VIX. KESIMPUL?LN DAN I MPLIKASI 7.1. Kesimpulan 7.1.1. Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983 dalam kurun waktu 1971-1990 sangat berfluktuasi. Tingkat pertumbuhan paling tinggi terjadi pada tahun 1973, dan paling rendah terjadi pada tahun 1982. Struktur produksi menunjukkan penurunan pangsa sektor primer dalam PDB cukup tajam, sementara itu peningkatan pangsa sektor sekunder relatif lambat. Terjadi ketimpangan pangsa nilai tambah dan pangsa tenaga kerja di sektor pertanian dibandingkan dengan sektor industri. Pada tahun 1971 di sektor pertanian terdapat pangsa nilai tambah sebesar 35,l persen dengan pangsa tenaga kerja sebesar 64,2 persen dan pada tahun 1990 pangsa nilai tambah berubah menjadi 19,8 persen dan pangsa tenaga kerja menjadi 57,2 persen. Di sektor industri pada tahun 1971 pangsa nilai tambah sebesar 12,l persen dengan tenaga kerja 6,5 persen dan pada tahun 1990 berubah menjadi pangsa nilai tambah 16,5 persen dan tenaga kerja 13.3 persen. 7.1.2. Dalam periode kebijaksanaan substitusi impor (1971-1985) tingkat pertumbuhan PDB sektor pertanian atas dasar harga konstan tahun 1983 paling tinggi terjadi dalam periode 1975-1980 yaitu 3.8 persen dan paling rendah dalam periode 1980-1985 yaitu 3.4 persen.
Sementara itu dalam periode orientasi ekspor (1985-1990) tingkat pertumbuhan sektor pertanian sebesar 3.2 persen. Tingkat pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan relatif stabil, sedangkan subsektor lainnya relatif meningkat, kecuafi kehutanan. Pangsa subsektor tanaman bahan makanan tetap dominan, walaupun pangsa subsektor lainnya menunjukkan peningkatan, kecuali subsektor kehutanan. Struktur produksi sektor pertanian pada tahun 1971 menurut urutan pangsa terhadap PDB adalah tanaman bahan rnakanan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan. Pada tahun 1985 terjadi perubahan urutan yaitu peternakan menjadi urutan ketiga dan kehutanan menjadi urutan terakhir. Pada tahun 1990 urutan struktur produksi sama dengan tahun 1985. Dari tahun 1971 sampai dengan 1990 terjadi proses industrialisasi dimana terjadi peningkatan pangsa sektor industri dan penurunan pangsa sektor pertanian yang cukup tajam, akan tetapi struktur produksi sektor pertanian relatif tidak berubah..1.3. Pertumbuhan sektor pertanian sangat di dominasi oleh konsumsi swasta (KS). Dalam periode 1971-1985, sumbangan konsumsi swasta (KS) terhadap subsektor tanaman bahan makanan cenderung menurun, ha1 ini merupakan implementasi hukum Engel, tetapi dalam periode 1985-1990 sedikit meningkat. Sumbangan
konsumsi swasta terhadap pertumbuhan subsektor peternakan dan perikanan cenderung menurun dalam kedua periode tersebut, tetapi disertai dengan peningkatan perkembangan ekspor (EE). Sumbangan pembentukan modal tetap (MT) bagi pertumbuhan ketiga subsektor ini relatif kecil. Walaupun demikian di sub sektor tanaman bahan makanan dan peternakan terjadi peningkatan, tetapi di subsektor perikanan terjadi penurun dalam kedua periode tersebut. Sumbangan perdagangan internasional bagi pertumbuhan subsektor perkebunan dan kehutanan relatif besar dibandingkan subsektor lainnya. Bagi subsektor perkebunan disamping konsumsi swasta (KS), perkembangan ekspor (EE) memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi pertumbuhan, dalam kedua periode tersebut, Sumbangan pembentukan modal tetap (MT) terhadap pertumbuhan subsektor kehutanan cukup dominan, tetapi terhadap perturnbuhan subsektor perkebunan relatif kkcil. 7-1-4- Sumbangan perdagangan internasional terhadap pertumbuhan sektor pertanian diukur dengan besarnya komponen substitusi impor (SI) dan perkembangan ekspor (EE). Dalam periode 1971-1985 sumbangan substitusi impor (SI) bagi subsektor tanaman bahan makanan, peternakan dan perikanan cenderung meningkat. Keadaan ini menggambarkan bahwa kebijaksanaan substitusi impor (SI) cukup memacu
ketiga subsektor ini untuk mengarah ke swasembada. Akan tetapi dalam periode 1985-1990 terjadi peningkatan impor di ketiga subsektor tersebut. Di subsektor perikanan menunjukkan sumbanagan perkembangan ekspor (EE) yang relatif besar. Dalam periode 1971-1985 sumbangan substitusi impor (SI) bagi subsektor perkebunan cenderung meningkat. Sumbangan perkembangan ekspor (EE) bagi pertumbuhan subsektor perkebunan cukup berarti, terutama dalam periode 1971-1980. Dalam periode 1980-1985 terjadi penurunan. ha1 ini antara lain disebabkan kebijaksanaan pemerintah yang berupa pembatasan ekspor minyak kelapa sawit. Sumbangan substitusi impor (SI) bagi pertumbuhan subsektor kehutanan cenderung meningkat dalam periode 1971-1985 dan menurun dalam periode 1985-1990. Sumbangan perkembangan ekspor (EE) dalam periode 1971-1980 cukup besar, tetapi dalam periode 1980-1985 menurun tajam, ha1 ini antara lain disebabkan kebijaksanaan pemerintah tentang pembatasan ekspor kayu gelondongan. Dalam periode 1985-1990, sumbangan perkembangan ekspor (EE) sedikit meningkat. 7-1.5- Perubahan teknologi sumbangannya terhadap pertumbuhan sektor pertanian pada umumnya relatif kecil, kecuali bagi subsektor tanaman bahan makanan terutama dalam periode 1971-1985. Dalam periode tersebut dicapai
swasembada beras. 7,1.6. Tingkat pertumbuhan sektor industri relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian, baik dalam periode kebijaksanaan substitusi impor maupun orientasi ekspor. Sumber-sumber pertumbuhan sektor pertanian didominasi oleh konsumsi swasta (KS), dan sektor industri didominasi oleh empat sumber pertumbuhan yang relatif sama kuat yaitu konsumsi swasta (KS), perkembangan ekspor (EE), pembentukan modal tetap (MT) dan perubahan teknologi (PT). 7-1.7. Bagi sub sektor dalam lingkup sektor pertanian dengan tingkat pertumbuhan relatif tinggi tidak menunjukkan keterkaitan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya pertumbuhan sub sektor pertanian kurang merangsang sektor lainnya untuk berkembang melalui transaksi domestik, oleh karena masih terdapat ketergantungan kepada komponen impor. 7.1.8. Keterkaitan ke belakang maupun ke depan sektor pertanian cenderung meningkat walaupun masih lemah. Masih lemahnya keterkaitan ke depan merupakan indikasi belum terisinya industri pengolahan hasil pertanian yang lebih hilir. Multiplier kesempatan kerja di sektor pertanian semakin menurun, penurunan paling tajam terjadi di subsektor tanaman bahan makanan. Diduga subsektor ini terdapat pengangguran tidak kentara yang cukup padat pada masa lalu.
7.1.9. Industri pengolahan hasil pertanian berpotensi untuk dikembangkan dalam menarik peranan pertanian dalam industrialisasi, karena beberapa aspek industri pengolahan hasil pertanian yang menguntungkan sektor pertanian yaitu penyerapan tenaga kerja, pasar bagi komoditi pertanian, kemampuan ekspor, impor yang relatif kecil. 7-1-10. Periode kebijaksanaan substitusi fmpor kurang mencerminkan periode persiapan memperkuat perekonomian dalam negeri untuk mampu bersaing di pasar internasional. Hal ini ditunjukkan oleh kuranq meningkatnya sumbangan perkembangan ekspor (EE) dalam pertumbuhan setelah periode kebijaksanaan substitusi impor, khususnya pada sektor industri. Penjelasan ini diperkuat oleh lemahnya keterkaitan antara sektor industri dengan sektor pertanian. 7-1-11. Ada kecenderungan terjadi diversifikasi ekspor komoditi pertanian, walaupun kurang berarti. Diversivikasi ekspor hasil industri non migas berkembang cepat mulai tahun 1980, terutama industri pengolahan hasil pertanian. 7.2. Implikasi Kebijaksanaan 7.2.1. Kebijaksanaan substitusi impor mengakibatkan nilai tukar sektor pertanian menurun. Hal ini memperlambat investasi yang berakibat memperlambat pertumbuhan
sektor pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian yang semula meningkat kemudian menurun disertai oleh perubahan struktur produksi sektor pertanian yang relatif kecil. Dipihak lain disamping kesenjangan investasi, timbul berbagai kesenjangan seperti kesempatan kerja, nilai tambah dan perubahan teknologi. oleh karena itu berbagai kebijaksanan yang mendesak di masa yang akan datang adalah lebih menajamkan sasaran pembangunan kepada peningkatan investasi dan perubahan teknologi yang lebih merata di sektor pertanian. 7.2.2. Kebi j aksanaan pasca substitusi impor selayaknya adalah deregulasi disektor pertanian yang serempak dengan sektor-sektor lain yang berkaitan dengan sektor-sektor pertanian. 7.2.3. Mengingat bahwa sumber pertumbuhan utama sektor pertanian maupun industri pengolahan hasil pertanian didominasi oleh konsumsi swasta (KS), maka daya beli konsumen yang sebagian besar bertempat tinggal di pedesaan. selayaknya ditingkatkan. Ini dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia tentang industri di pedesaan dan mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian. Untuk mengurangi kesenjangan kesempatan kerja, dan meningkatkan pendapatan perlu mendorong
pertumbuhan industri pengolahan hasil pertanian. 7.2.4. Dalam menentukan kebijaksanaan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian, kebijaksanaan diversifikasi perlu dikaitkan dengan sumber-sumber pertumbuhan dan keterkaitan antar sektor. Oleh karena itu, proporsi diversifikasi selayaknya dikembangkan dengan mengembangkan industri hilir. 7.2.5. Masih lemahnya keterkaitan ke depan antara sektor pertanian dengan industri pengolahan mengisyaratkan belum terisinya industri pengolahan hasil pertanian yang lebih hilir. Kebijaksanaan untuk mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian yang lebih hilir seyogyanya dikaitkan dengan meningkatkan usaha memperoleh informasi lengkap tentang pasar internasional maupun domestik. Dengan demikian pengembangan industri pengolahan hasil pertanian akan berorientasi kepada pasar. 7.2.6, Meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan pertanian melalui perubahan teknologi, diperlukan untuk menanggulangi masalah semakin sempitnya lahan pertanian. Perubahan teknologi dihadapkan kepada permintaan hasil pertanian yang inelastis akan menekan harga. Hendaknya perubahan teknologi diarahkan kepada komoditi yang permintaannya relatif lebih elastis, bila mungkin berorientasi ke pasar internasional.
7.2.7. Saran untuk penelitian yang akan datang adalah sebagai berikut : Dalam hubungan dengan perencanaan pertumbuhan sektor pertanian, pemahaman tentang pertumbuhan dan perubahan struktur pertanian masa yang lalu mutlak perlu- Tabel input output Indonesia menampilkan struktur ekonomi dan keterkaitan antar sektor pada suatu tahun tertentu. Sampai saat ini terdapat data seri tabel input output Indonesia yaitu tahun 1971, 1975, 1980 dan 1985. Walaupun kerangka dasar yang dipakai dalam setiap penyusunan sama. tetapi berbeda dalam ha1 agregasi, cakupan dan konsistensi. Sehubungan dengan itu perlu diperhatikan hal-hal tersebut untuk tabel input output Indonesia tahun-tahun yang akan datang. Disamping tabel input output yang disa j ikan dalam harga yang berlaku, perlu penelitian untuk merancang tabel input dengan harga konstan. Diperlukan penelitian untuk merancang tabel input output yang cocok untuk perencanaan pbmbangunan berkelanjutan yang memperhitungkan biaya ekonomi yang tidak tercermin dalam transaksi pasar, tetapi menimbulkan kerusakan lingkungan.