BAB I. PENDAHULUAN. bersifat komplek dan kronis. Terjadinya infeksi atau inflamasi pada penderita DM

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Latar Belakang Produk pangan yang memiliki kandungan gizi dan. kesehatan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi sekaligus

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam es krim yoghurt dapat

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat di dalam tubuh. Gangguan metabolisme karbohidrat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berbagai macam variasi, baik warna, bahan baku, maupun flavor. Bahan utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan rumah tangga sangat penting dalam memantau. rumah tangga yang mengalami masalah kekurangan pangan secara terus

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Berbagai inovasi dilakukan oleh para produsen untuk. memproduksi susu fermentasi yang sesuai dengan selera konsumen di

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

I. PENDAHULUAN. Yogurt adalah bahan makanan yang terbuat dari susu yang

1 Kontrol (S0K) 50, , , ,285 93, , Inokulum (S1I) 21, , , , ,752 2.

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

Fermentasi Susu. Nur Hidayat Agroindustri Produk Fermentasi Kuliah Minggu ke-13. Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis makanan atau mmuman fungsional yang banyak

I. PENDAHULUAN. (Dendrocalamus asper) dan bambu legi (Gigantochloa ater). Keunggulan dari

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Allah Subhanahu wa Ta ala menciptakan segala sesuatu tanpa sia-sia,

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berkhasiat bagi kesehatan (pangan fungsional). atau lebih komponen pangan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. iles dan merupakan tanaman lokal Indonesia yang banyak tumbuh di hutan. Porang

Fermentasi Susu. Nur Hidayat Mikrobiologi Industri. Susu sapi sesuai untuk fermentasi mikrobia

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

Pengaruh waktu dan Nutrien dalam pembuatan yoghurt dari susu dengan starter plain Lactobacillus Bulgaricus menggunakan alat fermentor

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah kasus gizi

KARAKTERISTIK YOGHURT SINBIOTIK FILTRAT UWI UNGU (Dioscorea alata) DENGAN TAMBAHAN KULTUR Bifidobacteria breve DAN Lactobacillus casei SKRIPSI

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat sangat memperhatikan pentingnya pengaruh makanan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

I. PENDAHULUAN. Diversifikasi produk olahan kelapa yang cukup potensial salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penderitanya mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

PENDAHULUAN. mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti laktosa, lemak, protein,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. orang pada tahun 2030 (Patel et al., 2012). World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. sesuatu yang serba instan, praktis, dan efisien. Diantaranya terlihat pada perubahan pola

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

I. PENDAHULUAN. berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi

1. PENDAHULUAN. Biji wijen telah lama digunakan sebagai bahan pangan karena nilai gizinya

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi besar

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang jumlah strainnya sangat banyak, serta mengandung alkohol 0,5-1,0% dan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT. berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 168. bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesunguhnya, setan

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISA ph OPTIMUM UNTUK PERKEMBANGBIAKAN LACTOBACILLUS BULGARICUS DALAM PROSES FERMENTASI GLUKOSA PADA SOYGURT

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis atopik atau eksema atopik merupakan penyakit inflamasi kulit

BAB I PENDAHULUAN. protektif bagi sistem pencernaan, probiotik juga diketahui memiliki banyak

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

SUSU FERMENTASI BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

PENAMBAHAN GUM ARABIK SEBAGAI SENYAWA PENSTABIL PADA YOGHURT PROBIOTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kombinasi antara probiotik dan prebiotik dapat disebut sebagai sinbiotik

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

masyarakat adalah keju, yoghurt, kefir, maupun susu fermentasi (Siswanti,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global,

PENGARUH KONSENTRASI STARTER TERHADAP KUALITAS KEFIR SUSU SAPI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI PENURUN KADAR KOLESTEROL DARAH MENCIT (Mus musculus)

merupakan salah satu produk pangan yang cukup digemari oleh masyarakat lokal seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan. Penggunaan bahan baku yang

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK GALAKTOMANAN DARI DAGING BUAH KELAPA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimiawi Susu Kambing Segar

Hightlight LIPROLAC. Kemasan Liprolac 2,5 g

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat

BAB II LANDASAN TEORI. A.Tinjauan Pustaka. 1.Tanaman Tebu. tinggi dibanding tanaman lain dalam hal pemenuhan kebutuhan pemanis (Lutony,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik yang bersifat komplek dan kronis. Terjadinya infeksi atau inflamasi pada penderita DM merupakan penyebab penting terjadinya komplikasi dan timbulnya kematian pada penderita DM. Salah satu faktor lingkungan spesifik yang berperan penting terhadap perkembangan penyakit gangguan metabolik / DM yaitu komposisi mikrobiota usus. Mikrobiota usus berperan dalam mengatur proses metabolisme inang (Host) dan berkontribusi terhadap perkembangan awal dari proses inflamasi (Cani et al., 2007). Pada penderita DM dan obesitas ditandai dengan perubahan gut barrier yang mengawali terjadinya gangguan pada hubungan simbiosis antara mikrobiota usus dan sel host. Ketidakseimbangan ini dapat meningkatkan resiko inflamasi (level rendah) dan gangguan metabolis seperti perubahan homeostasis glukosa dan lipid pada penderita diabetes (Everard dan Cani, 2013). Perbaikan keseimbangan antara komposisi mikrobiota usus dan sel host pada penderita DM merupakan salah satu terapi yang dapat digunakan untuk menurunkan resiko inflamasi yang berkelanjutan. Konsep prebiotik dan probiotik diterapkan untuk kesehatan melalui perbaikan keseimbangan mikrobiota usus dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri merugikan dan merangsang bakteri yang menguntungkan terhadap inangnya (Urdaneta et al., 2007). Kefir merupakan salah satu pangan fungsional berbasis probiotik yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan bakteri probiotik dalam tubuh. Kefir diproduksi melalui proses fermentasi susu baik susu kambing, susu sapi, susu domba, dan 1

lain-lain oleh starter kefir dalam bentuk biji/ granula. Granula kefir merupakan simbiosis antara bakteri (termasuk spesies lactobacilli, lactococci, acetobacteria) dan yeast (baik yang memfermentasi laktosa maupun tidak) yang terperangkap dalam matriks polisakarida yang disebut kefiran (Gaware et al.,2011). Hasil penelitian Forejt et al. (2007) juga menyebutkan bahwa konsumsi kefir selama 14 hari berturut-turut mampu menurunkan populasi bakteri Enterococcus faecalis feses secara signifikan. Marquina et al. (2002) menjelaskan bahwa pemberian kefir pada tikus selama ± 7 minggu meningkatkan jumlah populasi bakteri asam laktat secara signifikan di dalam usus besar, sedangkan populasi Clostridia dan Enterobactericeae lebih rendah secara signifikan Berdasarkan beberapa penelitian tersebut diketahui bahwa konsumsi kefir mampu meningkatkan keseimbangan mikrobiota dalam saluran pencernaan dengan cara meningkatkan populasi bakteri probiotik dan menghambat bakteri patogen. Susu kambing merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan kefir serta untuk mengatasi kejadian lactose intolerance. Beberapa keunggulan susu kambing antara lain, kandungan laktosa dalam susu kambing lebih rendah daripada susu sapi, selain itu kandungan prebiotik oligosakarida susu kambing (0.25-0.30 g/l) lebih tinggi dibandingkan susu sapi (0.03-0.06 g/l) maupun susu hewani lainnya (Martinez-Ferez et al., 2006). Oligosakarida pada susu kambing dapat meningkatkan pertumbuhan Bifidobacter (growth factor) pada usus dan berperan penting pada sel-sel mukosa usus terhadap serangan patogen (Gopal dan Gill, 2000). Oligosakarida ini dapat menurunkan adesi patogen pada sel-sel epitel (antiadhesive receptor analogs untuk patogen), sehingga menghambat perlekatannya dengan sel-sel inang (Bode, 2

2006). Namun, ada beberapa hal yang tidak disukai konsumen dari susu kambing salah satunya yaitu adanya bau khas kambing yang masih terdapat pada susu kambing. Untuk mengurangi bau khas kambing maka dapat digunakan kombinasi bahan baku lain yang juga memiliki kandungan prebiotik yang cukup tinggi, salah satunya yaitu kedelai. Karbohidrat kedelai sebagian besar terdiri dari disakarida dan oligosakarida, yaitu 2.5-8.2% sukrosa, 0.1-0.9% raffinosa, dan 1.4-4.1% stakiosa (Macrae et al., 1993). Farnworth et al. (2007) menyebutkan pertumbuhan Lactobacillus dan Bifidobacteria dalam media susu kedelai dan yogurt susu kedelai yang dihasilkan akan menurunkan ph lebih cepat selama proses fermentasi dari pada media susu sapi, hal ini sebagai hasil dari kemampuan bakteri menggunakan jenis sumber karbon yang berbeda pada media susu kedelai. Produk fermentasi susu kedelai seperti soy-yoghurt dan kefir susu kedelai dapat memperbaiki dan meningkatkan citarasa dan tekstur dari susu kedelai, meningkatkan sifat fungsional terhadap kesehatan serta mampu mengurangi adanya flavor yang kurang disukai (Donkor et al., 2005). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa produk kedelai merupakan media yang baik untuk mendukung pertumbuhan bakteri probiotik seperti soy yoghurt (Franworth et al., 2007) dan soy milk kefir (Liu et al., 2005). Adanya kandungan oligosakarida baik pada susu kambing maupun susu kedelai yang sebagian besar masuk ke dalam kolon, akan difermentasi oleh bakteri probiotik dalam kolon yang akan menghasilkan short chain fatty acid/scfa (asam asetat, asam propionat, asam asetat, dan asam butirat) (Chen et al., 2008). Untuk dapat difermentasi di kolon dan memiliki efek kesehatan pada 3

inangnya, ada dua syarat yang harus dimiliki, yaitu mampu mencapai kolon tanpa dicerna/diabsorbsi di saluran cerna bagian atas dan dapat dicerna secara selektif oleh mikrobiota saluran cerna, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam usus (Donkor et al., 2007). Berdasarkan potensi dan manfaat dari kefir dalam kaitannya dengan terapi penyakit DM, maka perlu dikembangkan pangan fungsional yang dapat menurunkan resiko inflamasi pada penderita DM dengan memperbaiki keseimbangan populasi mikrobia usus. Kefir yang dibuat dari kombinasi susu kambing dan susu kedelai diduga mempunyai potensi sebagai pangan fungsional yang bermanfaat untuk meningkatkan keseimbangan mikrobia usus bagi penderita diabetes mellitus. 1.2. Perumusan Masalah 1. Apakah selama proses fermentasi kefir kombinasi susu kambing dan susu kedelai terjadi perubahan komponen prebiotik fruktooligosakarida dan rafinosa? 2. Apakah penambahan kefir kombinasi susu kambing dan susu kedelai pada media MRS broth mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophillus, Bifidobacterium longum dan E.coli. 3. Bagaimana pengaruh pemberian kefir kombinasi susu kambing dan susu kedelai terhadap populasi bakteri Lactobacilli, Bifidobacter dan E. coli digesta tikus diabetes? 4. Apakah pemberian kefir kombinasi susu kambing dan susu kedelai berpengaruh terhadap kadar air, ph, berat digesta, dan kadar SCFA tikus diabetes? 4

1.3. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. mengetahui perubahan komponen prebiotik (fruktooligosakarida dan rafinosa) kefir susu kambing, kefir susu kedelai, dan kefir susu campuran, 2. mengetahui pengaruh penambahan kefir susu kedelai, kefir susu kambing, dan kefir susu campuran pada media MRS terhadap peningkatan pertumbuhan bakteri uji seperti Lactobacillus acidophilus, Bifidobacteria longum dan E.coli, 3. mengetahui pengaruh pemberian kefir susu kambing, susu kedelai, dan susu campuran terhadap pertumbuhan populasi Lactobacillus, Bifidobacteria, dan E. coli digesta tikus diabetes, 4. mengetahui pengaruh pemberian kefir susu kambing, susu kedelai, dan susu campuran terhadap berat, kadar air, ph, dan kandungan SCFA (short chain fatty acid) digesta tikus diabetes. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai diversifikasi dan potensi kefir kombinasi susu kambing dan susu kedelai dalam meningkatkan populasi bakteri probiotik dan menekan populasi bakteri patogen pada penderita diabetes mellitus serta pengaruhnya terhadap karakteristik fisik kimia digesta. 5