BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAERAH PENANGKAPAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) BERDASARKAN PERBEDAAN KEDALAMAN PERAIRAN DENGAN JARING ARAD (Mini Trawl) DI PERAIRAN DEMAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jl. Raya Jakarta Serang Km. 04 Pakupatan, Serang, Banten * ) Korespondensi: ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Peta Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat

DAYA TANGKAP BUBU LIPAT YANG DIOPERASIKAN OLEH NELAYAN TRADISIONAL DI DESA MAYANGAN KABUPATEN SUBANG

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 1. No. 1, Desember 2010: 24-31

TINGKAT KERAMAHAN LINGKUNGAN BUBU LIPAT YANG BERBASIS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA KARANGANTU KOTA SERANG PROVINSI BANTEN

ANALISIS PERBEDAAN KEDALAMAN DAN SUBSTRAT DASAR TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (Swimming Crab) DENGAN ARAD RAJUNGAN DI PERAIRAN WEDUNG, DEMAK

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kegiatan Penangkapan Rajungan di Perairan Gebang Mekar

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian a. Peta Desa Mayangan Kabupaten Subang. b. Peta stasiun pengoperasian bubu lipat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

SUMBER DAYA RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN TANGERANG

PENGARUH POSISI UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN BUBU LIPAT (Effect of bait position on catch of collapsible pot)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rajungan

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik :

ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN HANGING RATIO

Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Kerucut dengan Umpan yang Berbeda

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

ANALISIS KERAMAHAN LINGKUNGAN BUBU RAJUNGAN MODIFIKASI CELAH PELOLOSAN DI PERAIRAN KABUPATEN REMBANG

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

ANALISIS HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (PORTUNUS PELAGICUS) MENGGUNAKAN BUBU LIPAT DI MUARA TEBO NELAYAN 1 KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

MODEL NUMERIK DIFUSI POPULASI RAJUNGAN DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) MUARA ANGKE JAKARTA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

RINGKASAN. Metode dan teknologi penangkapan ikan dapat nmenlpengaruhi kelestarian

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Engtangling Nets: TRAMMEL NET (GILTONG (Gillnet Berkantong)/Jaring Gondrong)

5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI ALAT TANGKAP IKAN RAMAH LINGKUNGAN DI DESA BAGAN ASAHAN KECAMATAN TANJUNG BALAI

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

5 PEMBAHASAN 5.1 Bubu Lipat

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN UMPAN DAN KEDALAMAN PERAIRAN PADA BUBU LIPAT TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN BETAHWALANG, DEMAK

UKURAN MATA DAN SHORTENING YANG SESUAI UNTUK JARING INSANG YANG DIOPERASIKAN DI PERAIRAN TUAL

POLA BERAT DAGING RAJUNGAN BERDASARKAN BERAT TUBUH YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN SELAT MADURA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Biologi Hiu Yang Didaratkan di PPN Brondong Jawa Timur

ANALISIS DAERAH PENANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN JARING INSANG DASAR (BOTTOM GILLNET) DI PERAIRAN BETAHWALANG, DEMAK

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

MENGAPA PRODUKSI KEPITING RAJUNGAN MENURUN DAN KEBIJAKAN APA YANG PERLU DILAKUKAN MENGANTISIPASINYA. Oleh. Wayan Kantun

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian

TINGKAT KEMATANGAN KELAMIN DAN FREKUENSI PANJANG PARI GITAR (Rhinobatus sp.1 dan Rhinobatus sp. 2)

WAKTU PENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI PERAIRAN LONTAR KABUPATEN SERANG BANTEN

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Adefryan Kharisma Yuniarta, Aristi Dian Purnama Fitri *), dan Asriyanto

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL TANGKAPAN DAN LAJU TANGKAP UNIT PERIKANAN PUKAT TARIK, TUGU, DAN KELONG

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

KOMPOSISI, ASPEK BIOLOGI DAN KEPADATAN STOK IKAN PARI DI LAUT ARAFURA

HASIL TANGKAPAN DAN LAJU TANGKAP UNIT PERIKANAN PUKAT TARIK, TUGU DAN KELONG

VARIASI JUMLAH DAN JENIS HASIL TANGKAPAN JARING RAMPUS PADA UKURAN MATA JARING YANG BERBEDA DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

ANALISIS CELAH PELOLOSAN PADA BUBU KUBAH TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI TPI DEMAAN KABUPATEN JEPARA

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

PERBAIKAN POSISI KEKENDURAN JARING: UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH HASIL TANGKAPAN TRAMMEL NET RATU SARI MARDIAH

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Tangkap Cantrang SNI SNI

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Kejer Hasil tangkapan jaring kejer selama penelitian menunjukkan bahwa proporsi jumlah rajungan tertangkap adalah 42,07% dari total hasil tangkapan. Hal ini berarti bahwa proporsi by-catch relatif tinggi yaitu 57,93% (Tabel 1). By-catch yang tinggi tersebut mencerminkan komposisi biota di lokasi penelitian. Hasil tangkapan rajungan selama penelitian relatif rendah dibandingkan dengan musim penangkapan lain dalam penelitian lainnya seperti Gardenia (2002) dan Suadela (2004) serta komunikasi dengan nelayan. Besarnya by-catch perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan jaring kejer, karena dapat berdampak pada keseimbangan ekologis perairan Gebang Mekar.periode waktu lain, yaitu pada saat musim rajungan, proporsi by-catch dapat lebih sedikit dari yang diperoleh selama penelitian ini. Selektivitas jaring kejer dapat mempengaruhi hasil tangkapan. Jumlah bycatch yang lebih dari 50% menunjukkan bahwa jaring kejer termasuk alat tangkap yang tidak selektif terhadap jenis tangkapan. Selektivitas suatu alat tangkap dipengaruhi oleh proses tertangkapnya biota. Hasil tangkapan jaring kejer pada umumnya tertangkap secara entangled. Menurut von Brandt (1984) dalam Suadela (2004), j aring rajungan termasuk alat tangkap tangled-net, atau lebih spesifik single-walled tangled net, karena rajungan yang merupakan sasaran utama penangkapannya tertangkap dengan cara terpuntal ( entangled) bagian tubuhnya pada badan jaring. Von Brandt (1984 dalam Suadela (2004) juga menyatakan bahwa kelompok alat tangkap jaring puntal memiliki selektivitas yang rendah, karena berbagai macam spesies dan ukuran yang tertangkap. Selain itu beberapa faktor biologis rajungan juga mempengaruhi selektivitas jaring kejer, antara lain morfologi dan tingkah laku rajungan dan biota lain (Monintja 1997 dalam Suadela 2004). Morfologi biota yang tertangkap seperti Murex sp yang merupakan hasil tangkapan sampingan dominan dengan morfologi yang rumit, mengakibatkan hasil tangkapan umumnya tertangkap

secara terpuntal atau entangled. Tingkah laku rajungan dan biota lain yang berusaha melepaskan diri saat tersangkut pada jaring dapat merusak membuat biota-biota tersebut lebih terpuntal. Tabel 1. Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Kejer Spesies Jumlah Individu (Ekor) Persentase (%) Rajungan (Portunus pelagicus) 639 42,07 Rajungan Angin (Podopthalamus vigil) 122 8,03 Mimi (Tachypleus tridentatus) 7 0,46 Udang Pletok (Oratosguilla oratoria) 124 8,16 Jumlah 253 16,66 Rangah (Murex sp) 480 31,60 Sotong (Loligo sp) 18 1,18 Jumlah 498 32,78 Ikan pari (Dasyatis sp) 13 0,86 Ikan Remang (Congresox talabon) 24 1,58 Ikan Lidah (Cynoglossus spp) 30 1,97 Ikan Sembilang (Paraplotosus sp) 7 0,46 Ikan Kakap (Lates Calcarifer) 28 1,84 Ikan Tigawaja (Johnius sp) 14 0,92 Ikan Gerok (Pomadasys maculatum) 9 0,59 Ikan Kerong-kerong (Terapon jarbua) 4 0,26 Jumlah 129 8,49 Jumlah Total 1519 100,00

4.2 Komposisi Jumlah Rajungan Hasil Tangkapan Total tangkapan rajungan ( Portunus pelagicus) dalam 10 kali ulangan adalah 639 ekor. Jumlah tangkapan rajungan paling banyak diperoleh dari perlakuan A dengan mesh size 3 yaitu berjumlah 236 ekor dengan rata-rata 23,6 (Tabel 2) atau 36,93% (Gambar 3 dan Lampiran 11). Tabel 2. Jumlah Rajungan Hasil Tangkapan Perlakuan A (Mesh size 3 inci) B (Mesh size 3,5 inci) C (Mesh size 4 inci) Hasil rata-rata (ekor) 23,6 a 19,6 a 20,7 a Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti dengan notasi yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada Uji F taraf 5% Gambar 3. Komposisi Jumlah Rajungan Hasil Tangkapan Frekuensi tertangkapnya rajungan pada tiap ulangan berfluktuasi. Jumlah tertangkapnya rajungan paling banyak terjadi pada ulangan ke-9 dengan jumlah tangkapan sebanyak 93 ekor, kemudian disusul dengan ulangan ke-8 dengan

jumlah 76 ekor. Jumlah tangkapan rajungan yang terkecil terjadi pada ulangan ke- 7 dan ke-2 dengan jumlah tangkapan sebanyak 45 dan 46 ekor. Berdasarkan hasil Uji F dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap jumlah rajungan hasil tangkapan tiga perlakuan mesh size yang berbeda diperoleh nilai F Hitung sebesar 0,78 sedangkan F Tabel pada taraf 5% sebesar 3,35 dengan kata lain bahwa F Hitung lebih kecil dibandingkan Ftabel sehingga keputusannya yaitu tolak H1 (Lampiran 12). Hal ini berarti bahwa perbedaan mesh size tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah rajungan yang tertangkap di perairan Gebang Mekar Cirebon. Perbedaan mesh size yang tidak berpengaruh terhadap jumlah individu rajungan disebabkan oleh proses tertangkapnya rajungan yaitu dengan cara terpuntal pada badan jaring, maka perbedaan mesh size yaitu 3 sampai dengan 4 inci tidak memberikan hasil yang berbeda nyata, selain itu juga perbedaan mesh size yang sangat kecil yaitu 0,5 inci. 4.3 Komposisi Jenis Kelamin Rajungan Hasil Tangkapan Selama penelitian berlangsung hasil tangkapan rajungan ( Portunus pelagicus) dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya. Jumlah rajungan jantan lebih banyak tertangkap daripada rajungan betina. Rajungan jantan yang tertangkap berjumlah 393 ekor atau 61,50% sedangkan rajungan betina yang tertangkap berjumlah 246 ekor atau 38,50% (Gambar 4 dan Lampiran 14). Persentase rajungan jantan yang tertangkap hampir 2 kali lipat hasil rajungan betina. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang telah dilakukan Kangas (1997), Darya (2002). Gardenia (2002) dan Suadela (2004) rajungan jantan lebih banyak tertangkap dengan perbandingan yang cukup besar terhadap rajungan betina. Banyaknya rajungan jantan dan betina yang tertangkap bergantung pada keberadaan dan aktivitasnya di fishing ground tersebut (Saedi, 1997). Hal ini diperkirakan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang berubah. Perubahan salinitas dan suhu di suatu perairan mempengaruhi aktivitas dan keberadaan suatu biota (Gunarso, 1985).

Gambar 4. Komposisi Jenis Kelamin Rajungan Hasil Tangkapan Berdasarkan Uji F dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap jumlah rajungan yang tertangkap pada tiga mesh size berbeda diperoleh F Hitung sebesar 0,629 untuk rajungan jantan (Lampiran 14) dan 0,057 untuk rajungan betina (Lampiran 15), sedangkan F Tabel pada taraf 5% adalah sebesar 3,35 sehingga keputusannya yaitu tolak H1 (terima Ho). Hal ini berarti bahwa perbedaan mesh size tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah rajungan jantan maupun betina yang tertangkap pada tiap-tiap perlakuan. Rajungan jantan menyenangi perairan dengan salinitas rendah sehingga penyebarannya di sekitar perairan pantai yang dangkal. Rajungan betina menyenangi perairan dengan salinitas lebih tinggi terutama untuk melakukan pemijahan, sehingga menyebar ke perairan yang lebih dalam dibanding jantan (Wharton 1975 dan Rudiana 1989 dalam Saedi 1997). 4.4 Komposisi Ukuran Rajungan Hasil Tangkapan Ukuran rajungan jantan yang tertangkap di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon bervariasi mulai dari panjang, lebar karapas serta bobot individu (Tabel 3).

Dimensi Ukuran Tabel 3. Sebaran Ukuran Rajungan Jantan Hasil Tangkapan Kisaran A (MS 3 inci) Ukuran Dominan B (MS 3,5 inci) C (MS 4 inci) CL, cm 4,0 8,4 5,5 5,9 5,0 5,4 6,0 6,4 CW, cm 8,5 16,5 12,1 12,9 13,0 13,8 13,9 14,7 BW, gram 32-310 94 124 94 124 94-124 Keterangan : CL: Carapace Lenght (Panjang Karapas) CW: Carapace Widht (Lebar Karapas) BW: Body Weight (Bobot individu) Rajungan jantan yang tertangkap didominasi oleh 3 kelas CL (panjang karapas) pada 3 perlakuan berbeda. Untuk mesh size 3 inci rajungan jantan yang tertangkap didominasi oleh kelas 5,5-5,9 cm, mesh size 3,5 inci didominasi oleh kelas 5,0-5,4cm sedangkan untuk mesh size 4 inci didominasi oleh kelas 6,0-6,4 cm (Gambar 5 dan Lampiran 16). Kelas CW (lebar karapas) untuk mesh size 3 inci dinominasi oleh kelas 12,1-12,9cm dan 13,0-13,8cm untuk mesh size 3,5 serta 13,9-14,7cm untuk mesh size 4 inci (Gambar 6 dan Lampiran 16). Kelas (BW) bobot individu rajungan jantan yang tertangkap juga bevariasi, untuk mesh size 3 inci berat yang dominan pada kelas 94-124 gram, serta 94-124 gram untuk mesh size 3,5 dn 4 inci (Gambar 7 dan Lampiran 16).

Gambar 5. Komposisi Panjang Karapas (CL) Rajungan Jantan Gambar 6. Komposisi Lebar Karapas (CW) Rajungan Jantan

Gambar 7. Komposisi Bobot individu (BW) Rajungan Jantan Ukuran rajungan betina juga bervariasi dari segi panjang, lebar karapas serta bobot individu (Tabel 4). Rajungan betina yang tertangkap didominasi oleh 3 kelas CL (panjang karapas) pada 3 perlakuan berbeda. Untuk mesh size 3 inci rajungan betina yang tertangkap didominasi oleh kelas 3,8-8,3cm, mesh size 3,5 inci didominasi oleh kelas 5,9-6,3cm sedangkan untuk mesh size 4 inci didominasi oleh kelas 5,9-6,3cm (Gambar 8 dan Lampiran 17). Kelas CW (lebar karapas) rajungan betina untuk mesh size 3 inci dinominasi oleh kelas 11,9-12,7cm dan 12,8-13,6cm untuk mesh size 3,5 serta 11,9-12,7cm untuk mesh size 4 inci (Gambar 9 dan Lampiran 17). Kelas bobot individu (BW) rajungan betina yang tertangkap pada bebagai perlakuan berada pada 1 kelas yang sama yaitu pada kisaran 103 gram 127 gram (Gambar 10 dan Lampiran 17).

Dimensi Ukuran Tabel 4. Sebaran Ukuran Rajungan Betina Hasil Tangkapan Kisaran A (MS 3 inci) Dominan B (MS 3,5 inci) C (MS 4 inci) CL, cm 3,9-8,3 4,9-5,3 5,9-6,3 5,9-6,3 CW, cm 8,3-16,3 11,9-12,7 12,8-13,6 11,9-12,7 BW, gram 28-252 103-127 103-127 103-127 Keterangan : CL: Carapace Lenght (Panjang Karapas) CW: Carapace Widht (Lebar Karapas) BW: Body Weight (Bobot individu) Gambar 8. Komposisi Panjang Karapas (CL) Rajungan Betina

Gambar 9. Komposisi Lebar Karapas (CW) Rajungan Betina Gambar 10. Komposisi Bobot individu (BW) Rajungan Betina

Kumar et al. (2000) dalam Suadela (2004) menyatakan bahwa rajungan mencapai umur dewasa setelah berukuran panjang karapas 3,7 cm dan lebar karapas 9 cm. Semua rajungan yang tertangkap oleh mesh size 3 4 inci di perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon seluruhnya memiliki ukuran panjang karapas (CL) diatas 3,7 cm, ini berarti telah dewasa. Rajungan berukuran lebar kaparas (CW) dibawah 9 cm yang tertangkap sebanyak 1 ekor jantan pada mesh size 4 inci dan 1 ekor betina pada mesh size 3 inci. Rajungan jantan sebanyak 392 ekor dan rajungan betina sebanyak 245 ekor dari berbagai mesh size mempunyai ukuran lebar karapas diatas 9cm. Kangas (2000) mengemukakan bahwa u kuran legal yang berlaku di Australia, yaitu rajungan yang mempunyai ukuran lebar karapas diatas 11 cm. Dalam penelitian ini tertangkap sebanyak 345 ekor jantan dan 217 ekor betina dari 3 ukuran mesh size. Selebihnya yaitu sebanyak 48 ekor rajungan jantan dan 29 ekor rajungan betina mempunyai ukuran lebar karapas dibawah 11 cm atau tidak layak tangkap (Tabel 5). Tabel 5. Komposisi Ukuran Dewasa Seksual Dan Kelayakan Tangkap Rajungan Berdasarkan Panjang dan Lebar Karapas Kategori Ukuran Jantan (ekor) Persentase (%) Betina (ekor) Persentase (%) Belum dewasa < 3,7 cm CL 0 0 0 0 Dewasa 3,7 cm CL 393 100 246 100 Jumlah 393 100 246 100 Belum Dewasa < 9 cm CW 1 0,25 1 0,40 Dewasa 9 cm CW 392 99,75 245 99,60 Jumlah 393 100 246 100 Tidak layak < 11 cm CW 48 12,21 29 11,79 tangkap Layak tangkap 11 cm CW 345 87,79 217 88,21 Jumlah 393 100 246 100

Dengan demikian rajungan yang tertangkap dengan jaring kejer 3 sampai dengan 4 inci 87,79% jantan dan 88,21% betina termasuk layak tangkap dan hanya 12,21% rajungan jantan dan 11,79% rajungan betina yang tidak layak tangkap. Komposisi ukuran rajungan baik jantan maupun betina memperlihatkan beragamnya ukuran rajungan yang tertangkapnya oleh jaring kejer pada masingmasing mesh size, tetapi jika dibandingkan tiap-tiap mesh size mempunyai ukuran yang relatif homogen. Mengingat rajungan tertangkap secara terpuntal atau entangled, sulit menentukan bahwa jaring tersebut selektif terhadap ukuran tertentu rajungan. Gardenia (2002) yang menggunakan jaring kejer dengan mesh size 3,5 inci mendapatkan sebaran rajungan yang mempunyai panjang karapas berkisar antara 4,0 sampai 8,0 cm dengan didominasi oleh kelas 4,6 sampai 5,1 cm dan lebar karapas 8,6 sampai 16,9 cm dengan dominasi kelas 10,3 sampai 11,3 cm. Rajungan yang tertangkap selama penelitian hampir seluruhnya berukuran panjang karapas diatas 3,7 cm yaitu 100% dan lebar karapas diatas 9 cm yaitu 99,75% untuk rajungan jantan dan 99,60% untuk rajungan betina, tiga perempatnya atau 87,79 % untuk rajungan jantan dan 88,21% untuk rajungan betina yang memiliki lebar karapas lebih dari 11 cm. Sunarto (2011) menyatakan bahwa pemijahan rajungan berlangsung pada bulan april. Hal ini berarti bahwa rajungan yang tertangkap pada bulan maret merupakan rajungan dewasa yang siap memijah. Ukuran panjang karapas diatas 3,7 cm dan lebar karapas diatas 9 cm merupakan ukuran rajungan yang sudah dewasa, sedangkan untuk lebar karapas dia atas 11 cm merupakan ukuran yang digunakan sebagai acuan kriteria layak tangkap bagi rajungan. Layak tangkap dalam hal ini berdasarkan tingkat kedewasaan secara seksual dari rajungan yang berhubungan dengan siklus reproduksi rajungan itu sendiri. Dengan demikian jaring kejer mampu menangkap rajungan yang telah layak tangkap secara seksual sepertiganya dari keseluruhan yang tertangkap pada saat musim dilakukannya penelitian. Penangkapan rajungan yang mempunyai lebar karapas diatas 11 cm dapat memberi peluang bagi

rajungan untuk dapat bereproduksi dan memijah terlebih dahulu sebelum tertangkap. Berat total hasil tangkapan rajungan sebesar 75.714 g dengan rata-rata berat hasil tangkapan tiap langan atau trip sebesar 2523,8 g. Berat rata-rata terbesar yaitu pada perlakuan C (mesh size 4 inci) seberat 29.291 g, kemudian berturut-turut diikuti oleh perlakuan A ( mesh size 3 inci) seberat 24.442 g dan perlakuan B (mesh size 3.5 inci seberat 21.981 g (Lampiran 18). Berdasarkan hasil Uji F dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap berat rajungan hasil tangkapan pada tiga mesh size berbeda diperoleh nilai F hitung sebesar 0,02 (Lampiran 19) sedangkan nilai Ftabel pada taraf 5% adalah sebebsar 3,53 dengan kata lain bahwa F hitung lebih kecil dari Ftabel sehingga keputusannya yaitu terima Ho. Hal ini berarti bahwa perbedaan mesh size tidak berpengaruh nyata terhadap berat rajungan hasil tangkapan. Komposisi hasil tangkapan rajungan juga dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin. Rajungan yang berjenis kelamin jantan mempunyai bobot yang lebih berat jika dibangdingkan dengan rajungan yang berjenis kelamin betina (Tabel 6). Perlakuan Tabel 6. Komposisi Berat Rajungan Jantan dan Betina Berat total Jantan (g) Notasi Berat total Betina (g) Ratarata Ratarata A (MS 3 inci) 15.673 1567,3 a 8.769 876,9 a B (MS 3,5 inci) 14.232 1423,2 a 7.749 774,9 a C (MS 4 inci) 18.701 1870,1 a 10.590 1059 a Keterangan : Nilai-nilai yang diberi notasi yang sama menyatakan tidak berbeda nyata pada Uji F taraf 5% Notasi Berdasarkan hasil Uji F dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap berat rajungan hasil tangkapan pada tiga mesh size berbeda diperoleh nilai F hitung sebesar 1,03 (Lampiran 20) untuk rajungan jantan dan 1,17 untuk rajungan betina, sedangkan Ftabel pada taraf 5% sebesar 3,35 sehingga

keputusannya yaitu tidak berbeda nyata atau terima Ho (Lampiran 21). Hal ini berarti bahwa perbedaan mesh size antara 3 sampai dengan 4 inci tidak berpengaruh nyata terhadap berat rajungan hasil tangkapan baik jantan maupun betina. 4.5 Selektivitas Mesh Size Jaring Kejer Jaring kejer merupakan alat tangkap yang tujuan utamanya untuk menangkap rajungan, namun kenyataannya jumlah rajungan yang tertangkap sangat sedikit bila dibandingkan dengan hasil tangkapan sampingannya. Proporsi hasil tangkapan utama menunjukkan selektivitas dari suatu alat tangkap. Dimana bila proporsi hasil tangkapan utama yang dihasilkan semakin besar, maka alat tersebut dapat dikatakan selektif dari segi jenis. Menurut Suadela (2004), bila proporsi hasil tangkapan sasaran utama adalah 60% maka suatu alat tangkap dapat dikatakan selektif yang merupakan bagian dari kriteria ramah lingkungan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka jaring kejer kejer tidak memenuhi satu keriteria ramah lingkungan, yaitu dengan proporsi hasil tangkapan utama sebesar 42,07%. Rendahnya proporsi hasil tangkapan utama dikarenakan biota di fishing ground sangat beranekaragam. Menurut Sarmintohadi (20 02) tingginya hasil tangkapan sampingan disebabkan ada kesamaan habitat diantara ikan target dan ikan non target. Selain itu, besarnya proporsi hasil tangkapan sampingan menunjukkan bahwa jaring kejer tidak selektif terhadap jenis spesies. Selektivitas alat tangkap terhadap hasil tangkapan umumnya berdasarkan kemampuan dalam menangkap hasil tangkapan pada ukuran tertentu. Panjang karapas (CL) rajungan jantan yang tertangkap oleh berbagai perlakuan bervariasi mulai dari 4,0 sampai 8,4 cm. Lebar karapas (C W) rajungan jantan berkisar dari 8,5-16,5cm. Bobot individu (BW) Rajungan jantan berkisar dari 32 gram sampai dengan 310 gram. Panjang karapas (CL) rajungan betina yang tertangkap oleh berb agai perlakuan bervariasi mulai dari 3,9 sampai 8,3cm. Lebar karapas (CW) rajungan betina berkisar dari 8,3 sampai 16,3cm. Bobot individu (BW) Rajungan jantan

berkisar dari 28 gram sampai 252 gram. Rajungan yang tertangkap menyebar dalam semua kelas ukuran, sehingga dapat dipastikan jaring kejer ini tidak selektif terhadap ukuran tertentu dari rajungan. Monintja et al. (1997) dalam Suadela (2004) menyatakan bahwa proporsi jumlah hasil tangkapan yang tertangkap secara entangled mempengaruhi total selektivitas jaring. Dengan mempertimbangkan cara tertangkapnya tersebut, komposisi ukuran rajungan yang tertangkap jaring kejer cenderung dapat dikatakan tidak selektif. Sehingga diperkirakan komposisi ukuran yang diperoleh mencerminkan komposisi ukuran rajungan yang ada di lokasi penelitian. Perbedaan mesh size pada alat tangkap jaring kejer ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap rajungan ( Portunus pelagicus) hasil tangkapan dilihat dari jenis spesies hasil tangkapan, jumlah individu dan distribusi ukuran,. Tidak adanya perbedaan hasil tangkapan pada tiap-tiap mesh size menunjukkan bahwa jaring kejer memiliki selektivitas mata jaring yang rendah. Matsuoka (1995) dalam Tabrizi (2003) juga mengemukakan bahwa faktor yang terbesar dalam penentuan selektivitas adalah mesh size. Jaring kejer merupakan alat tangkap yang memiliki tingkat selektivitas rendah karena alat tangkap ini menangkap rajungan secara entangled atau terpuntal, dimana rajungan yang memiliki ukuran kecil masih bisa terjerat oleh jaring.