Ervina Yulias Veva Universitas Sebelas Maret Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antar siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru.

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

Maningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Melalui Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) Berbantu Media Gambar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research. Wardhani, dkk. (2008: 1.4) mengungkapkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Prasyarat Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi PGSD

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DENGAN MODEL KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIIID SMP N 2 PAKEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Keperluan korespondensi, HP : ,

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe mind mapping, pemecahan masalah

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK. Sri Suwarni

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Dian Kartika Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Dengan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan Koneksi Matematis

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB III METODE PENELITIAN

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS 2),3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

Pi: Mathematics Education Journal 8

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: YULIA FATMAWATI A

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN

Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Strategi Think Talk Write

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA. Oleh :

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING DENGAN BENDA NYATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Jl. Ir. Sutami no. 36 A, Kentingan Surakarta, , 3)

PENINGKATAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING

BAB III METODE PENELITIAN

`PENINGKATAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING KELAS VII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 24 SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Penelitian Tindakan

PENERAPAN PEMBELAJARAN TGT BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN KELAS 3 SD

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di kelas VIII-B SMP Negeri 10 Surakarta, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode deskriptif adalah suatu penggambaran atau penjelasan terhadap suatu

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN BOROWETAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam rangka

SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FRANSISKA YUSMITA P.A.

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

C027. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRAK

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH ANALISIS REAL

Keywords: Open Ended Learning, multimedia, mathematic

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

JURNAL PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SRI SUDARMI A54A100076

PROSIDING ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 12 YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

*Keperluan korespondensi, HP: ,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas atau yang dikenal dengan

Keywords: Scientific, concrete object media, Mathematics

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Biluhu

BAB III METODE PENELITIAN

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN DI SMP

Transkripsi:

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATISDAN PARTISIPASI SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG Ervina Yulias Veva Universitas Sebelas Maret Email: ervinayv504@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan partisipasi siswa pada materi bangun ruang dengan menggunakan metode pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching. Materi bangun ruang pada umumnya menampilkan masalah dalam bentuk soal cerita atau uraian yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sehingga memerlukan kemampuan komunikasi matematis untuk menerjemahkan soal cerita atau uraian tersebut ke dalam model matematika. Kemampuan komunikasi matematis erat kaitannya dengan partisipasi siswa. Partisipasi siswa mendukung terwujudnya kegiatan siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan matematika pada proses pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mampu memberikan informasi tentang perubahan maupun peningkatan yang disebabkan oleh suatu tindakan. Adapun Subjek penelitian tersebut adalah siswa kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi dimana insrumen pembelajaran dan penelitian dikembangkan dengan divalidasi oleh professional judgment. Hasil penelitian menyimpulkan penggunaan metode pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan partisipasi siswa. Pada siklus I, ratarata persentase kemampuan komunikasi matematis yang berhasil dicapai siswa sebesar 57,03% dan pada siklus II rata-rata persentase kemampuan komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan sebesar 11,53% menjadi 68,56%. Pada siklus I diperoleh rata-rata persentase partisipasi siswa mencapai 68,75% dan pada siklus II rata-rata persentase partisipasi siswa mengalami peningkatan sebesar 18,75% menjadi 87,50%.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan partisipasi siswa. Kata Kunci: kemampuan komunikasi matematis; metode pemecahan masalah; partisipasi siswa; pendekatan reciprocal teaching 1. PENDAHULUAN Komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam matematika dan pembelajaran matematika dikarenakan komunikasi merupakan cara untuk menyampaikan ide-ide dan merefleksikan pemahaman tentang matematika. Melalui komunikasi, siswa dapat menyampaikan ide-idenya kepada guru dan siswa lain. Komunikasi matematis merupakan suatu cara siswa untuk mengungkapkan ide-ide atau gagasan matematis baik secara lisan, tertulis, gambar, diagram, grafik, menggunakan benda nyata, menyajikan dalam bentuk aljabar, atau menggunakan simbol matematika. Komunikasi Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 507

matematis merupakan salah satu dari lima standar proses yang ditekankan (NCTM, 2000). Lebih lanjut berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 (Wardhani, 2008) menyebutkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika yaitu agar siswa memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Sesuai dengan pernyataan NCTM dan Permendiknas tersebut menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa perlu mendapat perhatian dari setiap guru dalam pembelajaran matematika dan merupakan salah satu kemampuan yang harus dikembangkan dalam diri siswa. Kemampuan komunikasi matematis erat kaitannya dengan partisipasi siswa. Partisipasi siswa merupakan kerelaan siswa untuk memperhatikan secara aktif dan melibatkan diri dalam kegiatan yang dilaksanakan selama proses pembelajaran, yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, serta kesediaan siswa dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan. Salah satu bentuk keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yaitu keterlibatan siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan matematika melalui kegiatan seperti menjawab pertanyaan, mengemukakan permasalahan, dan menanggapi pendapat. Partisipasi siswa mendukung terwujudnya kegiatan siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan matematika pada proses pembelajaran. Dengan demikian, partisipasi siswa juga perlu dikembangkan oleh setiap guru dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang telah dilakukan di kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar pada tanggal 22 Januari 2013 menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas ini masih kurang baik dan perlu untuk ditingkatkan. Hal-hal yang mengindikasikan masih kurang baiknya kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar dalam pembelajaran matematika, yaitu: (1) dalam menyelesaikan soal cerita, anak cenderung belum mengetahui apa yang diketahui dan ditanya dalam soal cerita tersebut sehingga siswa masih bingung bagaimana menyelesaikannya; (2) siswa masih perlu banyak mendapat bimbingan dari guru dalam mendeskripsikan ide matematika dalam bentuk gambar dan ketika menghubungkan bahasa seharihari dengan bahasa matematika yang menggunakan simbol-simbol; (3) siswa cenderung kurang percaya diri dalam mengkomunikasikan pemikiran mereka untuk membuat dugaan (conjecture) baik secara lisan maupun tertulis dan siswa masih sering menunggu jawaban dari guru dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Berdasarkan hasil observasi lain yang telah dilakukan di kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar pada tanggal 22 Januari 2013 menunjukkan bahwa partisipasi siswa di kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar juga masih kurang baik. Hal-hal yang mengindikasikan partisipasi siswa kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar masih kurang baik dalam pembelajaran matematika, yaitu: (1) sebagian siswa ramai dan berbicara dengan temannya Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 508

ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran di depan kelas; (2) hanya siswa tertentu saja yang sering menjawab pertanyaan dari guru; (3) sebagian siswa bermain sendiri dan tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru; (4) tidak ada siswa yang berani mengungkapkan permasalahan atau pendapatnya mengenai materi pelajaran yang sedang dipelajari. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis dan partisipasi siswa di kelas VIII.I masih kurang baik. Hal-hal yang menyebabkan masih kurang baiknya kemampuan komunikasi matematis dan partisipasi siswa di kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar dalam pembelajaran matematika, yaitu: (1) siswa kurang diberikan tugas matematika dalam berbagai variasi atau masalah yang disajikan kurang menarik sehingga siswa kurang mempunyai keinginan dan motivasi untuk menyelesaikan masalah; (2) siswa kurang diberikan pertanyaan-pertanyaan pemicu bagi tumbuhnya kemauan berkomunikasi sehingga keterlibatan siswa dalam menjawab pertanyaan juga masih kurang; (3) siswa kurang dibiasakan untuk memberikan argumen terhadap setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan orang lain; (4) kurangnya motivasi yang menarik perhatian siswa sehingga siswa kurang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar akan meningkat dengan menerapkan suatu pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan siswa di kelas VIII.I untuk menyampaikan ide-ide atau gagasan matematika. Selain pembelajaran yang akan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis, diperlukan juga pembelajaran yang akan meningkatkan partisipasi siswa di kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar. Pembelajaran yang akan mengembangkan partisipasi siswa di kelas VIII.I harus menciptakan suatu kondisi yang dapat merangsang partisipasi siswa. Pembelajaran yang dapat merangsang partisipasi siswa yaitu pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, guru berperan sebagai pembimbing dalam memotivasi siswa untuk berperan dalam pembelajaran, pemberian stimulus berupa masalah dan tugas, dan pemberian petunjuk dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran (Yamin, 2007). Sehubungan dengan permasalahan yang terjadi pada siswa di kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar, maka perlu solusi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan partisipasi siswa di kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar yaitu dengan melakukan suatu penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan cara menerapkan metode pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching dalam pembelajaran matematika. Metode pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching adalah kegiatan pembelajaran yang menggabungkan antara metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan untuk diselesaikan dengan suatu prosedur pembelajaran yang menggunakan empat strategi kognitif, yaitu adanya kegiatan membuat pertanyaan (question generating), mengklarifikasi (clarifying), memprediksi (predicting), dan merangkum (summarizing). Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 509

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalahnya: Apakah penerapan metode pembelajaran pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan partisipasi siswa kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013? 2. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas VIII.I semester genap SMP Negeri 3 Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013 yang beralamat di Jalan Lawu, Harjosari, Karanganyar. Penelitian tindakan kelas diterapkan pada siswa kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan dengan kemampuan yang heterogen. Data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar diperoleh dari hasil observasi selama proses tindakan dan hasil tes siswa. Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber, yaituinformasi guru dan siswa, tempat dan peristiwa berlangsungnya proses pembelajaran, dokumentasi atau arsip berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Metode yang digunakan yaitu metode observasi, tes, dan dokumentasi (Moleong, 1999). Observasi dimaksudkan untuk mengamati proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching di kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar serta mengamati partisipasi siswa pada saat proses pembelajaranmatematika berlangsung. Kegiatan observasi dilaksanakan oleh tiga observer, yaitu tiga mahasiswa pendidikan matematika. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes uraian tertulis. Tes untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar berbentuk uraian tertulis yang dilaksanakan pada akhir siklus (Budiyono, 2003). Metode dokumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan berbagai dokumen yang digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, hasil tes siswa, pengambilan gambar, dan dokumen selama proses pembelajaran. Untuk menguji validitas data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa dikatakan valid apabila instrumen yang disusun benar dan telah divalidasi oleh experts judgment, serta prosedur yang dilakukan dalam membuat tes sudah benar. Adapun untuk menguji kebenaran data yang diperoleh dari hasil observasi partisipasi siswa dengan menggunakan triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda (Moleong, 1999). Berikut ini teknik analisis yang digunakan : a.) Kemampuan komunikasi matematis siswa Kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar diperoleh dari tes bentuk uraian. Hasil tes dianalisis Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 510

menggunakan rubrik penilaian kemampuan komunikasi matematis. Untuk memudahkan analisis, hasil penskoran yang diperoleh kemudian dipersentase dengan rumus: x = skor skor maksimal. 100 % Kriteria persentase kemampuan komunikasi matematis berdasarkan hasil tes disajikan dalam tabel 1 sebagai berikut. Tabel1. Persentase Kemampuan Komunikasi Matematis Persentase yang Kriteria diperoleh (x) 0 % x 33,32 % Rendah 33,33 % x 66,65 % Sedang 66,66 % x 100 % Tinggi b.) Partisipasi Siswa Analisis hasil observasi partisipasi siswa akan dianalisis, yaitu untuk jawaban Ya akan diberi skor 1 dan jawaban Tidak diberi skor 0. Selanjutnya dihitung persentase hasil observasi partisipasi siswa setiap siklus dapat diketahui dengan rumus: p = skor capaian skor maksimal. 100 % Keterangan: p =persentase partisipasi siswa. skor capaian = jumlah skoramatandalamsatusiklus. skor maksimal = jumlah skormaksimal amatandalam satu siklus. Persentase partisipasi siswa tersebut dikriteriakan sesuai dengan kualifikasi hasil persentase observasi seperti tabel 2 berikut. Tabel 2. Persentase Partisipasi Siswa Persentase yang diperoleh (p) Kriteria 0 % p 25 % Kurang baik 26 % p 50 % Cukup baik 51 % p 75 % Baik 76 % p 100 % Sangat baik Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap-tiap siklus terdiri atas perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) (Arikunto, 2008). Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun beberapa perencanaan, antara lain pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pembuatan instrumen pengamatan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan partisipasi siswa, pembuatan tes akhir siklus, dan menyusun Lembar Kerja. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 511

Pada tahap pelaksanaan dilaksanakan oleh guru yang mengampu pelajaran matematika kelas VIII.I dengan menerapkan metode pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching. Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam langkah-langkah pembelajaran yang sistematis, seperti yang tercantum Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada tahap observasi dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran.fokus observasi yaitu pada pelaksanaan sintaks pembelajaran melalui metode pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Data yang diperoleh diinterpretasi guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan. Pada tahap refleksi dilakukan analisis proses dan dampak dari pelaksanaan tindakan. Hasil analisis pada tahap refleksi berupa kelebihan, kelemahan, ataupun hambatan dalam pelaksanaan tindakan yang dijadikan dasar perencanaan kegiatan pada siklus berikutnya. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada kegiatan prasiklus, persentase rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar mencapai 32,73% berada pada kriteria rendah, sedangkan persentase skor capaian partisipasi siswa kelas VIII.I adalah 12,5% termasuk dalam kriteria kurang baik. Dari hasil observasi kegiatan prasiklus, maka akan dilaksanakan tindakan siklus I dengan menerapkan metode pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I diperoleh bahwa persentase ratarata hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar mencapai 57,03% berada pada kriteria sedang, sedangkan persentase skor capaian partisipasi siswa kelas VIII.I adalah 68,75% termasuk dalam kriteria baik. Jika dibandingkan dengan hasil kegiatan prasiklus, persentase rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII.I mengalami peningkatan. Begitu pula dengan persentase skor capaian partisipasi siswa kelas VIII.I juga telah meningkat menjadi kriteria baik. Berdasarkan hasil tindakan siklus I diperoleh bahwa tingkat kemampuan komunikasi matematis dan partisipasi siswa kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar belum mencapai target yang telah ditentukan. Indikator pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII.I, yaitu apabila persentase rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas VIII.I minimal telah mencapai kriteria tinggi (66,66% x 100%), sedangkan indikator pencapaian partisipasi siswa kelas VIII.I mencapai kriteria sangat baik (76% p 100%). Karena tingkat kemampuan komunikasi matematis dan partisipasi siswa kelas VIII.I belum mencapai target yang telah ditentukan, maka perlu dilakukan tindakan selanjutnya, yaitu siklus II dengan melihat refleksi dari beberapa hambatan pada siklus I dan menindaklanjuti hasil refleksi dengan perbaikan dari tindakan siklus I. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 512

Tindakan siklus II dengan menerapkan kembali metode pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang ada saat proses pembelajaran selama siklus I, sehingga lebih meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan partisipasi siswa kelas VIII.I, serta dapat mencapai target yang telah ditentukan. Setelah adanya tindakan pada siklus II dengan metode pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching didapatkan hasil siklus II, yaitu persentase rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar mencapai 68,56% berada pada kriteria tinggi, sedangkan persentase skor capaian partisipasi siswa kelas VIII.I adalah 87,50% termasuk dalam kriteria sangat baik. Jika dibandingkan dengan hasil kegiatan siklus I, persentase rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VIII.I mengalami peningkatan. Begitu pula dengan persentase skor capaian partisipasi siswa kelas VIII.I juga telah meningkat menjadi kriteria sangat baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II diperoleh bahwa tingkat kemampuan komunikasi matematis dan partisipasi siswa di kelas VIII.I telah mencapai target yang telah ditentukan, sehingga tidak dilanjutkan untuk siklus selanjutnya. Berdasarkan perubahan persentase rata-rata hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas VIII.I dari setiap tindakan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan partisipasi siswa di kelas VIII.I. 4. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Penerapan metode pemecahan masalah dengan pendekatan reciprocal teaching pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan partisipasi siswa kelas VIII.I SMP Negeri 3 Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013, terbukti dari hasil tes kemampuan komunikasi matematis pada siklus I sebesar 57,03% dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 11,53% menjadi 68,56%, sedangkan hasil observasi partisipasi siswa kelas VIII.I pada siklus I sebesar 68,75% dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,75% menjadi 87,50%. 5. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi., Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Budiyono. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Moleong, Lexy.J. (1999). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 513

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston VA: NCTM. Wardhani, Sri. (2008). Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Yamin, Martinis. (2007). Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya (KNPMP I) 514