3 METODE PENELITIAN. Gambar 8 Peta lokasi penelitian.

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Kapal Survei dan Instrumen Penelitian

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada koordinat 5º - 8 º LS dan 133 º º BT

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENDUGAAN KELIMPAHAN DAN SEBARAN IKAN DEMERSAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI PERAIRAN BELITUNG

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. BAHAN DAN METODA. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu Laut Cina Selatan yang berada. pada posisi antara 104'00' ' BT dan 03'00'-03'00'

Oleh : PAHMI PARHANI C SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Oleh : HARDHANI EKO SAPUTRO C SKRIPSI

3. DISTRIBUSI IKAN DI LAUT CINA SELATAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Gambar 8. Lokasi penelitian

5. ESTIMASI STOK SUMBERDAYA IKAN BERDASARKAN METODE HIDROAKUSTIK

terdistribusi pada seluruh strata kedalaman, bahkan umumnya terdapat dalam frekuensi yang ringgi. Secara horisontal, nilai target strength pada

METODE PENELITIAN. Tabel 2 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. No. Alat dan Bahan Type/Sumber Kegunaan.

INTERPRETASI SEB NILAI TARGET STRENGTH (TS) DAN DENSITAS DEmRSAL DENGAN BlETODE AIE)ROAKUSTIK DI TELUK PELABUWAN RATU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

DISTRIBUSI, DENSITAS IKAN DAN KONDISI FISIK OSEANOGRAFI DI SELAT MALAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Citra akustik Ikan Uji. Matriks Data Akustik. Hitungan Deskriptor. 15 Desk. teridentifikasi. 8 Desk. utama. Rancangan awal JSTPB JSTPB1

AKUSTIK REMOTE SENSING/PENGINDERAAN JAUH

DETEKSI SEBARAN IKAN PADA KOLOM PERAIRAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK INTEGRASI KUMULATIF DI KECAMATAN SUMUR, PANDEGLANG BANTEN

3. METODOLOGI PENELITIAN

0643 DISTRIBUSI NILAI TARGETSTRENGTH DAN DENSITAS I ON PELAGIS DENGAN SISTEM AKUSTIK BIM TERBAGI D1 LAUT TIMOR PADA BULAN DESEMBER 2003

2. TINJAUAN PUSTAKA. Sedimen adalah kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses

PENGUKURAN KARAKTERISTIK AKUSTIK SUMBER DAYA PERIKANAN DI LAGUNA GUGUSAN PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU

PENDUGAAN NlLAl DAN SEBARAN TARGETSTRENGTH IKAN PELAGIS Dl SELAT MAKASSAR PADA BULAN OKTOBER Oleh FERl SUSANDI C

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III METODE PENELITIAN

DISTRIBUSI SPASIAL KEPADATAN IKAN PELAGIS DI PERAIRAN ENGGANO

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TIPE DASAR PERAIRAN DENGAN DISTRIBUSI IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANGKAJENE SULAWESI SELATAN 2011

SIFAT FISIK OSEANOGRAFI PERAIRAN KEPULAUAN TAMBELAN DAN SEKITARNYA, PROPINSI KEPULAUAN RIAU

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

2. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar Laut Arafura merupakan paparan yang sangat luas. Menurut Nontji

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, yaitu pada bulan Maret sampai

PEMAlUIAN DUAL FREKUENSI DALAM PENDUGAAN DISTRIBUSI IKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK (FURUNO FQ 80) DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN.

PENGOLAHAN DATA SINGLE BEAM ECHOSOUNDER. Septian Nanda dan Aprillina Idha Geomatics Engineering

DIRECTORY PERALATAN PENELITIAN LAUT DALAM PUSAT PENELITIAN LAUT DALAM LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BIDANG SARANA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN DENSITAS IKAN MENGGUNAKAN SISTEM AKUSTIK BIM TERBAGI (SPLIT BEAM) DI LAUT JAWA PADA BULAN MEI 2006

Densitas Ikan Pelagis Kecil Secara Akustik di Laut Arafura

Model integrasi echo dasar laut Blok diagram scientific echosounder ditampilkan pada Gambar I. echo pada pre-amplifier, ERB :

SEBARAN VOLUME BACKSCATTERING STRENGTH SCHOOLING IKAN MENGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK DI SELAT SUNDA

3. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

3. METODOLOGI. Gambar 7 Peta lokasi penelitian.

PERBEDAAN KETEBALAN INTEGRASI DASAR PERAIRAN DENGAN INSTRUMEN HIDROAKUSTIK SIMRAD EY-60 DI PERAIRAN KEPULAUAN PARI

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sedimen dasar laut

Analisis Sebaran Schooling Ikan Demersal Di Perairan Tarakan Kalimantan Utara Menggunakan Metode Hidroakustik. Oleh

PENENTUAN SEBARAN Sa (Backscattering Area) DI LAUT FLORES BERDASARKAN METODE PROGRESSIVE THRESHOLD

SEBARAN SPASIAL DAN TEMPORAL DENSITAS IKAN PELAGIS KECIL DI LAUT BANDA DENGAN METODE HIDROAKUSTIK TRI NUR SUJATMIKO

HUBUNGAN TIPE DASAR PERAIRAN TERHADAP DISTRIBUSI IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANGKAJENE SULAWESI SELATAN 2011

3. METODOLOGI PENELITIAN

DETEKSI SCHOOLING IKAN PELAGIS DENGAN METODE HIDROAKUSTIK DI PERAIRAN TELUK PALU, SULAWESI TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Scientific Echosounders

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Penangkapan Ikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh Satria Yudha Asmara Perdana Pembimbing Eko Minarto, M.Si Drs. Helfinalis M.Sc

ME FEnR OF ME LORD IS ME BECIHtlIHG Of WLEDGE : BUT FOOLS DESPISE WISDGii N(D IHSIRUCTIM1.

TEKNIS PENGOPERASIAN BOTTOM TRAWL DENGAN MENGGUNAKAN KR BARUNA JAYA IV DI PERAIRAN ARAFURA

DETEKSI SCHOOLING IKAN PELAGIS DENGAN METODE HIDROAKUSTIKDI PERAIRAN TELUK PALU, SULAWESI TENGAH

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

Lampiran 2. Alat pengambilan sampel sedimen

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Lampiran 1. Alat dan Bahan yang digunakan di Lapangan. Scientific Echosounder Simrad EY 60

PENENTUAN PERBEDAAN ANTARA IKAN DENGAN MEGAPLANKTON MELALUI ANALISIS BEDA MEAN VOLUME BACKSCATTERING STRENGTH ( MVBS) Oleh: Fahad C

3. BAHAN DAN METODE. data oseanografi perairan Raja Ampat yang diperoleh dari program terpadu P2O-

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Diagram TS

TERBATAS 1 BAB II KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI. Tabel 1. Daftar Standard Minimum untuk Survei Hidrografi

Karakteristik Shoaling Ikan Pelagis Menggunakan Data Akustik Split Beam di Perairan Selat Bangka Pada Musim Timur

Keberadaan sumber daya ikan sangat tergantung pada faktor-faktor. yang sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Kemungkinan ini disebabkan karena

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENGENAL DIRECT READING ACOUSTIC DOPPLER CURRENT PROFILER. oleh. Edikusmanto, Bonita N. Ersan, Dharma Arief 1 )

Oleh : MUHAMMAD ALI MUSTOFA C SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Lintuk Melnperoleh Ge!ar Sajanz pada Fakultas Perikanan dan Illnu Kelaulan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMETAAN BATIMETRI MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK DI MUARA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

MIGRASI HARIAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) SECARA VERTIKAL DENGAN PENDEKATAN AKUSTIK

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI FISIK DAN DISTRIBUSI IKAN DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN DAN SELAT MALAKA PADA MUSIM TIMUR

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Transkripsi:

30 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan data hasil survei akustik yang dilaksanakan oleh Balai Riset Perikanan Laut (BRPL), Dirjen Perikanan Tangkap, KKP RI pada bulan Juni 2008 di Selat Malaka. Pengolahan dan analisis data dilaksanakan di Laboratorium Akustik Perikanan BRPL Jakarta pada bulan September sampai November 2011. Pemilihan data hasil penelitian ini disebabkan karena sebagian data hasil penelitian tersebut selain data akustik, juga diperoleh data hasil tangkapan dan oseanografi, dimana data-data tersebut dapat dijadikan sebagai verifikasi data akustik untuk pemetaan daerah penangkapan ikan di Selat Malaka. Lokasi survei akustik di Selat Malaka pada bulan Juni 2008 dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Perairan Kepulauan Riau (tenggara Selat Malaka) yang meliputi Perairan Pulau Bengkalis, Pulau Karimun Besar, Pulau Rupat, Perairan Bagan Siapi-api, dan Perairan Tanjung Balai Asahan sampai Belawan (barat laut Selat Malaka) yang terletak pada koordinat 1-4,5 LU dan 98-104 BT. Gambar 8 Peta lokasi penelitian.

31 Penulis mengikuti kegiatan "Cruise South China Sea and Indonesia Seas Transport/Exchange (SITE) and Dynamics of Sunda Strait and Their Impacs on Seasonal Fish Migration" yang dilaksanakan oleh Puslitbang Sumberdaya Laut dan Pesisir Balitbang KKP RI, China Oseanogrphy Institute dan Colombia University USA, untuk mengetahui dan memahami pengambilan data akustik dan oseanografi secara langsung di laut. Kegiatan tersebut dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2011 di Selat Sunda, Selat Karimata dan Laut Cina Selatan menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII. 3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan pada saat survei akustik antara lain: 1) Kapal Riset Bawal Putih, sebagai wahana yang digunakan dalam pengambilan seluruh data yang diperlukan selama survei. 2) Perangkat peralatan hidroakustik echosounder split beam acoustic system, yaitu satu unit Scientific Echo Sounder Simrad EK 60, dilengkapi dengan transducer model 120-07 ES yang beroperasi pada frekuensi 120 khz, digunakan untuk akuasisi data hidroakustik. 3) Omni-directional sonar SIMRAD SP-70, yang digunakan untuk mendeteksi gerombolan ikan (fish shoaling) di kolom air di bawah dan sekitar lintasan kapal. Alat ini beroperasi pada frequensi 26 khz dengan kemampuan deteksi horizontal sampai pada radius 8000 meter dan maksimum sudut kemiringan (tilt angle) 90. 4) GPS (Global Positioning System), alat ini sudah terintegrasi pada SIMRAD EK 60 Scientific Echosounder System, yang digunakan untuk membantu mengetahui posisi dan arah kapal selama sounding. 5) CTD (Conductivity Temperature Depth) profiler Sea Bird tipe SBE 19-03 dan Valeport 308, yang digunakan untuk mengukur karakteristik seperti suhu, salinitas dan Current meters untuk mengukur arah dan kecepatan arus. 6) Alat tangkap trawl tipe Thailand bottom trawl, memiliki panjang tali ris atas (head rope) 36 meter dan otter board berukuran panjang 2 meter dan lebar 1 meter, digunakan untuk menangkap ikan di 20 stasiun pengoperasian trawl. 7) Perangkat keras (PC atau Laptop) dan Kamera digital untuk pengambilan gambar sample dan peralatan yang digunakan selama survei.

32 Alat yang digunakan pada proses pengolahan dan analisis data antara lain: 1) Komputer portabel dengan sistem operasi Microsoft Windows XP Professional 2002 SP2 yang dilengkapi program software SIMRAD ER 60, SIMRAD BI 60, Sonar Data V4 Echoview, Surfer 8.0, Micosoft Office Excel; dan 2) Dongle (transfer data tool). Bahan yang digunakan pada proses dan pengolahan data antara lain: 1) Data akustik hasil rekaman SIMRAD EK 60 pada saat survei akustik yang berekstensi raw data (*.raw), indeks files (*.idx) dan bottom files (*.bot). Ketiga kelompok data ini memiliki ekstensi yang berbeda tetapi saling terintegrasi satu dengan lainnya; 2) Data oseanografi hasil rekaman CTD Profiler Sea Bird tipe SBE 19-03 dan Valeport 308 yang berekstensi raw data (*.raw); dan 3) Data hasil tangkapan trawl dalam bentuk Micosoft Office Excel dan gambar. 3.3 Desain Survei Pola survei yang digunakan dalam penelitian akustik di Selat Malaka pada bulan Juni 2008 adalah systematic trianguler transect (Gambar 4b). Pola survei ini diharapkan mampu mewakili daerah penelitian di Perairan Selat Malaka. Jumlah leg sebanyak 14 buah yang panjangnya disesuaikan dengan lokasi penelitian. Penentuan jarak tempuh dan bentuk jalur pelayaran dilakukan sesuai dengan luas daerah yang dicakup dan waktu yang tersedia serta kecepatan kapal pada waktu pengambilan data. Kecepatan kapal ketika melakukan perekaman data akustik dan trawling sekitar 2-3 knot. Data direkam selama 24 jam dengan menggunakan metode hidroakustik, bersamaan dengan itu dilakukan verifikasi dengan alat tangkap trawl pada beberapa stasiun (disesuaikan dengan kontur kedalaman) guna mendapatkan data hasil tangkapan di daerah survei. Pengambilan data oseanografi ditempatkan pada setiap stasiun dari sebuah Elementary Sampling Distance Unit (ESDU) yang berjumlah 32 stasiun, data oseanografi diambil dalam kisaran jarak yang relatif rapat dengan selang waktu pengambilan selama kurang lebih satu jam.

33 3.4 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada saat survei akustik bulan Juni 2008 di Selat Malaka meliputi data akustik, oseanografi dan hasil tangkapan. Pengumpulan data dilakukan sepanjang jalur pelayaran (leg) selama tracking akustik dan bersamaan dengan dilakukannya pengamatan oseanografi dan trawling. 3.4.1 Data akustik Pengambilan data akustik dilakukan dengan menggunakan SIMRAD EK 60 Scientific Echosounder System, dilengkapi dengan transducer model 120-07 ES yang beroperasi dengan frekuensi 120 khz. Proses echo integrasi dilakukan dari kolom air secara vertikal kemudian dirata-ratakan dalam arah horizontal sepanjang jalur yang dilintasi kapal. Data yang diperoleh dari echosounder frekuensi 120 khz diteruskan ke komputer melalui LAN (Local Area Network) untuk penyimpanan dan analisis serta perhitungan selanjutnya. Perekaman dan pengintegrasian data dilakukan dengan menggunakan software SIMRAD ER-60. File yang didapat dari perekaman oleh software SIMRAD ER-60 berada dalam bentuk raw data (*.raw), indeks files (*.idx) dan bottom files (*.bot). Penetapan Time Varied Gain (TVG) yaitu TVG 20 log R, karena pulsa yang digunakan merupakan pulsa pendek. Echo integration meliputi seluruh kolam air yang dibagi dalam 10 strata kedalaman dengan selang 10 meter dan bagian dasar dengan jarak 3 meter dari dasar perairan, hal ini disesuaikan dengan tinggi bukaan mulut bottom trawl yang dioperasikan pada saat berlangsungnya survei akustik. Nilai integrasi dikelompokan secara teratur dalam satuan jarak pengamatan ESDU (Elementary Sampling Distance Unit) yang diperuntukkan dalam pendugaan rata-rata densitas ikan per meter kubik (individu/m 3 ) untuk setiap lapisan (strata) kedalaman. 3.4.2 Data oseanografi Pengambilan data oseanografi seperti suhu, salinitas dan arus dilakukan di 32 stasiun pengamatan sepanjang trek akustik dengan menggunakan intrument CTD (Conductivity Temperature Depth) profiler Sea Bird tipe SBE 19-03 dan Valeport 308. Kedua CTD tersebut diturunkan dengan menggunakan winch sampai permukaan air, kemudian ditahan dipermukaan beberapa saat sampai alat

34 pengukur mencapai kondisi equilibrium. Selanjutnya kedua alat diturunkan bersama-sama secara vertikal sepanjang kolom air sesuai kedalaman perairan. Berdasarkan panjang wire yang tersedia, maksimum pengukuran dilakukan sampai pada kedalaman 60 meter. Kedua CTD ini mengukur properties parameter pada setiap kedalaman 5 meter. Data pengukuran dipindahkan (upload) ke dalam perangkat komputer dengan menggunakan perangkat lunak masing-masing alat yaitu DataLog dan SeaSoft untuk analisis selanjutnya. Hasil pengukuran dari kedua alat tersebut dibandingkan untuk verifikasi data. Stasiun pengamatan oseanografi dalam penelitian ini ditempatkan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu sebagai gambaran karakteristik massa air pada musim tertentu selama penelitian. Parameter ini sebagai pendukung dalam pendugaan densitas ikan di Perairan Selat Malaka. Stasiun pengamatan tersebut lebih banyak ditempatkan pada posisi pengumpulan data trawl. 3.4.3 Data hasil tangkapan Data hasil tangkapan diambil di 20 stasiun pengamatan sepanjang trek akustik dengan menggunakan alat tangkap trawl dasar jenis Thailand bottom trawl. Hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong trawl di atas dek, dikelompokan berdasarkan family dan jenis, selanjutnya dilakukan penimbangan dan pengukuran panjang dan berat terhadap contoh dari setiap spesies yang dominan. Hasil tangkapan tersebut digunakan sebagai verifikasi data hidroakustik untuk mengetahui kepastian jenis dan ukuran ikan yang terdeteksi dengan peralatan hidroakustik selama penelitian dan digunakan sebagai faktor pendukung dalam penentuan potensi daerah penangkapan ikan di Selat Malaka.

35 Gambar 9 Peta lokasi stasiun bottom trawl. 3.5 Pengolahan dan Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, sesuai dengan prosedur yang diuraikan oleh MacLennan dan Simmonds (1992) dengan beberapa penyesuaian sesuai tujuan penelitian. Pengolahan dan analisis data meliputi data akustik (penyebaran target strength dan densitas ikan), oseanografi (suhu, salinitas dan arus) dan hasil tangkapan (jenis dan ukuran ikan). Hasil pengolahan dan analisis data ditabulasi dan dilihat keterkaitan satu sama lain untuk pendugaan kelimpahan ikan pelagis dan demersal di Perairan Selat Malaka dalam menentukan lokasi daerah penangkapan ikan yang tergolong kurang potensial, sedang dan potensial. Diagram alir yang mengilustrasikan tahapan dan prosedur analisis terhadap semua data akustik, oseanografi dan hasil tangkapan yang diperoleh ditampilkan pada Gambar 10.

36 Gambar 10 Diagram alir prosedur analisis data hasil penelitian. 3.5.1 Penyebaran target strength dan densitas ikan Data akustik yang diperoleh dari perekaman oleh software SIMRAD ER 60 berada dalam bentuk raw data (*.raw), indeks files (*.idx) dan bottom files (*.bot), selanjutnya diolah dengan menggunakan software Echoview 4.0 dan dongle (transfer data tool) untuk mengetahui penyebaran nilai target strength (TS) dan densitas ikan. Proses pengolahan data dilakukan dengan membuka data *.raw untuk melihat tampilan hasil kerja perangkat hidroakustik scientific echosounder system EK 60 dan software SIMRAD ER 60 pada program Software Echoview 4.0. Keluaran (output) setelah proses ini adalah file dalam bentuk *.EV. Selanjutnya dilakukan proses pengolahan data untuk mendapatkan nilai SV (kumpulan target tunggal) pada program software Echoview 4.0 melalui SV echogram setting.

37 Proses SV echogram setting dilakukan dengan menentukan batas analisis integrasi ikan demersal pada kedalaman 3 meter dari dasar perairan (sesuai dengan tinggi bukaan mulut bottom trawl pada saat dioperasikan) dan ikan pelagis dari kedalaman 4 meter (jarak transducer yang masuk ke kolom air laut) sampai batas analisis ikan demersal. Integrasi ikan pelagis ini dibagi beberapa strata disesuaikan dengan kedalaman perairan dengan ketebalan setiap strata adalah 10 meter. Nilai ESDU (Elementery Sampling Distance Unit) yaitu 0,5 nautical mile (nmi). Kisaran volume backscattering strength (SV) ikan yang digunakan yaitu antara -80 db sampai dengan -34 db, hal ini diduga bahwa nilai SV ikan berada pada kisaran tersebut. Nilai thershold untuk SV ikan ditetapkan antara -70 db sampai dengan -34 db sesuai dengan penyetingan alat pada saat survei akustik. Pengaruh noise dihilangkan melalui koreksi noise yang disesuaikan dengan kontur kedalaman perairan, yaitu pada kisaran lapisan kedalaman 2-10 meter dari permukaan air laut dan selanjutnya dilakukan kalibrasi data akustik. Data yang sudah dikoreksi pada proses SV echogram setting kemudian dieksport hasil integrasinya ke dalam bentuk file ASCII melalui software dongle dengan ekstensi comma separated values (*.csv) yang dapat dibuka pada program Microsoft Office Excel untuk melihat nilai sebaran target strength (TS) dan densitas ikan. Nilai TS (db) diperoleh dari hasil keluaran (output) SV yang merupakan hasil pengolahan dengan software Echoview 4.0, dikaji lebih lanjut untuk melihat besarnya nilai dugaan TS rata-rata secara vertikal dan horizontal. Analisis sebaran nilai TS ikan pelagis secara vertikal dibuat berdasarkan selang kedalaman 10 meter, dimulai dari kedalaman 4 meter hingga 3 meter dari dasar perairan (batas analisis ikan demersal) yang terbagi dalam beberapa strata kedalaman disesuaikan dengan kedalaman wilayah perairan sepanjang transek akustik. Analisis sebaran nilai TS ikan pelagis secara horizontal dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata TS setiap leg sepanjang transek akustik, sedangkan analisis sebaran nilai TS ikan demersal hanya dilakukan secara horizontal dan dibatasi sampai pada kedalaman 3 meter dari dasar perairan, hal ini disesuaikan dengan tinggi bukaan mulut bottom trawl yang dioperasikan pada saat berlangsungnya survei akustik. Data akustik yang direkam oleh scientific echosounder system EK 60 tidak disetting untuk menampilkan nilai TS, sehingga pada saat pengolahan data

38 menggunakan software Echoview 4.0 nilai TS tidak dapat diintegrasi. Nilai TS diperoleh dari nilai SV hasil integrasi menggunakan persamaan (Echoview 4.0) berikut : Ts = Sv/ρ... (32) TS = 10 Log (Ts)... (33) Nilai Sv dan ρ diperoleh dari persamaan (Echoview 4.0) berikut: Keterangan: SV = 10 log Sv... (34) Sv = 10 SV/10... (35) ρ = n/v... (36) TS adalah target strength (db) Ts adalah target strength (linear) SV adalah volume backscattering strength (db) Sv adalah volume backscattering coefficient (linear) ρ adalah densitas ikan (individu/m 3 ) n adalah number of samples (individu) v adalah beam volume sum (m 3 ) Data target strength yang diperoleh dari split beam acoustic system digunakan untuk menduga panjang ikan yang terdeteksi sepanjang transek penelitian dengan fomula yang dikemukaan oleh Foote (1987): TS = 20 Log (L) + A... (37) Keterangan : L adalah panjang baku ikan (cm) A adalah nilai Normalized TS (-67,5 db) Dugaan panjang ikan dengan menggunakan formula Foote (1987) dibandingkan dengan panjang rata-rata hasil tangkapan untuk analisis hubungan antara TS dengan hasil tangkapan. Hubungan nilai TS dan hasil tangkapan yang diperoleh selanjutnya dianalisis untuk melihat pola penyebaran ukuran ikan secara vertikal dan horizontal. Penyebaran nilai TS ikan pelagis secara vertikal diperoleh dari nilai rata-rata setiap strata kedalaman untuk melihat pola penyebaran ukuran ikan secara temporal (siang dan malam hari), sedangkan penyebaran nilai TS ikan pelagis secara horizontal diperoleh dari nilai rata-rata setiap strata kedalaman pada setiap leg kemudian dibandingkan berdasarkan batas wilayah perairan untuk melihat pola penyebaran ukuran ikan pelagis sepanjang transek akustik. Penyebaran nilai TS ikan demersal secara horizontal diperoleh dari nilai rata-rata setiap leg kemudian dibandingkan berdasarkan batas wilayah perairan untuk

39 melihat pola penyebaran ukuran ikan demersal sepanjang transek akustik. Nilai TS yang diperoleh juga digunakan untuk menghitung densitas ikan atau kelompok ikan. Perhitungan densitas ikan dilakukan dengan echo integration yang terdeteksi dalam arah vertikal pada setiap lapisan perairan dan dirata-ratakan dalam arah horizontal sepanjang transek akustik berdasarkan persamaan berikut: SV = 10 log v + TS rata-rata... (38) Nilai SV dan TS rata-rata diketahui maka rataan densitas ikan untuk suatu integrasi dapat diketahui pada persamaan berikut: v = 0,1( 10 SV TSrat rata )... (39) Keterangan: SV adalah volume backscattering strength (1 m 3 ) TS adalah target strength rata-rata ikan per individu (db) v adalah densitas ikan (individu/m 3 ) Nilai densitas ikan (individu/m 3 ) yang dipeoleh selanjutnya dianalisis untuk melihat besarnya nilai dugaan densitas rata-rata secara vertikal dan denistas total secara horizontal. Analisis sebaran nilai densitas ikan pelagis secara vertikal dibuat berdasarkan selang kedalaman 10 meter, dimulai dari kedalaman 4 meter hingga 3 meter dari dasar perairan (batas analisis ikan demersal) yang terbagi dalam beberapa strata kedalaman disesuaikan dengan kedalaman wilayah perairan sepanjang transek akustik. Analisis sebaran nilai densitas ikan pelagis secara horizontal dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata dan total densitas ikan setiap leg sepanjang transek akustik. Penyebaran nilai densitas ikan pelagis secara vertikal diperoleh dari nilai rata-rata setiap strata kedalaman untuk melihat pola penyebaran ikan pelagis secara temporal (siang dan malam hari), sedangkan penyebaran nilai densitas ikan pelagis secara horizontal diperoleh dari nilai ratarata dan total setiap strata kedalaman pada setiap leg kemudian dibandingkan berdasarkan batas wilayah perairan untuk melihat pola penyebaran ikan sepanjang transek akustik. Penyebaran nilai densitas ikan demersal secara horizontal diperoleh dari nilai rata-rata dan total setiap leg kemudian dibandingkan berdasarkan batas wilayah perairan untuk melihat pola penyebaran ikan demersal sepanjang transek akustik. Nilai densitas ikan kemudian dibagi menjadi tiga selang kelas yaitu <3 individu/m 3, 3-5 individu/m 3 dan >5 individu/m 3, hal ini berdasarkan pada

40 perhitungan secara statistik dari hasil pengolahan data, agar dapat memudahkan dalam penentuan potensi daerah penangkapan ikan (DPI) yang dibagi dalam tiga kategori DPI berdasarkan ukuran dan densitas ikan. Selanjutnya nilai densitas ikan (individu/m 3 ) yang dibagi dalam tiga kelas tersebut ditampilkan dalam bentuk ring scatter pada sebuah peta menggunakan Surfer 8.0 untuk melihat penyebaran nilai total densitas ikan sepanjang transek akustik. Hasil dari sebaran nilai TS (db) dan densitas ikan (individu/m 3 ) pada setiap strata kedalaman dan leg sepanjang transek akustik, selanjutnya dibahas secara deskriptif untuk menjelaskan penyebaran TS dan densitas ikan baik secara vertikal maupun secara horizontal dihubungkan dengan karakteristik oseanografi (suhu, salinitas dan pola arus) dan hasil tangkapan trawl. Proses pengolahan dan analisis data akustik secara skematik dapat ditampilkan pada Gambar 11. Gambar 11 diagram alir proses pengolahan dan analisis data akustik.

41 3.5.2 Penyebaran suhu dan salinitas Data oseanografi yang terdiri suhu dan salinitas pada setiap stasiun pengamatan, diolah dan dianalisis untuk digunakan sebagai parameter pendukung dalam pendugaan densitas atau kelimpahan ikan di suatu perairan. Suhu dan salinitas diukur menggunakan alat CTD (Conductivity Temperature Depth) pada setiap lapisan kedalaman perairan. Data yang diperoleh ditabulasi dan diolah menggunakan Software Microsoft Office Excel dan Surfer 8.0. Data yang dihasilkan adalah profil suhu dan salinitas, baik secara vertikal maupun secara horizontal pada setiap stasiun pengamatan. Selanjutnya data tersebut dianalisis keterkaitanya dengan data akustik yang digunakan untuk menduga kelimpahan ikan di daerah penelitian. Tahapan pengolahan data oseanografi dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 Diagram alir proses pengolahan dan analisi data oseanografi.

42 3.5.3 Jenis dan ukuran ikan hasil tangkapan Data hasil tangkapan yang diperoleh dari kegiatan penangkapan dengan menggunakan bottom trawl pada saat berlangsungnya survei dianalis sebagai sample pada stasiun penelitian akustik untuk mengetahui jenis, ukuran dan kelimpahan ikan pelagis dan demersal yang terdapat pada wilayah penelitian. Proses analisis dilakukan dengan memisahkan ikan berdasarkan jenis dan spesies, kemudian dilakukan penimbangan dan pengukuran terhadap jenis dan spesies ikan yang paling dominan tertangkap di wilayah penelitian. Hasil pengukuran tersebut selanjutnya digunakan untuk melihat hubungan antara nilai TS dengan hasil tangkapan sebagai indikator untuk penentuan pemetaan daerah penangkapan ikan di Selat Malaka pada bulan Juni 2008. 3.5.4 Pemetaan daerah penangkapan ikan Pemetaan daerah penangkapan ikan di Selat Malaka pada bulan Juni 2008 didasarkan pada dua indikator, yaitu nilai target strength (TS) dan densitas ikan sepanjang transek akustik. Nilai TS pada setiap leg sepanjang transek akustik dirata-ratakan berdasarkan strata kedalaman. Melalui pendekatan metode statistik, hasil perhitungan tersebut dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu jika nilai TS ikan <- 60 db, maka nilai TS ikan tersebut dapat dikategorikan lebih kecil dan diberi bobot 2, bila nilai TS ikan -60 ~ -57 db, maka nilai TS ikan tersebut dapat dikategorikan sedang dan diberi bobot 3, dan bila nilai TS ikan >-57 db, maka nilai TS tersebut dapat dikategorikan lebih besar dan diberi bobot 4. Nilai densitas ikan pada setiap leg sepanjang transek akustik dirata-ratakan berdasarkan strata kedalaman. Melalui pendekatan metode statistik, hasil perhitungan tersebut dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu jika densitas ikan <3 individu/m 3, maka densitas ikan tersebut dapat dikategorikan lebih rendah dan diberi bobot 2, bila densitas ikan 3-5 individu/m 3, maka densitas ikan tersebut dapat dikategorikan sedang dan diberi bobot 3, dan bila densitas ikan >5 individu/m 3, maka densitas ikan tersebut dapat dikategorikan lebih tinggi dan diberi bobot 4. Proses penentuan daerah penangkapan ikan di Selat Malaka pada bulan Juni 2008 ditampilkan pada Tabel 1.

43 Tabel 1 Penentuan daerah penangkapan ikan di Selat Malaka bulan Juni 2008 No. Indikator DPI Kriteria Kategori Bobot 1 Nilai TS yang mengindikasikan ukuran ikan < -60 db -60 ~ -57 db > -57 db Kecil Sedang Besar 2 3 4 2 Densitas ikan < 3 indvidu/m 3 3-5 indvidu/m 3 > 5 indvidu/m 3 Rendah Sedang Tinggi 2 3 4 Proses penentuan daerah penangkapan ikan (DPI) potensial, sedang dan kurang potensial ditetapkan berdasarkan pengaruh kedua indikator penentu DPI yang diasumsikan sama, sehingga bobot masing-masing indikator pada DPI yang sama dapat dijumlahkan. Jumlah bobot tersebut kemudian dibagi menjadi 3 kriteria DPI, yaitu <5 menunjukkan DPI kurang potensial, 5-6 DPI sedang dan 7 DPI potensial.