TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.)

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko

VISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

PERBANYAKAN BENIH SISTEM KLONAL

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI PEMBIBITAN TANAMAN BUAH

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A

Pohon Apel itu masih (bisa) berbuah lebat

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERBAIKAN PENGELOLAAN POHON INDUK MANGGA

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/Permentan/SR.120/9/201490/ Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

2013, No

PEMANGKASAN KOPI. Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : Penyuluh Pertama

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

LATAR BELAKANG JATI PURWOBINANGUN 5/13/2016

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

TUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman

Manajemen Pembukaan/Pengadaan Kebun: Annual Management Factors. L. Setyobudi

KEBERHASILAN OKULASI VARIETAS JERUK MANIS PADA BERBAGAI PERBANDINGAN PUPUK KANDANG ABSTRAK

KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

No.1374, 2014 KEMENTAN. Calon Kebun Sumber Benih. Sertifikasi Benih. Evaluasi Kebun Sumber Benih. Teh. Standar Operasional Prosedur.

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU SECARA KONVENSIONAL

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan alam asli Asia

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. MATERI DAN METODE. Hortikultura yang beralamat di Jl. Kaharudin Nasution KM 10, Padang Marpoyan

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

TEKNIK PERBANYAKAN SAMBUNG PUCUK MANGGA DENGAN CARA PENGIKATAN TALI LANGSUNG SUNGKUP. Oleh RUSJAMIN JADI ALI DAN FARIHUL IHSAN

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG

Varietas Unggul Manggis Bebas Getah Kuning Ratu Tembilahan

DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tingkat Keberhasilan Okulasi Varietas Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

Transkripsi:

TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.) Didiek Kristianto dan Ica Purwanti Balai Penelitian Tanaman Jeruk & Buah SubtropikaJl.Raya Tlekung No 1 Junrejo Batu RINGKASAN Perluasan areal dan pengembangan tanaman apel di beberapa daerah di Indonesia dan peremajaan tanaman apel di Kota Batu menyebabkan kebutuhan benih apel meningkat, sehingga diperlukan adanya waktu yang tepat antara penyiapan batang bawah siap okulasi dan saat panen mata tempel apel. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Banaran, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropik (Balitjestro) dan wawancara dengan beberapa penangkar apel di Kota Batu. Waktu percobaan dimulai bulan bulan April Agustus 2007. Bahan berasal dari BPMT apel varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna dengan mengambil sampel sebanyak 10 pohon untuk setiap varietas. Pengamatan dilakukan setiap minggu sekali meliputi : saat pecah tunas, panjang ranting, jumlah daun, diameter batang, saat ranting mata tempel siap panen, waktu penyediaan batang bawah, saat okulasi yang tepat, sinkronisasi penyediaan batang bawah dan mata tempel. Percobaan ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui pola pertumbuhan ranting mata tempel pada BPMT varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna; 2) Mengetahui waktu yang diperlukan dalam menyediakan batang bawah siap okulasi dan saat panen mata tempel. 3) Melakukan sinkronisasi penyediaan batang bawah dan mata tempel. Sinkronisasi merupakan proses mempadupadankan kesesuaian waktu antara penyediaan batang bawah siap okulasi dengan saat panen mata tempel dari BPMT, sehingga penangkar dapat menyediakan batang bawah dan mata tempel dalam waktu yang tepat. Katakunci : batang bawah, mata tempel, sinkronisasi, perbenihan apel 1

PENDAHULUAN Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis, Di Indonesia apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi, sentra tanaman apel saat ini adalah di Batu, Poncokusumo, Nongkojajar Pasuruan Jawa Timur. Perluasan areal dan pengembangan daerah baru saat ini dilakukan di beberapa daerah seperti Papua, Sulawesi, Jawa Tengah, NTT dan daerah lain. Kota Batu sebagai salah satu sentra apel mulai tahun 2005 mengalami penurunan produksi, hal ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya umur tanaman sudah tua yaitu umur 20-25 tahun (Suhariyono,2007). Untuk usaha tani buah-buahan yang bersifat komersial seperti apel mengganti tanaman yang sudah tua merupakan tindakan yang perlu dilakukan. Peremajaan ini bertujuan untuk memulihkan kembali efisiensi dalam proses produksi (Rajino, 1978). Mulai tahun 2006 Pemerintah Kota Batu mulai melakukan revitalisasi dan menggerakkan kampanye menanam benih apel. Sejak tahun 2005 2008 Diperta Kota Batu bekerjasama dengan Balitjestro membuat benih apel sebanyak 50.000 pohon / tahun. Kebutuhan benih apel yang terus meningkat baik dari Kota Batu maupun daerah lain memerlukan kesiapan dan waktu yang tepat dalam penyediaan batang bawah dan mata tempel. Permintaan benih apel umumnya di mulai pada awal musim penghujan (Agustus - Januari). Saat ini kebutuhan batang bawah masih mengumpulkan dari beberapa petani dan mata tempel diambil dari pohon produksi sehingga jika diperlukan dalam jumlah banyak masih terbatas. Disamping itu masih banyak petani yang kecewa karena tidak terpenuhinya benih pada saat tanam dan belum terseleksinya batang bawah secara baik. Masalah baru akan diketahui pada saat tanaman mulai berproduksi, pertumbuhan tidak sesuai yang di inginkan. Tidak sinkronnya penyediaan batang bawah dan mata tempel juga menjadi masalah di lapang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan penyediaan mata tempel secara khusus yang diambil dari Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) dan penyediaan batang bawah yang berasal dari Blok Penggandaan Batang Bawah (BPBB) yang berada di Kebun Percobaan Banaran, dengan pengawasan BPSB (Balai Pengawasan Dan Sertifikasi Benih ) sebagai Unit Sertifikasi Benih Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur. Menurut Sutopo 2

(2004), kelas-kelas benih dalam rangka sertifikasi adalah Benih Penjenis, Benih Dasar, Benih Pokok dan Benih Sebar yang secara ringkas dirangkum pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Perbanyakan Bibit Sistem Klonal Tunggal Percobaan ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui pola pertumbuhan ranting mata tempel pada BPMT varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna; 2) Mengetahui waktu yang diperlukan dalam menyediakan batang bawah siap okulasi dan saat panen mata tempel; 3) Melakukan sinkronisasi penyediaan batang bawah dan mata tempel BAHAN DAN CARA Kegiatan dilakukan di Kebun Percobaan Banaran, Balai Penelitian Tanaman Jeruk Dan Buah Subtropika (Balitjestro) dan wawancara beberapa penangkar yang ada di Kota Batu dilakukan selama 5 bulan (April s/d Agustus 2007). Bahan berasal dari BPMT apel varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna dengan mengambil sampel sebanyak 10 pohon untuk setiap varietas. Pengamatan setiap minggu sekali meliputi saat pecah tunas, panjang ranting, jumlah daun, diameter batang, saat ranting mata tempel siap panen, waktu penyediaan batang bawah, saat okulasi yang tepat, sinkronisasi penyediaan batang bawah dan mata tempel. Sinkronisasi merupakan proses mempadupadankan kesesuaian waktu antara penyediaan batang bawah siap okulasi dengan saat panen mata tempel dari BPMT. Penyiapan mata tempel pada tanaman apel asal BPMT dilaksanakan sebagai berikut : 1. Pemangkasan bentuk, dilakukan pada BPMT apel umur 2 tahun dengan cara memangkas 80 cm dari pangkal batang. Setelah tunas tumbuh 1 2 cm dipilih dan dipertahankan 3 ranting. 3

2. Pemeliharaan meliputi pewiwilan, penyiangan, pemupukan, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit. 3. Pengamatan dilakukan seminggu sekali setelah pecah tunas (tinggi 0,5 cm) 4. Panen ranting mata tempel, menggunakan gunting pangkas dengan menyisakan 3 5 mata tunas. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil percobaan dapat diuraikan seperti berikut dibawah ini : Saat Pecah Tunas Prosentase pecah tunas umur 9-14 hari setelah pemangkasan untuk varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna masing masing 90%, 85% dan 92%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa varietas Anna prosentase pecah tunasnya lebih tinggi. Panjang Ranting Tabel 1 menunjukan bahwa pertumbuhan rata rata panjang ranting mata tempel yang paling atas ranting (ke-1) lebih cepat pertumbuhannya dari pada panjang ranting di bawahnya. Pertumbuhan panjang ranting pada umur 154 hari untuk varietas Manalagi yaitu ranting (ke- 1) 102,5 cm, (ke-2) 83,7 cm dan (ke -3) 67,1 cm. Pertumbuhan panjang ranting untuk varietas Rome Beauty pada ranting (ke-1) 82,3 cm, (ke-2) 74,4 cm dan (ke-3) 55,9 cm sedangkan pertumbuhan panjang ranting apel Anna pada ranting (ke-1) 124,7 cm, (ke-2) 108,8 cm dan (ke-3) adalah 72,2 cm. Sehingga pada akhir pengamatan rata rata panjang ranting tertinggi dicapai oleh varietas Anna (101,9) cm dan hasil pertumbuhan ranting terkecil dicapai varietas Rome Beauty (70,9) cm. 4

Tabel 1. Rata-Rata Panjang Ranting / Ph Pada Tiap-Tiap Umur Pengamatan Varietas Ranting ke- Panjang Ranting (cm) Umur (Hari Setelah Pemangkasan) 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 105 112 119 126 133 140 147 154 ML 1 0 1.85 8.85 16.4 24.1 30.2 37.7 41.8 45.5 53.8 58.2 66.6 69.2 75.8 79.7 83.2 87.1 91.7 92.3 96.4 100.8 102.5 2 0 1.6 8.05 15.6 21.6 27.9 31.3 34.8 36.5 39 42.8 45.2 49.8 55.3 62.2 67.9 70.4 73 81.7 82.4 83.1 83.7 3 0 1.8 8 13.3 18.7 21.8 23.4 27.6 30.4 33.2 37.4 40.7 42.1 52.4 56.3 58.2 61.5 63.3 66 66.4 66.9 67.1 0 1.75 8.3 15.1 21.5 26.6 30.8 34.7 37.5 42 46.1 50.8 55.4 61.2 66.1 69.8 73 76 80 81.7 83.6 84.4 RB 1 0 0.58 6.1 13.8 23.1 30.5 37.4 43.8 48.5 52.7 55.8 57.7 61.6 68.1 73.7 77.2 81.4 82 82 82.1 82.1 82.3 2 0 0.09 5 15.2 23.3 30.8 36.5 41.5 49.6 52.4 53.1 54.8 59.2 63.6 66.3 68.8 70.1 72.7 72.7 73.2 73.8 74.4 3 0 0.88 3.4 11.2 19.7 24.6 29.6 33.8 37.5 40.8 43.3 45.1 46.9 47.8 49.3 50.9 52.4 55 55.4 55.4 55.8 55.9 0 0.52 4.8 11.4 22 28.6 34.5 39.7 45.2 48.6 50.7 52.5 55.9 59.8 63.1 65.6 68 69.9 70.2 70.2 70.6 70.9 AN 1 0 1.5 5.75 18.4 27.5 35.6 42.8 48.6 54.5 58.5 66.9 72.2 76.8 78.1 83.2 87.9 90.4 95 99.3 107.7 118.9 124.7 2 0 1.75 7.25 19.5 28.2 34.4 39.8 45.4 51.5 54.5 58.3 61.5 63.8 65.2 66.9 69.4 73.9 78 83 90.2 97.1 108.8 3 0 1.75 9 15.5 26.5 32.8 37.4 46.8 48.5 53.5 54.2 54.9 56.8 57.3 57.9 59.3 60.7 62.3 63 68.1 70.8 72.2 0 1.67 7.33 17.8 27.4 34.3 40 46.9 51.5 55.5 58.9 62.9 65.8 66.9 69.3 72.2 75 78.4 81.8 88.7 95.6 101.9 = Jumlah Rata rata panjang ranting / pohon ML : Manalagi RB : Rome Beauty AN : Anna Rata rata panjang tiap tiap ranting varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna disajikan dalam lampiran. Jumlah Daun Varietas Manalagi dan Anna umur 105 126 hari setelah pemangkasan mempunyai jumlah daun yang hampir sama yaitu 33 36 helai. Dengan umur dan jumlah daun tersebut diikuti munculnya mata tunas di ketiak daun (menonjol), hal ini menunjukkan bahwa mata tempel siap dipanen. Sedangkan pada varietas Rome Beauty baru bisa dipanen saat umur 119 140 hari setelah pemangkasan dengan jumlah daun 33 36 helai, karena pada umur tersebut baru muncul tunas di ketiak daun. Rata rata pengamatan jumlah daun per ranting antara varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna disajikan dalam tabel 2. Tabel 2. Rata - Rata Jumlah Daun Per Ranting Pada Tiap-Tiap Umur Pengamatan Varietas Rata - Rata Jumlah Daun Ranting Pada Umur (Hari Setelah Pemangkasan) 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 105 112 119 126 133 140 147 154 161 ML 0 3 7 10 11 15 17 18 20 22 22 24 26 30 33 34 36 36 39 39 40 41 41 RB 0 2 6 9 12 14 17 19 21 24 25 26 29 30 33 33 33 34 35 36 37 37 38 AN 0 4 7 10 13 16 18 21 24 27 27 28 31 32 35 35 35 35 37 40 46 48 49 5

** = Waktu Panen Mata Tempel ML : Manalagi AN : Anna RB : Rome Beauty Diameter Ranting Mata Tempel Pada umur 105 126 hari setelah pemangkasan, diameter ranting mata tempel varietas Manalagi dan Anna sebesar 0,62 cm 0,7 cm dan diikuti dengan munculnya mata tunas di ketiak daun, hal ini menunjukkan bahwa pada ukuran diameter ranting mata tempel tersebut siap panen. Sedangkan pada varietas Rome Beauty munculnya mata tunas di ketiak daun pada umur 119 140 hari setelah pemangkasan, ukuran diameter ranting mata tempel sebesar 0,61 cm 0,67 cm. Rata rata hasil pengamatan diameter batang ranting mata tempel antara varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna disajikan dalam tabel 3. Tabel 3. Rata - Rata Diameter Ranting Pada Tiap-Tiap Umur Pengamatan Varietas Rata - Rata Diameter Ranting (Cm) Pada Umur Tanaman (Hari Setelah Pemangkasan) 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 105 112 119 126 133 140 147 154 161 ML 0 0 0.17 0.25 0.31 0.33 0.35 0.37 0.39 0.42 0.47 0.51 0.54 0.6 0.62 0.63 0.64 0.65 0.66 0.69 0.72 0.72 0.75 RB 0 0 0.18 0.27 0.36 0.41 0.43 0.45 0.47 0.5 0.51 0.53 0.55 0.57 0.58 0.59 0.61 0.61 0.64 0.67 0.67 0.69 0.7 AN 0 0 0.2 0.32 0.44 0.47 0.5 0.54 0.57 0.6 0.6 0.62 0.62 0.65 0.66 0.67 0.69 0.7 0.72 0.8 0.87 0.91 0.93 ** = Waktu panen mata tempel ML : Manalagi AN : Anna RB : Rome Beauty Dari hasil pengamatan di BPMT antara umur 7 sampai 161 hari setelah pemangkasan menunjukan bahwa panjang ranting, jumlah daun dan diameter ranting mata tempel untuk masing masing varietas selalu meningkat. Pada umur 28 hari setelah pemangkasan pertumbuhan tidak ada perbedaan yang mencolok, hanya pada diameter batang ranting varietas Anna pertumbuhannya lebih cepat. Pada umur 56 dan 84 hari setelah pemangkasan pertumbuhan panjang ranting, jumlah daun dan diameter ranting mata tempel, yang paling cepat adalah varietas Anna dan yang paling lambat adalah Manalagi, sedang pada umur 91 161 hari setelah pemangkasan pertumbuhan panjang ranting, jumlah daun dan diameter ranting mata tempel yang paling cepat adalah varietas Anna, Manalagi kemudian Rome Beauty kemudian berubah lebih cepat. 6

Sinkronisasi Penyediaan Batang Bawah dan Mata Tempel Batang bawah siap okulasi umur 5-6 bulan atau berdiameter ± 0,6-0,7 mm (Supriyanto A & Supadi,1987). Okulasi dilakukan pada musim kemarau yaitu antara bulan April sampai September. Kenyataan yang sering kita jumpai di lapang adalah belum siap atau tidak tersedianya batang bawah dan mata tempel pada saat dibutuhkan oleh penangkar. Oleh karena itu perlu mensinkronkan antara penyediaan batang bawah yang siap okulasi dengan panen mata tempel dari BPMT. Adapun sinkronisasi BPMT dan batang bawah dari BPBK (penangkar) dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Sinkronisasi Pengelolaan BPMT, BPBK (Penangkar) Dan Saat Tanam Yang Tepat Kegiatan 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 BPMT # Tanam Tn Tn # Pangkas Bentuk Pb Pb # Panen 1 P P # Panen 2 P P PENANGKAR # Transplanting batang bawah B B Pemeliharaan setelah tanam Pm Pm Pm Pm Pm Pm # Okulasi 1 O O # Okulasi 2 O O Pemeliharaan setelah okulasi Po Po Po Po Po Po Po Po PETANI # Tanam benih 1 T T # Tanambenih 2 T T Tn : Tanam BPMT O : Okulasi B : Transplanting Batang Bawah T : Tanam benih P : Panen Mata Tempel Pm : Pemeliharaan setelah Tanam Po: Pemeliharaan setelah Okulasi Pb: Pangkas Bentuk 7

KESIMPULAN 1. Pola pertumbuhan ranting mata tempel apel varietas Manalagi dan Anna relatif sama sedangkan Rome Beauty lebih lambat. 2. Batang bawah siap okulasi pada umur 5 6 bulan, mata tempel siap panen untuk varietas Manalagi dan Anna umur 105 126 hari (± 3,5 4 bulan ) setelah pemangkasan sedangkan varietas Rome Beauty mata tempel siap dipanen umur 119 140 (± 4 5 bulan) hari setelah pemangkasan. 3. Sinkronisasi produksi benih apel bisa dibuat / disusun dengan mengetahui peyediaan batang bawah dan saat panen mata tempel pada waktu yang tepat. DAFTAR BACAAN Anonymous.1998.Pedoman Khusus Sertifikasi untuk Perbanyakan Benih Tanaman Buah Secara Vegetatif. Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta. Rajino.1978.Metode Penilaian Investasi Model Untuk Proyek-proyek Pembangunan Perkebunan di Indonesia. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Sugiyatno.A.2007.Produksi dan Distribusi Sumber Jeruk dan Buah Subtropika serta Penguatan Kinerja Unit Penyediaan Benih Sumber Mata Tempel (UPBS).Balitjestro Suhariyono.2007. Rancang Bangun Pengembangan Agribisnis Apel di Kota Batu Supriyanto.A dan Supadi.1987.Pengaruh penempelan dan umur batang bawah terhadap pertumbuhan bibit apel Rome Beauty. Buletin Penelitian Hortikultura Vol. II No 3 (Hal 17) Sutopo.L.2004.Teknologi Benih. Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Pesada. Jakarta.Page 214-216 8

Lampiran. Panjang Ranting / ph (cm) 140 120 100 80 60 40 20 M L 1 M L 2 M L 3 RB 1 RB 2 RB 3 AN 1 AN 2 AN 3 0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 105 112 119 126 133 140 147 154 Umur Pengamatan (hari) Gb1. Grafik Hubungan Antara Umur Pengamatan dan Panjang Ranting / pohon Pada Tiap-tiap Pengamatan Gb 2. Grafik hubungan antara umur pengamatan dan panjang ranting pada tiap-tiap pengamatan Gb 3. Grafik Hubungan Antara Umur Pengamatan dan Jumlah Daun Pada Tiap-tiap pengamatan 9

Gb 4. Grafik Hubungan Antara Umur Pengamatan dan Diameter Ranting Pada Tiap-tiap pengamatan 10