BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP. khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 275 juta orang pada tahun Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari

BAB I PENDAHULUAN. Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

BAB IV METODE PENELITIAN. dan objek utamanya adalah optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak di Subak

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN. peningkatan produksi pangan dan menjaga ketersediaan pangan yang cukup dan

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan yang dilakukan. Seperti halnya yang terjadi di Bali.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

Peranan Subak Dalam Pengembangan Agribisnis Padi

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian dari irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

I. PENDAHULUAN. memiliki julukan lumbung beras Provinsi Bali, memiliki luas 839,33

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bidang pertanian, subak merupakan suatu organisasi yang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

Pengetahuan dan Penerapan Tri Hita Karana dalam Subak untuk Menunjang Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO).

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA. dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputarputar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: Subak, irigasi, aspek fisik, aspek operasional & pemeliharaan, logika fuzzy

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN LANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara Pertanian, artinya sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menuju kemandirian sebagai daerah otonom tersebut, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

BAB IV METODE PENELITIAN. ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode penentuan lokasi

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakteristik responden dalam penelitian ini difokuskan pada umur, pengalaman

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I PENDAHULUAN. Petani merupakan pekerjaan yang telah berlangsung secara turun-temurun bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting

KAJIAN LAHAN. Oleh: Djoko Trijono

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

PERANAN SUBAK AGUNG YEH HO DALAM MANAJEMEN IRIGASI DI DAERAH ALIRAN INDUK SUNGAI HO KABUPATEN TABANAN

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

ORGANISASI IRIGASI DALAM OPERASIONAL DAN PERAWATAN IRIGASI i

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan seharihari

VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN. 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DAN UPAYA PERBAIKANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemahaman dan penekanan cara pandang para peneliti tentang subak Sutawan

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan studi ini dilatarbelakangi oleh terjadinya satu dilema yang

DAFTAR TABEL. 1. Produksi tanaman sayuran menurut kabupaten/kota dan jenis sayuran di Provinsi Lampung

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Kebutuhan yang paling banyak memerlukan air yaitu lahan pertanian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tukad Yeh Ho merupakan salah satu wilayah sungai yang mengalir di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengalaman dalam usahatani.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tri Hita Karana terdiri atas tiga kata yaitu tri, artinya, tiga, hita artinya,

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa

Transkripsi:

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP 3.1 Kerangka Berpikir Subak sangat berperan dalam pembangunan pertanian beririgasi, khususnya dalam pengelolaan sumberdaya air irigasi. Pengelolaan sumberdaya air irigasi diperlukan untuk melakukan intensifikasi dalam meningkatkan produktivitas usahatani dan mengoptimalkan pemanfaatan air irigasi. Pengelolaan sumberdaya air irigasi merupakan salah satu fungsi subak. Di samping itu, UNESCO mengakui subak sebagai sistem irigasi telah mampu mempertahankan budaya asli bahkan menjadi perekat sosial masyarakat Bali. Hal ini diwujudkan UNESCO dengan mengakui subak sebagai warisan budaya dunia pada tanggal 29 Juni 2012 di Rusia (UNESCO, 2012). Keputusan UNESCO tersebut mengundang perhatian masyarakat luas untuk mengetahui keragaan subak di Bali. Nagaoka (2012) berpendapat bahwa penetapan subak sebagai warisan budaya dunia bukan tujuan akhir, tetapi awal masyarakat Indonesia berjanji pada dunia untuk melestarikan situs tersebut. Oleh karena itu, subak sebagai lembaga irigasi dan pertanian perlu dilestarikan. Di pihak lain, hasil penelitian Windia (2002) mengungkapkan bahwa sistem irigasi subak dengan falsafah THK ini bersifat memiliki peluang untuk ditransformasi ke wilayah lain, sejauh nilai-nilai kesepadanan teknologi yang dimiliki dapat terpenuhi. Subak memiliki beragam fungsi dan beberapa kendala dalam menjalankan fungsinya. Berdasarkan lima fungsi subak yang ditemu kenali oleh Sutawan (2008) maka dalam penelitian ini dirumuskan fungsi subak yang telah 42

43 dimodifikasi, yaitu (1) fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi; (2) fungsi pemeliharaan fasilitas subak; (3) fungsi pengelolaan sumberdaya; (4) fungsi penyelesaian konflik; dan (5) fungsi penyelenggaraan kegiatan ritual. Dalam pengelolaan fungsi tersebut, subak menghadapi kendala berupa keterbatasan sumberdaya yang dikuasai, antara lain: (1) suplai air irigasi, (2) suplai dana, (3) suplai tenaga kerja keluarga, (4) suplai lahan sawah beririgasi. Berdasarkan fenomena tersebut, diperlukan optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk memaksimalkan produktivitas subak. Optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak juga diharapkan mendukung pelestarian dan transformasi subak. Subak dalam satu daerah irigasi tersebar dari hulu hingga ke hilir. Subak di bagian hulu sangat berperan dalam mempertahankan kelestarian DAS dan sumber air di hulu. Sementara itu, subak di bagian hilir banyak mengalami kerusakan jaringan irigasi akibat alih fungsi lahan, sehingga memungkinkan terjadinya penurunan produktivitas sawah. Subak yang berada di daerah hilir akan kekurangan air pada musim kemarau, sehingga tidak memungkinkan menanam padi sawah dan sebaliknya sawah akan terendam pada musim hujan. Hal ini memungkinkan terdapat perbedaan alokasi sumberdaya subak; pola tanam yang dikembangkan di daerah hulu dan hilir; serta produktivitas subak. Oleh karena itu, optimalisasi perlu dilakukan di subak yang terletak di bagian hulu dan bagian hilir dalam satu daerah irigasi. Optimalisasi pengelolaan fungsi subak ini dianalisis menggunakan program linier dengan sumberdaya yang dikuasai subak sebagai kendala dalam

44 analisis tersebut. Kerangka berpikir optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak disajikan pada Gambar 3.1. Subak sebagai Warisan Budaya Dunia Fungsi/aktivitas subak: 1. Fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi; 2. Fungsi pemeliharaan fasilitas subak; 3. Fungsi pengelolaan sumberdaya; 4. Fungsi penyelesaian konflik; dan 5. Fungsi penyelenggaraan kegiatan ritual. Kendala yang dihadapi subak: 1. Suplai lahan sawah; 2. Suplai air irigasi; 3. Suplai dana; dan 4. Suplai tenaga kerja keluarga. Optimalisasi Pengelolaan Fungsi Subak Melalui Analisis Linier Programming Subak dapat ditransformasi dan dilestarikan Gambar 3.1. Kerangka Berpikir Optimalisasi Pengelolaan Fungsi Sistem Subak di DI Kedewatan, Provinsi Bali 3.2 Konsep Subak adalah organisasi tradisional di bidang tata guna air dan atau tata tanaman di tingkat usahatani pada masyarakat adat di Bali yang bersifat sosioagraris-religious, ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan berkembang (Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 9 Tahun 2012). Subak merupakan elemen atau sub-sistem dari sistem irigasi secara keseluruhan di sepanjang aliran sungai

45 dalam lingkungan suatu DAS. Kinerja sistem irigasi di hilir aliran sungai juga dipengaruhi oleh sistem irigasi di hulu. Dengan mengadakan koordinasi yang baik antar sistem irigasi sepanjang aliran irigasi maka sumberdaya air di sungai yang merupakan public goods dapat dimanfaatkan secara lebih adil. Lingkungan alami ini merupakan lingkungan eksternal terhadap sistem subak, tetapi berdampak langsung terhadap kinerja subak yang bersangkutan. Kelestarian DAS dan sumberdaya air di hulu dan sistem irigasi/subak baik secara individual maupun secara keseluruhan di sepanjang aliran sungai juga dipengaruhi oleh berbagai kekuatan-kekuatan atau faktor eksternal seperti faktor demografi, sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kebijakan pemerintah (Sutawan, 2005). Guna mewujudkan kelestarian subak maka semua elemen subak harus dapat dijaga kelestariannya. Subak sebagai suatu sistem irigasi yang dikelola petani secara swadaya untuk tanaman semusim khususnya padi, memiliki beberapa elemen yang saling terkait, yaitu (1) organisasi petani pengelola air irigasi; (2) jaringan irigasi/sarana dan prasarana irigasi; (3) produksi pangan; (4) ekosistem lahan sawah beririgasi; dan (5) ritual keagamaan terkait dengan usahatani padi (Sutawan, 2005). Manajemen subak berprinsip pada falsafah THK untuk mencapai tujuan organisasinya. Falsafah THK mengandung arti bahwa kebahagiaan manusia akan dapat dicapai apabila manusia mampu menjaga keharmonisan hubungan antara tiga faktor dari THK yaitu sebagai berikut. (1) Unsur Ketuhanan (parhyangan), maksudnya hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan. Pengejawantahan ini dalam subak diwujudkan dengan adanya pura subak

46 (pengulun subak). (2) Unsur manusia (pawongan), maksudnya hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia. Semua anggota subak (krama subak) mengadakan musyawarah mufakat di dalam subak itu sendiri dalam rangka melakukan segala aktivitas yang berhubungan dengan pertaniannya. (3) Unsur alam (palemahan), adalah tempat melakukan aktivitas sebagai petani berupa areal persawahan (Sutawan, 2008). Dalam penelitian optimalisasi pengelolaan fungsi subak ini, sebagai variabel terikat atau fungsi tujuan dalam program linier adalah produktivitas subak, sedangkan variabel bebas atau aktivitasnya adalah lima fungsi subak. Sistem subak pada prinsipnya memiliki lima fungsi, yaitu (1) fungsi alokasi, distribusi, dan peminjaman air irigasi; (2) fungsi pemeliharaan fasilitas subak; (3) fungsi pengelolaan sumberdaya; (4) fungsi penyelesaian konflik; dan (5) fungsi penyelenggaraan kegiatan ritual. Fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi adalah aktivitas pengalokasian, pendistribusian, dan peminjaman air irigasi untuk mengairi lahan sawah anggota subak per musim tanam. Fungsi pemeliharaan fasilitas subak adalah aktivitas operasi dan pemeliharaan fasilitas subak per musim tanam. Fungsi pengelolaan sumberdaya adalah aktivitas mobilisasi sumberdaya subak untuk semua aktivitas subak per musim tanam, termasuk untuk aktivitas usahatani dan aktivitas ekonomi lainnya, antara lain penyelenggaraan kegiatan koperasi tani. Fungsi penyelesaian konflik adalah aktivitas penyelesaian konflik di subak, yang diwujudkan dengan penyelenggaraan rapat anggota subak per musim tanam. Fungsi penyelenggaraan kegiatan ritual adalah aktivitas penyelenggaraan kegiatan

47 ritual yang terkait kegiatan usahatani secara langsung maupun tidak langsung di tingkat subak per musim tanam. Subak memiliki sumberdaya terbatas dalam menjalankan fungsifungsinya. Sumberdaya subak yang terbatas terdiri atas suplai (ketersediaan) lahan sawah, suplai air irigasi, suplai dana, dan suplai tenaga kerja keluarga. Sumberdaya subak yang terbatas tersebut merupakan kendala yang dihadapi dalam pengelolaan fungsi subak. Salah satu keputusan manajerial yang sangat penting adalah alokasi sumberdaya subak yang terbatas dalam pengelolaan fungsi subak yang optimal agar dihasilkan produktivitas subak yang maksimal. Hal ini sesuai dengan konsep optimasi, yaitu melalui penggunaan input (sumberdaya) yang tersedia akan menghasilkan keuntungan maksimal (Baumol, 1977; Soekartawi, 1994). Mize dan Cock (1968) berpendapat bahwa optimalisasi mengisyaratkan upaya penemuan nilai maksimal atau minimal dari beberapa fungsi matematis dengan jalan menetapkan harga bagi peubah-peubah yang dapat dikendalikan hingga batas-batas tertentu. Maksimalisasi merupakan proses penemuan nilai maksimal dari suatu fungsi tujuan, sedangkan minimalisasi merupakan proses penemuan nilai minimalnya. Adapun yang dimaksud dengan optimalisasi pengelolaan fungsi subak dalam penelitian ini adalah upaya-upaya yang seharusnya dilakukan agar pengelolaan fungsi sistem subak dengan penggunaan sumberdaya yang terbatas dapat menghasilkan produktivitas maksimal.