I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

I. PENDAHULUAN. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No 19 tahun 2005, tentang tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

I. PENDAHULUAN. demi peningkatan kualitas maupun kuantitas prestasi belajar peserta didik,

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

BAB I PENDAHULUAN. menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Ada perbedaan peningkatan nilai tes akhir dan nilai tes awal ranah

BAB I PENDAHULUAN. soal matematika apabila terlebih dahulu siswa dapat memahami konsepnya.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. kepada siswa sejak tingkat dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered karena tidak memerlukan alat

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

I. PENDAHULUAN. Perasaan kurang minat dan susah mengerti akan suatu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan,

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

I. PENDAHULUAN. karena pembelajarannya mengandung unsur-unsur ilmiah yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

I. PENDAHULUAN. informasi, ide, keterampilan, nilai, dan cara berpikir. Proses pembelajaran. siswa yang pasif dalam mengikuti pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. diharuskan memiliki profesionalisme yang tinggi dalam proses belajar- mengajar.

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

I. PENDAHULUAN. tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman, 2011). Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses perkembangan dan penyesuaian seseorang. dengan lingkungan masyarakat dan kebudayaan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran tipe giving question and getting answer dengan group resume

Penerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait bertujuan menghasilkan Sumber Daya Manusia ( SDM ) Indonesia yang terdidik dan berkualitas. Untuk mencapai tujuan itu, proses pendidikan harus menggunakan standar baku yang disesuaikan dengan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2007 tentang standar proses yang mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Mengacu pada hal tersebut, maka proses pembelajaran harus diawali dengan perencanaan, kemudian pelaksanaan pembelajaran dilanjut dengan mengvaluasi dan mengawasi hasil pembelajaran. Dengan semua hal tersebut diharapkan dapat berdampak langsung terhadap prestasi belajar peserta didik yang ditandai dengan terbentuknya manusia Indonesia yang terdidik dan berkualitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah adalah dengan cara melalui perbaikan proses pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang pembelajaran disekolah telah muncul dan berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai personil

2 yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru didalam dunia pembelajaran. Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, mengatakan bahwa proses pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Ketentuan dari standar ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing lulusan untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta persaingan global dengan tanpa membatasi kreatifitas pada satuan pendidikan untuk melakukan pembaharuan proses pembelajaran. Standar proses pembelajaran ini menggunakan paradikma pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, sehingga pendidik harus memperhatikan keragaman dan keunikan peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya. Untuk itu semua maka seorang pendidik dituntut memiliki kompetensi sebagaimana diterapkan dalam standar pendidikan dan tenaga pendidikan. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah yaitu proses pembelajaran yang merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah yang di dalamnya terdapat interaksi antara guru, materi, dan siswa. Proses pembelajaran tentunya akan melibatkan sarana dan

3 prasarana seperi; metode, model pembelajaran, media, dan penataan lingkungan tempat belajar sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar penciptaan lingkungan mencapai hasil yang optimal, guru harus memahami berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yang nantinya akan dipraktikkan dalam kegiatan mengajar. Salah satu permasalahan pendidikan di sekolah yang secara langsung berdampak dengan siswa adalah pembelajaran, kita lihat sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmisif dengan mentransper konsep-konsep secara langsung pada siswa. Dalam pandangan ini, secara pasif siswa menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru. Pembelajaran hanya sekedar menyampaikan fakta, konsep, prinsip dan keterampilan kepada siswa. Penyelenggaraan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terutama materi fisika di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimaksudkan sebagai wahana atau sarana untuk melatih siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah, memiliki keterampilan proses sains serta dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif. Dikatakan oleh BSNP, bahwa dalam penerapanya mata pelajaran IPA memiliki peranan penting dalam perkembangan manusia, baik dalam hal perkembangan teknologi yang dipakai untuk menunjang kehidupanya maupun dalam hal

4 penerapan konsep IPA dalam kehidupan bermasyarakat baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial, serta budaya. Pembelajar IPA disekolah sebaiknya : 1. memberikan pengalaman pada siswa sehingga mereka kompeten dalam melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, 2. menanamkan pada siswa pentinggnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (menguji hipotesis), 3. latihan berfikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar IPA terutama materi fisika sebagai penerapan masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi disekeliling mereka, 4. memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai kemampuan IPA dalam menyelesaikan berbagai masalah fisika dalam kehidupan sehari-hari. Kecenderungan pembelajaran IPA terutama materi fisika hanya mempelajari fisika secara produk, menghafal konsep serta teori-teori dan hukum. Guru menggunakan beberapa model pembelajaran tetapi dengan tidak maksimal. Cara pembelajaran seperti ini mangakibatkan siswa pada umumnya hanya mengenal banyak peristiwa fisika secara hafal tanpa mereka memahami apa yang mereka hafalkan tersebut. Cara belajar seperti ini yang menyebabkan munculnya kejenuhan siswa pada pelajaran fisika.

5 Pembelajaran seperti ini sesungguhnya menunjukkan suatu kegagalan, karena sebagian besar siswa tidak mengetahui betul apa yang sedang mereka pelajari. Apabila diberi tugas oleh guru siswa tidak menekuni mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tersebut tetapi mereka hanya bermain-main dan bercanda dengan temannya. Berdasarkan hasil nilai ulangan harian mata pelajaran IPA ganjil siswa kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun 2012/2013, diketahui bahwa prestasi belajar siswa belum mencapai nilai maksimal dikarenakan KKM yang berlaku di sekolah sebesar 72 belum tercapai seluruhnya. Ada beberapa Kopetensi Dasar yang belum tuntas terlihat dari analisis soal ulangan harian siswa. Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung karena penerapan kegiatan pembelajaran IPA di SMP Negeri 20 Bandar Lampung belum menerapkan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam pembelajaran di kelas. Tabel 1.1 Analisis Ketuntasan KD Soal Ulangan Harian Siswa Mata Pelajaran IPA Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012-2013 di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. No Standar Kopetensi Kompetensi Dasar Indikator No Soal Ket 1. 3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 3.3 Mendeskripsikan prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya serta penerapanya dalam kehidupan sehari-hari. 1. Menyelidiki gaya gerak listrik suatu sumber arus listrik. 2. Membedakan elemen listrik primer dan elemen listrik sekunder. 1 2 Tuntas Tuntas

6 3.4 Mendeskripsikan hubungan energi dan daya listrik serta pemanfaatann ya dalam kehidupan sehari-hari. 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi energi listrik. 2. Menyelidiki hubungan antara energi listrik dengan tegangan listrik. 3. Menjelaskan cara melakukan penghematan dalam menggunakan energi. 3 4 5 Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Sumber : analisis nilai ulangan harian siswa SMP Negeri 20 Bandar Lampung Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa pada Kopetensi Dasar 3.4 tepanya pada indikator 3.4.1 dan indikator 3.4.2 siswa tidak tuntas. Hal ini terlihat pada KD 3.3 di indikator 3.3.1 skor maksimal 125, sekor perolehan siswa 105 sedangkan daya serap siswa 80 sehingga indikator 3.3.1 dikatakan tuntas. Pada KD 3.3 di indikator 3.3.2 skor maksimal 62, sekor perolehan siswa 45 sedangkan daya serap siswa 72,5 sehingga indikator 3.3.2 dikatakan tuntas. Pada KD 3.4 di indikator 3.4.1 skor maksimal 155, sekor perolehan siswa 97 sedangkan daya serap siswa 62,5 sehingga indikator 3.4.1 dikatakan belum tuntas. Pada KD 3.4 di indikator 3.4.2 skor maksimal 186, sekor perolehan siswa 102 sedangkan daya serap siswa 54,8 sehingga indikator 3.4.2 dikatakan belum tuntas. Dan pada KD 3.4 di indikator 3.4.2 skor maksimal 93, sekor perolehan siswa 80 sedangkan daya serap siswa 86 sehingga indikator 3.3.2 dikatakan tuntas. Analisis jawaban siswa dapat dilihat pada lampiran 10.

7 Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa diketahui bahwa pembelajaran fisika kurang mereka sukai karena mereka kurang memahami apa yang sebenarnya mereka pelajari. Guru kurang memberikan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mereka pahami. Selama ini guru tidak mengajak siswa aktif dalam pembelajara, siswa hanya mendengarkan apa yang guru sampaikan saja setelah itu guru memberikan latihan dan tugas sehingga siswa merasa bosan dengan metode belajar yang selama ini dilakukan oleh guru. Berbagai kesulitan dalam mempelajari IPA fisika tersebut membuat siswa tidak tertarik dan cenderung menjauhi IPA fisika. Seharusnya guru IPA membuka paradikma baru dalam menentukan model pembelajaran IPA fisika di kelas yang dapat membuat siswa tertarik. Sudah saatnya merubah IPA yang selama ini dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan menakutkan berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan dan mengasikkan. Kegiatan pembelajaran IPA dilakukan dengan mengaitkan antara pengembangan diri dengan proses pembelajaran dikelas melalui pengalaman-pengalaman belajar yang inovatif, menantang dan menyenangkan. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengakomondasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri didalam proses pembelajaran adalah strategi pembelajaran kooperatif. Ide penting didalam pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

8 Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang mengelompokkan siswa kedalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Sehingga disetiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Sedangkan didalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru anggota kelompok saling berkerja sama dan saling mambantu memahami bahan pembelajaran yang diberikan. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran IPA akan mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa IPA tidak selalu membosankan. Sedangkan guru hanya sebagai fasilisator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan siswa bukan untuk memindahkan pengetahuan. Oleh karena itu melalui pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar IPA terutama fisikanya. Tindakan seorang guru dalam memperbaiki keadaan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dimulai dari memperbaiki metode, pendekatan bahkan model yang dapat membangkitkan siswanya untuk memotivasi belajar. Guru juga harus dapat menghadirkan pembelajaran yang menarik dan diminati oleh siswa. pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning dan inkuiri terbimbing yang disertai suatu metode yang diharapkan dapat mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Selama ini guru telah menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan inkuiri

9 terbimbing tetapi hasil yang didapatkan belum maksimal dan belum mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan nyata. Di dalam pembelajaran berbasis masalah, guru memberi masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses inquiri dan penelitian. Dalam proses pembelajara ini guru memberi masalah, membimbing dan memberikan sedikit petunjuk kepada siswa dalam memecahkan masalah tersebut. Sehingga dalam pembelajaran berbasis masalah penggunaan masalah dalam kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari oleh siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis, menyelesaikan suatu masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Inkuiri terbimbing merupakan sebuah strategi pembelajaran yang didesain untuk membelajarkan siswa dengan menyelidiki permasalahan berdasarkan fakta-fakta dengan mendapatkan bimbingan dari guru didalam membuktikan fakta-fakta tersebut. Dalam pembelajaran inkuiri tebimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan yang dilakukan oleh siswa, tetapi siswa dibimbing secara hati-hati untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkan kepadanya. Bardasarkan pengalaman belajar tersebut diharapkan kemampuan siswa dalam proses ilmiah dapat muncul dan digunakan lebih baik.

10 SMP N 20 Bandar Lampung memiliki perpustakaan yang menyediakan bukubuku pelajaran dan setiap siswa dapat meminjam buku-buku paket sekolah tersebut. Laboratorium IPA sekolah juga memiliki peralatan yang memadai untuk melakukan pratikum. Berdasarkan uraian di atas SMP N 20 Bandar Lampung memiliki fasilitas dan potensi yang menunjang untuk melaksanakan pembelajaran pembelajaran berbasis masalah dan inkuiri terbimbing. Penerapan pembelajaran tersebut sesuai dengan karakter siswa SMP N 20 Bandar Lampung yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA terutama Fisika. Oleh karena itu penulis akan melakukan penelitian tentang " Perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa IPA melalui pembelajaran berbasis maalah dan pembelajaran inkuiri terbimbing pokok bahasan Energi dan Daya Listrik kelas IX di SMP N 20 Bandar Lampung." 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar IPA fisika siswa sebagai berikut : 1.2.1 Pembelajaran IPA fisika di SMP N 20 Bandar Lampung belum memfasilitasi siswa untuk mencapai ketuntasan sesuai dengan keteria ketuntasan minimum dari sekolah. 1.2.2 Terdapat beberapa kopetensi dasar yang belum mencapai KKM yaitu pada KD 3.4 indikator 3.4.1 dan 3.4.2.

11 1.2.3 Hasil wawancara kepada siswa didapatkan bahwa proses kegiatan pembelajaran selama ini kurang mangaktifkan siswa dalam pembelajaran. 1.2.4 Proses pembelajaran berlangsung secara klasikal dengan metode ceramah yang membuat siswa bosan dan tidak aktif dalam belajar. 1.2.5 Perlunya strategi pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan cara-cara memecahkan masalah sebagai acuan untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam aspek kognitip. 1.2.6 Siswa belum mampu mengespresikan cara-cara memecahkan masalah sebagai acuan mendapatkan hasil belajar yang baik. 1.2.7 Guru menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan inkuiri terbimbing tetapi prestas belajar siswa tetap dibawah KKM. 1.2.8 Proses pembelajaran IPA fisika belum menerapkan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Inkuiri Terbimbing secara baik. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada prestasi belajar siswa ranah kognitif dan model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran berbasis masalah dan inkuiri terbimbing dengan cara : 1.3.1 Membandingkan perbedaan peningkatan nilai tes akhir dan nilai tes awal siswa ranah kognitif pada pembelajaran berbasis masalah. 1.3.2 Membandingkan perbedaan peningkatan nilai tes akhir dan nilai tes awal siswa ranah kognitif pada pembelajaran inkuiri terbimbing.

12 1.3.3 Membandingkan perbedaan nilai tes akhir siswa ranah kognitif pada pembelajaran berbasis masalah dan nilai tes akhir siswa ranah kognitif pada pembelajaran inkuiri terbimbing. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Apakah terdapat perbedaan peningkatan nilai tes akhir dan nilai tes awal siswa ranah kognitif pada pembelajaran berbasis masalah? 1.4.2 Apakah terdapat perbedaan peningkatan nilai tes akhir dan nilai tes awal siswa ranah kognitif pada pembelajaran inkuiri terbimbing? 1.4.3 Apakah terdapat perbedaan nilai tes akhir siswa ranah kognitif pada pembelajaran berbasis masalah dan nilai tes akhir siswa ranah kognitif pada pembelajaran inkuiri terbimbing? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penilitian ini adalah untuk menemukan : 1.5.1 Perbedaan peningkatan nilai tes akhir dan nilai tes awal siswa ranah kognitif pembelajaran berbasis masalah pada pelajaran IPA fisika di SMPN 20 Bandar Lampung.

13 1.5.2 Perbedaan peningkatan nilai tes akhir dan nilai tes awal siswa ranah kognitif pembelajaran inkuiri terbimbing pada pelajaran IPA fisika di SMPN 20 Bandar Lampung. 1.5.3 Perbedaan nilai tes akhir siswa ranah kognitif pembelajaran berbasis masalah dan peningkatan nilai tes akhir siswa ranah kognitif pembelajaran inkuiri terbimbing pada pelajaran IPA fisika di SMPN 20 Bandar Lampung. 1.6 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini dibedakan kedalam kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis yang diuraikan sebagai berikut : 1.6.1 Secara teoritis Secara teoritis penelitian ini mengembangkan konsep, teori, prinsip dan praktek teknologi pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu proses dengan model yang lebih tepat sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan, khususnya Teknologi Pendidikan kawasan desain dan pengembangan, yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disajikan kepada siswa khususnya mata pelajaran IPA fisika di Sekolah Menengah Pertama.

14 1.6.2 Secara praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai : a. Masukan bagi siswa agar tertanam sikap kerjasama dalam mencapai tujuan yang bersama dalam meningkatkan hasil belajar. b. Sumbangan pemikiran bagi guru agar selalu termotivasi untuk berinovasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa. c. Bagi peneliti akan tertanam bagaimana mengembangkan model pembelajaran yang relefan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.