GAMBARAN POLA TERAPI KANKER PAYUDARA DENGAN KEMOTERAPI PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Anggra Olgabella Esthetica Aragon, Fitria Dyah Ayu Surya Negara Program Studi Farnasi Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km. 14,5 Sleman-Yogyakarta 55581 ABSTRACT Background: Breast canceri ncidencse until now still become the highest type of cancer in Indonesia. The terapy can performed by the several ways, one of this is by chemotherapy. Objectives:This study aimed to describe the pattern of treatment and the type of chemotherapy drug used in breast cancer with chemotherapy inpatients National Health Insurance (JKN) at Dr Dr. Sardjito. Methods:Research is an observational study with cross sectional study design and data retrospective methods of data collection through the medical records of patients. The total study sample was 126 patients with 205 cases that met the inclusion criteria, the most patient age range is at 46-55 years (44.4% of total patients). The hingest severity level of patients is severity level I (76.1%). Result: Chemotherapy drugs used in each patient varies according to the condition and severity of disease. Chemotherapy drugs also cause adverst events during treatment. However, only a small proportion of patients who experienced adverse events (nausea and vomiting 2.4% and 0.5% decreased appetite). It because before being given the chemotherapy drug, the patient was given premedication with dexametason, ondansetron, ranitidine and diphenhydramine injection. Conclusion A chemotherapy drug that is most widely used is a combination of doxorubicin and cyclophosphamide in 65 cases. Keywords : breast cancer, chemoteraphy drug, premedication PENDAHULUAN Prevalensi penyakit kanker di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Jenis kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Estimasi International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, angka kejadian kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan (Depkes, 2014). 1
Kanker payudara dapat diterapi melalui beberapa cara, salah satunya adalah dengan kemoterapi. Jenis obat kemoterapi yang diberikan pada setiap pasien berbeda. (Lidgren, 2007). Kemoterapi diberikan beberapa kali dengan interval waktu tertentu yang disebut dengan siklus dengan penggunaan obat kemoterapi dosis tertentu, baik dengan agen kemoterapi tunggal maupun secara kombinasi (ACS, 2013). Penggunaan obat kemoterapi juga memiliki efek samping yang muncul dan tergantung dari tipe obat yang digunakan, dosis obat, serta lama terapi yang dilakukan, antara lain : penurunan sel darah putih (leukopenia) dan penurunan sel darah merah (anemia), kerontokan rambut, mual muntah, neuropati, dan efek samping lainnya (Dipiro, 2008). Kondisi dan tingkat keparahan penyakit merupakan salah satu pertimbangan dalam menentukan regimen kemoterapi yang tepat agar pasien mendapatkan hasil yang optimal dengan biaya dan efek samping yang minimal. Penelitian sebelumnya pada pasien kemoterapi kanker payudara Jamkesmas yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2011 diperoleh hasil kombinasi siklofosfamid dan doksorubisin digunakan sebagai pilihan dalam pengobatan kanker payudara di RSUP Dr. Sardjito karena kombinasi ini memiliki efektivitas yang tinggi, biaya yang lebih murah serta efek samping yang minimal (Safitri, 2014). Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bertujuan untuk memberikan perlindungan kesehatan sebagai kebutuhan dasar kesehatan pada setiap peserta JKN (Kemenkes RI, 2014a). Rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan perlu terus melakukan pemilihan terapi yang tepat, pengendalian mutu dan biaya sehingga rumah sakit lebih efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien (Kemenkes RI, 2013a). Penelitian ini bertujuan mengetahui pola terapi kanker payudara dengan kemoterapi pasien rawat inap peserta JKN di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang merupakan rumah sakit rujukan utama pengobatan kanker payudara di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang bekerja sama dengan BPJS dalam pelaksanaan JKN. METODE PENELITIAN Penelitian bersifat observasional dengan rancangan cross sectional. Metode pengambilan data dilakukan secara retrospektif dengan melakukan penelusuran dokumen rekam medik pasien kanker payudara dengan kemoterapi. Populasi target penelitian adalah semua pasien yang menjalani kemoterapi 2
dengan riwayat kanker payudara yang tercatat dalam rekam medik di RSUP. Dr. Sardjito pada bulan Maret 2014-Februari 2015. Penentuan sampel dalam penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien rawat inap kelas perawatan 1, 2 dan 3 peserta JKN dengan diagnosis utama kanker payudara yang menjalani prosedur kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan kode diagnosa INA CBGs C-4-13-I, C-4-13-II, dan C-4-13-III, di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta periode Maret 2014-Februari 2015. Kriteria ekslusi penelitian adalah pasien JKN kelas perawatan VIP dan dengan perpindahan kelas perawatan Pasien meninggal dunia selama periode penelitian. Pengambilan data dilakukan melalui dokumen rekam medik pasien dibagian instalasi catatan medik di RSUP. Dr.Sardjito untuk mengetahui gambaran usia, tingkat keparahan, premedikasi, terapi, dan efek samping kemoterapi. Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran distribusi pasien terkait dengan usia pasien, untuk mengetahui gambaran distribusi tingkat keparahan, gambaran premedikasi dan terapi, serta memberikan gambaran efek samping selama pengobatan. Analisis dilakukan dengan cara menghitung persentase jumlah masing-masing variabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Subyek penelitian merupakan pasien kanker payudara dengan kemoterapi peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode Maret 2014-Februari 2015. Berdasarkan data penelitian diperoleh 126 pasien dengan 205 kasus/episode perawatan yang memenuh kriteria inklusi. Karakteristik Usia Tabel I menunjukkan karakteristik pasien berdasarkan pengelompokkan usia menurut Departemen Kesehatan RI (Depkes RI, 2009). Berdasarkan data tabel I, pasien pada rentang usia 46-55 tahun memiliki jumlah tertinggi dengan 56 pasien atau 44,4% dari 126 pasien. Berdasarkan penelitian, resiko kejadian kanker payudara meningkat seiring usia. Secara umum kasus kanker payudara terjadi pada perempuan dengan usia lebih dari 40 tahun karena pada rentang usia tersebut disertai faktor menopause, penambahan berat badan, riwayat kanker, dan faktor resiko lain. Jumlah pasien dengan usia 65 tahun lebih sedikit yang mendapatkan prosedur kemoterapi karena sudah masuk usia manula sehingga perlu dihindari resiko dari kemoterapi (Dipiro, 2008) 3
Tabel I. Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia Karakteristik pasien Jumlah Persentase (%) Usia 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun 65 tahun 10 35 56 22 3 7,9 27,8 44,4 17,5 2,4 Jumlah 126 100% Karakteristik Tingkat Keparahan Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus kemoterapi tingkat keparahan ringan (C-4-13-I) lebih banyak dibandingkan dengan tingkat keparahan sedang (C-4-13- II) dan berat (C-4-13-III). Besarnya kasus perawatan pada tingkat keparahan ringan dikarenakan RSUP Dr. Sardjito merupakan salah satu rumah sakit rujukan utama pasien kanker payudara untuk wilayah Yogyakarta sehingga penyakit kanker bisa cepat ditangani. obat kemoterapi hanya dapat diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat II dan tingkat III. RSUP Dr. Sardjito merupakan fasilitas kesehatan tingkat III yang memiliki kemampuan fasilitas kesehatan dan kompetensi sumber daya manusia kesehatan untuk memberikan obat kemoterapi (Kemenkes RI, 2014b). Kasus perawatan tingkat keparahan sedang dan berat lebih rendah karena penanganan yang intensif pada proses pencegahan terjadinya metastase pada sel kanker dan mengurangi jumlah komplikasi yang diderita pasien sehingga mengurangi jumlah pasien yang masuk kategori ini (Safitri, 2014). Disamping itu, tindakan kemoterapi hanya dapat diberikan pada pasien yang memenuhi persyaratan kemoterapi sebagai acuan untuk menentukan dapat atau tidaknya pasien diberikan obat kemoterapi (Joshi, 2013) Tabel II. Karakteristik Tingkat Keparahan Tingkat Keparahan Kemoterapi Ringan (C-4-13-I) Kemoterapi Sedang (C-4-13-II) n 156 31 Persentase (%) 76,1 15,1 4
Kemoterapi Berat (C-4-13-III) 18 8,8 Jumlah 205 100% Keterangan: n (jumlah kasus) Premedikasi Sebelum dilakukan kemoterapi, pasien diberi obatobat premedikasi untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan dari obat-obat kemoterapi. Tabel III. Obat Premedikasi Jenis Obat Dexamethasone inj Ondansetrone inj Ranitidine inj Diphenhydramine inj Keterangan: n (jumlah kasus) Tabel III menunjukkan bahwa dexamethasone injeksi, ondansetrone injeksi, ranitidine injeksi, dan diphenhydramine injeksi merupakan obat yang digunakan sebagai obat premedikasi kemoterapi. Setiap pasien mendapatkan obat premedikasi yang berbedabeda disesuaikan dengan kondisi pasien dan obat kemoterapi yang akan diberikan sehingga satu pasien bisa mendapatkan lebih dari satu obat premedikasi. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi resiko terjadinya n (205) 190 170 151 121 Persentase (%) 92,7 82,9 73,7 59,0 efek samping dari obat-obat kemoterapi. Premedikasi pada pasien kanker payudara di RSUP Dr. Sardjito selain menggunakan obat-obatan juga menggunakan cairan infus. Obat-obatan premedikasi tersebut merupakan obat-obatan yang masuk dalam daftar Formularium Nasional (Kemenkes RI, 2013b). Hal ini menunjukkan bahwa RSUP Dr. Sardjito sudah memenuhi standar obat Formularium Nasional dalam pelaksanaan JKN. Regimen Kemoterapi Yang Digunakan 5
Umumnya kemoterapi pada kanker payudara stadium I dan II sebagai kemoterapi adjuvant (diberikan setelah operasi dan atau dengan radiasi yang bertujuan untuk membunuh sel yang telah bermetastase), pada stadium III merupakan kemoterapi neo adjuvant (diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa tumor yang biasanya disertai dengan radioterapi), sedangkan pada stadium IV kemoterapi merupakan kemoterapi utama untuk eradikasi sel kanker yang bermetastasis. Kanker payudara yang telah bermetastasis biasanya sulit disembuhkan, dan kemoterapi yang diberikan lebih banyak untuk tujuan paliatif, memperpanjang waktu hidup, mengendalikan gejala, dan memaksimalkan kualitas hidup pasien (Roche, 2010). Kemoterapi diberikan beberapa kali dengan interval waktu tertentu yang disebut dengan siklus. Siklus kemoterapi adalah penggunaan kemoterapi dengan dosis tertentu, baik dengan agen kemoterapi tunggal maupun secara kombinasi yang kemudian diikuti dengan beberapa hari atau minggu tanpa terapi. Hal ini bertujuan untuk memberikan waktu bagi sel normal untuk memperbaiki diri dari efek samping kemoterapi. Jumlah siklus kemoterapi yang diberikan ditentukan sebelum pasien menjalani kemoterapi didasarkan pada tipe dan stadium kanker yang dialami (ACS, 2013). Tabel IV merupakan gambaran terapi yang digunakan untuk satu siklus kemoterapi pasien kanker payudara. Gambaran rencana penggunaan regimen kemoterapi secara umum pada pasien kanker payudara di RSUP Dr. Sardjito dapat dilihat dari tabel V. Tabel IV. Penggunaan Obat Kemoterap Obat Kemoterapi Jumlah kasus Persentase Doxorubicin + Cyclophosphamide 65 31,71 Doxorubicin + Cyclophosphamide + 5-Fluoroura 40 19,51 Paclitaxel 30 14,63 Carboplatin + Paclitaxel 16 7,80 Carboplatin + Gemcitabine 14 6,83 Obat Kemoterapi Jenis Lain 40 19,52 Jumlah 205 100 Tabel V. Rencana Penggunaan Regimen Kemoterapi Regimen Kemoterapi Jumlah pasien AC-T (Cyclophosphamide+Doxorubicin Paclitaxel) 52 41,3 Persentas e 6
CAF (Doxorubicin + Cyclophosphamide + 5-Fluorouracil) 18 14,3 Carboplatin + Gemcitabine 10 7,9 AC (Cyclophosphamide+Doxorubicin) 4 3,2 Regimen Kemoterapi Lain 34 26,98 Jumlah 126 100 Tabel 4.8 ditunjukkan bahwa regimen kemoterapi yang paling banyak digunakan adalah regimen AC-T (Cyclophosphamide+ Doxorubicin Paclitaxel) yang digunakan pada 52 pasien kanker payudara dengan kemoterapi. Regimen ini merupakan regimen lini pertama untuk pengobatan kanker payudara. Hal ini sesuai dengan prinsip kemoterapi Efek Samping Kemoterapi dimana kemoterapi yang paling efektif adalah apabila digunakan secara kombinasi karena dengan penggunaan secara kombinasi sel kanker dapat dibunuh melalui beberapa mekanisme kerja yang berbeda sehingga dapat membunuh lebih banyak sel kanker dan dapat mengurangi resistensi sel kanker terhadap obat-obat kemoterapi (Dipiro, 2008) Tabel VI. Gambaran Efek Samping Efek Samping n Persentase (n=205) Tidak Mengalami Efek Samping 199 97,1% demam (suhu >38 0 ) - - Mual / Muntah 5 2,4% diare - - konstipasi - - nafsu makan turun 1 0,5% reaksi alergi - - ekstravasasi - - Jumlah 205 100% Penelitian memberikan gambaran efek samping mengacu pada form pemantauan jenis efek samping obat kemoterapi yang terdapat pada berkas rekam medis pasien. Tabel VI menunjukkan sebagian kecil pasien yang mengalami efek samping dari pemberian obat kemoterapi. Ini disebabkan pasien sudah diberikan obat premedikasi untuk mengurangi kejadian efek samping tersebut. Efek samping mual merupakan mayor ketoksikan 7
yang umum terjadi pada penggunaan agen kemoterapi Cyclophosphamide, Doxorubicin, Fluorouracil dan Paclitaxel. Agen Doxorubicin, Fluorouracil dan Paclitaxel. Agen kemoterapi, metabolisme atau neurotransmiter dari obat-obat kemoterapi mungkin memicu reseptor dopamin atau serotonin di organ gastrointestinal (GI), the chemorerector trigger zone (CTZ) atau sistem saraf pusat (SSP), dimana berperan penting dalam proses terjadinya mual. Emesis biasanya terjadi di hari pertama saat kemoterapi dan kadang bertahan hingga beberapa hari setelah penatalaksaaan terapi. DAFTAR PUSTAKA 1. American Cancer Society [homepage on the internet]. America: Principles of Chemotherapy; 2013, [Cited 01 Desember 2014)]. Available from: http://www.cancer.org 2. Departemen Kesehatan RI, 2009, Profil Kesehatan Indonesia 2008, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 3. Departemen Kesehatan RI [halaman di internet]. Indonesia: Hilangnya Mitos Tentang Kanker. 2014, diakses pada tanggal 19 Oktober 2014. Diambil dari http://www.depkes.go.id/artic le/print/201407070001/hilangk an-mitos-tentang-kanker.html Kebanyakan pasien yang menerima agen kemoterapi Cyclophosphamide, Doxorubicin, Fluorouracil dan Paclitaxel diperlukan antiemetik sebelum dan sesudah kemoterapi untuk beberapa hari supaya mengontrol symptom (Koda- Kimble, 2008). KESIMPULAN Penggunaan terapi kanker payudara dengan kemoterapi terbanyak pada pasien rawat inap peserta JKN di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta adalah kombinasi doxorubicin dan cyclophosphamide. 4. Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, and Posey LM. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 7th ed. The McGraw Hills Company. United States of America; 2008 5. Joshi A, Otty Z, Sabesan, Varma S. Medical Oncology Handbook For Junior Medical Officer. James Cook University. Queensland. 2013, 6. Kementerian Kesehatan RI, 2013a, INA CBGs: Untuk Pelayanan Rumah Sakit Lebih Baik, Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta 7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013b, 8
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 328/MENKES/SK/VIII/2013 Tentang Formularium Nasional, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014a, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014b, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta 10. Koda-Kimble MA, Young LY, Kradjan WA, Guglielmo BJ, Alldredge BK, and Corelli RL. Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs. 9th ed. Lippincott, Williams and Wilkins, United States of America; 2008 11. Lidgren M. Wilking N, Jonsson B, Cost of Breast Cancer in Sweden 2002. European Journal of Health Economics, 2007;8(1):5-15 12. Roche, H., dan Vahdat, L. T., 2010, Treatment of MetastaticBreast Cancer : second Line and Beyond. Annals of Oncology, 22:1000-1010 13. Safitri R. Analisis Biaya Dan Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pengobatan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara Jamkesmas Rawat Inap Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 2014 14. Sukandar EY. ISO Farmkoterapi 2. Ikatan Apoteker Indonesia. Jakarta. 2011 9