BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Susanti Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Bertanya 1. Pengertian Kemampuan bertanya siswa terdiri dari tiga kata yaitu kemampuan, bertanya dan siswa. Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya sanggup melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009) bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Jadi kemampuan bertanya siswa dalam penelitian ini adalah suatu kesanggupan yang dimiliki siswa berupa ucapan verbal yang meminta respon orang lain dalam pembelajaran matematika. 2. Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom a. Pertanyaan pengetahuan Pertanyaan pengetahuan atau pertanyaan ingatan adalah pertanyaan yang menghendaki siswa untuk mengenal atau mengingat kembali materi telah dipelajari. Kata-kata tanya yang dapat digunakan dalam pertanyaan ingatan antara lain: siapa, apa, di mana, kapan, dan sebutkan. Contoh: 1) Apa pengertian dari himpunan semesta? 2) Sebutkan contoh himpunan berhingga dan tak berhingga?
2 b. Pertanyaan pemahaman Pertanyaan pemahaman adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk membuktikan bahwa mereka telah mempunyai pemahaman yang cukup untuk mengorganisasikan dan menyusun materi yang telah dipelajarinya. Kata-kata yang biasa dipakai dalam pertanyaan pemahaman antara lain: uraikan, gambarkan, deskripsikan, bandingkan, sebutkan perbedaan, jelaskan dengan bahasamu sendiri. Contoh: Sebutkan perbedaan himpunan sama dan himpunan ekuivalen! c. Pertanyaan aplikasi atau penerapan Pertanyaan aplikasi atau penerapan adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban berupa penerapan teori yang pernah dipelajari. Pertanyaan aplikasi tidak hanya menuntut kemampuan mengingat teori, hukum, atau dalil yang pernah dipelajari, tetapi lebih menuntut kemampuan menerapkan/memanfaatkan teori, hukum, atau dalil tersebut dalam penyelesaian suatu masalah. Contoh: Gambarkan himpunan di bawah ini menggunakan diagram Venn! d. Pertanyaan analisis Pertanyaan analisis adalah pertanyaan yang menghendaki siswa berpikir kritis dan mendalam. Ada tiga macam proses berpikir yang dirakit siswa dalam merespon pertanyaan analisis, yaitu: (a) mengidentifikasi motif, alasan, atau penyebab khusus; (b) mempertim-bangkan informasi yang diperlukan untuk mencapai kesimpulan atau generalisasi; dan (c) mendapatkan bukti-bukti yang
3 dapat digunakan untuk menolak atau menerima suatu kesimpulan atau generalisasi. Contoh: Ada berapa anggota himpunan bagian pada himpunan tersebut? e. Pertanyaan sintesis Pertanyaan sintesis adalah pertanyaan tingkat tinggi yang meminta siswa untuk menampilkan pikiran yang murni dan kreatif. Pertanyaan ini menuntut siswa berpikir kreatif dari apa yang ditanyakan oleh guru.contoh: Carilah himpuna semesta yang mungkin untuk himpunan di bawah ini! f. Pertanyaan evaluasi Seperti halnya pertanyaan analisis dan sintesis, pertanyaan evaluasi menuntut proses berpikir yang lebih tinggi. Siswa dituntut memberikan penilaian atau tanggapan terhadap suatu persoalan yang ditampilkan.contoh: Apa pendapatmu,apakah (P Q) R = P (Q R)? (Murni,2010) 3. Teknik bertanya Suatu pertanyaan yang baik dilihat dari segi isinya, tetapi cara mengajukannya tidak tepat,akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu aspek teknik dari pertanyaan harus pula dipahami dan dilatih,agar dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan antara lain: a. Kejelasan dan kaitan pertanyaan
4 Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas,serta Nampak kaitannya antara jalan pikirran yang asatu dengan yang lain b. Pemberian waktu berfikir Usahakan penyampaiannya pertanyaan dengan jelas serta tidak tergesa-gesa. Begitu pertanyaan selesai di ucapakan, berhentilah sejenak untuk memberi kesempatan berfikir. c. Penyebaran pertanyaan Pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh kelas. sesudah memberi kesempatan berfikir, barulah menunjuk seseorang untuk menjawabnya. Diusahakan agar pertanyaan didistribusikan secara merata ke seluruh kelas. d. Pertanyaan berkaitan dengan materi yang dipelajari. Hal ini dikarenakan jika pertanyaan berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari,akan memperkuat pengetahuan siswa (Rusman,2010) 4. Manfaat Mengajukan Pertanyaan Di antara manfaat mengajukan pertanyaan adalah: a. Memperluas wawasan berpikir, jika seseorang selalu menerima suatu ide atau teori tanpa mempertanyakan, maka pengetahuannya terbatas pada apa yang diterima semata-mata b. Mengundang reinforcement (penguatan). Pada umumnya siswa akan merasa puas jika pertanyaan yang diberikannya disetujui, atau pertanyaan yang diajukan relevan dan mengundang pembahasan lebih lanjut
5 c. Memberikan motivasi atau mendorong siswa untuk belajar lebih lanjut. Dengan kemampuan bertanya siswa selalu bersikap tidak menerima satu pendapat saja, sikap ini mendorong siswa untuk selalu bersikap ingin tahu dan mendalami berbagai teori dan mendorong siswa belajar lebih lanjut (Parera 1986) Dari kutipan-kutipan diatas maka penulis mengambil kriteriakriteria tertentu untuk mengukur kemampuan bertanya siswa,yaitu : Berapa frekuensi siswa dalam mengajukan pertanyaan, dengan kriteria yang diharapkan di setiap pertemuan bahwasannya masingmasing siswa mampu mengajukan pertanyaan minimal 1 kali bertanya Kualitas pertanyaan dilihat dari jenis pertanyaan dan teknik bertanya yaitu mampu mengungkapkan pertanyaan dengan jelas,pertanyaan berkaitan dengan materi,penyampaian materi dan penyebaran pertanyaan. Dari kriteria-kriteria diatas sehingga dapat dibentuk indikator kemampuan bertanya yang dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini. Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Bertanya Siswa Frekuensi pertanyaan antar siswa Kemampuan Bertanya
6 Jenis pertanyaan - Pertanyaan Pengetahuan (C1) - Pertanyaan Pemahaman (C2) - Pertanyaan Penerapan (C3) - Pertanyaan Analisis (C4) - Pertanyaan Sintesis (C5) - Pertanyaan Evaluasi (C6) Pengungkapan pertanyaan : - Menggunakan kata-kata yang mudah dipahami - Volume suranya keras Pertanyaan berkaitan dengan materi : - Pertanyaan sesuai dengan indikator yang sedang dipelajari - Pertanyaan hendaknya bermanfaat sesuai dengan materi Pemberian waktu berfikir: - Penyampaian tidak tergesa-gesa dan diajukan dengan jelas - Memberi kesempatan berfikir kepada penjawab Penyebaran pertanyaan: - siswa bertanya kepada siswa yang lain - siswa bertanya kepada guru B. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) 1. Pengertian Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanan kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran yang ada pada umumnya sangat banyak, salah satunya model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition
7 (AIR) adalah model pembelajaran yang menganggap bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory, Intellectually, dan Repetition. Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Intellectually berarti kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi, dan menerapkan. Repetition berarti pengulangan diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan luas, siswa perlu dilatih melatih pengerjaan soal, pemberian tugas dan kuis. a) Auditory Meier (2002) menyatakan bahwa : Pikiran auditory kita lebih kuat dari pada yang kita sadari. Telinga kita terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi masyarakat awal sejarah. Hal ini sejalan dengan filosofi bangsa Yunani kuno yaitu Jika kita mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicarakanlah tanpa henti. berarti indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat,menanggapi dan mengajukan pertanyaan. Mendengar merupakan salah satu aktifitas belajar, karena tidak mungkin informasi atau materi yang
8 disampaikan secara lisan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa jika tidak melibatkan indera telinganya untuk mendengar. Dalam kegiatan pembelajaran sebagian besar proses interaksi siswa dengan guru dilakukan dengan komunikasi secara lisan dan melibatkan indera telinga. Guru harus mampu untuk mengkondisikan siswa agar mengoptimalkan indera telinganya, sehingga koneksi antara telinga dan otak dapat dimanfaatkan secara optimal. Guru dapat meminta siswa untuk menyimak, mendengar, berbicara, presentasi, berargumen, mengemukakan pendapat dan menanggapi sehingga suasana belajar yang aktif. Ada beberapa gagasan untuk meningkatkan penggunaan auditory dalam belajar, diantaranya: (1) Mintalah siswa untuk berpasangan, membincangkan secara terperinci apa yang baru mereka pelajari dan bagaimana menerapkannya (2) Mintalah siswa untuk mempraktikkan suatu kemampuan atau memperagakan suatu konsep sambil mengucapkan secara terperinci apa yang sedang mereka kerjakan (3) Mintalah siswa untuk berkelompok dan berbicara saat menyusun pemecahan masalah (Meier,2002) b) Intellectually Intellectually yaitu belajar dengan berpikir untuk menyelesaikan masalah, kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Meier (2002) menafsirkan intellectually sebagai bagian diri yang
9 merenung mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Intellectually dalam belajar akan terlatih jika siswa dilibatkan dalam aktifitas memecahkan masalah, menganilisis pengalaman, mengerjakan perencanaan strategis, melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menyaring informasi, menemukan pertanyaan, menciptakan model mental, menerapkan gagasan baru, menciptakan makna pribadi dan meramalkan implikasi suatu gagasan. Sehingga guru harus mampu merangsang, mengarahkan, memelihara dan meningkatkan intensitas proses berpikir siswa demi tercapainya kompetensi representasi matematis yang maksimal pada siswa. Ada beberapa gagasan untuk meningkatkan penggunaan Intellectually dalam belajar, diantaranya: (1) Mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah dari permasalahan yang sudah diberikan terlebih dahulu. Cara memecahkan masalah bisa dilakukan secara kelompok maupun individu. (2) Melibatkan siswa untuk mencari dan menyaring informasi dari materi yang sedang dipelajari (3) Siswa diharapkan untuk merumuskan pertanyaan yaitu pertanyaan yang diajukan bisa kepada sesame siswa maupun kepada gurunya untuk memahami lebih dalam materi yang sedang dipelajari
10 (4) Siswa diarahkan untuk menerapkan gagasan baru yaitu menggunakan materi yang sudah dipelajari dalam pemecahan masalah,baik individu maupun kelompok (Meier,2002) c) Repetition Masuknya informasi ke dalam otak yang diterima melalui proses penginderaan akan masuk ke dalam memori jangka pendek, penyimpanan informasi dalam memori jangka pendek memiliki jumlah dan waktu yang terbatas. Proses mempertahankan informasi ini dapat dilakukan dengan adanya kegiatan Repetition atau pengulangan informasi yang masuk ke dalam otak. Dengan adanya latihan dan Repetition atau pengulangan akan membantu dalam proses mengingat, karena semakin lama informasi itu tinggal dalam memori jangka pendek, maka semakin besar kesempatan memori tersebut ditransfer ke dalam memori jangka panjang. Hal ini sejalan dengan teori Ausubel mengenai pentingnya Repetition atau pengulangan. Repetition atau pengulangan yang dilakukan tidak berarti dilakukan dengan bentuk pertanyaan ataupun informasi yang sama, melainkan dalam bentuk informasi yang bervariatif sehingga tidak membosankan. Melalui pemberian soal dan tugas, siswa akan mengingat informasi-informasi yang diterimanya dan terbiasa untuk menyelesaikan permasalahan permasalahan matematis.
11 Ada beberapa gagasan untuk meningkatkan penggunaan Repetiton dalam belajar, diantaranya: (1) Guru memberikan tugas kepada siswa dalam bentuk soal-soal (2) Guru mengarahkan siswa untuk mengerjakan tugas tersebut secara individu (3) Siswa diarahkan untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan mengingat informasi-informasi yang sudah diterimanya (Sihalolo,2012) 2. Langkah-langkah model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) a) Tahap persiapan (preparation). Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan membagi kelompok diskusi sejak awal dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang optimal. b) Tahap penyampaian (presentation). Pada tahap ini guru menyampaikan materi denngan memberi contoh, siswa diajak ikut aktif dalam pembelajaran. Kemudian guru menjelaskan materi tersebut secara terperinci, sehingga memancing siswa yang tidak memahami materi yang disampaikan untuk bertanya kepada siswa lain atau kepada guru. c) Tahap pelatihan (practice). Pada tahap ini, guru memberikan lembar soal untuk diselesaikan dengan berkelompok sesuai dengan kelompoknya masing-masing, disini siswa diajak untuk menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya dan didorong untuk
12 berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk memecahkan masalah yang terdapat pada lembar soal. d) Tahap penampilan hasil (performance). Pada tahap ini guru melakukan kegiatan yaitu memberikan suatu evaluasi yang berupa lembas soal untuk mengetahui tingkat pemahaman serta ketrampilan siswa setelah proses pembelajaran, siwa dituntut untuk menggunakan apa yang sudah dipelajari untuk menyelesaikan soal/masalah. Sehingga siswa terbiasa melatih diri dalam memecahkan masalah matematika. 3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) a) Kelebihan model pembelajaran AIR : 1) Melatih pendengaran dan keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat dan mengajukan pertanyaan (auditory) 2) Melatih siswa untuk bisa memecahkan masalah secara kreatif (intellectually) 3) Melatih siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang telah dipelajari (repetition) 4) Siswa menjadi lebuh aktif dan kreatif b) Kelemahan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) : Dalam model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) terdapat tiga aspek yang harus di integrasikan,yakni
13 Auditory,Intellectually, dan Repetition sehingga secara sekilas pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama. Tetapi hal ini dapat diminimalisir dengan cara pembentukan kelompok pada aspek auditory dan intellectually. (Sihalolo,2012)
14 C. Kerangka Berpikir Indikator kemampuan Bertanya Siswa 1. Frekuensi bertanya 2. Jenis pertanyaan yang diajukan 3. Pengungkapan pertanyaan 4. Keterkaitan pertanyaan dengan materi 5. Pemberian waktu berfikir kepada orang yang menjawab pertanyaan 6. Penyebaran pertanyaan Berdasarkan hasil observasi kemampuan bertanya siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Ajibarang masih rendah Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) Tahap-tahap pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) : 1. Tahap persiapan (preparation) 2. Tahap penyampaian (presentation) 3. Tahap pelatihan (practice) 4. Tahap penampilan hasil (performance) Dari langkah-langkah di atas maka siswa akan dilatih kemampuan bertanya dalam proses pembelajaran, khususnya pada kegiatan Intellectually. Dengan adanya pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dapat meningkatkan indikator-indikator kemampuan bertanya siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Ajibarang Diagram 2.1 Kerangka Berpikir Keterangan : Untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa, dalam hal ini dapat kita tingkatkan dengan menggunakan pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) karena dalam pembelajaran Auditory
15 Intellectually Repetition (AIR) meliputi metode ceramah, tanya jawab dan diskusi diharapkan siswa mengalami perubahan. Indikator kemampuan bertanya siswa yaitu frekuensi bertanya, jenis bertanya, teknik bertanya seperti pengungkapan pertanyaan, keterkaitan pertanyaan dengan materi, pemberian waktu berfikir kepada orang yang menjawab pertanyaan dan penyebaran pertanyaan. Selanjutnya tahap-tahap pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) antara lain 1) Tahap persiapan (preparation), 2) Tahap penyampaian (presentation), 3) Tahap pelatihan (practice), 4) Tahap penampilan hasil (performance). Tahap tahap pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) adalah tahap pertama persiapan dimana guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan membagikan kelompok diskusi sejak awal dengan tujuan mempersiapkan siswa mendapatkan pengalaman belajar. Pada tahap kedua yaitu penyampaian dimana guru menjelaskan materi pembelajaran dan mengajak siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran dengan memberi waktu siswa mengajukan pertanyaan. Pada tahap pertama dan kedua ini akan meningkatkan indikator kemampuan bertanya yang pertama yaitu frekuensi bertanya karena pada tahap ini membantu siswa untuk mengungkapkan pertanyaan. Tahap ketiga yaitu tahap pelatihan dimana guru memberikan lembar soal untuk dikerjakan secara berkelompok sesuai dengan kelompoknya dan mengajak siswa untuk menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya dan didorong untuk berusha mencari berbagai informasi yang diperoleh dan melakukan sesi tanya jawab,baik kepada sesama siswa maupun
16 dengan guru. Tahap keempat yaitu tahap penampilan hasil yaitu dimana guru memberikan soal evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman serta ketrampilan siswa setelah proses pembelajaran. Tahap pelatihan ini akan meningkatkan kemampuan bertanya siswa pada indicator teknik bertanya karena siswa diminta mengunkapkan pertanyaan, membuat pertanyaan yang sesuai dengan materi dan penyebaran pertanyaan. Dengan diberlakukannya pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) diduga dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ajibarang dalam pembelajaran matematika yang diharapkan dapat tercapai. D. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir di atas dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) kemampuan bertanya siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ajibarang dalam pembelajaran matematika dapat ditingkatkan.
rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses kegiatan yang khas dilakukan oleh manusia. Pendidikan merupakan produk kebudayaan manusia. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. oleh siswa. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah. untuk menyelesaikan tugas.
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut Diknas (Prastowo, 2011) Lembar Kerja Siswa (Student Work Sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas
Lebih terperinciFembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK
MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) BERBANTUAN MAKE A MATCH SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Fembriani Universitas Widya Dharma
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran AIR pada Pembelajaran Matematika Siswa SMP
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Penerapan Model Pembelajaran AIR pada Pembelajaran Matematika Siswa SMP Mariyanti Elvi 1, Arini Viola Burhan 2, Suherman 3 dan Mirna 4 1 Sekolah
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI ALJABAR KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 3 JETIS TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Yurdiana Ika Purnamasari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual Menurut Meier (2002) pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan. sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Arends (dalam Trianto,
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AIR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 18 PADANG
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AIR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 18 PADANG Arini Viola Burhan 1), Suherman 2), Mirna 3) 1) FMIPA UNP, email: ariniviola@gmail.com 2,3) Staf Pengajar Jurusan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) Model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran di kelas pada hakikatnya adalah proses komunikasi, baik komunikasi antara siswa dengan guru, komunikasi antar siswa, atau bahkan komunikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
777 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Peran aktif merupakan partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai obyek dan subyek, maksudnya yaitu selain siswa mendengarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. baru yaitu kurikulum 2013 secara bertahap. SMP Bhakti Praja Pangkah adalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan sampai saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Auditory, Intelectually and Repetition (AIR) Model pembelajaran AIR adalah model yang menekankan pada tiga aspek, yaitu Auditory, Intelectually
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran aktif manusia dalam kehidupan sangat penting, karena dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran aktif manusia dalam kehidupan sangat penting, karena dengan peran aktif tersebut manusia menjadi dinamis. Demikian juga tentang prestasi belajar, semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem pendidikan Indonesia, bidang studi yang dipelajari secara implisit dan eksplisit mulai dari taman kanakkanak hingga perguruan tinggi adalah matematika.
Lebih terperinciDiajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A
-USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI SCAFFOLDING
PENERAPAN STRATEGI SCAFFOLDING DENGAN SIMULATION GAME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERNALAR PADA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI SISWA KELAS VII-E DI SMP NEGERI 1 SAWIT TAHUN AJARAN 2009 / 2010
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebuah soal pemecahan masalah biasanya memuat suatu situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikanya akan tetapi tidak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Pendekatan pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) Menurut Hermowo (Firti, 2012:17) SAVI adalah singkatan dari Somatis (bersifat raga), Auditori
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Berpikir Kreatif. Dalam suatu pembelajaran matematika, kemampuan berpikir kreatif
8 BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam suatu pembelajaran matematika, kemampuan berpikir kreatif sangat diperlukan. Karena kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan yang sangat mendasar
Lebih terperinciUNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2
IMPLEMENTASI PENDEKATAN OPEN-ENDED PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari apa yang perlu diketahui agar dapat berpikir cerdas dan bertindak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika sehingga berpengaruh dengan prestasi belajar siswa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedisiplinan mempunyai peranan yang penting dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran matematika. Oleh karena itu kurangnya kedisiplinan siswa menjadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan informal. jawab seperti pendidikan keluarga dan lingkungan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sadar atau sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengembangkan sikap atau perilaku,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam perkembangannya, ternyata banyak konsep matematika diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan di sekolah merupakan proses nyata yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan di sekolah merupakan proses nyata yang selalu muncul pada setiap jenjang pendidikan. Permasalahan pendidikan akan membuat manusia mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang dimaksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengajarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan manusia sampai sekarang peranan matematika dianggap penting, baik bagi perkembangan peradapan manusia, misalnya perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kontekstual Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (Suherman
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil penelitian, mengenai kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik siswa melalui pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan suatu bangsa adalah mengembangkan ilmu. Diperlukan strategi maupun model pembelajaran yang tepat agar proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu perkembangan individu, masyarakat maupun suatu bangsa. Salah satu langkah untuk meningkatkan kemajuan suatu bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pelajaran matematika bertujuan untuk mempersiapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1..1Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika. Oleh karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan bernalar dan koneksi siswa mempunyai peranan yang penting dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika. Oleh karena itu kurangnya kemampuan bernalar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu pranata sosial yang menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan potensi siswa. Keberhasilan pendidikan ini didukung dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kemampuan seseorang mengkomunikasikan ide, pikiran, ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat gelar master dan doktor sebelum
Lebih terperinciJurnal EduTech Vol. 2 No. 1 Maret 2016 ISSN: e-issn:
UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI RANTAUPRAPAT T.P 2014/2015 Sri Hariani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat atau nilai dan perubahan kemampuan yaitu peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam. siswa secara umum belum sesuai dengan harapan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan suatu negara sangat erat hubungannya dengan perkembangan pendidikan. Untuk bisa menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas diperlukan pola berpikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Di dalam sebuah proses
Lebih terperinci, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Salah satu indikator tingginya kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Tinggi rendahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa secara optimal baik pada aspek kognitif, efektif maupun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru dipandang sebagai komponen yang penting di dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan dasar matematika yang harus dimiliki oleh siswa adalah kemampuan komunikasi matematika. Kemampuan komunikasi matematika perlu dikembangkan, karena
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Berpikir Kritis Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD,
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV dan temuan selama pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, Jigsaw dan konvensional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika seharusnya berpusat pada siswa, bukan pada guru. Belajar matematika merupakan proses mengkonstruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas mutu pendidikan dan pengembangan proses pembelajaran merupakan masalah yang selalu menuntut perhatian. Perbedaan tingkat serap antara siswa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, bernalar, dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari siswa di sekolah. Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar apabila dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca
Lebih terperinciPENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN
PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA (Kelas VII Semester
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.
Lebih terperinciPEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP
PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk mengembangkan bakat serta kepribadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika merupakan
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan
6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya zaman, pendidikan menjadi sangat penting
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman, pendidikan menjadi sangat penting dalam mengembangkan kehidupan manusia dan juga dalam meningkatkan kemajuan dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses mengubah tingkah laku anak didik menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menjumpai suatu hal yang erat kaitannya dengan kegiatan berhitung. Bagi setiap orang dan tidak menutup kemungkinan
Lebih terperinci2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki
Lebih terperinciKETERAMPILAN BERTANYA dalam PEMBELAJARAN IPA. bertanya pada orang yang dianggap lebih tahu. Bagaimanakah makna pepatah ini
1 KETERAMPILAN BERTANYA dalam PEMBELAJARAN IPA I. Pentingnya Bertanya Malu bertanya sesat dijalan.demikianlah pepatah kuno: Orang yang ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya, dapat menempuh jalan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
digilib.uns.ac.id 130 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Jenis pertanyaan berdasarkan maksud yang selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari
` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat berpengaruh terhadap perkembangan di semua aspek kehidupan. Dalam hal ini diperlukan sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat berubah saat ini membutuhkan manusia yang siap dan tanggap. Salah satu cara untuk menghasilkan manusia yang
Lebih terperinciBAB 11 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian strategi Think Talk Write
4 BAB 11 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian strategi Think Talk Write 1. Pengertian strategi pembelajaran Menurut Kozna(dalam Aqib,2013:18) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dari proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan langkah perbaikan mutu kehidupan bangsa yang dibangun sebagai usaha sadar guna menciptakan manusia yang manusiawi yang memiliki karakter dan pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Matematika mempunyai andil dalam mengembangkan bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan. Tantangan di bidang pendidikan meliputi kurikulum, metode pembelajaran, media pembelajaran
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) SETTING KOOPERATIF TIPE NHT.
Pedagogy Volume 1 Nomor 1 ISSN 2502-3802 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) SETTING KOOPERATIF TIPE NHT Fitriani A. 1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Nasution (2010), memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kemampuan penalaran matematika adalah salah satu tujuan terpenting dalam pembelajaran matematika, memberikan materi materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai sumber
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Mathematical Habits of Mind Djaali (2008) mengemukakan bahwa melakukan kebiasaan sebagai cara yang mudah dan tidak memerlukan konsentrasi dan perhatian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal 4.1.1.1 Kondisi Proses Pembelajaran Kondisi pembelajaran yang terpusat pada guru terjadi pada pembelajaran matematika di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi diri sehingga akan mampu mempertahankan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan disiplin ilmu yang sifatnya terstruktur dan terorganisasi dengan baik, mulai dari konsep atau ide yang tidak terdefinisi sampai dengan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikat belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan siswa agar mampu berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh Kline (Suherman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dari siswa tingkat sekolah dasar, menengah hingga mahasiswa perguruan tinggi. Pada tiap tahapan
Lebih terperinci