BAB IV SIKAP ORGANISASI MASYARAKAT TERHADAP POLITIK ORDE BARU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB III SEJARAH SINGKAT MAJELIS ULAMA INDOSESIA. pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī

DINAMIKA POLITIK MUHAMMADIYAH PADA MASA SUKARNO SAMPAI MASA SOEHARTO PADA TAHUN SKRIPSI. Oleh FAJAR IWANTORO NIM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV RESPON NU TERHADAP PEMBERLAKUAN ASAS TUNGGAL PANCASILA. A. Respon NU Terhadap Pemberlakuan Asas Tunggal Pancasila

Anggaran Dasar Muhammadiyah

Anggaran Dasar Muhammadiyah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN. penguatan institusi pesantren dan parti politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Perkembangan Peradaban Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan

[102] Ormas Dalam Bahaya Friday, 19 April :43

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA

BAB I PENDAHULUAN. koleganya dengan pertimbangan agar sekolah yang didirikannya itu dapat berjalan

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

Itulah hakikat khittah NU yang kemudian dirumuskan dalam Khittah NU oleh Muktamar ke-27 tahun 1984 di Situbondo.

BAB II FATWA DSN-MUI NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN. 1. Latar Belakang Pembentukan DSN-MUI

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6

Dinamika Politik Muhammadiyah

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammadiyah berasal dari bahasa arab Muhammad, yaitu nama Nabi dan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi semua aspek kehidupan. Salah satu aspek yang diatur pula dalam Islam

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBERIAN GELAR WALIYYUL AMRI AD- DHARURI BI AS-SYAUKAH OLEH NAHDATUL ULAMA KEPADA PRESIDEN SOEKARNO

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

Habib Rizieq: "Indonesia bukan Negara Demokrasi"

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pluralisme. Hubungan antara agama dan ideologi negara pada dasarnya telah

MENDENGARKAN HATI NURANI

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh

Memaknai Pancasila sebagai Dasar Negara*

DINAMIKA PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN PADA ERA ORDE BARU SKRIPSI. Oleh. Tian Fitriara Huda NIM

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

[

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. nahi munkar, beraqidah Islam dan bersumber dari Al-Qur an dan Sunnah.

BAB III VASEKTOMI DALAM PERSPEKTIF MAJELIS ULAMA INDONESIA. menghimpun para ulama, zu ama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk

untuk mengirim delegasi ke Saudi Arabia, dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Islam, baik yang dilakukan oleh perorangan, maupun oleh kelompok atau

Wacana Kepemimpinan Muhammadiyah. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

DINAMIKA PENDIDIKAN ISLAM PASCA ORDE BARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

UU 8/1990, AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA. Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 8 TAHUN 1990 (8/1990) Tanggal : 13 OKTOBER 1990 (JAKARTA)

I PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi

PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

SANG PENARIK GERBONG ITU 1

PANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

POLITIK ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI OLEH: DENNY PRITIANTO SA ADAH NURAINI LINA DWI ASTUTI

JAKARTA, 11 Juli 2007

BAB V KESIMPULAN. Dalam pola hubungan yang oleh Thomas Poguntke dijuluki independent

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

Mam MAKALAH ISLAM. Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara

BAB I PENDAHULUAN. Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah, berasaskan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 12. hlm Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2000,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim yang sangat besar di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB

BAB I PENDAHULUAN. Al-jamiyatul washliyah yang selanjutnya disebut Al-washliyah adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Hubungan Islam Dan Orde Baru. Written by Wednesday, 08 September :03

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH MENGENAI KONSOLIDASI ORGANISASI DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. kesejarahan, dapat ditangkap bahwa kehadiran organisasi-organisasi Islam

KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP)

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian bakat atau pencarian sumber

[102] Pancasila di Tangan Orba Monday, 22 April :22

Transkripsi:

BAB IV SIKAP ORGANISASI MASYARAKAT TERHADAP POLITIK ORDE BARU Politik yang dijalankan oleh orde baru terhadap Islam jelas sekali membawa pengaruh terhadap perkembangan islam pada saat itu. Dengan adanya politik tersebut, juga membawa beragam sikap yang ditunjukan oleh organisasi masyarakat yang bernafaskan islam. Pada saat itu cukup banyak organisasi islam yang terdapat di dalam masyarakat. Salah satu organisasi masyarakat yang cukup besar pada saat itu adalah Nadhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Sikap yang ditunjukkan oleh ormas ini beragama ada yang menolak dan adapula yang menerima dengan terbuka. Walaupun kita mengetahui bahwa politik yang dijalankan tidak selamanya berpihak terhadap islam. Sebut saja mengenai diberlakukannya asa tunggal pancasila serta adanya UU perkawinan yang dianggap bersikap sekuler yang sudah di jelaskan diatas. Inilah sikap yang ditunjukan oleh ormas pada politik yang dijalankan oleh Soeharto. A. Nadhatul Ulama (NU) Nadhatul Ulama atau kebangkitan ulama merupakan organisasi masyarakat yang berdiri pada 31 Januari 1926. Pada awal berdirinya NU memiliki basis penyebaranya bertempat di pesantren-pesantren. Hal ini sesuai dengan prakarsa NU sendiri berasal dari para pemimpin pesantren. Namun seiring berjalannya waktu basis NU mulai bergeser. Hal ini dikarenakan sekitar tahun 1950-an banyak sekali dibuka sekolah formal. Sehingga membuat banyak anak yang beragama islam lebih memilih untuk bersekolah formal dibandingkan pesantren. 29

Inilah yang kemudian membuat K.H Wahid Hasyim yang pada saat itu merupakan Menteri Agama memgajukan konsep masuknya kurikulum pendidikan formal ke dalam pesantren. Hingga mengalami perkembangan sampai sekarang. Sampai sekitar tahun 1952 NU merubah haluannya yang awalnya organisasi masyarakat kini mulai menjadi partai politik. Karena terdapat asumsi umum, bahwa upaya mewujudkan masyarakat yang diridloi Allah hanya bisa melalui perjuangan politik. 1 Pada saat yang sama tidak hanya NU saja yang menjadi partai politik. Namun hal ini juga terjadi terhadap ormas Islam yang lainnya seperti Masyumi,Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), dan Partai Tharikat Islam. Partai-partai ini kemudian juga mengalami desakan dengan politik Orde Baru pada tahun 1973 yang melakukan penyerderhanaan partai politik. Pada saat itu partai politik yang bernafaskan islam mengabungkan diri menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ketika terdapat politik penyerderhanaan yang diusung oleh Soeharto. NU ikut menyetujui dan menjalankan politik tersebut, dimana dilihat ketika NU masuk dalam PPP dan merupakan salah satu kekuatan terbesar yang terdapat didalamnnya. Setelah mengalami perkembangan dengan melebur menjadi PPP, kini Soeharto mulai memberlakukan asas tunggal pancasila yang terdapat pada ketetapan MPR RI Nomor 11/1983 dan baru dituangkan di perundang-undangan Nomor 3 dan Nomor 8 Tahun 1985. Sebagai asas baik untuk organisasi masyarakat maupun partai politik. Pada saat terjadi hal ini NU bisa dikatakan bersifat akomodatif terhadap pemerintahan. Disaat ormas dan parpol masih menimbang dan melihat-lihat keputusan tersebut. Malah NU lebih dulu menyatakan kesediannya menerima asas tunggal pancasila 1 Sudirman Tebba, Islam Orde Baru: Perubahan Politik dan Keagamaan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993). Hlm 22. 30

dengan di sahkannya pada Mukhtamar NU di Situbondo tahun 1948.Hal ini dilakukan sehingga ulama NU tetap bertahan sebagai kekuatan politik yang besar. 2 Salah satu stigma yang sering diberikan kepada jam iyah Nadhatul Ulama (NU) adalah organisasi keagamaan ini dinilai memiliki watak sosial politik yang senantiasa berubah-ubah dan tidak konsisten. 3 Hal ini dapat dilihat ketika terdapat adanya asas tunggal pancasila NU bersikap lebih akomodatif. Sedangkan ketika Soeharto pada saat itu menerapkan P-4, NU malah bersikap menolak untuk ikut mengesahkan hal tersebut. `Ketika Nadhatul Ulama memasuki PPP banyak sekali pergeseran yang terjadi di dalamnnya. Pergeseran itu berupa aktivitas kegiatan yang di lakukan oleh NU kini lebih banyak pada kearah politik dan dinilai tidak membawa keuntungan terhadap kehidupan organisasi. Inilah yang membuat NU ingin kembali ke Khittah 1926. Selain itu terdapat pendapat yang dilontarkan oleh seorang ulama senior NU yakni, K.H. Machrus Ali yang menyatakan dalam NU kini mengalami kerusakan batin yang cukup parah. Sebab beberapa tokohnya sebagian besar sudah kerajingan pada hub alriyasah (cinta kekuasaan) dan hub al-jaah (cinta kedudukan). 4 Hal ini dilihat dari sebagian besar pengurus NU pada saat itu juga menjabat di PPP. Mereka lebih banyak melakukan kegiatan politik dan kegiatan organisasi NU dikesampingkan. Mereka terbius oleh dunia glamour yang terdapat di dunia perpolitikan pada saat itu dan NU hanya digunakan sebagai kendaraan politik agar mendapatkan kursi di parlemen. Kenyataan inilah membuat cemas warga NU pada saat itu. Hingga munculah gagasan untuk kembali ke Khittah 1926. NU menyatakan kembali ke Khittah 1926 2 Musyrifah Sunanto, Op,cit. hlm 85. 3 Badrun Alaena, NU, Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja, (Yogyakarta: Tiara Wicana, 2000). Hlm 1. 4 Ibid.hlm 74. 31

setelah Mukhtamar di Situbondo pada tahun 1984. Keputusan yang di peroleh dari Mukhtamar tersebut terdapat 9 bagian, intinya adalah: 1. Mukadimah yang pada pokoknya berisi penjelasan umum tentang latar belakang berdirinya Nadhatul Ulama, kepemimpinan yang ada dalam Nadhatul Ulama, paham dalam Islam yang dijadikan pegangan dan tujuan berdirinnya Nadhatul Ulama. 2. Pengertian dan maksud Khittah Nadhatul Ulama. Ini menyangkut perilaku organisasi dan warga Nadhatul Ulama, dasar-dasar keagamaan serta kemasyarakatan dan dasar dirumuskannya Khittah 1926. 3. Perincian penjelasan dasar keagamaan Nadhatul Ulama yang menyangkut bidang Aqidah, Fiqih (hukum) dan bidang Tasawuf. 4. Penjelasan sikap kemasyarakatan Nadhatul Ulama yang dirumuskan dalam empat bentuk sikap, yang masing-masing adalah: a. Sikap Tawassuth Wal-I tidal b. Sikap Tasamuh c. Sikap Tawazun d. Sikap yang selalu Ber-Amar Ma ruf Nahi Munkar. 5. Penjelasan tentang perilaku yang muncul sebagai akibat pelaksanaan empat sikap dasar tersebut dalam butir d 6. Perincian penjelasan tentang usaha yang dilakukan oleh Nadhatul Ulama pada awal perjuangannya. 7. Penjelasan tentang fungsi organisasi dan kepemimpinan Ulama yang ada di dalamnya. 8. Penjelasan tentang kedudukan Nadhatul Ulama di tengah-tengah kehidupan bangsa dan Negara. Ini meliputi sikap Nadhatul Ulama dan warganya terhadap Undang-Undang 1945 dan Pancasila, serta sikap Nadhatul Ulama terhadap umat Islam di Indonesia. 9. Tekanan terhadap segenap warga Nadhatul Ulama agar keputusan Mukktamar tentang Khittah ini benar-benar dilaksanakan, baik itu warga biasa maupun pengurus. 5 5 Thoyfoer, Politik Kebangsaan NU: Tafsir Khittah Nadhatul Ulama 1926, (Yogyakarta: Mutiara, 2010). Hlm 41-43. 32

Dengan adanya keputusan untuk kembali ke Khittah, NU mulai kembali lagi untuk menjadi organisasi masyarakat. Inilah yang kemudian membuat NU mulai memutuskan untuk keluar dari PPP. Ternyata dengan keluarnya NU dari PPP, dirasa oleh PPP kehilangan massa yang cukup besar. Sejalan dengan proses pemantapan keputusan kembali ke khittah 1926 hasil-hasilnya pun mulai terasa oleh warga NU, seperti hilangnya beban psikologi warga NU berkat keterbukaan antara NU dengan pemerintah pada semua tingkatan dari atas ke bawah. 6 Inilah yang kemudian membuat warga NU tidak merasa dicurigai ketika melakukan kegiatan keagamaan dan juga sosial oleh aparat keamanan yang pada saat itu ABRI dimiliki keistimewaan untuk mengawasi hal tersebut. Selain itu malah tidak sedikit pesantren, madrasah dan juga proyek sosial lainnya yang dilakukan oleh NU mendapat perhatian dan juga dana dari pemerintah. Serta mulai tejalinnya kerjasama antara Muslimat NU dengan Departeman Tenaga Kerja. Kerjasama ini dalam kegiatan memberikan pelatihan keterampilan wanita untuk usaha mandiri, baik itu untuk tingkat Provinsi maupun Kabupaten. Dengan keluarnya NU dari PPP bukan berarti NU melepaskan politik. Maksud dari politik ini sendiri bukan berarti dengan adanya partai politik, namun NU tidak akan lepas dari Birokrasi. Tidak sedikit kegiatan NU yang di bantu oleh Birokrat pada saat itu. Jadi dari penjelasan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa sikap politik yang digunakan oleh NU dalam perpolitikan Orde Baru lebih banyak bersikap Akomodatif. Hal ini dapat dilihat dengan keputusan-keputusan yang diambil oleh NU pada masa itu. Namun juga di sebagian NU yang bersikap menolak kebijakan politik saat itu misalnnya saja pemberlakuan P-4. Jika dilihat dari sebagian besarnya NU pada saat itu bisa dikatakan relative lebih tenang. 6 Sudirman Tebba,Op,cit. hlm 43. 33

B. Muhammadiyah Muhammaddiyah merupakan salah satu organisasi masyarakat terbesar di Indonesia. Muhammadiyah didirikan oleh K.H, Ahmad Dahlan di Yogyakarta. tepat pada 18 November 1912 Masehi atau 8 Dzulhijah 1330 Hijriah perserikatan Muhammadiyah didirikan. 7 Mulai dari berdiri Muhammadiyah masih menunjukan organisasinnya hingga sekarang. Muhammadiyah mengalami pasang surut dan juga melampau beberapa masa kepemimpinan di Indonesia. dari awal berdiri Muhammadiyah harus berurusan dengan pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Sampai dengan orde lama hingga orde baru sampai pada Muhammadiyah saat ini. Pada masa Belanda dan Orde Lama, Muhammadiyah dapat dikatakan mengikuti politik praktis. Berbeda dengan masa Orde Baru, Muhammadiyah pada saat itu tidak ikut dalam salah satu partai politik. Pada masa Belanda, Muhammadiyah semula memang engan untuk ikut dalam politik praktis namun dalam perkembangnya Muhammadiyah ikut membantu Partai Islam Indonesia dan Thawalib tahun 1938. Sedangkan pada masa Orde Lama, Muhammadiyah ikut bergabung dengan organisasi masyarakat lain ke dalam Masyumi. Masyumi sendiri pada masa Jepang sudah dibubarkan, namun dihidupkan kembali. Muhammadiyah sendiri bertahan dengan Masyumi sampai pada tahun 1960 setelah Masyumi dibubarkan. Pada masa pemerintahan Soeharto (Orde Baru) Muhammadiyah tidak mengikuti politik praktis. Memang Muhammadiyah secara organisatoris tidak mengikuti politik praktis. Namun yang tampil dalam politik praktis adalah anggota dan tokohnya yang ikut dalam pendirian Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) pada tahun 1968. Dan semula mendukung Parmusi dan selanjutkan sma sekali meninggalkan partai politik melalui muktamar ke-38 di ujung pandang. Dengan realitas umat islam yang semakin beragam maka sebagai gerakan sosial-keagamaan 7 Syarifudin Jurdi (Eds),Op,cit. hlm 26. 34

muhamamadiyyah dihadapkan pada kenyataan bagaiamana mengaktualisasikan gerakannya ditengah masysrakat yang kian pragmatik. 8 sehingga pada saat Soeharto memberlakukan peleburan partai politik, Muhammadiyah tidak merasakan pengaruhnya. Karena pada saat itu secara organisatoris Muhammadiyah tidak terikat pada salah satu partai politik. Selain itu Muhammadiyah juga pada saat itu berbentuk organisasi masyarakat, hal ini berbeda dengan NU yang harus ikut meleburkan diri ke dalam PPP. ` Setelah terjadi peleburan partai politik pada tahun 1973, tepat pada tahun 1975 pemerintah mulai mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI berdiri tepat pada tanggal 26 Juli 1975 atau 7 Rajab 1395 H bertempat di Jakarta. Sebagai awal mula dalam pendiriannya mulai diadakan musyawaroh oleh para ulama. Mereka adalah dua puluh enam ulama yang mewakili 26 provinsi di Indonesia, 10 ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat (NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti, Al-Washliyah, Math laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI, dan Al- Ittihadiyyah), 4 ulama dari Dinas Rohani Islam, AD, AU, AL, dan Polri, serta 13 orang tokoh/cendikiawan yang merupakan tokoh peroranga. 9 Dengan hadirnya Muhammadiyah sebagai perwakilan para ulama, maka Muhammadiyah dikatakan menerima hadirnya keputusan pemerintah mendirikan MUI. Politik Orde Baru tidak pada itu saja, namun Soeharto mulai mengeluarkan ketetapan MPR RI Nomor 11/1983 yang menyatakan pemberlakuan asas tunggal pancasila. Asas tunggal pancasila ini diberlakukan tidak hanya partai politik namun juga organisasi masyarakat. Dalam rangka menyikapi perkembangan isu asas tunggal, pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelengarahkan Sidang Tanwir, Mei 1983, yang menghasilkan beberapa keputusan: 8 M. Rusli Karim. Islam dan Konflik Politik Era Orde Baru. (Yogyakarta:Mandala,1992.) 9 Ibid, hlm 240-241. 35

1. Muhammadiyah setuju memasukkan Pancasila dalam anggaran dasarnya, dengan tidak mengubah asas Islam. 2. Mengingat bahwa masalah tersebut adalah masalah nasional, pimpinan wilayah, pimpinan daerah, dan lain-lain tidak dibenarkan untuk mengeluarkan atau mengambil sikap tentang masalah itu. 3. Pembahasan tentang masalah tersebut akan dilakukan dalam Muktamar Ke-41 Muhammadiyah. 10 Belum sampai pada keputusan menerima ataupun tidak karena masih menungu Muktamar ke-41 Muhammadiyah. Dalam mengambil keputusan tentang asas tunggal pancasila, Muhammadiyah mengalami perdebatan didalamnya terdapat dua kubu yang menolak dan ada yang menerima. Sehingga pada kasus ini, Muhammadiyah mengambil rumusan yang jenial sekali, yaitu asas Pancasila, akidah Islam Rumusan ini merupakan kompromi antara kepentingan pemerintah yang mengharuskan asas Pancasila ditetapkan dengan kepentingan umat yang menghendaki akidah Islam ditegaskan. 11 Akhirnya Pancasila digunakan sebagai politik helm. Maksudnya pancasila diterima sebagai helm agar Muhammadiyah bisa berdakwa dengan aman terhadap pemerintah orba. Sehingga ketetapan itu baru dituangkan di perundang-undangan Nomor 3 dan Nomor 8 Tahun 1985 dan semua ormas dan parpol mulai menerapkan asas tunggal Pancasila. Sikap yang digunakan oleh Muhammadiyah terhadap politik Orde Baru sama dengan ormas lain. Pada awalnya melakukan penataan badan-badan organisasinya seperti Majelis Ekonomi, Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan, Majelis Pendidikan dan Kebudayaan, Majelis Wakaf dan Kehartabendaan, Majelis Tarjih dan Majelis Tabligh. 12 Muhammadiyah beranggapan bahwa, ketika aspirasi umat tidak lagi relevan disalurkan melalui partai politik serta lembaga perwalian. 10 Ibid. hlm 235. 11 Sudirman Tebba, Op,cit. hlm 34-35. 12 Ibid. hlm 33. 36

Maka yang paling mendesak untuk saat ini adalah melakukan penataan badan-badan organisasi yang sudah di sebutkan diatas. Selain itu Muhammadiyah kini juga lebih bersikap agregatif dan artikulatif terhadap pemerintah. Muhammadiyah bersikap agregatif karena ormas lebih mengetahui secara langsung permasalahan yang terjadi pada kehidupan rakyat. sedangkan bersikap artikulatif, karena Muhammadiyah tidak memperjuangkan aspirasi umat melewati parpol maupun perwalian, melainkan melewati birokrat. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kerjasama antara pemerintah orba dengan Muhammadiyah dalam melakukan kegiatan ormasnya yakni: dalam program pendidikan Muhammadiyah bekerja sama langsung dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta Departemen Agama.hal ini dilakukan agar lulusan Muhammadiyah pad saat itu dapat diakui oleh pemerintah dan tidak dipersulit dalam mencari kerja. Untuk masalah kesehatan bekerjasama dengan Departemen Kesehatan, untuk tenaga kerja juga berkejasama dengan Departemen Tenaga Kerja, serta instasi lain yang sekiranya terkait kegiatan tersebut. Sebenarnya ketika hal itu dapat memberikan keuntungan yang baik untuk Muhammadiyah akan dijalankan. Namun hal itu menghilangkan sifat dasar Muhammadiyah yang awalnya memiliki sifat dasar kemandirian yang dulunya dimiliki Muhammadiyah. Tidak hanya itu secara tidak langsung Muhammadiyah banyak berfungsi sebagai alat kepentingan pemerintah. Sebenarnya memang kepentingan umat diperhatikan namun selama tidak bertentangan dengan kepentingan pemerintahan Jadi bisa dikatakan hampir sama dengan yang dilakukan oleh NU, Muhammadiyah juga bisa dikatakan bersikap Akomodatif terhadap pemerintahan Orde Baru. Dilihat dengan program yang dijalankan serta keputusan-keputusan yang diambil ketika menyikapi politik orde baru. Dapat pula dikatakan ketika hal itu bisa menguntungkan terhadap Muhammadiyah, maka hal itu akan diambil. 37