BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam Injil Lukas terdapat beberapa kisah tentang kesembuhan yang dialami oleh banyak orang melalui Yesus, mulai dari ibu mertua Petrus yang diserang demam berat dan berbaring di tempat tidurnya, menjadi sehat kembali dengan seketika setelah dijamah oleh Tuhan Yesus (Lukas 4:38-39). Kemudian seorang berpenyakit kusta yang percaya pada Yesus, ternyata disembuhkan karena Yesus menghendaki ia sembuh (Lukas 5:12-16). Lalu Yesus menyembuhkan dan mengampuni dosa orang yang sakit lumpuh yang dibawa oleh teman-temannya (Lukas 5:17-26). Juga seorang yang mati sebelah tangannya yang bertemu Yesus di rumah ibadat pada hari Sabat dan mendapatkan kesembuhan (Lukas 6:6-11). Lalu Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum (Lukas 7:1-10). Kemudian seorang perempuan yang sudah dua belas tahun sakit pendarahan berat dan tidak ada satu pun yang dapat menyembuhkannya mendapat kesembuhan setelah menjamah jubah Yesus (Lukas 8:43-48). Yesus juga menyembuhkan orang yang sakit busung air pada hari Sabat (Lukas 14:1-6). Kemudian kisah tentang penyembuhan sepuluh orang kusta dan hanya satu yang memuliakan Allah (Lukas 17:11-19). Kisah-kisah tentang kesembuhan di atas merupakan kisah nyata dan terjadi dalam sejarah umat manusia, yang memperlihatkan bahwa macam-macam penyakit dapat disembuhkan oleh Yesus, dan lagi kesembuhan itupun seringkali tidak membutuhkan waktu lama. Oleh karena itu kita mungkin tertarik dengan kesembuhan yang terjadi dalam kisah Lukas tersebut, dan menjadikan kisah itu sebagai dasar dari apa yang kita yakini bahwa tatkala kita mengalami sakit penyakit juga akan mendapatkan kesembuhan yang sama seperti apa yang pernah terjadi dalam kisah Lukas. Sehingga tatkala kita mengalami baik sakit yang ringan maupun berat, penyakit yang sudah lama atau baru, kita akan menaruh harapan yang besar kepada kesembuhan khususnya dalam waktu singkat. Terkadang harapan yang sebegitu besarnya ini dibarengi dengan mempertaruhkan segala sesuatu yang kita miliki untuk kesembuhan, termasuk iman percaya kita kepada Yesus. Jika kesembuhan itu terjadi di dalam kehidupan kita, tentu merupakan hal yang baik untuk kehidupan kita. Akan tetapi jika yang terjadi malah sebaliknya dimana kesembuhan itu tidak terjadi baik secara spontan maupun bertahap, maka hal itu jangan dianggap sebagai hal yang buruk dan 1
yang terpenting kita juga tetap terus berharap kepada Tuhan. Hal ini bisa kita lihat dalam cerita Rasul Paulus dimana dirinya yang mengalami sakit penyakit dan sudah berdoa kepada Tuhan sebanyak tiga kali ternyata tidak sembuh juga. Rasul Paulus merasa tidak apa-apa penyakitnya tidak sembuh, bahkan ia malah bermegah atas kelemahannya itu, karena ia diyakinkan bahwa kasih karunia Tuhan sudah cukup baginya dan dalam kelemahanlah kuasa Tuhan menjadi sempurna (2Korintus 12: 8, 9). Oleh karena itu selama masih ada sakit penyakit, maka tema tentang kesembuhan masih menarik untuk diselidiki dan dipelajari, serta digumuli oleh setiap orang Kristen. Sehingga saat ini diperlukan suatu tulisan yang dapat dijadikan sebagai bahan pergumulan yang membahas tema tentang kesembuhan, dan salah satunya bisa melalui skripsi. Akan tetapi permasalahannya adalah tema tentang kesembuhan dalam Injil Lukas jarang dipakai untuk bahan skripsi 1. 2. Batasan Masalah Melihat kenyataan di atas, maka penyusun mencoba untuk menggali teks Alkitab yang berkaitan dengan tema kesembuhan yang terjadi dalam Injil Lukas untuk dijadikan skripsi. Untuk itu penyusun mencoba untuk menggali teks Lukas 8:40-56 yang memperlihatkan perjuangan perempuan yang sakit pendarahan dalam mendapatkan kesembuhan. Oleh karena itu yang menjadi fokus perhatian dalam penulisan skripsi ini adalah makna kisah Yairus dan perempuan yang sakit pendarahan dalam mendapatkan kesembuhan dilihat dari sudut tafsir naratif. Hal ini dikarenakan tafsiran kritis-historis yang berusaha mencari setting historis yang asli dari cerita ini nampaknya kurang bisa menonjolkan dinamika cerita. Oleh karena itu penyusun mengusulkan tafsiran naratif terhadap teks Lukas 8:40-56 yang bermuara pada kontras antara Yairus dan perempuan yang sakit pendarahan, dan karakterisasi Yesus sebagai sumber keselamatan/ kesembuhan. 3. Alasan Pemilihan Judul Oleh karena yang akan diamati dan dibahas adalah kisah atau cerita tentang Yairus dan perempuan yang sakit pendarahan dalam menanggapi penyakitnya demi mencapai kesembuhan, maka dalam penulisan skripsi ini, penyusun memberikan judul : 1 Penyusun sudah melakukan survey terhadap database skripsi di perpustakaan UKDW Yogyakarta dan tidak menemukan judul skripsi mahasiswa Fakultas Theologia yang berkaitan dengan kesembuhan dan penyembuhan. 2
Kisah Yairus dan Perempuan yang Sakit Pendarahan dalam Mendapatkan Kesembuhan (Tafsir Naratif terhadap Injil Lukas 8:40-56) Pembahasan judul ini menurut penyusun menarik karena akan memunculkan wacana yang baru mengenai permasalahan/ pergumulan seputar sakit penyakit dan kesembuhan yang juga dihadapi oleh gereja dan orang-orang percaya saat ini. 4. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk meneliti dan mencari makna kisah teks Lukas 8:40-56 sehubungan dengan kontras yang dimunculkan oleh penulis Injil Lukas yaitu antara Yairus dan perempuan yang sakit pendarahan dalam mendapatkan kesembuhan, serta meneliti karakterisasi Yesus sebagai tokoh yang memberikan keselamatan atau kesembuhan. 5. Metodologi Sebelum kita bersama mencoba memahami narasi Lukas 8:40-56, kita pertama-tama memahami dahulu apa itu metode narasi. Dalam dunia narasi, pendekatan literer mengasumsikan kesatuan teks. Pendekatan literer ini berbeda dengan pendekatan historis kritis dalam memperlakukan sebuah teks. Untuk membedakan diantara keduanya, seringkali dipakailah sebuah analogi yaitu jendela dan cermin. Pendekatan Historis kritis memperlakukan teks sebagai jendela untuk mengeksplorasi dunia historis di balik teks, sedangkan pendekatan literer memperlakukan teks sebagai cermin untuk merefleksikan teks dalam bentuk akhirnya sebagai upaya pemaknaan teks. Pendekatan literer yang diuraikan di atas dikenal sebagai Analisis Naratif (narrative criticsm) 2. Mengingat akan hal itu, maka di kalangan para penafsir muncul istilah close reading. Perhatian kita dibawa kepada teks itu sendiri dan tidak dipusingkan dengan latar belakang teks, seperti siapa pengarangnya, kapan suatu kitab dikarang, dan apakah suatu ucapan asli atau tidak 3. Sehingga latar belakang historis yang biasanya diperlukan dalam studi historis kritis, menjadi hal yang bukan utama atau syarat mutlak yang menetukan dalam metode narasi. Akan tetapi latar belakang historis 2 Armand Barus, Analisis Naratif : Apa dan Bagaimana, Forum Biblika No. 9, (1999) p. 48. 3 Jakub Santoja, Metode Exegese Narasi, GEMA Duta Wacana No.41 (1991), p. 43. 3
itu bisa saja menjadi pelengkap untuk dijadikan alat bantu dalam memahami sebuah narasi melalui konteks situasi saat itu yang mempengaruhi sudut pandang seorang pencerita. Dalam metode narasi, suatu cerita dalam Alkitab merupakan suatu ungkapan tertulis dari suatu kenyataan tertentu. Setiap kali suatu cerita diceritakan atau ditulis, maka cerita atau tulisan itu menunjuk kepada suatu dunia cerita 4. Dalam dunia cerita itu, pengarang membawa kita untuk mengalami dan menghayati persitiwa. Dan di dalam dunia cerita itu pula kita diajak untuk menghayati perasaan para pemeran cerita, situasi aspek cerita. Oleh karena itu sebuah narasi/ cerita paling tidak harus mengandung beberapa unsur yang menjadi syarat terbentuknya sebuah narasi. Unsur-unsur itu adalah struktur cerita, plot (alur cerita), karakterisasi, kontras/ konflik, setting tempat dan waktu, gaya bahasa, dan narator 5. Lukas 8:40-56 sebagai salah satu narasi dalam Alkitab, yang akan dibahas dalam bab tiga, memenuhi persyaratan di atas yaitu memiliki struktur cerita, plot (alur cerita), karakaterisasi, setting tempat dan waktu, konflik, gaya bahasa dan narator. Unsur-unsur naratif itulah yang diteliti oleh penyusun dengan tujuan untuk.lebih jauh mengenal narasi Lukas 8: 40-56 dan melalui unsur-unsur itulah pada akhirnya akan membantu penafsiran. 6. Sistematika Untuk menyelesaikan masalah diatas, maka penyusun hendak membagi pembahasannya dalam sistematika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Dalam bab ini penyusun mengungkapkan latar belakang masalah, batasan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metodologi, dan sistematika penulisan. Bab II Mengenal Narasi Injil Lukas Dalam bab ini penyusun mengungkapkan mengenai narasi Injil Lukas yang di dalamnya mencakup antara lain tentang metode narasi, struktur kitab Injil 4 s.d.a., p. 44. 5 E. Gerrit Singgih, Membaca Narasi dalam kitab I Raja-raja (Kisah Elia dan Ahab), GEMA Duta Wacana No. 46, 1993, p. 34. 4
Lukas, plot (alur cerita), gaya bahasa, setting tempat dan waktu, karakterisasi serta narator. Bab III Tafsiran Naratif Lukas 8:40-56 Dalam bab ini penyusun mengungkapkan unsur-unsur narasi Lukas 8:40-56 yang digunakan untuk penafsiran, serta penafsiran yang mencari makna kisah teks Lukas 8:40-56 sehubungan dengan kontras yang dimunculkan oleh penulis Injil Lukas yaitu antara Yairus dan perempuan yang sakit pendarahan dalam mendapatkan kesembuhan. Bab IV Kesimpulan dan Relevansi Dalam bab ini penyusun akan menyimpulkan hasil penafsiran dan merelevansikan untuk masa sekarang. 5