KARSINOMA SEL SKUAMOSA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

TUBERKULOSIS KUTIS VERUKOSA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma sel basal merupakan keganasan kulit. tersering, menempati kira-kira 70% dari semua keganasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

PENYAKIT DARIER PADA ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari kanker kulit yang sering dijumpai setelah basalioma. Insidensi diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari rata-rata nasional (1,4%), yaitu pada urutan tertinggi ke-6 dari 33 provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT

KARSINOMA SEL BASAL. Dr. Donna Partogi, SpKK NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi

ABSTRAK. Kata kunci : karsinoma sel skuamosa, rongga mulut, prevalensi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

Kanker Kulit. Skin Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

2.3.2 Faktor Risiko Prognosis...16 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENDAHULUAN KANKER KULIT

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Anjing memiliki banyak manfaat bagi manusia, dapat dimanfaatkan sebagai

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, HISTOPATOLOGIS DARI PINDBORG TUMOR. 2.1 Definisi Tumor Odontogenik Epitelial Berkalsifikasi

BAB I PENDAHULUAN. walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti (Kumar et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. tumor dengan bentuk dan susunan serabut-serabut yang bervariasi, dan oleh Mallory

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis yang banyak juga mempunyai sifat-sifat dari berbagai penyakit lainnya yang sudah

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB II LANDASAN TEORI. penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan. (adenokarsinoma) (Kumar, 2007 ; American Cancer Society, 2011 ;

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia dan di Bali khususnya insiden karsinoma tiroid sangat tinggi sejalan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A. Preliminary Study of Histamine Skin Test

TUMOR KEPALA LEHER DI POLIKLINIK THT-KL RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Keberhasilan Terapi Tingtura Podofilin 25% Pada Pasien AIDS Dengan. Giant Condyloma Acuminatum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.

BAB I PENDAHULUAN. dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

1. 77 tahun Tidak ada keterangan Awal :

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keganasan epitel tersebut berupa Karsinoma Sel Skuamosa Kepala dan Leher (KSSKL)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh

TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma Nasofarings (KNF) merupakan subtipe yang berbeda dari

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KULIT

BAB I PENDAHULUAN. jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. yang sama seperti nama pemiliknya. Sebaliknya, anjing menganggap manusia. tidak membedakannya sama sekali (David, 1984).

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma sel skuamosa di laring (KSSL) menempati. urutan kedua dariseluruhkarsinomadi saluran

TUMOR KULIT GANAS DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF.DR. R.D. KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

GAMBARAN HISTOPATOLOGIS PEMPHIGUS VULGARIS

FEMUR PATHOLOGICAL FRACTURE CAUSED BY METASTATIC BONE DISEASE DERIVED FROM FOOT SQUAMOUS CELL CARCINOMA

BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Dermoskopi Sebagai Teknik Pemeriksaan Diagnosis dan Evaluasi Lesi

BAB I PENDAHULUAN. melanoma) meliputi separuh dari kasus kanker. Kanker kulit non melanoma

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diagnosis (Melrose dkk., 2007 sit. Avon dan Klieb, 2012). Biopsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Pada Infeksi Jamur Subkutan

Diagnosis Banding : Kista pilaris, steatkistoma simpleks/inultipleks, lipoma.

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma sel basal (KSB) merupakan kelompok tumor ganas kulit yang ditandai dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Epstein-Barr Virus (EBV) menginfeksi lebih dari. 90% populasi dunia. Di negara berkembang, infeksi

Transkripsi:

KARSINOMA SEL SKUAMOSA Dr. Donna Partogi, SpKK NIP. 132 308 883 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FK.USU/RSUP H.ADAM MALIK/RS.Dr.PIRNGADI MEDAN 2008

KARSINOMA SEL SKUAMOSA PENDAHULUAN Karsinoma sel skuamosa adalah suatu proliferasi ganas dari keratinosit epidermis yang merupakan tipe sel epidermis yang paling banyak dan merupakan salah satu dari kanker kulit yang sering dijumpai setelah basalioma. Faltor predisposisi karsinoma sel skuamosa (KSS) antara lain radiasi sinar ultraviolet, bahan karsinogen, arsenic dan lainlain.1,2,3,4 Nama lain KSS adalah epitelioma sel skuamosa (Prickle), karsinoma sel prickle, karsinoma epidermoid, pavement epithelioma, spinalioma, karsinoma Bowen dan cornified epithelioma. 4 EPIDEMIOLOGI KSS lebih sering dijumpai pada orang kulit putih dari pada kulit berwarna dan lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibanding wanita, terutama pada usia 40-5- tahun. Insiden KSS meninggi seiring dengan bertambahnya usia.1,2,3 ETIOLOGI Seperti pada umumnya kanker yang lain, penyebab kanker kulit ini juga belum diketahui secara pasti. Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan KSS pada kulit yaitu faktor sinar matahari, arsen, hidrokarbon, suhu, radiasi kronis, parut, virus. 5 GAMBARAN KLINIS KSS pada umunya sering terjadi pada usia 40-50 tahun dengan lokasi yang tersering adalah pada daerah yang terbanyak terpapar sinar matahari seperti wajah, telinga, bibir bawah, punggung, tangan dan tungkai bawah. Secara klinis ada 2 bentuk KSS, yaitu: 1. KSS in situ Karsinoma sel skuamosa ini terbatas pada epidermis dan terjadi pada berbagai lesi kulit yang telah ada sebelumnya seperti solar keratosis, kronis radiasi keratosis,

hidrokarbon keratosis, arsenikal keratosis, kornu kutanea, penyakit bowen, dan eritroplasia Queyrat. KSS in situ ini dapat menetap di epidermis dalam jangka waktu lama dan tak dapat diprediksi, dapat menembus lapisan basal sampai ke dermis dan selanjutnya bermetastase melalui saluran getah bening regional. 2. KSS invasif KSS invasiv ini dapat berkembang dari KSS in situ dan dapat juga dari kulit normal, walaupun jarang. KSS invasif yang dini baik yang muncul pada karsinoma in situ, lesi premaligna atau kulit normal, biasanya adalah berupa nodul keciol dengan batas yang tidak jelas, berwarna sama dengan warna kulit atau agak sedikit eritema. Permukaannya mula-mula lembut kemudian berkembang menjadi verukosa atau papilomatosa. Ulserasi biasanya timbul didekat pusat dari tumor, dapat terjadi cepat atau lambat, sering sebelum tumor berdiameter 1-2 cm. Permukaan tumor mungkin granular dan mudah berdarah, sedangkan pinggir ulkus biasanya meninggi dan mengeras. Dapat dijumpai krusta.5,6,7 METASTASIS Sebagian besar KSS bermetastasis melalui saluran kelenjar limfe regional. Kemampuan metastasis KSS berhubungan dengan ukuran kedalaman invasi tumor, lokasi tumor dan status imunologi penderita. 4,5 HISTOPATOLOGI Secara histopatologi KSS terdiri dari massa yang irreguler dari sel-sel epidermis yang berproliferasi dan menginvasi ke dermis. KSS yang berdiferensiasi baik menunjukkan keratinisasi yang cepat dari lapisan sel skuamosa. Sel-sel tumor tersusun secara fokal dan konsentris disertai massa keratin, sehingga terbentuklah mutiara tanduk (horn pearls) yang khas pada KSS berdiferensiasi baik. 2,8. Pada KSS diferensiasi buruk menunjukkan keratinisasi yang terbatas atau kurang sel-sel atipik dengan gambaran mitosis yang abnormal. Tidak dijumpai interseluler bridge. 2,8

DIAGNOSIS Diagnosis KSS ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan histopatologis. 4,8 DIAGNOSIS BANDING 1,4,5,8 1. Keratoakantoma 2. Keratosis aktinik 3. Pseudo epitheiomatous hiperplasia 4. Karsinoma sel basal 5. Kutaneus granuloma PENATALAKSANAAN Pengobatan KSS tergantung dari ukuran tumor, bentuk dan lokasi tumor, sefat dasar dari kulit dimana tumor itu timbul, tipe, kedalaman jaringan yang diinvsi tumor tersebut. Sbaiknya pemilihan cara pengangkatan KSS ini menghasilkan seminimal mungkin cacat dan gangguan pada pasien. Ada 4 metode pengobatan yang umumnya dilakukan pada KSS yaitu: bedah listrik, bedah eksis, radiasi, kemoterapi. 5,6 LAPORAN KASUS Seorang pria berumur 50 tahun datang berobat ke sub bagian bedah kulit RSU Dr. Pirngadi medan dengan keluhan adanya daging tumbuh pada kelamin os sejak kira-kira 10 tahun yang lalu, mula-mula benjoilan kecil makin lama makin besar dan mudah berdarah. OS belum pernah disunat. Pada pemeriksaan fisik dijumpai status generalisata baik, status dermatologi terlihat benjolan dengan permukaan tidak rata, ulserasi, berwarna kuning kemrahan, mudah berdarah dengan pinggiran keras. Pada pemeriksaan histopatologi dijumpai sediaan jaringan dengan epitel tatah berlapis yang mengalami disorganisasi dengan inti membesar pleomorfik. Kromatin padat berkelompok, sitoplasma eosinofilik, juga dijumpai adanya formasi mutiara tanduk

(massa keratin). Stroma terdiri dari jaringan ikat dengan sebukan sel-sel radang limfosit. Kesimpulan: Keratinizing Squamous Cell Diagnosis kerja: Karsinoma sel skuamosa. Penatalaksanaan : eksisi DISKUSI Diagnosis Karsinoma sel skuamosa pada pasien ini ditegakkan berdasarkan pada gambaran klinis dan histopatologis. Gambaran klinis yang menyokong ialah terdapatnya benjolan yang membesar secara lambat dengan ulserasi kemerahan, mudah berdarah dan pinggiran yang keras. Gambaran histopatologis menyokong ke arah KSS karena dijumpai masa keratin dengan formasi mutiara tanduk. Pada kasus ini os belum disirkumsisi, hal ini merupakan salah satu faktor predisposisi timbulnya KSS. Pengobatan utama KSS adalah bedah eksisi, bedah listrik, radiasi dan kemoterapi. Pada pasien ini dilakukan bedah eksisi, diperoleh massa sebesar bola tenis.

DAFTAR PUSTAKA 1. Schawarth RA, Stoll HL. Squamous cell carcinoma. Dalam: Fitzpatrick TB, Eizen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Auten KF, penyunting. Dermatology in general medicine, 4 th ed, New York: Mc Graw Hill. 1993:821-35. 2. Koh HK, Bhawan J. Tumours of the skin. Dalam : Moschella, Hurley, penyunting. Dermatology, 3 rd ed. Philadephia: WB Saunders Co. 1992: 1735-37. 3. Mackie RM. Epidermal skin tumoura,. Dalam: Rook, Wilkinson, Ebling, penyunting. Textbook of dermatology, 5 th ed. London: Blackwell Scientific Pub. 1993: 1497-1501. 4. Rata IGAK. Tumor kulit. Dalam: Ilmu Penyakit kulit dan kelamin, edisi ketiga. Jakarta:FKUI. 1999: 207-15. 5. Habib TP. Squamous Cell Carcinoma. Dalam: A colour guide to diagnosis and terapi. St Louis: Mosby.. 1996: 666-8 6. Karo WA. Benign & Malignant growth. Dalam: a Lange medical Book ed, Dermatology. Canada: Prentice Hall International. 1991:508-10. 7. Farmer ER, Hood AF. Malignant Tumours of the epidermis in oathology of the skin. Cana: Prentice Hall International. 1990: 579-85 8. Kelompok kerja kanker FK UI / RSUPNCM. Protokol Larsinoma sel skuamosa kulit. Dalam: Protokol kanker kulit. Jakarta 1995.