HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN STRES DENGAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI PADA TINGKAT 2 PRODI DIII KEBIDANAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN. Sri Wahyuni ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Dwika Suryaningdyah. Abstrak

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2012

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

HUBUNGAN PERSEPSI MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN MENOPAUSE DI DESA SAMBIBULU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR. Nuril Ilmi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT III STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA (IBU) DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DAN PENANGANANNYA DI MA AN-NUR KOTA CIREBON TAHUN 2016

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

HUBUNGAN STRESS TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI MAHASISWI

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI PUJI LESTARI MAWUNG TRUCUK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KETERATURANANTENATAL CAREPADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VI, No.3 September 2015

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KOMBINASI PROGESTERON ESTROGEN TERHADAP KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA.

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTERI DENGAN SIKAP MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE PADA IBU USIA TAHUN DI DESA DUYUNGAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN KEPATUHAN DALAM PERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD dr. R. SOEDJATI PURWODADI

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

HUBUNGAN ANTARA USIA SAAT TIMBULNYA MENARCHE DENGAN USIA SAAT TERJADINYA MENOPAUSE WANITA DI KECAMATAN KARTASURA. Merry Tiyas Anggraini*

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB III METODE PENELITIAN. Surakarta. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tua, tidak sehat, dan tidak cantik lagi.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.1. Januari 2012

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI MADRASAH ALIYAH AL-MUKMIN NGRUKI SURAKARTA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

: Remaja, Menarche, Kecemasan, Dukungan keluarga. : 28 buku ( ) + 5 website

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL WANITA MENOPAUSE DI DUSUN CANDI WINANGUN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

DAMPAK FAKTOR STRESS DAN GANGGUAN WAKTU MENSTRUASI PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI MENSTRUASI (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI DI BEBERAPA SMA DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

HUBUNGAN PENGETAHUAN MAHASISWA KEBIDANAN TINGKAT III TENTANG SADARI DENGAN FREKUENSI MELAKUKAN SADARI. Nanik Nur Rosyidah

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN WANITA USIA TAHUN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE. Nur Sholichah, Restu Anjarwati

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis manusia yang mencoba

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN

DAFTAR PUSTAKA. Annisa, M. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persalinan. (online) avaible;

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN OLIGOMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMK WIDYAPRAJA UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN Nur Aini Rahmawati 1), Siti Komariyatun 2) Abstrak : Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Banyak faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus haid, salah satunya adalah stres. Stres berpengaruh pada kegagalan produksi folikel stimulating hormon (FSH-LH) di hipotalamus sehingga mempengaruhi gangguan produksi estrogen & progesteron yang menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi. Tujuan penelitian mengetahui hubungan tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidananan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional dengan pendekatan waktu cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 79 orang. Pengambilan sampel dengan teknik sampling purposive. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisa menggunakan uji statistik chi square dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat stres normal dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 6 responden (7,6%), teratur 34 responden (43,0%); responden yang mempunyai tingkat stres ringan dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 15 responden (19,0%), teratur 18 responden (22,8%); responden yang mempunyai tingkat stres sedang dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 4 responden (5,1%), teratur 2 reponden (2,5%); dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat stres berat dan sangat berat. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid dengan nilai χ 2 hitung = 11,435 dan p = 0,003 (p<0,05). Hal ini berarti hipotesis diterima, jadi ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidanan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten. Kata Kunci : Tingkat Stres, Siklus Haid

Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres 15 A. PENDAHULUAN Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid yang normal atau yang dianggap siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Siklus haid pada kakak beradik bahkan saudara kembar siklusnya tidak terlalu sama, jadi sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai. Hanya sekitar 10-15 persen wanita yang memiliki siklus 28 hari (Wiknjosastro, 2006). Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklusnya berkisar antara 18-42 hari (Wiknjosastro, 2006). Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus menstruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche dan sebelum menopause) telah banyak yang mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur (Anonim, 2009). Siklus menstruasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keturunan ginetik, infeksi indung telur, gangguan hipofisis talamus, anoreksia nervosa, kekurangan gizi, latihan fisik yang berat, dan stres. Stres berpengaruh pada kegagalan produksi folikel stimulating hormon (FSH-LH) di hipotalamus sehingga mempengaruhi gangguan produksi estrogen & progesteron yang menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi (Puji, 2009). Menstruasi tidak teratur dalam istilah medisnya dikenal dengan amenorrhea. Beberapa hal yang menyebabkan amenorrhea adalah stres, obat-obatan jenis tertentu, diet, obesitas, olahraga berlebihan dan sakit kronis (Eny, 2005). Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2008) adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan beban atasnya. Dalam perkembangan selanjutnya ternyata dampak stres ini tidak hanya mengenai gangguan fungsional hingga kelainan organ tubuh, tetapi juga berdampak pada bidang kejiwaan (psikologik/psikiatrik) misalnya kecemasan atau depresi. Gangguan

16 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23 pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes millitus), gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe). Pada masa remaja tingkat stres meningkat karena remaja ini disamping harus berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan emosional dalam dirinya, mereka juga harus mengatasi konfik-konflik yang terjadi dalam hidupnya (Papalia. dkk, 2001). Menjadi remaja berarti mengalami proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan, lonjakan pertumbuhan badani dan organ reproduksi adalah masalah besar yang mereka hadapi terutama wanita (Ida, 2006). Cukup banyak wanita yang mengalami gangguan haid namun diam-diam tanpa menyadari bahwa ada cara meringankannya. Wanita dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya dan kemudian mencari upaya untuk melindungi dirinya atau meringankan gangguan yang dialaminya (Wid, 2009). Jika sudah cukup sering mengalami ketidakteraturan menstruasi, sebaiknya segera temui dokter ahli kandungan atau dokter umum. Dokter akan mendiagnosa apa yang menyebabkan ketidakteraturan itu (Eny, 2005). B. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional yang akan diamati secara deskriptif dan analitik. Pada penelitian observasional, peneliti mencoba untuk mencari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel sehingga perlu disusun hipotesisnya (Taufiqurrohman, 2004). Sedangkan cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko atau paparan dengan penyakit (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini

Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres 17 adalah semua mahasiswi prodi D III kebidanan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 79 orang. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Teknik sampling yang digunakan sesuai karakteristik populasi adalah sampling purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). a. Analisis Univariat Menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi (Sugiyono, 2007). Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah variabel tingkat stres dan variabel ketidakteraturan siklus haid pada responden. b. Analisis Bivariat Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan ke dua variabel, antara variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiyono, 2007). Dengan menggunakan rumus Chi Quadrat : ( fo fh fh 2 2 ) Keterangan : χ² : Chi Quadrat fo fh : Frekuensi yang diobservasi : Frekuensi yang diharapkan Kedua variabel yang diuji dikatakan memiliki hubungan yang signifikan apabila nilai χ² hitung > χ² tabel atau apabila nilai p-value kurang dari 0,05. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Tingkat Stres Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Stres Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten No. Tingkat stres Frekuensi Prosentase (%) 1 Normal 40 50,6 2 Ringan 33 41,8 3 Sedang 6 7,6 4 Berat 0 0 5 Sangat Berat 0 0 Jumlah 79 100 Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten Berdasarkan tabel 4.1 dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat

18 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23 stres normal sebanyak 40 responden (50,6%), responden yang mempunyai tingkat stres ringan sebanyak 33 responden (41,8%), responden yang mempunyai tingkat stres sedang sebanyak 6 responden (7,6%), dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat stres berat dan sangat berat. b. Ketidakteraturan Siklus Haid Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketidakteraturan Siklus Haid Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten No Ketidakteraturan Siklus Haid Frekuensi Prosentase (%) 1 Tidak Teratur 25 31,6 2 Teratur 54 68,4 Jumlah 79 100 Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten Berdasarkan tabel 4.2 dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden yang mengalami siklus haid tidak teratur sebanyak 25 responden (31,6%), sedangkan yang mengalami siklus haid teratur sebanyak 54 responden (68,4%). 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten. Tabel 4.3 Hubungan Tingkat Stres Dengan Ketidakteraturan Siklus Haid Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten Tingkat Stres Ketidakteraturan Siklus Haid Total Prosentase (%) Tidak Teratur % Teratur % Normal 6 7,6 34 43,0 40 50,6 Ringan 15 19,0 18 22,8 33 41,8 Sedang 4 5,1 2 2,5 6 7,6 Berat 0 0 0 0 0 0 Sangat berat 0 0 0 0 0 0 Jumlah 25 31,6 54 68,4 79 100 Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten.

Berdasarkan tabel 4.3 dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat stres normal dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 6 responden (7,6%), teratur 34 responden (43,0%); responden yang mempunyai tingkat stres ringan dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 15 responden (19,0%), teratur 18 responden (22,8%); responden yang mempunyai tingkat stres sedang dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 4 responden (5,1%), teratur 2 reponden (2,5%); dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat stres berat dan sangat berat. Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres 19 Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Chi Square Hubungan Tingkat Stres Dengan Ketidakteraturan Siklus Haid Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten Tingkat Stres Ketidakteraturan Siklus Haid Total p χ 2 Tidak Teratur Teratur Normal 6 34 40 Ringan 15 18 33 0,003 11,435 Sedang 4 2 6 Berat 0 0 0 Sangat berat 0 0 0 Jumlah 25 54 79 Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik chi square diketahui χ 2 hitung = 11,435 sedangkan χ 2 tabel = 9,488 dan p=0,003 (p<0,05) yang berarti bahwa χ 2 hitung lebih besar dari χ 2 tabel dan nilai p<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat dikatakan ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten. B. Pembahasan Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidanan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten dimana χ 2 =11,435 dan p=0,003

20 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23 (p<0,05). Menurut hasil tersebut maka hipotesa penelitian ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten diterima karena nilai p<0,05 yaitu p=0,003. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa stres berpengaruh pada kegagalan produksi folikel stimulating hormon (FSH-LH) di hipotalamus sehingga mempengaruhi gangguan produksi estrogen & progesteron yang menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi (Puji, 2009). Perempuan yang mengalami gangguan psikis berat seperti stress hebat atau depresi, biasanya akan mengalami gangguan hormonal siklus menstruasi jadi kacau dan tidak mengalami ovulasi (Iskandar, 2004). Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes millitus), gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe) (Hawari, 2008). Batasan usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Pardede, 2002). Pernyataan tersebut didukung oleh WHO (World Health Organization) yang mendefinisikan remaja sebagai periode antara umur 10-19 tahun, sedangkan orang muda (young) antara umur 15-24 tahun (Sarwono, 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berumur 19 tahun sebanyak 23 responden (29,1%), dan yang berumur 20 tahun sebanyak 56 responden (70,9%), sehingga bisa dikatakan responden termasuk dalam usia remaja dan juga masuk dalam kategori orang muda. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 79 responden 33 responden (41,8%) dengan tingkat stres ringan dan 6 responden (7,6%) dengan tingkat stres sedang, hal ini dikarenakan pada masa remaja tingkat stres meningkat karena remaja ini disamping harus berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan emosional dalam dirinya, mereka juga harus mengatasi konflikkonflik yang terjadi dalam hidupnya. Menjadi remaja berarti mengalami proses berat yang membutuhkan

Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres 21 banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan, lonjakan pertumbuhan badani dan organ reproduksi adalah masalah besar yang mereka hadapi terutama wanita (Ida, 2006). Penilaian ketidakteraturan siklus haid dikategorikan menjadi dua yaitu tidak teratur dan teratur. Dari hasil penelitian diketahui responden yang mempunyai siklus haid tidak teratur sebanyak 25 responden (31,6%). Menurut Wiknjosastro (2006), Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklusnya berkisar antara 18-42 hari. Berdasarkan hasil penelitian dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat stres ringan dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 15 responden (19,0%), teratur 18 responden (22,8%); responden yang mempunyai tingkat stres sedang dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 4 responden (5,1%), teratur 2 reponden (2,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memang benar salah satu faktor yang menyebabkan ketidakteraturan siklus haid adalah tingkat stres seseorang. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Atik Mahbubah (2006) dan Nur Hidayah (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara stres dengan siklus menstruasi. Berdasarkan hasil penelitian dan didukung beberapa referensi menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid, tetapi ada juga responden dengan tingkat stres normal namun siklus haidnya teratur. Hal ini dikarenakan ketidakteraturan siklus haid tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat stres saja namun juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain diantaranya faktor ginetik, asupan gizi dan status gizi, fisik, dan hormon (Iskandar, 2004). Cukup banyak wanita yang mengalami gangguan haid namun diam-diam tanpa menyadari bahwa ada cara meringankannya. Wanita dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya dan kemudian mencari upaya untuk melindungi dirinya atau meringankan gangguan yang dialaminya (Wid, 2009). Jika sudah cukup sering mengalami ketidakteraturan menstruasi, sebaiknya segera temui dokter ahli kandungan atau dokter umum. Dokter akan

22 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23 mendiagnosa apa yang menyebabkan ketidakteraturan itu (Eny, 2005) C. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Berdasarkan hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid, dimana χ 2 =11,435 dan p=0,003 (p<0,05). b. Tingkat stres responden normal sebanyak 40 responden (50,6%), ringan sebanyak 33 responden (41,8%), sedang sebanyak 6 responden (7,6%), dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat stres berat dan sangat berat. c. Ketidakteraturan siklus haid responden tidak teratur sebanyak 25 responden (31,6%), dan teratur sebanyak 54 responden (68,4%). 2. Saran a. Bagi ilmu pengetahuan Agar menambah informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan yang lebih luas khususnya mengenai pengaruh stres terhadap siklus haid. b. Bagi peneliti Diharapkan peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh tingkat stres terhadap ketidakteraturan siklus haid. c. Bagi institusi Mahasiswi prodi D III kebidanan tingkat II hendaknya menyadari akan pengaruh tingkat stres terhadap ketidakteraturan siklus haid sehingga mereka dapat mengelola tingkat stres yang dialami agar tidak terjadi ketidakteraturan siklus haid. Institusi akademik hendaknya lebih banyak menyediakan buku-buku tentang kesehatan reproduksi untuk menambah pengetahuan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi. d. Bagi peneliti lain Agar dapat mengidentifikasi faktor lain yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus haid selain tingkat stres, dan dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya serta dapat dikembangkan sebagaimana mestinya. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Fisiologi Menstruasi (Klikdokter-Me). http://www.google.com. 27 Januari 2010. jam 19.00 WIB Aat. 2008. Tinjauan Tentang Stres. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung

Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres 23 Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. Dadang Hawari. 2008. Managemen Stres, Cemas, dan Depresi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta Eny. 2005. Menstruasi: Nggak BT Lagi Dong!. http://www.detik.com. 3 Januari 2010. jam 16.00 WIB Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta Ida. 2006. Katalog Karya Tulis Ilmiah. http:// www.helvetia.ac.id/library. 3 Januari 2010. jam 19.30 WIB Iskandar. 2004. Ilmu Psikologi Remaja, EGC. Jakarta. Llewellyn, D. 2002. Dasar-dasar Obtretri dan Ginekologi, Edisi 6, Hipokrates. Jakarta Lovibond, SH & Lovibond, pf.1995.dass. http:// www2.pys.unsw.edu.au/ groups/ dass/. 5 Januari 2010. jam 17.00 WIB. Manuaba, I.B.G. 2003. Memahami Kesehatan Reproduksi Remaja. EGC. Jakarta Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Puji. 2009. Katalog Karya Tulis Ilmiah. http:// www.helvetia.ac.id/library. 3 Januari 2010. jam 20.30 WIB Pardede, N. 2002. Masa Remaja Dalam Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak, Edisi Ke-1, Sagung Seto. Jakarta Rasmun. 2004. Stres, Koping, dan Adaptasi Teori dan pohon masalah keperawatan, edisi pertama, Sagung Seto. Jakarta Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan; Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Suandi. 2004. Gizi pada Masa Remaja dalam Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak, Edisi Ke-1, Sagung Seto. Jakarta Syaifuddin. 2002. Buku Acuan Pelayanan Antenatal dan Neonatal, YBPSP. Jakarta Taufiqurrahman, M.A. 2003. Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. CSGF. Klaten Wid. 2009. Masalah Haid Perlu Dipahami. http://prov.bkkbn.go.id. 4 Januari 2010. jam 18.00 WIB Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. YBSP. Jakarta. 2006. Ilmu Kebidanan. YBSP. Jakarta Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung