BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Departemen. Farmasi FMIPA UI dari September 2008 hingga November 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan. Farmakologi Depatemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia,

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 1. Tanaman gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Biokimia, dan Gizi.

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengujian rendemen dari ekstrak kental mempunyai nilai

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

Jenis Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pendekatan Pretest Posttest with Control Group Design menggunakan hewan.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

Lampiran 1. Tumbuhan dandang gendis dan simplisia

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

Bab III Bahan dan Metode

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat 3.2 Bahan 3.3 Hewan Uji

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

METODE PENELITIAN. test design. Pretest adalah pengukuran kadar kolesterol total darah

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Ethical clearance

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah eksperimen karena dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

Lampiran 1. Identifikasi sampel

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Simplisia Uji Simplisia yang digunakan dalam penelitian adalah daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm.) yang diperoleh di kebun Farmasi UI, Depok. Tanaman gandarusa yang digunakan dalam penelitian ini berusia 9 bulan dan telah dideterminasi oleh pusat penelitian dan pengembangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor (Lampiran 2). Daun gandarusa yang diambil adalah daun yang terletak pada ruas ketiga sampai ruas ketujuh dihitung dari ujung tanaman. b. Hewan Uji Hewan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih (Rattus novergicus) jantan, galur Sprague-Dawley, bobot 200-300 17

gram, usia berkisar 3-4 bulan, jumlah 35 ekor. Tikus diperoleh dari peternakan hewan uji IPB, Jawa Barat. c. Bahan Kimia Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian, antara lain: CMC, alopurinol (Nanjing Pharma Chemical Plant) (Lampiran 3), kalium oksonat (Aldrich Chemical), eter (Merck), pereaksi Randox untuk penetapan kadar asam urat (Randox Laboratories), dan heparin. 2. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: blender, shaker, rotary evaporator, waterbath, oven, timbangan analitik (Ohaus), timbangan hewan, sonde lambung, jarum suntik, pipet hematokrit (Marienfeld), microtube, spektrofotometer (Genesys 20), sentrifugator (Biofuge 13), pipet Eppendorf (Fortuna), dan alat-alat gelas lainnya. C. Cara Kerja 1. Penyiapan Simplisia Uji Daun gandarusa dipisahkan dari cabang dan ranting, kemudian dibersihkan dengan air mengalir, dikeringkan pada udara terbuka dan terlindung dari sinar matahari langsung. Pengeringan dilanjutkan di dalam 18

oven pada suhu 40-60 C selama 1 jam, kemudian diserbukkan menggunakan blender sehingga berukuran 30 mesh (12,26). 2. Pembuatan Ekstrak Sebelum ekstrak dibuat, dilakukan uji pendahuluan untuk menentukan konsentrasi etanol yang memberikan rendemen paling besar, dengan konsentrasi etanol yang diuji adalah 20%, 40%, 60%, 70%, 80%, dan 96%. Hasil uji pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan uji pendahuluan, rendemen paling besar diberikan oleh etanol 60%, sehingga digunakan pada pembuatan ekstrak. Etanol 60% dibuat dengan cara mengencerkan etanol 96% yang telah didestilasi, dengan air suling. Untuk memastikan konsentrasi etanol yang telah dibuat, digunakan alkoholmeter. Ekstrak dibuat dengan cara maserasi sebagai berikut: 200 g simplisia dimasukkan ke dalam sebuah bejana, kemudian dituangi dengan 1000 ml etanol 60%, dan ditutup. Campuran diaduk menggunakan shaker selama 1 jam. Pengadukan dilakukan sebanyak 3 kali dengan rentang waktu antar pengadukan adalah setengah jam. Setelah diaduk, campuran didiamkan selama 20 jam. Kemudian, campuran disaring dengan kertas saring. Maserasi dilakukan kembali terhadap ampas sebanyak 4 kali dengan langkah-langkah yang sama seperti di atas (27). 19

Jumlah pelarut pada maserasi ulangan berkurang dari maserasi sebelumnya. Pada maserasi pertama hingga kelima, jumlah pelarut berturut-turut adalah 1000 ml, 800 ml, 600 ml, 600 ml, dan 500 ml. Filtrat yang diperoleh diuapkan menggunakan rotary evaporator pada kisaran temperatur 40-60 C. Penguapan dilanjutkan menggunakan waterbath dengan kisaran temperatur yang sama sampai diperoleh ekstrak yang cukup kental. Penguapan dilanjutkan kembali menggunakan oven dengan kisaran temperatur yang sama pula, yaitu 40-60 C sehingga didapatkan ekstrak kental. 3. Deskripsi Organoleptik Ekstrak baunya. Ekstrak etanol daun gandarusa diperiksa bentuk, rasa, warna, dan 4. Penetapan Parameter Ekstrak a. Susut Pengeringan Pengukuran susut pengeringan dilakukan dengan cara botol timbang bertutup dipanaskan pada suhu 105ºC selama 30 menit, didiamkan dalam desikator selama 10 menit, dan ditimbang. Ulangi tahapan tersebut hingga botol timbang bertutup tara. Kemudian, 1-2 gram ekstrak ditimbang saksama dalam botol timbang bertutup. Ekstrak dalam botol timbang diratakan dengan menggoyangkan botol. 20

Botol dimasukkan ke dalam oven, tutupnya dibuka, ekstrak dikeringkan pada suhu 105 C hingga bobot tetap (28). b. Kadar Air Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara lebih kurang 10 gram ekstrak dimasukkan dan ditimbang saksama dalam wadah yang telah ditara. Ekstrak dikeringkan pada suhu 105 C selama 5 jam dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (28). c. Kadar Abu Pengukuran kadar abu dilakukan dengan cara lebih kurang 2-3 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang saksama, dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan. Zat dipijar di dalam tanur pada temperatur 800 C hingga arang habis, kemudian didinginkan (5 menit di udara, kemudian 10 menit di dalam desikator) dan ditimbang. Ulangi proses tersebut hingga bobot tetap (28). 5. Penyiapan Hewan Uji Sebelum dilakukan perlakuan, hewan uji diaklimatisasi selama 2 minggu dalam kandang di Laboratorium Farmakologi Departemen 21

Farmasi FMIPA UI. Hewan uji yang sakit atau menunjukkan kelainan tidak diikutsertakan dalam percobaan. 6. Pembuatan CMC 0,5% Untuk 1 hari perlakuan, diperlukan lebih kurang 200 ml CMC 0,5%. Sebanyak 1 g CMC ditaburkan ke permukaan 40 ml air suling hangat (20% dari volume total), kemudian didiamkan selama 15 menit hingga CMC mengembang. Campuran digerus hingga homogen, kemudian ditambahkan air suling sedikit demi sedikit sambil dihomogenkan, hingga 200 ml. 7. Sediaan Uji a. Penetapan Dosis Sediaan Uji Dosis daun gandarusa segar untuk rematik sendi pada manusia adalah 45 gram. Persentase bobot daun kering terhadap daun segar 23,41% dan besar rendemen ekstrak 27,13% (Tabel 1, Tabel 3). Faktor konversi dari manusia ke tikus, yaitu 0,018 dan faktor farmakodinamika adalah 10. Pada penelitian ini, dosis sediaan uji yang setara dosis manusia dijadikan sebagai dosis 2. Perhitungannya yaitu, dosis 2: 0,018 x 10 x 45 g x 23,41% x 27,13% = 0,52 g/200 g bb, sedangkan dosis 1 adalah setengah kali dosis 2 dan dosis 3 adalah 2 kali dosis 2 dengan perhitungan sebagai berikut: - dosis 1: ½ x dosis 2 = 0,26 g/200 g bb, 22

- dosis 3: 2 x dosis 2 = 1,04 g/200 g bb (19). b. Pembuatan Sediaan Uji Langkah pertama untuk membuat kelompok sediaan uji adalah dengan membuat sediaan uji dosis terbesar (dosis 3). Dosis 2 dibuat dengan mengencerkan dosis 3, sedangkan dosis 1 dibuat dengan cara mengencerkan dosis 2. Pembuatan sediaan uji secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Sediaan uji ini dibuat baru untuk tiap kali pemakaian. 8. Pembuatan Sediaan Alopurinol Dosis lazim alopurinol adalah 200 mg sehari. Faktor konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018 dan faktor farmakokinetik yang digunakan adalah 10. Dosis untuk tikus: 0,018 x 10 x 200 mg = 36 mg/200 g bb. Untuk volume pemberian sejumlah 3,0 ml/200 g bb, sebanyak 300,0 mg serbuk alopurinol ditimbang, kemudian disuspensikan dengan larutan CMC 0,5% sampai volume 25,0 ml sehingga didapatkan konsentrasi alopurinol 12 mg/ml. Volume 25,0 ml cukup untuk diberi pada 5 ekor hewan uji selama 1 hari perlakuan. 9. Pembuatan Sediaan Herbal X Dosis lazim herbal X adalah 2 kapsul sehari. Tiap kapsul mengandung serbuk obat dengan berat 470 mg sehingga dosis total 23

herbal X untuk manusia adalah 940 mg. Faktor konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018 dan faktor farmakokinetik yang digunakan adalah 10. Dosis untuk tikus: 0,018 x 10 x 940 mg = 170 mg/200 g bb. Untuk volume pemberian sejumlah 3,0 ml/200 g bb, sebanyak 1416,67 mg serbuk herbal X ditimbang, kemudian disuspensikan dengan larutan CMC 0,5% sampai volume 25,0 ml sehingga didapatkan konsentrasi 56,67 mg/ml. Volume 25,0 ml cukup untuk diberi pada 5 ekor hewan uji selama 1 hari perlakuan. 10. Pembuatan Sediaan Kalium Oksonat Dosis kalium oksonat yang dapat membuat hiperurisemia hewan uji adalah 250 mg/kg bb. Maka didapatkan dosis untuk satu ekor tikus, yaitu 50 mg/200 g bb. Untuk volume pemberian sejumlah 0,6 ml/200 g bb, Sebanyak 1,25 gram kalium oksonat ditimbang, kemudian disuspensikan dengan larutan CMC 0,5% sampai volume 25,0 ml sehingga didapatkan konsentrasi kalium oksonat 50 mg/ml. Volume 25,0 ml cukup untuk diberi pada 30 ekor hewan uji selama perlakuan. 11. Perlakuan Pada penelitian ini, berdasarkan rumus Federer: (t-1) (n-1) 15, di mana t adalah jumlah hewan uji tiap kelompok dan n adalah jumlah ulangan dari tiap perlakuan, digunakan 35 ekor tikus yang dibagi secara acak dalam tujuh kelompok sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 24

5 ekor tikus. Kelompok I, II, dan III adalah kelompok uji (kelompok yang diberikan sediaan uji pada dosis yang telah ditentukan); kelompok IV dan V adalah kelompok pembanding (kelompok yang diberikan alopurinol dan herbal X ); kelompok VI adalah kelompok induksi; dan kelompok VII adalah kelompok normal. Sediaan uji diberikan secara oral, sekali sehari, setiap hari, selama 8 hari pada kelompok uji, begitu juga dengan alopurinol dan herbal X pada kelompok pembanding. Kelompok induksi dan kelompok normal hanya diberi larutan CMC 0,5% secara oral, sekali sehari, setiap hari, selama 8 hari. Pemberian makan dan minum pada semua tikus tetap dilakukan seperti biasa. Di hari ke-8, kalium oksonat diberikan secara i.p. (intraperitoneal) pada semua kelompok kecuali kelompok normal. Satu jam kemudian dilakukan pemberian bahan secara oral pada tikus. Dua jam setelah penginduksian kalium oksonat, darah tikus diambil. Gambaran perlakuan terhadap hewan uji dapat dilihat pada Tabel 4. 12. Cara Pengambilan Plasma Darah Tikus terlebih dahulu dianestesi secara inhalasi menggunakan eter. Darah tikus diambil dari sinus orbitalis menggunakan pipet hematokrit (Gambar 8). Darah ditampung secara hati-hati ke dalam microtube yang telah diberi heparin, kemudian disentrifugasi pada kecepatan 7000 rpm selama 5 menit untuk mendapatkan plasma. Plasma yang diperoleh, 25

disimpan pada suhu 2-8 C hingga dilakukan pengukuran kadar asam urat (10,23). 13. Penetapan Kadar Asam Urat dalam Plasma Pada kuvet sampel, standar, dan blanko, dimasukkan 1000 μl pereaksi asam urat. Pada kuvet sampel dimasukkan plasma sebanyak 20 μl. Pada kuvet standar dimasukkan standar asam urat sebanyak 20 μl. Kedua campuran tersebut diinkubasi pada suhu ruang selama 15 menit. Pengukuran kadar asam urat dilakukan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 520 nm. Perlakuan untuk mengukur kadar asam urat dapat dilihat pada Tabel 5. Besarnya kadar asam urat ditentukan dengan rumus: Kadar asam urat = (serapan sampel : serapan standar) x 10 (mg/dl) 14. Analisis Data Data yang diperoleh diolah dengan uji homogenitas dan uji kenormalan. Jika data yang diperoleh bersifat homogen dan terdistribusi normal, dilakukan analisis varian satu arah (one way Anova) untuk melihat apakah ada perbedaan antar kelompok perlakuan. Bila terdapat perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan dan untuk mengetahui di mana perbedaannya, analisis dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) (10,29). 26