2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan

dokumen-dokumen yang mirip
DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN SUMATERA UTARA INDAH KHARINA BANGUN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Pengertian distribusi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

7 KAPASITAS FASILITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendaratan Hasil Tangkapan di PP/PPI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

2016, No dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

6. FUNGSI PPI MUARA BATU

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Elemen 2.2 Perikanan Tangkap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

Strategi Distribusi A. Pengertian Dan Arti Penting Saluran Distribusi

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

(Studi Tata Letak Fasilitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur) Jonny Zain

7 MEKANISME PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI ES

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

BAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang

VII. TATA LETAK PABRIK

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

I. PENDAHULUAN. pertaniannya langsung kepada pedagang pengecer dan konsumen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap pulau di Indonesia yaitu sepanjang km yang menjadikan Indonesia menempati

Terminal Darat, Laut, dan

Transkripsi:

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Menurut UU No 45 tahun 2009, Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Pengertian pelabuhan menurut Departemen Perhubungan adalah suatu daerah tempat berlabuh dan atau tempat bertambatnya kapal laut serta kendaraan lainnya untuk menaikkan dan menurunkan menumpang, bongkar muat barang yang semuanya merupakan daerah lingkungan kerja aktivitas ekonomi, secara juridis terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan untuk kegiatan-kegiatan di pelabuhan tersebut (Lubis, 2000). Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang berfungsi untuk berlabuh dan bertambatnya kapal yang hendak bongkar muat hasil tangkapan ikan atau mengisi bahan perbekalan melaut. Departemen Perhubungan menggolongkan pelabuhan perikanan termasuk pelabuhan khusus. Arti pelabuhan khusus yaitu pelabuhan yang penggunaannya khusus untuk kegiatan sektor perindustrian, pertambangan atau pertanian dalam arti luas pembangunan dan pengoperasiannya dilakukan oleh instansi bersangkutan untuk bongkar muat barang (bahan baku atau hasil produksi atau hasil eksploitasi) yang tidak dapat ditampung oleh pelabuhan umum (Lubis, 2000). 2.1.1 Fungsi pelabuhan perikanan Fungsi pelabuhan perikanan dapat ditinjau berdasarkan berbagai kepentingan, salah satunya yaitu sebagai fungsi komersil. Fungsi ini timbul karena pelabuhan perikanan sebagai tempat awal untuk mempersiapkan pendistribusian produksi ikan melalui transaksi pelelangan ikan. Proses pendistribusian dapat dilakukan sebagai berikut : bahwa ikan-ikan yang telah didaratkan dibawa ke gedung pelelangan ikan untuk dicatat jumlah dan jenisnya, setelah itu ikan disortir

5 dan diletakkan pada keranjang atau bak plastik selanjutnya dilaksanakan pelelangan dan dicatat hasil transaksinya (Lubis, 2000). 2.1.2 Tipe dan kriteria pelabuhan perikanan di Indonesia Menurut Direktorat Jenderal Perikanan mengelompokkan pelabuhan perikanan menjadi 4 tipe yang terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Pengelompokkan pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006 Pelabuhan (Tipe) Kriteria Samudera (A) 1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas; 2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT; 3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3m; 4. Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000GT kapal perikanan sekaligus; 5. Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor; 6. Terdapat industri perikanan. Nusantara (B) Pantai (C) Pangkalan Pendaratan (D) Ikan 1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia; 2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT ; 3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; 4. Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus; 5. Terdapat industri perikanan. 1.Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial; 2.Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT; 3.Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; 4.Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus. 1.Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan; 2.Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT; 3.Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; 4.Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus. Sumber : http://www.infohukum.dkp.go.id/produk/500.pdf, 2009

6 2.1.3 Fasilitas pelabuhan perikanan Dalam pelaksanaan peranannya, PP/PPI harus dilengkapi dengan fasilitas, diantaranya (Lubis, 2000) : 1. Fasilitas pokok Fasilitas pokok yang berfungsi untuk melindungi kegiatan umum di pelabuhan perikanan dari segenap gangguan alam seperti gelombang, arus, angin, pengendapan lumpur/pasir dan sebagainya. Fasilitas pokok dapat berbentuk alur pelayaran, kolam pelabuhan, penahan gelombang (breakwater), dermaga/jetty dan tanah utuk industri. 2. Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional merupakan pelengkap fasilitas pokok guna memperlancar pekerjaan/memberikan pelayanan jasa di pelabuhan perikanan serta meninggikan nilai guna fasilitas pokok. Fasilitas tersebut terdiri dari tempat pelelangan ikan (TPI), balai pertemuan nelayan, tangki BBM, tangki air, alat komunikasi, instalasi listrik, pabrik es, cold storage, dock kapal dan bengkel. 3. Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang memiliki fungsi secara tidak langsung menunjang kelancaran fungsi pelabuhan perikanan seperti kantor untuk administrasi pelabuhan, syahbandar, beacukai, aparat keamanan, jalan di dalam komplek, perumahan lokal/warung serba ada (waserba), MCK umum dan tempat beribadat. 2.2 Distribusi Distribusi adalah istilah yang biasa digunakan dalam pemasaran untuk menjelaskan bagaimana suatu produk atau jasa dibuat secara fisik tersedia bagi konsumen. Distribusi meliputi kegiatan pergudangan, transportasi, persediaan, penanganan pesanan. Salim (2000) mengemukakan bahwa dalam industri terdapat dua kategori, yaitu : 1. Pemindahan bahan-bahan dan hasil-hasil produksi dengan menggunakan alatalat angkut. 2. Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

7 Berdasarkan kategori tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi distribusi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Distribusi secara umum adalah rangkaian kegiatan memindahkan atau mengangkut barang dari produsen ke konsumen dengan menggunakan salah satu transportasi yang meliputi transportasi darat, laut, sungai maupun udara. Rangkaian kegiatan yang dimulai dari produsen sampai ke konsumen lazim disebut rantai transportasi (chain of transportation). Menurut Sinaga (1988) distribusi adalah manajemen pemindahan, pengendalian persediaan, perlindungan dan penyimpanan bahan mentah. Evans dan Berman (1982) menyebutkan fungsi distribusi adalah menyebarkan produk atau jasa melalui jalur distribusi yang terdiri dari seluruh institusi atau pihak-pihak yang terlibat dalam pemindahan dan pertukaran produk atau jasa tersebut. Institusi atau pihak-pihak di dalam proses distribusi adalah perantara. Disamping itu, distribusi merupakan suatu cara memperluas tersedianya suatu produk, distribusi juga merupakan alat yang dapat digunakan oleh manajemen pemasaran (marketing management) untuk meningkatkan atau memperluas persaingan keuntungan antara permintaan konsumen dengan produkproduk yang ditawarkan oleh perusahaan (Darmawan, 2006). 2.2.1 Jenis distribusi Hanafiah dan Saefuddin (1983) membedakan fasilitas distribusi menjadi empat kelompok : 1. Distribusi melalui darat Kereta api dan truk yang dilengkapi dengan pendingin merupakan alat angkutan jarak jauh terpenting di darat. Keuntungan utama penggunaan utama kereta api dibandingkan dengan alat angkutan lainnya adalah pelayanan pengangkutan lebih lengkap dan bervariasi. Tetapi pengangkutan dengan menggunakan truk mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan menggunakan kereta api, yaitu : 1. Kecepatan dapat lebih tinggi, 2. Fleksibel, dapat diselenggarakan kapan saja dan arah dapat diubah-ubah, 3. Tarif dan biaya lebih rendah,

8 4. Sanggup mengangkut barang tanpa banyak pengerjaan dan pemindahan sehingga resiko pemindahan kecil. 2. Distribusi melalui perairan pantai dan terusan atau sungai Distribusi dilakukan dengan menggunakan kapal air (water carries). Distribusi melalui perairan mempunyai beberapa keuntungan antara lain biaya distribusi lebih rendah dan dapat memuat volume yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan kereta api atau truk. Kerugian dari distribusi melalui perairan adalah lebih lambat 3. Distribusi melalui laut Distribusi ini dilakukan dengan menggunakan kapal (pelayaran tetap dan pelayaran tramp). Pelayaran tetap (dinas) adalah pelayaran antara tempat pada waktu-waktu yang telah ditetapkan oleh pemerintahan yang harus diadakan secara kontinu dengan tidak bergantung pada ada atau tidak adanya muatan. Pelayaran tramp (kapal tambang) adalah pelayaran yang jurusan dan waktunya tidak tetap, pelayaran ini dilakukan apabila ada muatan. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan pelayaran tramp dibandingkan dengan penggunaan pelayaran tetap adalah : 1. Ongkos angkutan yang lebih rendah ; 2. Dapat menggunakan barang dalam jumlah besar ; 3. Dapat mengangkut barang dengan cepat (langsung) ke pelabuhan yang dituju. 4. Distribusi melalui udara Distribusi melalui udara merupakan pengangkutan paling cepat dengan menggunakan pesawat udara. Tetapi terdapat beberapa kerugian diantaranya biaya distribusi yang mahal dan terbatasnya ruangan sehingga distribusi dalam volume besar tidak dapat dilakukan. 2.2.2 Unsur-unsur distribusi Menurut Siregar (1990) terdapat tiga hal yang menjadi persyaratan bagi berlangsungnya proses distribusi, yaitu: 1. Ada muatan yang diangkut 2. Tersedianya kendaraan sebagai angkutannya; 3. Ada jalan yang dilalui.

9 Dalam melaksanakan kegiatan distribusi diperlukan dua jenis peralatan yang merupakan unsur-unsur transportasi (Siregar, 1990), yaitu: 1. Peralatan operasi atau sarana angkutan berupa peralatan yang dipakai untuk mengangkut barang dan penumpangnya yang digerakkan oleh mesin motor atau penggerak lainnya. 2. Peralatan basis atau prasarana angkutan yang terdiri dari: a. Jalanan sebagai tempat bergeraknya peralatan operasi. b. Terminal sebagai tempat memberikan pelayanan kepada penumpang dalam perjalanan, barang dalam pengiriman dan kendaraan sebelum dan sesudah melakukan operasi. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dalam distribusi ikan yaitu mengenai pola saluran pemasaran. Pada proses pemasaran hasil tangkapan ini dapat melibatkan beberapa golongan perantara, seperti: 1. Tengkulak desa, 2. Pedagang pengumpul di pasar lokal, 3. Pedagang besar (grosir), 4. Agen, 5. Pedagang eceran,dan 6. Eksportir. 2.2.3 Peranan distribusi Distribusi mempunyai peranan yang sangat penting untuk saling menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran dan daerah pemukiman sebagai tempat konsumen. Distribusi juga mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat pembangunan ekonomi dan sosial politik suatu negara (Salim, 2000). Distribusi merupakan sarana dan prasarana bagi pembangunan ekonomi negara yang bisa mendorong lajunya pertumbuhan ekonomi (Rate of Growth). 1. Distribusi dan kehidupan masyarakat Distribusi bermanfaat bagi masyarakat, dalam arti hasil-hasil produksi dan bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan kepada perusahaan industri. Hasil-hasil barang jadi yang diproduksi oleh pelabuhan atau pabrik dijual oleh

10 produsen kepada masyarakat atau perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran. Untuk mengangkut bahan-bahan baku dan barang-barang jadi dibutuhkan jasa-jasa distribusi (darat, laut, dan udara). 2. Produksi yang ekonomis Suatu produksi akan bermanfaat dan ekonomis bila tersedia cukup transportasi, dimana ada kaitannya distribusi dengan produksi dalam arti untuk pengiriman komoditi tersebut ke pasar. 2.3 Penanganan (Handling) Dalam melakukan kegiatan distribusi hasil tangkapan hal yang pertama kali dilakukan adalah menangani hasil tangkapan untuk mencegah kebusukan. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) kegiatan penanganan hasil tangkapan dalam proses distribusinya adalah transportasi (pengangkutan) dan penyimpanan. 2.3.1 Transportasi (pengangkutan) Transportasi atau pengangkutan merupakan bergeraknya atau pemindahan produk dari tempat produksi dan tempat penjualan ke tempat dimana produk tersebut akan dipakai. Untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat oleh pihak produsen salah satunya perlu dilakukan pemilihan alternatif jeni transportasi yang digunakan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Transportasi dikatakan sebagai derived demand, karena keperluan jasa angkutan bertambah dengan meningkatnya kegiatan ekonomi dan berkurangnya jika terjadi kelesuan ekonomi (Siregar, 1990). Terdapat dua resiko apabila kegiatan pengangkutan hasil tangkapan perikanan terlambat yaitu dapat menurunkan harga barang di tempat yang dituju dan menurunkan kualitas barang. Sehingga ketepatan waktu perlu diperhatikan disamping pemilihan jenis transportasi yang baik untuk menekan biaya pendistribusian hasil tangkapan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Alat tranportasi yang memiliki ruang pendingin (cool room) akan lebih efektif digunakan karena distribusi dapat dilakukan pada siang hari dan kualitas ikan akan terjamin, dimana suhu dalam ruang pendingin dapat dikontrol dan diatur sesuai kebutuhan. Pendistribusian untuk jarak jauh juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat transportasi seperti kereta api, truk, kapal laut dan

11 pesawat terbang. Suhu optimum selama transportasi harus dapat dipertahankan dan semakin cepat ikan sampai di tempat tujuan distribusi akan semakin baik dalam mempertahankan kualitas ikan (Aryadi, 2007). 2.3.2 Penyimpanan (warehousing) Penyimpanan merupakan kegiatan menahan produk dalam jangka waktu antara dihasilkan atau diterima sampai dijual. Terdapat empat alasan untuk melakukan penyimpanan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983), yaitu : 1. Sifat musiman dari kebanyakan poduksi; 2. Permintaan untuk berbagai produk berlangsung sepanjang tahun; 3. Alasan-alasan yang terdapat pada waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan berbagai pelayanan distribusi; dan 4. Mendapatkan harga yang lebih baik. 2.3.3 Pendaratan Sistem pendaratan ikan di pangkalan pendaratan ikan meliputi proses antara lain pembongkaran ikan, penyortiran ikan dan pengangkutan ikan ke TPI. Pendistribusian ikan baik dilakukan dengan alat transportasi tertutup seperti truk atau kendaraan lain yang tertutup. Selama perjalanan suhu ikan dipertahankan dingin dengan cara menambah es. Ikan yang disimpan dalam kotak yang ditutupi terpal atau bahan lainnya agar suhu dingin dapat dipertahankan secara efektif dan efisien(departemen Pertanian, 1997). 2.3.4 Saluran dan skema distribusi Menurut Kotler (1992) vide Jajang (2006) terdapat empat macam saluran distribusi : 1. Saluran tingkat nol (produsen-konsumen), disebut pula saluran pemasaran langsung terdiri dari produsen yang menjual langsung kepada konsumen. Tiga cara penting dalam penjualan langsung adalah penjualan dari rumah ke rumah, penjualan lewat toko perusahaan. 2. Saluran tingkat satu (produsen-pengecer-konsumen), mempunyai satu perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, perantara itu sekaligus merupakan pengecer. Dalam pasar industri sering kali ia bertindak sebagai agen penjualan atau makelar.

12 3. Saluran tingkat dua (produsen-grosir-pengecer-konsumen), mempunyai dua perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, mereka merupakan grosir atau pedagang besar dan sekaligus pengecer. Dalam pasar industri mereka mungkin merupakan sebuah penyalur tunggal dan penyalur industri. 4. Saluran tingkat tiga (produsen-grosir-distributor-pengecer-konsumen), mempunyai tiga perantara penjualan. Dari kacamata produsen, masalah pengawasan semakin meningkat sesuai dengan angka tingkat saluran, walaupun biasanya produsen tersebut hanya berhubungan dengan saluran yang berdekatan dengannya. Agen Pedagang besar Pengecer Agen Pedagang besar Pengecer Pengecer k o n s u m e n Pabrik/Produsen Pengecer a k h i r Sumber : (Pieter, 1982 vide Firman, 2008) Gambar 1 Diagram saluran pemasaran barang-barang konsumsi. Pada aktivitas pendistribusian hasil tangkapan terdapat beberapa istilah yang sering digunakan yaitu (Darmawan, 2006) : 1. Pasar (market) yaitu suatu tempat atau rangkaian kegiatan dari penjual dan pembeli, baik berhadapan satu sama lain secara langsung atau melalui suatu alat penghubung maupun dengan perantaraan agen atau pedagang perantara untuk melakukan pembelian, penjualan, tukar-menukar barang dan jasa; 2. Perdagangan besar (whole sale), cara penjualan barang komoditi perikanan secara besar-besaran atau dalam jumlah besar 3. Pedagang besar (whole saler), pengusaha atau badan usaha yang melakukan penjualan barang dagangan atau komoditi perikanan secara langsung kepada pedagang eceran atau orang lain untuk dijual kembali;

13 4. Perdagangan eceran (retail), cara penjualan dalam jumlah yang kecil untuk konsumsi; dan 5. Pedagang eceran (retailer), pedagang kecil yang menjual langsung kepada konsumen akhir. Panjang pendeknya saluran distribusi yang dilalui oleh suatu hasil perikanan tergantung pada beberapa faktor (Hanafiah dan Saefuddin, 1983), antara lain: 1. Jarak antara produsen dan konsumen. Makin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk. 2. Cepat tidaknya produk rusak. Produk yang cepat rusak harus cepat diterima oleh konsumen. Dengan demikian produk menghendaki saluran yang cepat dan pendek. a. Skala produksi. Bila produksi dalam ukuran yang kecil-kecil maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal mana akan tidak menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan demikian pedagang perantara sangat dibutuhkan. Dengan demikian saluran yang akan dilalui produk akan cenderung panjang. b. Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran distribusi. Pedagang yang posisi keuangannya kuat akan dapat melakukan fungsi ditribusi lebih banyak dibandingkan dengan pedagang yang posisi keuangannya lebih lemah. Dengan perkataan lain, pedagang yang memiliki modal yang kuat cenderung untuk memperpendek saluran ditribusi. 2.4 Pemetaan Karakteristik Distribusi Hasil Tangkapan 2.4.1 Pasar Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan penawaran dapat berupa barang atau jasa (Anonim, 2009). Dalam pemetaan wilayah pasar, langkah pertama yang dapat memberikan gambaran struktur geografis dalam distribusi adalah pembuatan peta (map) yang dapat menggambarkan secara jelas mengenai batas-batas geografisnya. secara

14 ideal suatu wilayah dapat dibagi-bagi ke dalam struktur geografis yang menunjukkan luas areal penawaran untuk semua ukuran dari barang niaga. Peta ini dapat digunakan untuk merencanakan areal penjualan dan melihat kemungkinan proses pengolahan (Departemen Perdagangan, 1977). Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) informasi pasar berfungsi sebagai: 1. Pengumpulan informasi (fakta-fakta dan gejala-gejala yang timbul sekitar arus hasil tangkapan di pasar); 2. Komunikasi (penyampaian serta penyebaran informasi kepada pihak yang membutuhkan); 3. Penafsiran/interpretasi secara hati-hati atas informasi sehubungan dengan problema yang dipecahkan oleh pihak yang bersangkutan dan 4. Pengambilan keputusan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan perusahaan, badan atau orang yang bersangkutan. 2.4.2 Kuantitatif Kuantitatif adalah dapat diartikan sebagai bobot, massa, atau jumlah (Anonim, 2009). Dalam pemetaan kuantitatif digunakan untuk mengetahui berapa banyak, dari mana, dan kemana hasil tangkapan dijual. Data kuantitatif ini dapat ditambahkan pada wilayah pasar geografis yang telah dibuat. Membandingkan peta untuk waktu-waktu yang berbeda dalam setahun akan menunjukkan variasi musiman dalam pola distribusi yang ada. Membandingkan keadaan peta antar tahun akan memberikan indikasi peningkatan atau penurunan suplai barang niaga di dalam pasar (Departemen Perdagangan, 1977). 2.4.3 Kualitas Kualitas adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan-harapan pelanggan. Konsep kualitas berorientasi pada kepuasan total pelanggan (Feigenbaum, 1992 vide Aryadi, 2007). Pengendalian mutu adalah mengembangkan, mendesain, memproduksi dan memberikan jasa produk berkualitas yang paling ekonomis, paling berguna, dan selalu memuaskan konsumen (Ishikawa, 1992 vide Aryadi 2007). Menurut Hill

15 (1994) vide Aryadi (2007), pengendalian mutu adalah aspek dan pemeliharaan kualitas yang menyangkut cara praktis untuk menjamin bahan mutu barang sesuai dengan spesifikasi. Pengendalian mutu secara statistik merupakan penggunaan metode statistik untuk mengumpulkan dan menganalisa data dalam menetukan dan mengawasi kualitas hasil produksi yang akan didistribusi. Model-model pemecahan masalah yang ada dapat menghasilkan keputusan yang baik apabila keputusan didasari oleh fakta atau data yang ada. 2.4.4 Harga Menurut Saladin (2003), harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa atau dapat juga dikatakan penentuan nilai suatu produk dibenak konsumen. Pemetaan harga berguna untuk perbaikan efisiensi pemasaran sehingga perlu dilakukan pencatatan satuan dan kualitas hasil tangkapan sebagai komoditi distribusi. Barang niaga perikanan biasanya tidak sama satuan dan kualitasnya, sehingga suatu keharusan untuk mencatat satuan dan kualitas yang disesuaikan dengan harga. Membandingkan peta-peta harga pada waktu yang berbeda bertujuan untuk mengetahui perubahan dalam struktur harga geografis. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap fluktusi harga geografis ini, misalnya pola panen musiman, kondisi cuaca dan iklim yang tidak normal, keadaan tranportasi yang tidak lancar, dan lain-lain. Penentuan harga untuk komoditas perikanan tujuan ekspor sangat dipengaruhi faktor kualitas hail tangkapan itu sendiri. Semakin baik kualitasnya aka semakin tinggi harga penjualan (Departemen Perdagangan, 1977). 2.5 Fasilitas Distribusi Hasil Tangkapan 2.5.1 Tempat pelelangan ikan (TPI) Fungsi gedung TPI adalah sebagai tempat untuk melelang hasil tangkapan, dimana terjadi pertemuan antara penjual dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan). Selain sebagai tempat melelang hasil tangkapan, TPI juga berfungsi untuk melindungi ikan hasil tangkapan ikan agar tidak terkena sinar matahari secara langsung yang dapat menurunkan mutu hasil tangkapan. TPI melindungi hasil tangkapan sejak sebelum dilakukan pelelangan, saat pelelangan dan saat setelah pelelangan (Lubis, 2006).

16 Gedung TPI yang baik harus memiliki persediaan air bersih, wadah (peti atau keranjang) untuk melelang hasil tangkapan serta lantai TPI harus miring pada kedua sisinya agar tidak ada air yang menggenang di TPI setelah terjadinya proses pelelangan. TPI juga harus memiliki saluran air untuk menampung air ataupun kotoran yang dihasilkan dari proses pelelangan. Kebersihan TPI harus dijaga setiap saat karena jika TPI tidak terawat kebersihannya maka akan memberikan pengaruh terhadap penurunan mutu ikan hasil tangkapan yang dilelang di gedung TPI tersebut (Lubis, 2006). Letak dan pembagian ruang di gedung TPI juga harus direncanakan supaya aliran produk perikanan dapat berjalan dengan cepat. Hal ini dengan pertimbangan bahwa produk perikanan cepat mengalami penurunan mutu (Lubis, 2006). Ruangan yang terdapat pada gedung TPI dibagi menjadi: a. Ruang sortir, yaitu tempat membersihkan, menyortir dan memasukkan hasil tangkapan ke dalam peti atau keranjang; b. Ruang pelelangan, yaitu tempat menimbang, memperagakan dan melelang hasil tangkapan; c. Ruang pengepakan, yaitu tempat memindahkan hasil tangkapan ke dalam peti lain dengan diberi es dan atau garam, selanjutnya siap untuk dikirim; d. Ruang administrasi pelelangan terdiri atas loket-loket untuk pembayaran transaksi hasil tangkapan, gudang peralatan lelang, ruang duduk untuk peserta lelang, toilet dan ruang cuci umum. 2.5.2 Pabrik es Pabrik es merupakan suatu elemen sangat penting dalam pengoperasian pelabuhan. Es tidak hanya diperlukan untuk pendinginan ikan di atas kapal saja tetapi diperlukan juga untuk hasil tangkapan ikan yang dipersiapkan untuk dilelang dan pengangkutan selanjutnya. Pada tahap perencanaan sebuah proyek pelabuhan perikanan mungkin tidak perlu membuat rencana pembangunan pabrik es secara detail, tetapi perlu mengalokasikan suatu areal tertentu pada alokasi yang direncanakan dalam pembangunan pabrik es tersebut. Pada keadaan tertentu perlu memasukkan pula mesin pembangkit tenaga listik atau menyediakan tempat penampungan air tawar di dalam pabrik es. Berat es balok bervariasi antara 10 sampai 150 kilogram, dimana yang terakhir dianggap ukuran balok es terbesar

17 yang masih dapat ditangani secara cukup baik oleh tenaga manusia. Sebelum digunakan untuk pengawetan es, balok harus dihancurkan. Suatu perbedaan karakteristik mengenai tata letak masing-masing jenis pabrik es ialah pabrik es balok mempunyai tata letak yang horisontal dengan sistem transportasi, sedangkan pabrik es berskala kecil sering kali mempunyai mesin pembuat es yang dipasang di atas tempat penyimpanan sehingga es jatuh langsung dari mesin ke dalam tempat penyimpanan tersebut (Maharbhakti, 2003). 2.5.3 Cold Storage Penanganan ikan segar biasanya dilakukan penyimpanan ikan dengan diberi es, dilakukan di dalam ruang dingin (chill room) yang didinginkan beberapa derajat di bawah nol, untuk mencegah menyusutnya jumlah es. Sementara untuk ikan beku perlu dilakukan penyimpanan di dalam ruang pembekuan dengan suhu 20 derajat atau lebih rendah lagi. Kegiatan yang berlangsung dalam satu cold storage adalah sebagai berikut a. Menjalankan mesin pendingin b. Melayani transportasi untuk menempatkan ikan di dalam gudang dingin c. Mengatur penyimpanan ikan di gudang dingin d. Melayani administrasi, untuk penyimpanan ikan di gudang dingin. Di samping itu mungkin perlu pula menyediakan ruangan untuk kegiatankegiatan seperti penyimpanan produk, pembekuan cepat dan penyimpanan bahan perbekalan. Pada awalnya cold storage dibangun sebagai gedung dengan beberapa tingkat, namun dengan pengoperasian forklit sebagai sarana pengangkutan di dalam gudang mengakibatkan sejumlah perubahan terhadap tata letak cold storage (Murdiyanto, 2003). 2.5.4 Area parkir Parkir adalah keadaan tidak bergeraknya suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Parkir yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu dimana area parkir memiliki daya tampung dalam per harinya (Anonim, 2009).