HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN Nur Aini Rahmawati 1), Siti Komariyatun 2) Abstrak : Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Banyak faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus haid, salah satunya adalah stres. Stres berpengaruh pada kegagalan produksi folikel stimulating hormon (FSH-LH) di hipotalamus sehingga mempengaruhi gangguan produksi estrogen & progesteron yang menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi. Tujuan penelitian mengetahui hubungan tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidananan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional dengan pendekatan waktu cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 79 orang. Pengambilan sampel dengan teknik sampling purposive. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisa menggunakan uji statistik chi square dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat stres normal dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 6 responden (7,6%), teratur 34 responden (43,0%); responden yang mempunyai tingkat stres ringan dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 15 responden (19,0%), teratur 18 responden (22,8%); responden yang mempunyai tingkat stres sedang dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 4 responden (5,1%), teratur 2 reponden (2,5%); dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat stres berat dan sangat berat. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid dengan nilai χ 2 hitung = 11,435 dan p = 0,003 (p<0,05). Hal ini berarti hipotesis diterima, jadi ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidanan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten. Kata Kunci : Tingkat Stres, Siklus Haid
Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres 15 A. PENDAHULUAN Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid yang normal atau yang dianggap siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Siklus haid pada kakak beradik bahkan saudara kembar siklusnya tidak terlalu sama, jadi sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai. Hanya sekitar 10-15 persen wanita yang memiliki siklus 28 hari (Wiknjosastro, 2006). Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklusnya berkisar antara 18-42 hari (Wiknjosastro, 2006). Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus menstruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche dan sebelum menopause) telah banyak yang mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur (Anonim, 2009). Siklus menstruasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keturunan ginetik, infeksi indung telur, gangguan hipofisis talamus, anoreksia nervosa, kekurangan gizi, latihan fisik yang berat, dan stres. Stres berpengaruh pada kegagalan produksi folikel stimulating hormon (FSH-LH) di hipotalamus sehingga mempengaruhi gangguan produksi estrogen & progesteron yang menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi (Puji, 2009). Menstruasi tidak teratur dalam istilah medisnya dikenal dengan amenorrhea. Beberapa hal yang menyebabkan amenorrhea adalah stres, obat-obatan jenis tertentu, diet, obesitas, olahraga berlebihan dan sakit kronis (Eny, 2005). Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2008) adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan beban atasnya. Dalam perkembangan selanjutnya ternyata dampak stres ini tidak hanya mengenai gangguan fungsional hingga kelainan organ tubuh, tetapi juga berdampak pada bidang kejiwaan (psikologik/psikiatrik) misalnya kecemasan atau depresi. Gangguan
16 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23 pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes millitus), gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe). Pada masa remaja tingkat stres meningkat karena remaja ini disamping harus berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan emosional dalam dirinya, mereka juga harus mengatasi konfik-konflik yang terjadi dalam hidupnya (Papalia. dkk, 2001). Menjadi remaja berarti mengalami proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan, lonjakan pertumbuhan badani dan organ reproduksi adalah masalah besar yang mereka hadapi terutama wanita (Ida, 2006). Cukup banyak wanita yang mengalami gangguan haid namun diam-diam tanpa menyadari bahwa ada cara meringankannya. Wanita dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya dan kemudian mencari upaya untuk melindungi dirinya atau meringankan gangguan yang dialaminya (Wid, 2009). Jika sudah cukup sering mengalami ketidakteraturan menstruasi, sebaiknya segera temui dokter ahli kandungan atau dokter umum. Dokter akan mendiagnosa apa yang menyebabkan ketidakteraturan itu (Eny, 2005). B. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional yang akan diamati secara deskriptif dan analitik. Pada penelitian observasional, peneliti mencoba untuk mencari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel sehingga perlu disusun hipotesisnya (Taufiqurrohman, 2004). Sedangkan cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko atau paparan dengan penyakit (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini
Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres 17 adalah semua mahasiswi prodi D III kebidanan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 79 orang. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Teknik sampling yang digunakan sesuai karakteristik populasi adalah sampling purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). a. Analisis Univariat Menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi (Sugiyono, 2007). Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah variabel tingkat stres dan variabel ketidakteraturan siklus haid pada responden. b. Analisis Bivariat Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan ke dua variabel, antara variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiyono, 2007). Dengan menggunakan rumus Chi Quadrat : ( fo fh fh 2 2 ) Keterangan : χ² : Chi Quadrat fo fh : Frekuensi yang diobservasi : Frekuensi yang diharapkan Kedua variabel yang diuji dikatakan memiliki hubungan yang signifikan apabila nilai χ² hitung > χ² tabel atau apabila nilai p-value kurang dari 0,05. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Tingkat Stres Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Stres Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten No. Tingkat stres Frekuensi Prosentase (%) 1 Normal 40 50,6 2 Ringan 33 41,8 3 Sedang 6 7,6 4 Berat 0 0 5 Sangat Berat 0 0 Jumlah 79 100 Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten Berdasarkan tabel 4.1 dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat
18 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23 stres normal sebanyak 40 responden (50,6%), responden yang mempunyai tingkat stres ringan sebanyak 33 responden (41,8%), responden yang mempunyai tingkat stres sedang sebanyak 6 responden (7,6%), dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat stres berat dan sangat berat. b. Ketidakteraturan Siklus Haid Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketidakteraturan Siklus Haid Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten No Ketidakteraturan Siklus Haid Frekuensi Prosentase (%) 1 Tidak Teratur 25 31,6 2 Teratur 54 68,4 Jumlah 79 100 Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten Berdasarkan tabel 4.2 dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden yang mengalami siklus haid tidak teratur sebanyak 25 responden (31,6%), sedangkan yang mengalami siklus haid teratur sebanyak 54 responden (68,4%). 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten. Tabel 4.3 Hubungan Tingkat Stres Dengan Ketidakteraturan Siklus Haid Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten Tingkat Stres Ketidakteraturan Siklus Haid Total Prosentase (%) Tidak Teratur % Teratur % Normal 6 7,6 34 43,0 40 50,6 Ringan 15 19,0 18 22,8 33 41,8 Sedang 4 5,1 2 2,5 6 7,6 Berat 0 0 0 0 0 0 Sangat berat 0 0 0 0 0 0 Jumlah 25 31,6 54 68,4 79 100 Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten.
Berdasarkan tabel 4.3 dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat stres normal dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 6 responden (7,6%), teratur 34 responden (43,0%); responden yang mempunyai tingkat stres ringan dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 15 responden (19,0%), teratur 18 responden (22,8%); responden yang mempunyai tingkat stres sedang dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 4 responden (5,1%), teratur 2 reponden (2,5%); dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat stres berat dan sangat berat. Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres 19 Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Chi Square Hubungan Tingkat Stres Dengan Ketidakteraturan Siklus Haid Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten Tingkat Stres Ketidakteraturan Siklus Haid Total p χ 2 Tidak Teratur Teratur Normal 6 34 40 Ringan 15 18 33 0,003 11,435 Sedang 4 2 6 Berat 0 0 0 Sangat berat 0 0 0 Jumlah 25 54 79 Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik chi square diketahui χ 2 hitung = 11,435 sedangkan χ 2 tabel = 9,488 dan p=0,003 (p<0,05) yang berarti bahwa χ 2 hitung lebih besar dari χ 2 tabel dan nilai p<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat dikatakan ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten. B. Pembahasan Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidanan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten dimana χ 2 =11,435 dan p=0,003
20 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23 (p<0,05). Menurut hasil tersebut maka hipotesa penelitian ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten diterima karena nilai p<0,05 yaitu p=0,003. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa stres berpengaruh pada kegagalan produksi folikel stimulating hormon (FSH-LH) di hipotalamus sehingga mempengaruhi gangguan produksi estrogen & progesteron yang menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi (Puji, 2009). Perempuan yang mengalami gangguan psikis berat seperti stress hebat atau depresi, biasanya akan mengalami gangguan hormonal siklus menstruasi jadi kacau dan tidak mengalami ovulasi (Iskandar, 2004). Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes millitus), gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe) (Hawari, 2008). Batasan usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Pardede, 2002). Pernyataan tersebut didukung oleh WHO (World Health Organization) yang mendefinisikan remaja sebagai periode antara umur 10-19 tahun, sedangkan orang muda (young) antara umur 15-24 tahun (Sarwono, 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berumur 19 tahun sebanyak 23 responden (29,1%), dan yang berumur 20 tahun sebanyak 56 responden (70,9%), sehingga bisa dikatakan responden termasuk dalam usia remaja dan juga masuk dalam kategori orang muda. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 79 responden 33 responden (41,8%) dengan tingkat stres ringan dan 6 responden (7,6%) dengan tingkat stres sedang, hal ini dikarenakan pada masa remaja tingkat stres meningkat karena remaja ini disamping harus berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan emosional dalam dirinya, mereka juga harus mengatasi konflikkonflik yang terjadi dalam hidupnya. Menjadi remaja berarti mengalami proses berat yang membutuhkan
Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres 21 banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan, lonjakan pertumbuhan badani dan organ reproduksi adalah masalah besar yang mereka hadapi terutama wanita (Ida, 2006). Penilaian ketidakteraturan siklus haid dikategorikan menjadi dua yaitu tidak teratur dan teratur. Dari hasil penelitian diketahui responden yang mempunyai siklus haid tidak teratur sebanyak 25 responden (31,6%). Menurut Wiknjosastro (2006), Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklusnya berkisar antara 18-42 hari. Berdasarkan hasil penelitian dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat stres ringan dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 15 responden (19,0%), teratur 18 responden (22,8%); responden yang mempunyai tingkat stres sedang dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 4 responden (5,1%), teratur 2 reponden (2,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memang benar salah satu faktor yang menyebabkan ketidakteraturan siklus haid adalah tingkat stres seseorang. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Atik Mahbubah (2006) dan Nur Hidayah (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara stres dengan siklus menstruasi. Berdasarkan hasil penelitian dan didukung beberapa referensi menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid, tetapi ada juga responden dengan tingkat stres normal namun siklus haidnya teratur. Hal ini dikarenakan ketidakteraturan siklus haid tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat stres saja namun juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain diantaranya faktor ginetik, asupan gizi dan status gizi, fisik, dan hormon (Iskandar, 2004). Cukup banyak wanita yang mengalami gangguan haid namun diam-diam tanpa menyadari bahwa ada cara meringankannya. Wanita dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya dan kemudian mencari upaya untuk melindungi dirinya atau meringankan gangguan yang dialaminya (Wid, 2009). Jika sudah cukup sering mengalami ketidakteraturan menstruasi, sebaiknya segera temui dokter ahli kandungan atau dokter umum. Dokter akan
22 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23 mendiagnosa apa yang menyebabkan ketidakteraturan itu (Eny, 2005) C. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Berdasarkan hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid, dimana χ 2 =11,435 dan p=0,003 (p<0,05). b. Tingkat stres responden normal sebanyak 40 responden (50,6%), ringan sebanyak 33 responden (41,8%), sedang sebanyak 6 responden (7,6%), dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat stres berat dan sangat berat. c. Ketidakteraturan siklus haid responden tidak teratur sebanyak 25 responden (31,6%), dan teratur sebanyak 54 responden (68,4%). 2. Saran a. Bagi ilmu pengetahuan Agar menambah informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan yang lebih luas khususnya mengenai pengaruh stres terhadap siklus haid. b. Bagi peneliti Diharapkan peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh tingkat stres terhadap ketidakteraturan siklus haid. c. Bagi institusi Mahasiswi prodi D III kebidanan tingkat II hendaknya menyadari akan pengaruh tingkat stres terhadap ketidakteraturan siklus haid sehingga mereka dapat mengelola tingkat stres yang dialami agar tidak terjadi ketidakteraturan siklus haid. Institusi akademik hendaknya lebih banyak menyediakan buku-buku tentang kesehatan reproduksi untuk menambah pengetahuan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi. d. Bagi peneliti lain Agar dapat mengidentifikasi faktor lain yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus haid selain tingkat stres, dan dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya serta dapat dikembangkan sebagaimana mestinya. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Fisiologi Menstruasi (Klikdokter-Me). http://www.google.com. 27 Januari 2010. jam 19.00 WIB Aat. 2008. Tinjauan Tentang Stres. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung
Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres 23 Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. Dadang Hawari. 2008. Managemen Stres, Cemas, dan Depresi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta Eny. 2005. Menstruasi: Nggak BT Lagi Dong!. http://www.detik.com. 3 Januari 2010. jam 16.00 WIB Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta Ida. 2006. Katalog Karya Tulis Ilmiah. http:// www.helvetia.ac.id/library. 3 Januari 2010. jam 19.30 WIB Iskandar. 2004. Ilmu Psikologi Remaja, EGC. Jakarta. Llewellyn, D. 2002. Dasar-dasar Obtretri dan Ginekologi, Edisi 6, Hipokrates. Jakarta Lovibond, SH & Lovibond, pf.1995.dass. http:// www2.pys.unsw.edu.au/ groups/ dass/. 5 Januari 2010. jam 17.00 WIB. Manuaba, I.B.G. 2003. Memahami Kesehatan Reproduksi Remaja. EGC. Jakarta Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Puji. 2009. Katalog Karya Tulis Ilmiah. http:// www.helvetia.ac.id/library. 3 Januari 2010. jam 20.30 WIB Pardede, N. 2002. Masa Remaja Dalam Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak, Edisi Ke-1, Sagung Seto. Jakarta Rasmun. 2004. Stres, Koping, dan Adaptasi Teori dan pohon masalah keperawatan, edisi pertama, Sagung Seto. Jakarta Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan; Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Suandi. 2004. Gizi pada Masa Remaja dalam Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak, Edisi Ke-1, Sagung Seto. Jakarta Syaifuddin. 2002. Buku Acuan Pelayanan Antenatal dan Neonatal, YBPSP. Jakarta Taufiqurrahman, M.A. 2003. Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. CSGF. Klaten Wid. 2009. Masalah Haid Perlu Dipahami. http://prov.bkkbn.go.id. 4 Januari 2010. jam 18.00 WIB Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. YBSP. Jakarta. 2006. Ilmu Kebidanan. YBSP. Jakarta Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung