Pengaruh Penerapan Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visulization, Intellectually) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

PERBANDINGAN METODE ACCELERATED LEARNING DENGAN METODE ACTIVE LEARNING DITINJAU DARI HASIL BELAJAR SISWA SMP N 21 BATAM TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SAVI DI TINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN FORMAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 BAUBAU

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO

STUDI PERBANDINGAN PENDEKATAN SAVI DAN SCIENTIFIC

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan pendidikan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang akan

Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana. Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Model Pembelajaran AIR pada Pembelajaran Matematika Siswa SMP

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 1 No.2 November 2015

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

Oleh Indah Fajrina

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

Kata Kunci: pendekatan SAVI melalui metode eksperimen, aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa

Oleh Rosmindo Sitorus Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd

Oleh Desty Junita Sitohang Dra. Rosdiana, Siregar, M.Pd. Abstrak

PENERAPAN MODEL SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE WINDOW SHOPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-FISIKA PADA MATERI HUKUM NEWTON

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

EKSPERIMENTASI PENDEKATAN SAVI DAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

PERBANDINGAN MODEL MAKE A MATCH DAN MODEL PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA PADA MATERI PELUANG

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di SMP N 1 kabila Kab.Bonebolango

Adapun yang dimaksud dengan penguasaan konsep menurut Winkel (dalam Helperida, 2012) adalah pemahaman dengan menggunakan konsep, kaidah

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BESITANG TAHUN PEMBELAJARAN

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 03, September 2016, ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENGARUH MEDIA ALBUM FOTO KENANGAN TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

PENERAPAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH PADA ASPEK MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP ABSTRAK

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 7 Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting, dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari kita tidak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi

Nelly Febri Trisna ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

BAB I PENDAHULUAN. untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengajarkan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN GEOBOARD BANGUN DATAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

ARTIKEL. Oleh Frisnawati Siburian NIM Dosen Pembimbing Skripsi, Mara Untung Ritonga, M.Hum., Ph.D.

Data Mentah Skor Posttes Kelas Eksperimen

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP SWASTA ISTIQLAL DELITUA TAHUN PEMBELAJARAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KOMBINASI STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII DI MTS USB SAGULUNG BATAM

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIS

PENGARUH PENERAPAN SIKLUS BELAJAR ABDUKTIF EMPIRIS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KALOR

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN

BAB III METODE PENELITIAN. exsperimen (eksperimen semu) dengan desain Nonequivalent Control Group

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGANALISA RANGKAIAN LISTRIK DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DI SMK NEGERI 1 PADANG RANDIKA PUTRA

Jl. Sidodadi Timur No. 24 Semarang

TAHUN AJARAN 2014/2015. ARTIKEL

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SAVI ( SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL

Penggunaan CD Interaktif Dan Digital Storytelling Berbasis Kontekstual Sebagai Media Pembelajaran Matematika

Pengaruh Metode Karyawisata Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Swasta Yapendak Tinjowan Tahun Pembelajaran 2013/2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Sugiyono (2010:114) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri, yakni untuk membudayakan manusia. Menurut Dhiu (2012:25-27)

PENGARUH PENERAPAN SAVI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Monif Maulana 1), Nur Arina Hidayati 2) 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UAD

Kata Kunci : Pendekatan Matematika Realistik, Keliling dan Luas Persegi Panjang dan Persegi, Aktivitas Belajar Siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ardi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

Fitri Agustina Lubis. Abstact. Kata Kunci : Model Pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), Aktivitas, Sistem Pencernaan Pada Manusia.

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran dapat lebih menarik jika menggunakan media pembelajaran.

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pembahasan mengenai bab ini akan dikemukakan mengenai rancangan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA DENGAN PENDEKATAN SAVI SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 2 KEPOHBARU TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Endang Tri Bawani

ABSTRAK. Kata Kunci : Model Pembelajaran SAVI, Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Peserta Didik, Sikap Peserta Didik ABSTRACT

SKRIPSI. Diajukan Oleh BEBI SURYA HANDAYANI

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MIND MAPPING DALAM QUANTUM LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 11 Kota Jambi. Terdapat 12 kelas paralel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan dari fakta dilapangan, siswa seringkali merasa cepat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA

Transkripsi:

Pengaruh Penerapan Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visulization, Intellectually) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Abdul Mukti Hanasi, Syamsu Qomar Badu & Lailany Yahya Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini mengkaji tentang pembelajaran berbasis multi indrawi yaitu Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Telaga yang diajar dengan menggunakan pendekatan SAVI dan siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Telaga dengan populasi terjangkau adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Telaga. Penelitian eksperimen ini menggunakan desain Posttest-Only Control Group Design dengan pengambilan sampel dilakukan secara Cluster Simple Random Sampling. Data yang digunakan adalah data kemampuan berpikir kritis siswa pada pokok bahasan segitiga. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji t menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan pendekatan SAVI lebih tinggi dari kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa ini ditunjukkan dengan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan SAVI yaitu 59,00 lebih tinggi dibandingkan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan Konvensional yaitu 39,73. Dengan demikian, hipotesis penelitian diterima dan penggunaan pendekatan pembelajaran SAVI dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif bagi siswa. Kata Kunci : Pendekatan SAVI. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa I. PENDAHULUAN Pembelajaran matematika yang merupakan bagian penting dari proses pendidikan sekolah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bersikap, bertindak karena Menurut NCTM (dalam Walle, 008 : 1) sebuah organisasi guru dan pendidik matematika di Amerika Serikat bahwa di dalam dunia yang terus berubah, mereka yang memahami dan dapat mengerjakan matematika akan memiliki kesempatan dan pilihan yang lebih banyak dalam menentukan masa depannya. Kemampuan dalam matematika akan membuka pintu untuk masa depan yang produktif. Lemah dalam matematika membiarkan pintu tersebut

tertutup. Semua siswa harus memiliki kesempatan dan dukungan yang diperlukan untuk belajar matematika secara mendalam dan dengan pemahaman. Tidak ada pertentangan antara kesetaraan dan keunggulan. Pandangan terhadap pelajaran matematika yang muncul dikalangan para siswa saat ini terkadang menjadikan matematika sebagai ilmu yang menakutkan bagi siswa itu sendiri. Matematika dipandang sebagai salah satu mata pelajaran yang bersifat abstrak. Karena bersifat absrak itulah maka matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Sehingga siswa merasa kurang tertarik dengan materi yang diberikan oleh guru dan siswa pun merasa bosan dalam mengerjakan masalah matematika yang diberikan. Sementara itu, pada pembelajaran matematika kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan karena siswa dituntut untuk memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan dalam permasalahan matematis. Kemampuan berpikir kritis merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Glaser (dalam Fisher, 009: 3), mendefinisikan berpikir kritis sebagai: (1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; () pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Kemampuan berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya. Agar kemampuan berpikir kritis siswa berkembang dengan optimal dan mendapat respon yang baik dari siswa, maka diperlukan strategi atau pendekatan pembelajaran matematika yang tepat. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat memperbaiki kembali prosesproses pembelajaran yang selama ini biasa dilaksanakan. Sebaiknya guru berupaya agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa belajar dengan baik dan bersemangat, dengan suasana pembelajaran yang menantang untuk memotivasi siswa dalam belajar akan berdampak positif dalam pencapaian kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini merupakan ciri dari pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan menerapkan pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visulization, Intellectually). Pendekatan belajar dengan cara SAVI ini didasari oleh fakta bahwa setiap orang memiliki gaya berfikir dan gaya belajar yang berbeda-beda. Sebagian kita dapat belajar dengan baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya.

Biasanya orang-orang seperti ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan fasilitator dan tidak terganggu oleh kebisingan. Pola belajar demikian disebut gaya belajar visual. Disisi lain banyak pula pelajar yang mengandalkan kemampuan mendengar untuk mengingat dan tidak sedikit siswa yang memiliki cara belajar paling efektif dengan terlibat langsung dengan kegiatan. Melalui penerapan pendekatan SAVI siswa dapat belajar matematika dengan lebih menyenangkan, kreatif, dan inovatif. Karena dengan pendekatan pembelajaran SAVI siswa diberikan suatu kegiatan yang harus dilakukan siswa dengan menggunakan suatu media atau alat peraga yang bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka di dalam kelas dan dapat mengembangkan kompotensi siswa dalam memberikan argumentasi. Kemudian siswa diminta untuk menjawab soal-soal yang sudah diberikan sebagai upaya untuk mencapai kesimpulan dari materi pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan pendekatan SAVI yang tertuang dalam judul penelitian: Pengaruh Penerapan Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visulization, Intellectually) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Telaga). Berkenaan dengan hal tersebut, maka rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Telaga yang diajar dengan menggunakan pendekatan SAVI dan siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional? Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Telaga yang diajar dengan menggunakan pendekatan SAVI dan siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Beberapa para ahli telah banyak mengutarakan pendapatnya tentang definisi kemampuan berpikir kritis akan tetapi masing-masing komponen berpikir kritis dari para ahli yang berbeda mengandung banyak kesamaan. Menurut Ennis (dalam Fisher, 009: 4) berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Dari definisi Ennis dapat diungkapkan beberapa hal penting. Kemampuan berpikir kritis difokuskan kedalam pengertian sesuatu yang penuh kesadaran dan mengarah pada sebuah tujuan. Richard Paul memberikan definisi berpikir kritis yang kelihatan agak berbeda dari definisi-definisi yang diberikan di atas. Menurut Paul (dalam Aryworo, 01),

Critical thinking is that mode of thinking - about any subject, content, or problem - in which the thinker improves the quality of his or her thinking by skillfully taking charge of the structures inherent in thinking and imposing intellectual standards upon them. Disampaikan oleh Lewis dan Smith (dalam Muhfahroyin, 009) bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari kemampuan berpikit tingkat tinggi, setidaknya ada tiga makna berpikir kritis, yaitu: 1) berpikir kritis sebagai suatu pemecahan masalah, ) berpikir sebagai evaluasi dan pertimbangan, dan 3) berpikir kritis sebagai kombinasi pemecahan masalah, evaluasi dan pertimbangan. Ennis (dalam Achmad, 007) mengidentifikasi 1 indikator berpikir kritis yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut: (1) Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan. () Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi. (3) Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai pertimbangan. (4) Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi. (5) Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis Angelo yang dikutip dalam Edukasi Kompasiana (010) mengidentifikasi lima perilaku yang sistematis dalam berpikir kritis yaitu (1). Keterampilan Menganalisis (). Keterampilan Mensintesis (3). Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah (4). Keterampilan Menyimpulkan (5). Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai. Keterampilan Menganalisis, merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut, menggambarkan pola hubungan antar unsur, mendeskripsikan unsur-unsur yang membentuk sesuatu dan menentukan unsur-unsur yang setara pada sesuatu keadaan. Keterampilan Mensintesis, Keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.pertanyaan sintesis menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya.

Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah, Keterampilan ini menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan keterampilan ini mengacu pada proses mental individu dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat. Keterampilan Menyimpulkan, Suatu keterampilan dalam menarik suatu kesimpulan akhir dari seluruh proses yang telah dilakukan. Keterampilan menyimpulkan ini merupakan kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang baru yang lain. Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai, Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu. Berdasarkan indikator-indikator kemampuan berpikir kritis diatas, beberapa diantaranya yang berhubungan dengan pembelajaran maka indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1).Kemampuan Menganalisis (). Kemampuan Mensintesis (3). Kemampuan Memecahkan Masalah (4). Kemampuan Menyimpulkan. Proses belajar siswa bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam suatu kegiatan pembelajaran. Jika siswa secara simultan menggerakan sesuatu (Somatis) sambil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (Auditori) untuk menghasilkan piktogram atau pajangan tiga dimensi (Visual) maka siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah (Intelektual). Pemilik konsep dasar ini adalah Dave Meier. Menggabungkan keempat modalitas belajar dalam satu peristiwa pembelajaran adalah inti dari Pembelajaran Multi Indriawi. Menurut Meier (00: 9) Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh anak berdiri dan bergerak. Akan tetapi menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan pengunaan semua indra dapat berpengaruh besar terhadap proses pembelajaran terutama pada kemampuan berpikir kritis siswa. Pendekatan SAVI mengintegrasikan keempat unsur tersebut sedemikian rupa sehingga siswa dan guru dapat secara bersama-sama menghidupkan suasana kelas. Di bawah ini diberikan perincian setiap keempat unsur SAVI menurut Meier:

a) Somatic (Somatis) Somatis berasal dari bahasa yunani yang berarti tubuh. Jadi menurut Meier (00: 9) pembelajaran somatis adalah belajar somatic, berarti belajar dengan indra peraba, kinestetik, praktis, melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. b) Auditory (Auditori) Pikiran auditori lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpaninformasi auditori, bahkan tanpa disadari. Ketika membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak menjadi aktif (Meier, 00: 95). c) Visulization (Visual) Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Secara khususnya pembelajaran visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. Selain memudahkan kita mengingat banyak informasi, belajar dengan cara visual ini dapat mengembangkan kreativitas berpikir. d) Intellectually (Intelektual) Gaya belajar intelektual menggunakan kemampuan berpikir yaitu belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. II. Metode Penulisan Penelitian di SMP Negeri 1 Telaga ini dilaksanakan selama ± 3 bulan (April, Mei, dan Juni) mulai dari persiapan hingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan, pada semester genap tahun ajaran 01/013. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Posttest-Only Control Group Design (Sugiyono, 011: 76). Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random. Posttest-Only Control Group Design dapat di gambarkan sebagai berikut :

Keterangan : Tabel 3.1 Posttest-Only Control Group Design Kelas Perlakuan Post Test Kelas Eksperimen X 1 O Kelas Kontrol X O O adalah tes akhir (post test) untuk kelas yang diajarkan dengan pendekatan SAVI O adalah tes akhir (post test) untuk kelas yang diajarkan dengan pendekatan Konvensional X 1 adalah Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI X adalah Pembelajaran yang diajarkan dengan pendekatan Konvensional Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 Telaga. Populasi terjangkau yang juga sebagai wilayah sampel yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Telaga, yang tersebar di 8 kelas dengan jumlah rata rata setiap kelas terdiri atas 7 siswa. Total sampel berjumlah 16 siswa. Sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Cluster Simple Random Sampling. Tehnik Cluster Sampling digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, yaitu terdiri dari 8 kelas. Dikatakan Simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Pengambilan sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian (Sugiyono, 010: 64-65), dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Pertama, memilih dua kelas dengan melakukan undian terhadap 8 (delapan) kelas, siswa kelas VII SMP Negeri 1 Telaga. Undian tersebut dilakukan untuk menentukan kelas yang akan dikenai perlakuan, yaitu kelas yang akan diajar dengan penerapan pendekatan SAVI dan kelas yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional. b. Kedua, memilih dengan cara mengundi (misalnya menggunakan dua sisi mata uang koin) yaitu kelas yang akan diajar dengan penerapan pendekatan SAVI dan kelas yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil undian, kelas VII- terpilih sebagai kelas yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan menggunakan penerapan pendekatan SAVI. Sedangkan kelas VII-5 terpilih sebagai kelas perlakuan dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji kesamaan dua rata-rata. Pengujian dimaksudkan untuk melihat apakah sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol

memperlihatkan hasil yang berbeda. Statistik hipotesis yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut: H 0 : 1 Kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan SAVI lebih rendah atau sama dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. H 1 : 1 Kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan SAVI lebih tinggi kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Jika kedua kelompok yang diperbandingkan pada hipotesis diatas telah diuji dan hasilnya kedua kelompok tersebut berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen, maka langkah selanjutnya yakni melakukan uji t dengan menggunakan rumus : Keterangan : t x 1 x n n 1 1 s t x1 x (Sugiyono, 010: 138) s1 s n n 1 = Nilai hitung untuk uji t = Nilai rata-rata kelas eksperimen = Nilai rata-rata kelas control = Jumlah anggota sampel kelas eksperimen = Jumlah anggota sampel kelas control = Standar Deviasi kelas eksperimen s = Standar Deviasi kelas kontrol Langkah selanjutnya adalah menentukan daerah penolakan dan penerimaan hipotesis dengan kriteria pengujian : Terima H 0 jika : t tabel > t hitung dengan dk = (n 1 + n - ), pada taraf signifikasi = 0,05, dan tolak H 0 jika t mempunyai harga lain. III. Hasil Dan Pembahasan Dari hasil tes kemampuan berpikir kritis diperoleh perbedaaan nilai rata-rata kelas kelas eksperimen x1 59, 00 atau 60,04% dan untuk kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh kelas control x 39, 73 atau 39,96%. Perbedaan tersebut seperti ditunjukkan oleh gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3 Histogram rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Berdasarkan gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa kelas yang dibelajarkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran SAVI memiliki nilai rata-rata lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas yang dibelajarkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional dengan selisih rata-rata 19,73 atau 0,07%. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diperoleh t 3,06 dan t 1,7. Dengan demikian H 0 ditolak dan H 1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar menggunakan pendekatan pembelajaran SAVI lebih tinggi dibanding kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran Konvensional. Pada kelas eksperimen nilai rata-rata lebih tinggi sebab adanya penggunaan pendekatan pembelajaran SAVI yang melibatkan multi indrawi siswa dalam belajar. Sehingga siswa mudah dalam menganalisis, mensintesis, mengenal dan memecahkan masalah serta mampu menyimpulkan materi yang diberikan. Hasil temuan penelitian ini juga didukung oleh teori Jean Piaget (dalam Idin, 009) mengemukakan tiga prinsip utama pembelajaran yaitu: (1) Belajar aktif, proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar, () Belajar lewat interaksi social, dalam belajar perlu diciptakan suasana yang dimungkinkan terjadi interaksi di antara subjek belajar, (3) Belajar lewat pengalaman sendiri, perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari siswa tersebut. Dari hasil penelitian, perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa tidak hanya terdapat pada kelasnya saja tetapi juga terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada tiap indikator berpikir kritis antara kelas yang menggunakan pendekatan pembelajaran SAVI dan hitung tabel

kelas yang menggunakan pendekatan pembelajaran Konvensional. Distribusi perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk tiap indikator berpikir kritis dapat dilihat pada Gambar 4.5 sebagai berikut: Gambar 4.5 Distribusi kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol Berdasarkan Gambar 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator kemampuan berpikir kritis, dimana kelas eksperimen lebih tinggi persentase kemampuan berpikir kritisnya pada setiap aspek indikator dibandingkan dengan kelas kontrol. Meskipun terlihat menurun dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan tingkat kesulitan soal dari setiap aspek indikator kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran SAVI dapat menciptakan keaktifan siswa dan membuat siswa kreatif dalam pembelajaran matematika karena siswa diberikan suatu kegiatan yang harus dilakukan dengan menggunakan suatu media atau alat peraga yang bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka di dalam kelas dan dapat mengembangkan kompotensi siswa dalam memberikan argumentasi. IV. Simpulan Dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar menggunakan pendekatan pembelajaran SAVI lebih tinggi dibanding kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Konvensional. Hal ini juga dibuktikan dengan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen yakni 59,00 lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol dengan rata-rata 39,73.

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1.)Diharapkan kepada para pendidik utamanya guru mata pelajaran matematika agar kiranya dapat menerapkan pendekatan SAVI pada proses pembelajaran, karena hasil penelitian telah menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI dapat meningkatkan keaktifan siswa sehingga berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis siswa..) Diharapkan kepada pihak sekolah, agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam rangka perbaikan pembelajaran, sehingga permasalahan yang dihadapi oleh siswa maupun guru dapat diminimalkan. 3.) Bagi para peneliti yang bermaksud menunjukkan hasil temuan yang lebih lanjut, diharapkan untuk lebih melakukan kontrol lebih ketat dalam seluruh rangkaian proses eksperimen terutama dalam penggunaan pendekatan dan penerapannya, sebab kerjasama yang baik antara guru, siswa dan sekolah akan dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Achmad, Arief. 007. Memahami Berpikir Kritis. http://physicsmaster.orgfree.com/artikel%0ilmiah%06.html Diakses pada tanggal 4 Februari 013. Aryworo, 01. Berpikir Kritis Matematika. http://www.blog.unnes.ac.id/aryworo/files/01/07/final-draft.doc Diakses pada tanggal 4 Februari 013. Edukasi Kompasiana. 010. Strategi Pendidikan. http://edukasi.kompasiana.com/010/1/15/strtategi-pendidikan-34843.html Diakses pada tanggal 4 Februari 013. Fisher, Alec. 009. Bepikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga Idin, Robert. 01. Teori Belajar Dan Pembelajaran. http://idinreobert.blogspot.com/01/1/teori-belajar-dan-pembelajaran.html Diakses pada tanggal 4 Februari 013. Meier, Dave. 00. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa Muhfahroyin. 009. Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis. http://muhfahroyin.blogspot.com/009/01/berpikir-kritis.html Diakses pada tanggal 4 Februari Sugiyono. 011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : cv. Alfabeta Walle, John A.Van De. 008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah: Pengembangan Pengajaran. Jakarta: Erlangga