EKSPLORASI JAMUR ENDOFIT DAN KHAMIR PADA TANAMAN CENGKEH (Syzygium aromaticum) SERTA UJI POTENSI ANTAGONISMENYA TERHADAP JAMUR AKAR PUTIH (Rigidoporus microporus) Rosy Husna Shofiana, Liliek Sulistyowati, Anton Muhibuddin Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia ABSTRACT The objective of this research was to find fungal and yeasts which were found in the tissues of leaves, stems, stem base and cloves root. The potential of inhibiting the growth of Rigidoporus microporus fungus as cause of white roots disease (JAP) on the clovesplant. The research method were exploration and antagonist test of endophyte fungi and yeasts. Based on the result of variety analysis and duncan test on standard error 0.05, it was found that the result of antagonist test of endophytic fungi within two days had relatively large percentage in inhibitory compared to antagonistic testing treatmentat either the same time orwithin a day. The inhibition percentages were on Gonatobotryum sp.2 fungi (89,16%), Colletotrichum sp.2 (69,16%), Gonatobotryum sp.2 (65,83%)and unidentified fungi (A2) (64,99%),while in yeast test onr. microporus fungi, it was found thatall yeasts did not have l the inhibition potentialof R. microporuspatogen. It onlyresulted less than 50% of inhibitory value. Keywords :Endophytic fungi, yeast, Rigidoporus microporus ABSTRAK Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui jamur dan khamir yang terdapat dalam jaringan daun, batang, pangkal batang dan akar tanaman cengkeh serta potensinya dalam menghambat pertumbuhan jamur Rigidoporus microporus penyebab penyakit jamur akar putih (JAP) pada tanaman cengkeh.metode penelitian yang digunakan yaitu eksplorasi dan uji antagonis jamur endofit dan khamir.berdasarkan hasil analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf kesalahan 0,05, diketahui bahwa hasil uji antagonis jamur endofit dengan selisih waktu 2 hari yang memiliki persentase penghambatan yang relatif besar dibandingkan dengan perlakuan pengujian antagonis pada waktu yang sama maupun pada selisih waktu 1 hari. Presentase hambatan yaitu pada jamur Gonatobotryum (89,16%), Colletotrichum (69,16%), Gonatobotryum (65,83%), dan Jamur tidak teridentifikasi (A2) (64,99%), sedangkan pada pengujian khamir terhadap jamur R. microporus, pada semua khamir tidak memiliki potensi dalam penghambatan patogen R. microporus, karena hanya menghasilkan nilai hambatan dibawah 50%. Kata kunci : Jamur Endofit, Khamir, Rigidoporus microporus PENDAHULUAN Cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan tanaman rempah-rempah unggulan asli Indonesia yang sejak dulu menjadi salah satu komoditi utama perkebunan, karena memberikan pemasukan negara melalui cukai rokok. Selain itu, cengkeh juga berperan sebagai penyumbang pendapatan petani, 75

Shofiana et al., Eksplorasi jamur endofit dan khamir... mendukung berkembangnya industri, dan berpotensi menjadi salah satu sumber pendapatan untuk mengembangkan pembangunan suatu wilayah. Direktori Jenderal Perkebunan (2014), menyebutkan bahwa dalam empat tahun terakhir 2008-2012,produksi cengkeh mengalami fluktuasi. Menurunnya produksi cengkeh disebabkan oleh beberapa faktor dan faktor yang paling dominan merusak tanaman cengkeh yaitu organisme pengganggu tanaman (OPT). Serangan OPT terutama penyakit pada tanaman cengkeh mampu menurunkan produksi hingga terjadi gagal panen.salah satu penyakit yang berperan dapat menurunkan produksi cengkeh yaitu jamur akar putih (JAP) oleh Rigidoporus microporus. Penyakit jamur akar putih yang disebabkan jamur Rigidoporus microporus ini mempunyai peran penting dalam menimbulkan kerugian pada perkebunan cengkeh.pengendalian hayati memanfaatkan keanekaragaman hayati yang melimpah di alam dengan salah satunya menggunakan jamur endofit yang bersifat antagonis untuk meningkatkan induksi ketahanan tanaman terhadap penyakit (Sudantha dan Abadi, 2007).Selain jamur endofit yang dimanfaatkan sebagai agen pengendalian hayati, khamir (yeast) juga memiliki manfaat sebagai pengendali hayati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jamur endofit dan khamir yang terdapat dalam jaringan daun, batang, pangkal batang dan akar tanaman cengkeh serta potensinya dalam menghambat pertumbuhan jamur Rigidoporus microporus penyebab penyakit jamur akar putih (JAP) pada tanaman cengkeh. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Sub Laboratorium Mikologi, Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Waktu pelaksanaan pada bulan Februari-Juni 2014. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah eksplorasi dan eksperimen. Eksplorasi jamur endofit dari daun, batang dan akar tanaman cengkeh dan ekplorasi khamir dari daun dan pangkal batang tanaman cengkeh yang di ambil dari Desa Jombok Kabupaten Trenggalek, dengan pertimbangan di kawasan ini merupakan salah satu sentra pembibitan cengkeh di Trenggalek.Eksperimen meliputi uji antagonis jamur endofit dan khamir yang diperoleh terhadap R. microporus pada media PDA. Isolasi Patogen R. microporus R. microporus diisolasi dari akar tanaman cengkeh yang terserang penyakit dan memiliki gejala yang sama dengan gejala penyakit jamur akar putih (JAP). Eksplorasi Jamur Endofit Tanaman Cengkeh Pengambilan sampel jamur endofit pada daun, batang dan akar tanaman kentang menggunakan metode sistematis (systematic sampling).pengambilan sampel tanaman yang terletak pada posisi garis diagonal, sehingga didapatkan 5 tanaman dalam satu lahan. Isolasi Jamur Endofit Isolasi jamur endofit dilakukan dengan mencuci bagian akar, batang, dan daun dengan alkohol dan aquades agar steril dari jamur luar sehingga jamur yang tumbuh diharapkan berasal dari dalam jaringan tanaman cengkeh. Kemudian sampel dipotong sepanjang ± 1 cm. Potongan sampel disterilkan dengan cara dicuci ke dalam larutan NaOCl 10% selama 1 menit dan selanjutnya direndam alkohol 96% selama 1 menit diulang 2 kali. Setelah itu dibilas dengan aquades selama 1 menit dan diulang 2 kali, lalu potongan sampel dikeringkan diatas tissue steril.setelah kering, kemudian potongan 76

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 Januari 2015 sampel ditanam pada media PDA didalam cawan petri.pada aquades bilasan terakhir diambil 1 ml dan dituang pada media PDA yang baru untuk digunakan sebagai kontrol yang berfungsi menentukan apakah sampel yang diisolasi merupakan jamur endofit atau bukan.kemudian isolat diinkubasi selama 5-7 hari pada suhu 25-30 o C atau sampai isolat jamur endofit tumbuh memenuhi cawan petri(muhibuddin et al., 2011). Pengamatan dilakukan 2 hari sekali selama jamur endofit tampak tumbuh. Pemurnian Dalam media dilakukan pemurnian pada semua koloni jamur yang tumbuh dan dianggap berbeda berdasarkan kenampakan morfologi makroskopis meliputi warna dan bentuk koloni.masingmasing jamur tersebut diambil dan dipisahkan kedalam media PDA baru dengan menggunakan jarum ose. Jika jamur yang tumbuh masih bercampur dengan jamur lain, maka dipurifikasi kembali. Hal ini dilakukan untuk memperoleh isolat jamur endofit murni. Pembuatan Preparasi Jamur Tahapan pertama yaitu menyiapkan object glass, kemudian mengambil sedikit bagian media PDA baru dan diletakkan diatas permukaan object glass.hal ini bertujuan untuk menjaga nutrisi selama jamur tersebut berada di preparat pada saat diinkubasi. Selanjutnya mengambil jamur dengan menggunakan jarum ose dan diletakkan diatas object glass yang terdapat media PDA dan ditutup dengan cover glass. Kemudian preparat ditaruh didalam wadah yang berisi tissue basah steril dan diinkubasi selama 2-4 hari. Pengamatan dan Identifikasi Isolat jamur endofit yang dimurnikan, diamati secara makroskopis dan mikroskopis. Menurut Gandjar, dkk (1999),dalam melakukan pengamatan morfologi koloni,dapat dilihat dari warna permukaan koloni, selain itu dilihat ada tidaknya garis-garis radial dari pusat koloni ke arah tepi koloni dan juga ada tidaknya lingkaran lingkaran konsentris. Pengamatan mikroskopis dengan cara melihat hifa (berseptum atau tidak), warna hifa, bentuk hifa, bentuk konidia, dan ukuran spora.hasil pengamatan digunakan untuk identifikasi berdasarkan panduan buku identifikasi Illustrated Genere of Imperfect Fungi fourthed (Barnet and Hunter, 1972) dan literatur pendukung lainnya. Eksplorasi khamir (yeast) Tanaman Cengkeh Sama seperti pengambilan sampel jamur endofit, sampel khamir pada pangkal batang dan daun tanaman cengkeh menggunakan metode sistematis (systematic sampling) dengan mengambil posisi garis diagonal, sehingga didapatkan 5 tanaman dalam satu lahan. Isolasi khamir (yeast) Isolasi khamir dilakukan dengan cara mencuci bersih seluruh bagian tanamn cengkeh, kemudian memotong bagian pangkal batang dan mengambil daun cengkeh utuh. Metode isolasi yang digunakan adalah menggunakan metode pencucian, yakni dengan merendam bagian pangkal batan dan daun cengkeh ke dalam air steril (aquades steril) sebanyak 100 ml untuk pangkal batang, dan 200 ml untuk daun.kemudian dishaker dengan kecepatan 120 rpm selama 24 jam.lalu air rendaman pangkal batang dan daun diencerkan dengan seri 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, dan 10-5. Pada isolasi khamir, yang diambil adalah pengenceran dengan seri 10-3, 10-4, dan 10-5 yang kemudian mengambil 50 µml, disebar dengan metode spread plate pada media YMA (Yeast Malt Agar) dengan dan ditunggu 2-3 hari untuk dilakukan pemurnian. 77

Shofiana et al., Eksplorasi jamur endofit dan khamir... Pemurnian Khamir yang telah tumbuh kemudian dimurnikan dengan mengambil koloni tunggal dan menggoreskannya pada media YMA baru. Kemudian diamati dan dlihat pada hari ke 2-3, yang kemudian dilakukan pemurnian kembali sampai menemukan isolat murni. Pembuatan preparasi khamir Pembuatan preparasi khamir tidak jauh beda dengan pembuatan preparasi jamur, yakni dengan cara mengambil sedikit aquades menggunakan pipet dan dileakkan di permukaan object glass, kemudian mengambil khamir dengan menggunakan jarum ose dan diletakkan diatas object glass yang terdapat aquades dan ditutup dengan cover glass. Pengamatan dan Identifikasi Isolat jamur yang telah dimurnikan diamati secara makroskopis dan mikroskopis.pengamatan makroskopis koloni khamir dilakukan berdasarkan pengamatan warna, tekstur, tepi, permukaan, dan profil koloni.sedangkan pengamatan secara mikroskopis yaitu dengan melihat bentuk sel, susunan sel, tipe pertunasan, dan ukuran sel. Koloni khamir pada cawan petri diidentifikasi menggunakan pendekatan morfologi.identifikasi dilakukan merujuk pada pustaka Kurtzman and Fell (1998) dan pustaka lainnya. Uji Antagonis Isolat Jamur Endofit dengan Jamur R. microporus Uji antagonis isolat jamur endofit dengan R. microporus menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) secara in-vitro, dimana setiap perlakuan diulang 3 kali untuk pengujian pada hari yang sama antara jamur R. microporusdengan jamur endofit. Berikutnya dilakukan pengujian antagonis R. microporus dengan selisih 1 hari dan 2 hari dari penanaman jamur endofit dengan masingmasing 4 ulangan pada tiap perlakuan. Pengujian isolat jamur endofit yang diperoleh dari jamur R. microporus menggunakan metode oposisi langsung, yaitu pengujian berlawanan antara jamur endofit dan R. microporus secara berhadapan langsung dengan jarak 3 cm dalam cawan petri 9 cm berisi media PDA. Uji Antagonis Isolat Khamir dengan Jamur R. microporus Uji antagonis isolat khamir dengan R. microporusmengguankan Rancangan Acak Lengkap (RAL) secarain-vitro dimana setiap perlakuan diulang 4 kali. Pengujian isolat khamir yang diperoleh dilakukan dengan cara menggoreskan khamir pada media PDA tepat ditengah petridis berdiameter 9 cm dengan posisi tegak lurus sebanyak 1 lup inokulasi. Kemudian biakan R. microporusdiambil dengan cork borer yang berdiameter 0,6 dan diletakkan pada sisi kanan dan kiri goresan khamir dengan jarak ± 3 cm kemudian diinkubasi pada suhu kamar dan diamati selama 7 hari dengan cara mengukur lebar zona hambat khamir terhadap R.microporus pada setiap harinya. Analisis Data Data yang diperoleh dari uji antagonis jamur endofit dan khamir dengan R. microporus dianalisis menggunakan analisis ragam (Anova) dan dilanjutkan dengan Uji Duncan pada taraf 5% apabila terdapat beda nyata. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Jamur Rigidoporus microporus Penyebab Penyakit Jamur Akar Putih Hasil dari pengamatan isolasi patogen yang diperoleh dari akar tanaman cengkeh yang memiliki gejala penyakit Jamur Akar Putih (JAP) didapatkan 78

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 Januari 2015 Gambar 1. Jamur Rigidoporus microporus penyebab penyakit Jamur Akar Putih (JAP) pada tanaman cengkeh. A. Biakan murni Rigidoporus microporus pada media PDA umur 7 hari. B. Basidiospora. C. Hifa biakan murni R. microporus pada media PDA. Pengamatan koloni dilakukan pada umur 7 Hari Setelah Isolasi (HSI) secara makroskopis (Gambar 1A) menunjukkan cirri-ciri: koloni berwarna putih dan berbentuk seperti kapas, pertumbuhan koloni tidak menunjukkan lingkaran konsentris, miselium lembut, dan memiliki warna dasar putih. R. microporus memenuhi cawan petri (diameter 9 cm) dalam waktu 4 hari pada media PDA.Pada pengamatan mikroskopis R. microporus (Gambar 1B) menunjukkan hifa memiliki banyak sekat yang tebal, hialin, basidiospora bulat dan hialin dengan memiliki garis tengah ratarata 3,28 µm. Eksplorasi Jamur Endofit dari Jaringan Daun, Batang, dan Akar Tanaman Cengkeh. Hasil dari isolasi dan identifikasi jamur endofit yang ditemukan dari eksplorasi pada bagian daun, batang dan akar tanaman cengkeh diperoleh jamur endofit total keseluruhan 13 isolat jamur. Eksplorasi Khamir dari Pangkal Batang dan Daun Tanaman Cengkeh Hasil isolasi dan identifikasi khamir dari ekplorasi pada pangkal batang dan daun tanaman cengkeh diperoleh 7 khamir. Tabel 1. Keanekaragaman Jamur Endofit pada jaringan daun, batang dan akar tanaman cengkeh. Jaringan Tanaman Genus Daun 1. Curvularia sp. 2. Colletotrichum sp. 1 3. Colletotrichum Batang 1. Jamur tidak teridentifikasi (B1) 2. Mucor sp. 3. Gonatobotryum sp. 1 4. Aspergillus sp. 1 5. Jamur tidak teridentifikasi (B5) 6. Beltrania sp. 7. Gonatobotryum 8. Jamur tidak teridentifikasi (B8) Akar 1. Aspergillus 2. Jamur tidak teridentifikasi (A2) 79

Shofiana et al., Eksplorasi jamur endofit dan khamir... Tabel 2. Keanekaragaman khamir pada pangkal batang dan daun tanaman cengkeh Bagian tanaman Genus Daun 1. Candida sp. 2. Pichia sp. 1 Pangkal Batang 1. Metschnikowia sp. 1 2. Metschnikowia 3. Pichia 4. Cryptococcus sp. 5. Metschnikowia sp. 3 Presentase penghambatan (%) 35 30 25 20 15 10 5 0 Jamur endofit Gambar 2. Histogram rerata persentase penghambatan jamur endofit terhadap R. microporus hari yang sama pada 7 hsp Hasil Uji Antagonis Jamur Endofit terhadap Rigidoporus microporus A. Uji Antagonis dengan Perlakuan Hari yang Sama Berdasarkan histogram yang telah disajikan pada gambar 2, dapat diketahui nilai rerata persentase penghambatan oleh jamur endofit terhadap R. microporus paling tertinggi yaitu oleh Aspergillus sp.2 yakni sebesar 33,33%. Dan diikuti oleh Colletotrichum sp. 1 yakni dengan persentase penghambatan sebesar 30%. Dan jamur endofit yang memiliki persentase hambatan paling kecil adalah Jamur tidak teridentifikasi (B1) sebesar 11,11% dan Gonatobotryum sebesar 11,11%. Jamur endofit yang memiliki nilai hambatan paling rendah dikarenakan pertumbuhannya yang sangat lambat saat dibiakkan pada media PDA. Sedangkan patogen R. microporus memiliki pertumbuhan yang sangat cepat apabila ditanam pada media PDA. Seperti yang dikemukakan oleh Kaewchai, dkk (2010) bahwa jamur R. microporus dapat tumbuh memenuhi cawan petri dalam waktu 6 hari dengan partumbuhannya 1,3 cm per hari. B. Uji Antagonis dengan Perlakuan Selisih 1 Hari Berdasarkan histogram yang telah disajikan (Gambar 3), dapat diketahui nilai rerata persentase penghambatan oleh jamur endofit terhadap R. microporus paling tertinggi yaitu jamur Gonatobotryum sp. 1 yakni dengan nilai penghambatan sebesar 71,66% dan Gonatobotryum sebesar 60,83%. 80

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 Januari 2015 Presentase penghambatan (%) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Curvularia sp. Colletotrichum Gonatobotryum sp. 1 Gonatobotryum Jamur endofit Aspergillus A2 Gambar 3. Histogram rerata persentase penghambatan jamur endofit terhadap R. microporus selisih 1 hari pada 7 hsp Presentase penghambatan (%) 100 80 60 40 20 0 Curvularia sp. Colletotrichum Gonatobotryum sp. 1 Gonatobotryum Aspergillus A2 Jamur endofit Gambar 4. Histogram rerata persentase penghambatan jamur endofit terhadap R. microporus selisih 2 hari pada 7 hsp. Jamur Gonatobotryum sp. bersifat asosiatif pada seresah, yang biasanya jamur ini menjadi detritos atau sumber makanan detrivor atau serangga pengurai (Alexander, 1977). Jamur Colletotrichum memiliki nilai hambatan yang cukup besar karena lebih dari 50% yaitu dengan hambatan sebesar 55%. Jamur endofit yang memiliki persentase hambatan terkecil pada perlakuan selisih 1 hari yaitu pada jamur Aspergillus sebesar 15%. C. Uji Antagonis dengan Perlakuan Selisih 2 Hari Berdasarkan histogram yang disajikan (Gambar 4), diketahui rerata penghambatan yang tertinggi yaitu pada Gonatobotryum sp. 1 dengan nilai hambatan sebesar 87,95%. Kemudian hambatan tertinggi lainnya yaitu pada Colletotrichum dengan nilai hambatan sebesar 69,16%. Lalu pada Colletotrichum dan Jamur tidak teridentifikasi (A2) yang memiliki nilai hambatan berturut-turut sebesar 65,83% dan 65%. Keempat jamur tersebut dapat dikatakan memiliki nilai hambatan yang cukup tinggi karena persentase hambatan lebih dari 50%. Jamur yang memiliki hambatan terendah yaitu pada Curvularia sp. dan Aspergillus dengan nilai hambatan berturut-turut yaitu sebesar 37,5% dan 13,5%. Kedua jamur tersebut memiliki persentase hambatan kurang dari 81

Shofiana et al., Eksplorasi jamur endofit dan khamir... Presentase penghambatan (%) 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Candida sp. Pichia sp. Metschnikowia sp. 1 Metschnikowia Pichia Cryptococcus sp. Metschnikowia sp. 3 Khamir Gambar 5. Histogram rerata persentase penghambatan khamir terhadap R. microporus pada 7 hsp. 50% sehingga dapat dikatan kurang memiliki potensi dalam menghambat pertumbuhan R. microporus. Hasil Uji Antagonis Khamir terhadap Patogen Rigidoporus microporus Berdasarkan histogram yang telah disajikan (Gambar 5) diketahui bahwa rerata persentase penghambatan yang terbesar yaitu pada Metschnikowia sp. 3 sebesar 18,58%, kemudian Pichia sebesar 12,22%, Pichia sp. 1 sebesar 11,80%, Metschnikowia sp. 1 sebesar 11,39%, Metschnikowia sp.3 sebesar 10,12%, Candida sp. sebesar 9,69% dan Cryptococcus sp. sebesar 8,85%. KESIMPULAN 1. Jamur endofit yang berhasil diisolasi dari tanaman cengkeh pada bagian daun adalah jamur Curvularia sp., dan 2 jamur Colletotrichum sp. Pada bagian batang yaitu jamur Mucor sp., 2 jamur Gonatobotryum sp., jamur Aspergillus sp., jamur Beltrania sp., dan 3 jamur tidak teridentifikasi (B1,B5 dan B8). Sedangkan pada bagian akar diperoleh jamur Aspergillus sp. dan 1 jamur tidak teridentifikasi (A2). 2. Pada uji antagonis antara hari yang sama, selisih 1 hari dan selisih 2 hari, dapat diketahui bahwa jamur endofit yang memiliki potensi dalam penghambatan terhadap pertumbuhan Rigidoporus microporus yaitu pada perlakuan selisih 2 hari yang memiliki 4 isolat jamur yang mampu memperlambat pertumbuhan jamur Rigidoporus microporus. Ke empat isolat tersebut yaitu jamur Gonatobotryum sp. 1, Colletotrichum, Gonatobotryum, dan Jamur tidak teridentifikasi (A2). 3. Khamir yang berhasil diisolasi dari tanaman cengkeh pada bagian daun adalah khamir Candida sp. dan Pichia sp. 1. Sedangkan pada bagian pangkal batang ditemukan 3 khamir Metschnikowia sp., khamir Pichia sp., dan khamir Cryptococcus sp. 4. Dari hasil uji antagonis antara khamir dengan patogen R. microporus, dapat diketahui bahwa khamir yang telah diisolasi tidak berpotensi dalam penghambatan pertumbuhan patogen R. microporus, dilihat dari persentase penghambatan yakni dibawah 50%. 82

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 Januari 2015 DAFTAR PUSTAKA Sudantha, I.M dan L. Abadi. 2007. Identifikasi Jamur Endofit dan Mekanisme Antagonismenya Terhadap Jamur Fusarium oxysporum F. SP. vanilla pada Tanaman Vanili. Agroteksos. Vol 17 : No 1. Muhibuddin, A., L. Addina., A. L. Abadi., dan A. Ahmad. 2011. Biodiversity of Soil Fungi on Integrated Pest Management Farming System. Agrivita Vol. 33, No. 22 : 111-118. Gandjar, I., R.A. Samson,., K. V. D. Tweel-Vermeulen., A. Oetari, dan I. Santoso. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Barnett, H.L and B.B. Hunter. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi fourth edition. Burgess Publishing Company. Minneopolis. Minnesota. 217 hal. Kurtzman C. P and J. W. Fell. 1998. The yeast: A Taxonomic Study, 3rd ed. Elsevier, Amsterdam: xvii + 1035 hlm. Kaewchai, S. Lin, F.C., H.K. Wang, and K. Soytong. 2010. Characterization of Rigidoporus microporus isolated from rubber trees based on morphology and ITS sequencing. Journal of Agricultural Technology.Vol.6(2): 289-298. Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Mycrobiology 2 nd Edition. New York. Jhon Wiley and Sons. 83