BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Triatmodjo (1996) pelabuhan (port) adalah daerah perairan

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga

Pesawat Polonia

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi, yaitu (Salim, A. A., 1993) :

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

MODA TRANSPORTASI LAUT. Setijadi

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

TUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA TERMINAL PETIKEMAS

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA TERMINAL PETIKEMAS

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai gambaran umum tentang fungsi pelabuhan dan kapal

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

7 KAPASITAS FASILITAS

ANALISIS KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN PONTIANAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Abstrak Pengusaha Tiongkok mempunyai rencana mengembangkan kawasan Gunung Kijang di pulau Bintan menjadi kawasan industri. Pelabuhan peti kemas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG TERMINAL PETIKEMAS DOMESTIK BELAWAN

BAB II 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja (manusia) yang diatur dalam urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB VI ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL

Pelabuhan Tanjung Priok

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DERMAGA PELABUHAN SORONG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab 3 Desain Layout Dermaga BAB 3 DESAIN LAYOUT DERMAGA Pengertian Dermaga dan Pelabuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN BITUNG

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG

Pelabuhan Cirebon. Main facilities : Cirebon, West Java Coordinates : 6 42` 55.6" S, ` 13.9" E

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

ANALISIS HUBUNGAN FASILITAS DAN PERALATAN PELABUHAN DENGAN DAYA LALU (THROUGHPUT), STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK, SURABAYA.

ANALISA PENGEMBANGAN PANJANG DERMAGA DAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS (TPK) PELABUHAN TELUK BAYUR

- Term inal adalah tempat alat-alat pengangkutan dapat. - Terminal adalah tempat berhenti, tempat kedudukan, tempat

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN KATA PENGANTAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Pelabuhan (Port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito) dan tempat-tempat penyimpanan di mana kapal membongkar muatannya dan gudang-gudang dimana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. Terminal ini dilengkapi dengan jalan kereta api, jalan raya atau saluran pelayanan darat. (Triatmodjo, 1996) Menurut Keputusan Direksi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III Nomor: KEP.15/PJ.5.03/P.III-2000 tanggal 31 Mei 2000, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sehingga tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. 6

7 Menurut Triatmodjo (1996), pelabuhan yang ada sekarang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung dari sudut tinjauannya. a. Ditinjau dari segi letak geografis 1. Pelabuhan alam Pelabuhan ini merupakan daerah perairan yang terlindung dari bahaya alam (badai/gelombang dan pendangkalan alur) secara alami, misalnya suatu pulau, jazirah atau terletak diteluk, estuari dan muara sungai). 2. Pelabuhan buatan Pelabuhan ini adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh gelombang dengan membuat daerah perairan tertutup dari luat dan hanya dihubungkan oleh suatu celah (mulut pelabuhan) untuk keluar masuk kapal. 3. Pelabuhan semi alam Pelabuhan dimana hanya salah satu syarat pelabuhan alam yang terpenuhi seperti tenangnya daerah perairan atau tidak terjadi pendangkalan alur secara alami. Misal suatu pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan buatan hanya pada alur masuk. b. Ditinjau dari segi penyelenggaraannya 1. Pelabuhan umum Pelabuhan ini diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum. Penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang didirikan untuk maksud tersebut.

8 2. Pelabuhan khusus Diselenggarakan untuk kepentingan guna menunjang kegiatan tertentu. Pelabuhan ini khusus dibangun oleh suatu perusahaan baik pemerintah maupun swasta, yang berfungsi untuk prasarana pengiriman hasil produksi perusahaan tersebut. c. Ditinjau dari segi perusahaannya 1. Pelabuhan yang diusahakan Pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang serta kegiatan lainnya. Pemakaian pelabuhan ini dikenakan biaya-biaya, seperti biaya jasa labuh, jasa tambat, jasa pemanduan, jasa pelayanan air bersih, jasa dermaga, jasa penumpukan serta bongkar muat dan sebagainya. 2. Pelabuhan yang tidak diusahakan Pelabuhan yang hanya merupakan tempat singgah kapal/perahu tanpa fasilias bongkar muat, bea cukai dan sebagainya. Pelabuhan ini umumnya pelabuhan kecil yang disubsidi oleh Pemerintah dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. d. Ditinjau dari fungsinya dalam perdagangan nasional dan internasional 1. Pelabuhan laut Pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-kapal berbendera asing. Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan besar dan ramai dikunjungi oleh kapal-kapal samudera.

9 2. Pelabuhan pantai Pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam negeri dan oleh karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera asing. Kapal asing dapat masuk ke pelabuhan ini dengan ijin terlebih dahulu. e. Ditinjau dari segi penggunaannya 1. Pelabuhan ikan Umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman air yang besar, karena kapal-kapal motor yang digunakan untuk menangkap ikan tidak besar. Di Indonesia pengusahaan ikan relatif masih sederhana yang dilakukan oleh nelayan-nelayan dengan menggunakan perahu kecil. 2. Pelabuhan minyak Pelabuhan ini biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup membuat jembatan perancah atau tambatan yang besar. Bongkar muat dilakukan dengan pipa-pipa dan pompa-pompa. 3. Pelabuhan barang Pelabuhan ini memiliki dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk bongkar muat barang. Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang sehingga memudahkan bongkar muat barang. 4. Pelabuhan campuran Pada umumnya pencampuran pemakaian ini terbatas untuk penumpang dan barang sedang untuk keperluan minyak dan ikan biasanya tetap terpisah. Tetapi bagi pelabuhan kecil atau masih dalam taraf perkembangan,

10 keperluan untuk bongkar muat minyak juga menggunakan dermaga atau jembatan yang sama guna keperluan barang dan penumpang. Pada dermaga dan jembatan juga diletakkan pipa-pipa untuk mengalirkan minyak. 5. Pelabuhan militer Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang dan agar letak bangunan cukup terpisah. Konstruksi tambatan maupun dermaga hampir sama dengan pelabuhan barang, hanya saja situasi dan perlengkapannya agak lain. Pada pelabuhan barang letak/kegunaan bangunan harus seefisien mungkin, sedang pada pelabuhan militer bangunan-bangunan pelabuhan harus dipisah-pisah yang letaknya agak berjauhan. 2.2. Terminal Terminal adalah suatu tempat untuk menampung kegiatan yang berhubungan dengan transportasi. Di dalam terminal terdapat kegiatan turun naik dan bongkar muat baik penumpang atau peti kemas yang selanjutnya akan dipindahkan ke tempat tujuan. (Triatmodjo, 1996) Terminal dapat dibedakan menjadi 3 jenis. (Triatmodjo, 1996) 1. Terminal konvensional Terminal konvensional adalah tempat kegiatan bongkar muat barang general cargo dengan menggunakan crane kapal atau mobil crane.

11 2. Terminal penumpang Adalah tempat kegiatan turun naik penumpang dimana disini dilengkapi dengan fasilitas ruang tunggu, kantor, kamar kecil, telepon umum dan tempat parkir. 3. Terminal peti kemas Adalah tempat kegiatan bongkar muat khusus peti kemas. Terminal peti kemas didukung oleh peralatan bongkar muat yang lengkap. 2.3. Terminal Peti Kemas Istilah yang berhubungan dengan terminal peti kemas sebagai berikut 1. Twenty Feet Equivalent Unit (TEU) Adalah standar ukuran peti kemas 20 feet dengan kapasitas isi antara 15-20 ton. (Amir, 1997) 2. Container Yard Tempat yang ditunjuk oleh pengangkut dan atau pejabat pemerintah untuk menyimpan peti kemas. (Subandi, 1996) 3. Container Freight Station (CFS) Tempat dengan sarana pergudangan di mana pengepakan barang ke dalam container (Stuffing) dan pembongkaran barang dari container (Stripping) dilakukan. (Subandi, 1996) 4. Less Than Container Load (LCL) Suatu istilah yang lazim digunakan dalam pengangkutan container yang menyatakan bahwa muatan tidak sepenuhnya dimuat secara container.

12 Artinya dalam suatu container berisi bermacam-macam barang dengan pemilik barang (eksportir/importir) yang berlainan. (Subandi, 1996) 5. Full Container Load (FCL) Suatu istilah yang lazim digunakan dalam pengangkutan container yang menyatakan bahwa muatan sepenuhnya dimuat secara container. Artinya dalam suatu container berisi muatan penuh yang dimiliki oleh suatu pemilik (eksportir/importir). (Subandi, 1996) 6. Berth Occupancy Ratio (BOR) Adalah perbandingan antara jumlah waktu pemakaian tiap dermaga yang tersedia dengan jumlah waktu siap operasi selama satu periode (bulan/tahun) yang dinyatakan dalam persentase. (Triatmodjo, 1996) 7. Dwelling Time Adalah jumlah dari rata-rata tiap ton atau m 3 barang yang ditumpuk selama periode tertentu. (Triatmodjo, 1996) 8. Berth Through Put (BTP) Adalah jumlah ton jenis barang yang dibongkar/dimuat pada tiap tambatan. (Kramadibrata, 1985) 9. Turn Round Time (TRT) Adalah waktu kapal berada di pelabuhan, yaitu jumlah jam selama kapal berada di pelabuhan. (Triatmodjo, 1996)

13 10. Berthing Time/Service Time Adalah waktu kapal di pelabuhan yang digunakan sejak kapal ikat tali ditambatan sampai kapal lepas dari tambatan (termasuk kegiatan bongkar muat di rede maupun bouy). (Triatmodjo, 1996) 11. Marshaling Yard Adalah lapangan yang digunakan untuk menempatkan secara sementara peti kemas yang akan dimuatkan ke kapal. (Triatmodjo, 1996) 2.4. Jenis Peti Kemas Menurut Sudjatmiko (1985), jenis-jenis peti kemas yang digunakan dalam perdagangan internasional adalah sebagai berikut. a. Dry Cargo Container Peti kemas ini digunakan untuk mengangkut general cargo/muatan umum yang terdiri dari barang kelontong dan barang umum lainnya yang kering dan tidak memerlukan perlakuan khusus. Nama lain jenis ini yaitu General Purpose Container. b. Reefer Container Jenis ini digunakan khusus untuk mengangkut barang yang harus dikapalkan dalam keadaan didinginkan atau beku seperti daging, ikan segar, udang dan komoditi tertentu lainnya yang memerlukan pendinginan selama pengapalan. Aliran listrik pada peti kemas dihubungkan pada kapal saat di dalam kapal dan dengan mobil pengangkut bila dalam perjalanan.

14 c. Bulk Container Container ini digunakan untuk mengangkut muatan curah (bulk cargo) seperti beras, gandum dan lainnya d. Open Side Container Peti kemas ini pintunya berada di samping memanjang dari ujung ke ujung, tidak diberi daun pintu. Biasanya digunakan untuk mengangkut muatan tertentu yang panjang dan pemuatannya ke dalam peti kemas tidak dapat dilakukan dari bagian belakang peti kemas. e. Soft Top Container Peti kemas ini terbuka pada bagian atasnya darimana barang dimasukkan/dikeluarkan. Sebagai penutup/pelindung terhadap cuaca, digunakan terpal. f. Open Top, Open Side Container Peti kemas ini bagian atas dan sisi-sisinya terbuka jadi praktis hanya berupa geladak dengan empat tiang sudut dan empat pengunci pada puncak ke empat tiang sudut tersebut. g. Flat Rack Container Ini sebenarnya bukan peti kemas karena hanya terdiri dari landasan saja. Barang berat seperti mesin besar dimuat lewat atas. h. Tank Container Adalah tangki baja berkapasitas ± 15.400 liter (4.000 galon) yang dibangun di dalam kerangka peti kemas untuk mengangkut bahan kimia/bahan cair lainnya sesuai kebutuhan dan sesuai dengan izin yang diberikan.

15 Ukuran Panjang (mm) Lebar (mm) Tinggi (mm) Lebar pintu Lebar (mm) Tabel 2.1. Ukuran-ukuran Utama Peti Kemas Baja Secara Umum 20ft x 8ft x 6ft 20ft x 8ft x 8ft 6in 40ft x 8ft x 8ft 6in Atap yang berombak Atap yang rata Atap yang berombak Atap yang rata Atap yang berombak Atap yang rata 5.897 2.352 2.246 2.340 Tinggi (mm) 2.137 Kapasitas (m 3 ) 31,5 Tare weight (kg) 2.230 Kapasitas Susun 9 Sumber : UNCTAD 5.897 2.352 2.221,5 2.340 2.137 30,8 2.260 Susun 9 5.897 2.352 2.395,5 2.340 2.280 33,2 2.308 Susun 9 5.897 2.352 2.371 2.340 2.280 32,9 2.330 Susun 9 12.022 2.352 2.395,5 2.340 2.280 67,7 4.050 Susun 9 12.022 2.352 2.371 2.340 2.280 67,00 4.100 Susun 9 2.5. Kapal Peti Kemas Kapal-kapal pengangkut peti kemas pada umumnya diklasifikasikan ke dalam tiga generasi karena kapal-kapal tersebut memiliki ciri-ciri yang khas yang terdapat pada tahapan-tahapan tertentu perkembangan peti kemas dan pembangunan kapal pengangkut peti kemas. Karakteristik kapal-kapal peti kemas dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. (Departemen Perhubungan, 2000) Tabel 2.2. Ciri-ciri Khas Fisik Kapal-kapal Peti Kemas Kapal Peti Kemas Generasi Pertama Kapal Peti Kemas Generasi Kedua Kapal Peti Kemas Generasi Ketiga Sumber : UNCTAD Kapasitas Peti Kemas (TEUs) DWT Loa (m) B (m) Draft (m) 750 14.000 180 25 9,0 1.500 30.000 225 29 11,5 2.500-3.500 40.000 275 32 12,5

16 Tabel 2.3. Karakteristik Kapal versi Pelabuhan Gothenburg (1987) Kapal Feeder / pengumpan Generasi Kedua Generasi Ketiga Generasi Keempat Futere (est) Conbulker Sumber : UNCTAD TEUs 150 1500 3000 4250 5000+ 1500 Panjang (m) 85 210 285 290 320 235 Lebar (m) 13 30,5 32,2 32,2 39,6 32,2 Draft (m) 5 10,5 11,5 11,6 13 12,85 Subandi, (1996), kapal-kapal yang mengangkut peti kemas dapat dibedakan sebagai berikut : a. Full Container Ship Yaitu kapal yang dibuat secara khusus untuk mengangkat peti kemas. Ruangan muatan kapal ini dilengkapi dengan cell-cell yang pada keempat sudut cell tersebut diberi guides (pemandu) untuk memudahkan masuk dan keluarnya peti kemas. Kapal semacam ini lazim disebut third generation ship. b. Partial Container Ship Yaitu kapal yang sebagian dari ruangannya diperuntukkan bagi muatan peti kemas, dan sebagian lagi untuk muatan konvensional. Kapal ini lazim disebut semi container. c. Convertible Container Ship Yaitu kapal yang sebagian atau seluruh ruangannya dapat dipergunakan untuk memuat peti kemas atau muatan-muatan lain. Pada suatu saat kapal ini dapat diubah (convertible) secara otomatis sesuai kebutuhan untuk mengangkut barang-barang konvensional atau peti kemas.

17 d. Ships with limited container carrig ability Kapal yang mempunyai kemampuan mengangkut peti kemas dalam jumlah terbatas. Kapal ini dilengkapi dengan perlengkapan khusus untuk memungkinkan mengangkut peti kemas dalam jumlah terbatas. Dilihat dari konstruksinya, kapal ini adalah tipe kapal konvensional. e. Ships without special container stowing or handling device Kapal ini tidak memiliki alat-alat bongkat muat dan alat penataan (stowing) secara khusus, tetapi juga mengangkut peti kemas. Muatan peti kemas diperlakukan sebagai muatan konvensional yang berukuran besar serta diikat dengan cara yang konvensional pula. 2.6. Kegiatan di Terminal Peti Kemas Banyak sekali kegiatan yang dilakukan di terminal peti kemas baik berhubungan langsung dengan penangganan peti kemas maupun yang tidak. Kegiatan utama yang dilakukan di terminal peti kemas (Triatmodjo, 1996) a. Untuk peti kemas dengan status FCL Kegiatan yang dilakukan adalah membongkar peti kemas dari kapal, mengangkut, menurunkan langsung dan menyusun di lapangan penumpukan untuk selanjutnya diserahkan kepada pemilik atau penerima di daerah lingkungan kerja pelabuhan atau sebaliknya untuk kegiatan memuat peti kemas ke kapal.

18 b. Untuk peti kemas dengan status LCL Kegiatan yang dilakukan adalah membongkar peti kemas dari kapal, mengangkut, menurunkan langsung dan menyusun di lapangan penumpukan, mengangkut ke CFS, mengeluarkan dan menyusun barang di tempat penumpukan untuk diserahkan kepada penerima/pemilik dan kemudian memindahkan peti kemas kosong ke lapangan penumpukan di daerah lingkungan kerja pelabuhan atau sebaliknya untuk kegiatan memuat peti kemas ke kapal. c. Uncontainerized cargo Kegiatan yang dilakukan adalah membongkar atau memuat setiap barang yang hanya dapat dikerjakan dengan ganco crane (hook crane) ditambah alat khusus atau sling yang dikerjakan dengan tangan. d. Overheight/width/length Kegiatan yang dilakukan adalah membongkar, mengangkut dan menimbun peti kemas di lapangan atau sebaliknya yang hanya dapat dikerjakan dengan penggunaan spreader container. e. Transhipment Kegiatan yang dilakukan adalah membongkar peti kemas alih dari kapal pertama, disusun dan ditumpuk di lapangan penumpukan dan atau mengapalkan peti kemas alih ke kapal pengangkut berikutnya yang dilakukan di dermaga yang sama.

19 f. Shifting Kegiatan yang dilakukan adalah memindahkan peti kemas dari satu tempat ke tempat lain dalam petak kapal (palka/bay) yang sama atau ke petak kepal lain dalam kapal yang sama, atau dari satu petak kapal ke dermaga dan kemudian menempatkan kembali ke petak kapal semula. g. Relokasi Pekerjaan memindahkan peti kemas yang tidak diambil dalam 8 hari dan dipindahkan dari satu lokasi penumpukan (blok) ke lokasi penumpukan lain di lapangan yang sama. h. Lift On Lift Off Pekerjaan mengangkut peti kemas dari tempat penumpukan ke atas chassis penerima barang, atau dari chassis terminal peti kemas ke chassis penerima barang, atau dari chassis pengirim barang ke tempat penumpukan.