BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T (Transportation, Technology, Telecommunication, Tourism) yang disebut sebagai The Millenium 4. Keempat bidang ini mengalami kemajuan seiring dengan berkembangnya teknologi dan inovasi yang berdampak pada modernisasi. Berdasarkan pernyataan diatas, salah satu bidang yang diramalkan akan menjadi industri terbesar di masa datang adalah bidang kepariwisataan. Sama halnya dengan Indonesia yang industri pariwisatanya mengalami perkembangan setiap tahunnya. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai keanekaragaman, mulai dari keanekaragaman geografis, potensi alam, suku bangsa begitu juga kebudayaannya yang mempunyai ciri khas berbeda antara satu wilayah dan lainnya. Dengan suku bangsa yang majemuk, setiap suku memiliki keunikan dan potensinya masing-masing, dimana keunikan dan potensi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata agar wisatawan untuk mengunjungi Indonesia. Salah satu kebudayaan Indonesia yang unik dan populer baik di kalangan wisatawan domestik maupun luar negeri adalah kebudayaan Bali. Selain didukung oleh pelestarian budaya yang kuat mengakar dalam kehidupan individunya, Bali merupakan pulau yang dianugerahi keindahan alam yang menjadikannya dikenal sebagai surga dunia dan God Island. Dengan 1
2 keunikan alam dan budaya yang kental ini, Bali menjadi salah satu tujuan wisata masyarakat dunia. Jutaan wisatawan domestik maupun luar negeri menjadikan Bali destinasi wisatanya setiap tahun. Dalam pariwisata Bali, sarana dan prasarana pariwisata serta sumber daya manusia ikut mendukung perkembangan sektor pariwisata yang merupakan penunjang perekonomian utama masyarakat Bali. Kebudayaan Bali merupakan kebudayaan yang banyak di pengaruhi agama Hindu yang meliputi ritual, kepercayaan dan filosofi hidupnya, hal ini dikarenakan mayoritas agama penduduk Bali adalah agama Hindu. Ritual merupakan upacara yang tidak dipahami alasan konkretnya dinamakan rites dalam Bahasa Inggris yang berarti tindakan atau upacara keagamaan (Bustanuddin A, 2006 : 96). Bagi mayoritas masyarakat Bali, ritual meliputi hal-hal yang berhubungan dengan agama seperti upacara-upacara keagamaan, pelaksanaan sembahyang, dan peringatan hari-hari keagamaan. Ritual ini menjadi salah satu daya tarik wisata yang dapat dinikmati secara unik sebab ritual budaya berjalan seiring dengan kehidupan sehari-hari. Kepercayaan adalah keyakinan terhadap sebuah takhayul, dan ritual yang dianut oleh seseorang secara turun temurun dari generasi ke generasi dalam suatu kebudayaan tertentu (wikipedia.com) Di Bali, kepercayaan masyarakatnya mempunyai keyakinan kepada politeisme (memuja banyak dewa), meski menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dikatakan bahwa pengaruh agama Hindu sejak awal munculnya hingga saat ini masih tetap mendominasi sistem kepercayaan masyarakat Bali (Supratikno Raharjo, Agus Aris Munandar, Susanto Zuhdi, 1998: 65).
3 Filosofi hidup atau kearifan lokal masyarakat bila dilihat dari kata katanya dalam bahasa Pali ialah Filos dan Sofi, artinya Filos itu Ilmu atau pengetahuan dan Sofi adalah kebijaksanaan. Pemahamannya adalah ilmu yang mempelajari tentang kebijaksanaan, bila dikaitkan dengan hidup, berarti mempelajari hidup secara bijaksana. Filosofi masyarakat Bali adalah filosofi yang menjaga keharmonisan hidup dan keberlangsungan budayanya yaitu Tri Hita Karana. Tiga kata yang berasal dari kata Sansekerta ini telah menjadi identitas budaya di Bali yang mempunyai makna tiga asal kebahagiaan yang meliputi keharmonisan manusia dengan Tuhan, keharmonisan manusia dengan sesama manusia dan keharmonisan manusia dengan alam. Dengan pesatnya perkembangan pariwisata di Bali yang dimulai dari tahun 1980-an sampai sekarang, pembangunan sarana pariwisata pun terus gencar dilakukan. Pembangunan sarana pariwisata ini dilakukan dibanyak tempat dan mempengaruhi masyarakat setempat dari berbagai segi baik positif maupun negatif. Efek positif dapat berupa mata pencaharian baru dan kemajuan fasilitas suatu wilayah, efek negatif dapat berupa kerusakan lingkungan, lunturnya budaya dan benturan dengan masyarakat sekitar. Selain itu efek negatif adanya pariwisata banyak lahan pertanian Bali yang beralih fungsi menjadi non pertanian. Disebutkan bahwa pertanian Bali selalu berasosiasi dengan subak dan bila sawah ini beralih fungsi maka eksistensi pura subak pun akan terganggu dan mengganggu aspek Tri Hita Karana. Terganggu pulalah kebudayaan Bali secara keseluruhan (I Gde Pitana, 2005:172). Adapun kutipan mengenai lunturnya kebudayaan Bali dengan datang turisme ke Bali nilai-nilai budaya dan ekspresi
4 seni Bali jangan sampai mengalami erosi yang fatal sebagai budaya itu sendiri yang pada awalnya merupakan daya tarik terbesar bagi pengembangan turisme ke Bali. (Mochtar Lubis, 1992:47) Untuk menghindari efek negatif ini, pembangunan pariwisata Bali yang merupakan pariwisata budaya harus memperhatikan aspek fisik dan nonfisik (sosial budaya dan kemasyarakatan) agar kawasan tersebut dapat sustain (berkelanjutan). Untuk mencapai keberlanjutan tersebut diperlukan harmonisasi antara pengembang dan pengelola dengan masyarakat dan lingkungan. Terkait dengan keberlanjutan pariwisata, efek negatif pengembangan pariwisata harus dieliminasi dan salah satunya oleh Tri Hita Karana karena Tri Hita Karana merupakan konsep mengenai harmonisasi yang sekaligus dapat menjaga kelestarian nilai-nilai budaya Bali. Seiring perkembangan dominasi pariwisata di Bali, konsep Tri Hita Karana mulai diadaptasi oleh hotel dan resort di Bali. Salah satu resort yang dapat dikatakan paling sukses mengimplementasikan Tri Hita Karana adalah Meliá Bali Villas and Spa Resort yang akrab disebut Meliá Bali. Selain karena konsep awal pembangunan Meliá Bali adalah konsep yang ingin memberikan kesan dan pengalaman tradisional Bali lewat Tri Hita Karana, Meliá Bali juga mempunyai komitmen terhadap lingkungan dimana lingkungan merupakan aspek yang dititikberatkan dalam pembangunan berkelanjutan. Karena implementasi Tri Hita Karana ini mempunyai tujuan berkelanjutan, salah satu tolak ukur keberlanjutan bagi Meliá adalah dari reputasi hotel yang baik buruknya dapat diukur dari penghargaan yang didapat.
5 Meliá Bali merupakan resort hotel bintang lima yang mempunyai komitmen terhadap lingkungan hidup, secara nasional telah menjadi Eco-Hotel setelah pengakuan yang diberikan oleh Badan Lingkungan Nasional pada tahun 2000 dan di tahun yang sama memperoleh sertifikasi dari badan pelestarian lingkungan internasional Green Globe dan menjadi hotel pertama diantara grup hotel-hotel Meliá seluruh dunia dan pertama untuk hotel-hotel di Bali, dan penghargaan Green Globe ini berlanjut ke tingkat berikutnya ke tahun 2006, dan pada 2007 mendapat predikat emas pertama di Indonesia, asia, dan diantara hotelhotel dibawah bendera Sol Meliá diraih Meliá Bali dengan sukses. Komitmen Meliá Bali terhadap lingkungan pun membuatnya dapat mencapai prestasi tiga kali berturut-turut sebagai pemenang gold (peringkat teratas) Tri Hita Karana Tourism Award. Saat ini Meliá menyandang gelar Emerald (penghargaan seumur hidup) karena telah mendapat penghargaan gold untuk yang keempat kalinya pada Tri Hita Karana Tourism Awards 2008. Tri Hita Karana Tourism Awards & Accreditations dan biasa disingkat THK Awards merupakan kompetisi dan akreditasi tahunan Pariwisata Ramah Lingkungan dalam Perspektif Tri Hita Karana yang diselenggarakan oleh media pariwisata Bali Travel News, Bali Post Group, sejak tahun 2000 hingga kini. Latar belakang adanya award ini karena asumsi Tri Hita Karana yang merupakan filosofi hidup masyarakat Bali yang beragama Hindu ini mempunyai interpretasi universal sebagai pijakan dalam pembangunan berkelanjutan dan perkembangan pembangunan pariwisata budaya di Bali serta dapat meredam konflik-konflik yang terjadi seiring perkembangan pembangunan pariwisata. Tri Hita Karana
6 Tourism Award adalah penghargaan tertinggi Pariwisata dan Lingkungan Propinsi Bali. Selain mendapat penghargaan tertinggi Pariwisata dan Lingkungan Propinsi Bali, dengan implementasi Tri Hita Karana ini ditemukan suatu fakta menarik bahwa dengan adanya Tri Hita Karana, hal ini menjadi penarik datangnya tamu dan repeater guest ke Meliá Bali. Hal ini mengindikasikan bahwa implementasi Tri Hita Karana di Meliá baik dalam segi pelayanan, arsitektur dan sumber daya manusianya dapat menjadikan suatu resort yang dicari oleh tamu untuk merasakan pengalaman Bali dan dapat dikatakan implementasi Tri Hita Karana adalah bagian dari keunikan dan keunggulan komparatif yang dimiliki Meliá Bali dibanding hotel dan resort lain. Dengan Tri Hita Karana sebagai filosofi masyarakat Bali yang diadaptasi dengan konsep hotel dalam Tri Hita Karana Tourism Awards yang mempunyai tujuan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan pariwisata berkelanjutan di Bali, Meliá Bali telah mencapai prestasi hotel bereputasi baik dengan mangimplementasikan konsep keharmonisan. Merujuk kepada penjelasan diatas, maka penulis melakukan penelitian tentang implementasi konsep Tri Hita Karana di Meliá Bali Villas and Spa Resort yang menunjang tujuan sebagai resort yang berkelanjutan dan menjaga kelestarian budaya Bali. Adapun judul penelitian ini adalah, Implementasi Tri Hita Karana sebagai Budaya Masyarakat Bali di Meliá Bali Villas and Spa Resort.
7 B. Identifikasi Masalah 1. Faktor apa saja yang mempengaruhi Meliá Bali Villas and Spa Resort untuk mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana? 2. Bagaimana pemenuhan kriteria Tri Hita Karana yang diimplementasikan di Meliá Bali Villas and Spa Resort? 3. Bagaimana pengaruh implementasi konsep Tri Hita Karana terhadap keberlanjutan Meliá Bali Villas and Spa Resort? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian Implementasi Tri Hita Karana sebagai Budaya Masyarakat Bali di Meliá Bali Villas and Spa Resort. adalah: 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Meliá Bali Villas and Spa Resort mengimplementasikan Tri Hita Karana. 2. Menganalisis seberapa besar kriteria konsep Tri Hita Karana telah dipenuhi oleh Meliá Bali Villas and Spa Resort. 3. Mengevaluasi pengaruh implementasi Tri Hita Karana terhadap Meliá Bali Villas and Spa Resort. 2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti menambah memperkaya wawasan pengetahuan dan mengenal budaya masyarakat Bali lebih dalam.
8 2. Bagi peneliti selanjutnya dan civitas akademis diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kepariwisataan dan budaya Bali khususnya serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran. 3. Bagi Meliá Bali Villas and Spa Resort mengetahui lebih dalam mengenai Tri Hita Karana dalam konsep teori pariwisata dan manfaatnya dalam keberlanjutan. 4. Bagi Pemerintah Daerah Bali sebagai masukan untuk sebuah model implementasi kearifan lokal yang mendukung pembangunan lingkungan pariwisata yang berkelanjutan untuk diimplementasikan di hotel maupun resort di Bali. D. Definisi Operasional Guna menghindari perbedaan penafsiran terhadap penelitian ini, berikut disajikan beberapa definisi operasional. 1. Tri Hita Karana adalah filosofi hidup masyarakat Hindu di Bali yang berisikan mengenai harmonisasi. Tri Hita Karana artinya tiga asal kebahagiaan. Dalam bahasa Sansekerta Tri artinya tiga, Hita artinya selamat/harmoni/bahagia yang diringkas menjadi kebahagiaan dan Karana yang berarti sebab atau asal. Tiga hal yang dimaksud adalah Parahyangan, Pawongan dan Palemahan. Parahyangan adalah hubungan harmonis antara Tuhan dan manusia, Pawongan adalah hubungan harmonis antara sesama manusia dan Palemahan adalah hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan.
9 2. Budaya atau kebudayaan adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa. Cipta adalah kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengalamannya, yang meliputi pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan. Karsa adalah kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal sangka paran. Dari mana manusia sebelum lahir (=sangkan), dan ke mana manusia sesudah mati (=paran). Hasilnya berupa norma-norma keagamaan/kepercayaan. Timbullah bermacam-macam agama, karena kesimpulan manusiapun bermacam-macam pula. Rasa adalah kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahan. Manusia merindukan keindahan dan menolak keburukan/kejelekan. Buah perkembangan rasa ini terjelma dalam bentuk berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan macam kesenian (Djojodiguno yang dikutip Djoko Widagdho dalam bukunya Ilmu Budaya Dasar 2004). 3. Pariwisata berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat (Piagam pariwisata berkelanjutan 1995).
10 E. Kerangka Pemikiran Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran UU Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, bagian menimbang poin c dinyatakan: Bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilainilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional. Kebudayaan Bali Tri Hita Karana Implementasi di Meliá Bali Villas and Spa Resort Penerapan konsep Tri Hita Karana dalam lingkup sumber daya manusia, lingkungan dan spiritual di Meliá Bali Villas and Spa Resort. Pemenuhan kriteria parahyangan, pawongan dan palemahan yang diadaptasi dengan konsep hotel di Meliá Bali sesuai dengan bidangnya. Resort dan Budaya yang berkelanjutan Sumber : UU Tentang Kepariwisataan No.10 Tahun 2009, hasil olahan peneliti.
11 Kerangka pemikiran penulis didasarkan kepada UU Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan bagian menimbang, poin c. Pada bagian ini dikatakan bahwa kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional. Penjelasan diatas tercermin dalam kebudayaan Bali yang terdapat dalam filosofi hidup masyarakat Hindu Bali yaitu Tri Hita Karana yang bertujuan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan menjaga kelestarian budaya Bali. Dengan implementasi konsep Tri Hita Karana yang disesuaikan dengan lingkup hotel dalam Tri Hita Karana Tourism Awards oleh Meliá Bali Villas and Spa Resort akan menghasilkan manfaat sebagai resort yang berkelanjutan dan budaya yang berkelanjutan.