EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHA PEMBUATAN GULA KELAPA DI DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA PANERUSAN KULON KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA JALATUNDA KECAMATAN MANDIRAJA ABSTRAK

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. dengan cara mengumpulkan informasi-informasi tentang keadaan nyata yang ada

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN PROFIL INDUSTRI GULA KELAPA DI DESA GUMELEM KULON KABUPATEN BANJARNEGARA ABSTRACT

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis memerlukan data-data yang lengkap serta cara menganalisis yang

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

ANALISIS EKONOMI USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI MELON

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

Jurnal S. Pertanian 1 (10) : (2017) ISSN :

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (SuatuKasus di Desa Sukamulya Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

VI. METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

PROFIL AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA. Watemin Pujiati Utami

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

ANALISIS PENDAPATAN DAN TITIK IMPAS AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

EFISIENSI PRODUKSI PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS. Oleh : Iin Indarwati

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

IV METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Kecamatan Langensari Kota Banjar) Abstrak

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

III. METODE PENELITIAN. metode survey. Metode survey digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

BAB IV METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

IV. METODE PENELITIAN

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN JUMLAH PAKAN TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH RAKYAT

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI JAGUNG DI KABUPATEN SUMENEP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

Transkripsi:

22 EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHA PEMBUATAN GULA KELAPA DI DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Affan Suyudi 1), Pujiharto 2), dan Pujiati Utami 2) 1) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banjarnegara 2) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi, mengidentifikasikan tingkat efisiensi harga (alokatif) pada penggunaan faktor produksi, serta mengetahui besarnya biaya dan pendapatan dari usaha pembuatan gula kelapa di Desa Gumelem Wetan Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Lokasi penelitian diambil secara purposif (sengaja) yaitu Desa Gumelem Wetan Kecamatan Susukan, dengan pertimbangan desa ini merupakan sentra pembuatan gula kelapa serta sebagian besar pemilik menderes sendiri pohon kelapanya. Pengambilan petani sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling (sampel acak sederhana) sebanyak 30 sampel. Untuk mencapai tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh penggunaan faktorfaktor produksi dan efisien alokatif, data yang diperoleh dianalisis menggunakan fungsi produksi tipe Cobb-Douglas. Sedangkan untuk mengetahui biaya dan pendapatan usaha pembuatan gula kelapa digunakan analisis matematika sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi pembuatan gula kelapa di Desa Gumelem Wetan Kecamatan Sususkan Kabupaten Banjarnegara dipengaruhi secara nyata oleh jumlah nira yang dimasak, sedangkan luas lahan garapan, kayu bakar dan tenaga kerja yang digunakan tidak berpengaruh secara nyata pada produksi gula kelapa. Faktor produksi nira belum efisiensi, faktor produksi kayu bakar dan tenaga kerja tidak efisien, sedangkan luas garapan telah efisien. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi gula kelapa adalah sebesar Rp.532.332,73 atau Rp.29.195,58/pohon/bulan, dan pendapatan kotor petani penderes sebesar Rp.351.217,00/bulan, sedangkan pendapatan bersih sebesar minus Rp.115.831,00/bulan. Affan Suyudi, Pujiharto, dan Pujiati Utami : Efisiensi Penggunaan Faktor

23 PENDAHULUAN Gula kelapa adalah gula yang dihasilkan dari nira pohon kelapa yang dimasak melalui proses penguapan air dan pengkristalan dengan cara pemanasan selama kurang lebih 4 jam. Gula kelapa dalam perdagangan dikenal sebagai gula merah (gula jawa), biasanya dijual dalam bentuk setengah mangkok, silinder, dan berbentuk serbuk (gula semut), (Palungkun, 1993). Rendahnya produksi gula kelapa pada umumnya disebabkan oleh rendahnya produksi nira. Nira memang bahan baku untuk pembuatan gula kelapa, sehingga bila bahan bakunya sedikit tentu gula kelapa yang dihasilkan juga sedikit. Gula kelapa disamping banyak dibutuhkan pada skala rumah tangga juga sebagai bahan baku industri dan komoditas ekspor. Gula kelapa juga merupakan komoditas unggulan di Kecamatan Susukan khususnya di Desa Gumelem Wetan yang mempunyai nilai strategis ditinjau dari aspek tenaga kerja, karena menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan aspek ketahanan pangan karena besarnya peran gula kelapa dalam pangan serta terciptanya agroindustri. Potensi gula kelapa di Kecamatan Susukan dapat dilihat dari luas areal tanaman kelapa 632,45 hektar dengan produksi 11.407 kg/ha/tahun dan jumlah pengrajin gula kelapa 3.162 KK, (Sarwanto dan Hidayati, 2005). Dalam mengelola suatu usaha gula kelapa, pengrajin dihadapkan pada pengambilan keputusan untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi guna mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu pendapatan yang tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Hasil penelitian

24 Awang (1991) mengungkapkan bahwa usaha pembuatan gula kelapa seringkali memberikan hasil negatif atau tidak menguntungkan di tingkat rumah tangga petani. Berhasil tidaknya pengembangan usaha pembuatan gula kelapa ditentukan oleh faktor lokasi, faktor ekonomi, dan kemampuan petani dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi yang dimiliki seperti luas lahan, tenaga kerja, nira, dan kayu bakar sedemikian rupa sehingga akan diperoleh produksi yang optimal. Berdasar uraian tersebut di atas, maka penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi, mengidentifikasikan tingkat efisiensi harga (alokatif) pada penggunaan faktor produksi, serta mengetahui besarnya biaya dan pendapatan dari usaha pembuatan gula kelapa di Desa Gumelem Wetan Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, sedangkan dalam pengumpulan data dilakukan dengan metode survei. Lokasi penelitian diambil secara purposif (sengaja) yaitu Desa Gumelem Wetan Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara, dengan pertimbangan bahwa Desa Gumelem Wetan merupakan salah satu sentra pembuatan gula kelapa, sebagian besar pemilik pohon kelapa menderes sendiri, serta Desa Gumelem Wetan merupakan desa binaan pembuatan gula cetak. Sampel penelitian diambil dengan metode Simple Random Sampling (sampel acak sederhana) sebanyak 30 orang sampel. Affan Suyudi, Pujiharto, dan Pujiati Utami : Efisiensi Penggunaan Faktor

25 penelitian Untuk mencapai tujuan yaitu mengidentifikasi dan menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi, digunakan analisis fungsi produksi tipe Cobb- Douglas sebagai berikut : LnQ = lna + β1lnx1 + β2lnx2 + β3lnx3 + β4 lnx4 + u Q = Produksi (kg) X1 = luas usahatani (ha) X2 = jumlah nira (liter) X3 = jumlah kayu bakar (m 3 ) X4 = jumlah tenaga kerja (HKP) Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas digunakan uji secara bersama-sama (Overall test). Ho : β 1 = β 2 = β 3 = β 4 = 0 Hi : β i 0 Kaidah uji : -F tabel F ratio F tabel terima Ho F ratio > F tabel atau F ratio < - F tabel tolak Ho Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel tidak bebas digunakan uji secara parsial (Individual Test). Ho : β i = 0 Hi : β i 0 Kaidah uji : t hitung t tabel t hitung > t tabel l terima Ho tolak Ho Untuk mencapai tujuan penelitian kedua yaitu mengidentifikasi efisiensi alokasi (efisiensi harga) dari penggunaan faktor produksi digunakan analisis sebagai berikut : Atau β i. Q*. P Q ki = ----------------- X i *. P xi ki = MVPxi /Pxi Q* : Rata-rata produksi gula kelapa (kg) X i * : rata-rata faktor produksi ke i AGRITECH, VOL. IX NO. 1 JUNI 2007 : 22 35

26 P Q : harga gula kelapa (Rp/kg) P xi : harga faktor produksi variabel ke i (Rp/satuan) MVPxi : Marginal Value Product dari faktor produksi ke-i Pxi : harga faktor produksi ke-i Untuk menguji indeks efisiensi harga (k i ) menggunakan rumus hipotesis : Ho : k i = 1 Hi : k i 1 Kaidah uji : -t tabel t hitung t tabel terima Ho t hitung > t tabel atau t hitung < t tabel tolak Ho k i - 1 t hitung = --------------------------- Se(b i ) Q*/x i * (P Q /Pxi) k i : indeks efisiensi harga Se(b i ) : standar eror b i Q* : rata-rata produksi P Q : harga gula kelapa (Rp/kg) X i * : rata-rata faktor produksi ke i Pxi : harga faktor produksi ke i (Rp/satuan) Kriteria : ki = 1 efisien ki > 1 belum efisien ki < 1 tidak efisien Untuk mengetahui jumlah biaya yang harus dikeluarkan pengrajin untuk menghasilkan gula kelapa yaitu dengan menjumlahkan semua biaya yang dikeluarkan yang terdiri biaya tetap (penyusutan dan pajak lahan) dan biaya variabel (biaya nira, biaya tenaga kerja, biaya kayu bakar, dan bahan penolong), dirumuskan sebagai berikut : TC = FC + VC TC : Total Cost (biaya total) FC : Fixed Cost (biaya tetap) VC : Variabel Cost (biaya variabel) Menurut Hadisaputro (1982), pendapatan kotor merupakan nilai gula yang dihasilkan, yaitu jumlah produksi gula dikalikan dengan harga yang diterima pengrajin gula kelapa. Sedangkan pendapatan bersih adalah nilai produk dikurangi semua biaya yang dikeluarkan untuk Affan Suyudi, Pujiharto, dan Pujiati Utami : Efisiensi Penggunaan Faktor

27 menghasilkan gula kelapa. Secara matematik dapat diformulasikan sebagai berikut : TR = Pq x Q TR : pendapatan kotor (Total Revenue) Q : produksi gula kelapa (kg) Pq : harga gula kelapa yang diterima pengrajin (Rp/kg) NR = TR TC NR : Net Return (pendapatan bersih) TC : Total Cost (biaya total) TR : Total Revenue (pendapatan kotor) HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Gumelem Wetan termasuk wilayah Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara Propinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah 973,300 hektar, memiliki jenis tanah yang kompleks Podsolik merah kekuning-kuningan dan Regosol. Keadaan tanah pada umumnya subur, keterbatasan unsur hara sedang dengan ph 5,5 7,0 dan memiliki topografi landai, bergelombang, berbukit sampai bergunung. Tinggi tempat dari permukaan air laut 76 500 m. Curah hujan rata-rata di Desa Gumelem Wetan Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara 3.074 mm/tahun dan suhu udara antara 27 sampai dengan 32 0 C. Berdasarkan tipe iklim menurut Schmidt dan Fergusson Kecamatan Susukan termasuk daerah basah. Jumlah penduduknya sebanyak 7.276 orang dengan mata pencaharian sebagian besar petani. Karakteristik Petani Sampel Kisaran umur petani sampel antara 24 55 tahun, dengan pendidikan SD dan tidak tamat SD. Status usaha adalah petani pemilik AGRITECH, VOL. IX NO. 1 JUNI 2007 : 22 35

28 penderes. Rata-rata jumlah pohon kelapa yang dideres adalah 19 batang, dengan kisaran antara 12 28 batang pohon kelapa. Rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 5 orang, dengan kisaran antara 3 7 orang. Penggunaan Faktor Produksi dan Produksi Gula Kelapa Faktor produksi dalam usaha pembuatan gula kelapa meliputi input tetap (tanah, penyusutan alat) dan input tidak tetap (nira, bahan bakar, tenaga kerja, dan bahan penolong), yang disajikan pada Tabel 1. Harga Produksi dan Sarana Produksi Rata-rata harga gula yang diterima pengrajin antara Rp.3.000 Rp.3.200/kg. Besarnya harga gula yang terima disamping berdasarkan harga pasar yang sedang berlaku juga kondisi pengrajin yang mempunyai hutang atau tidak pada pengepul. Tabel1.Penggunaan Faktor Produksi dan Produksi Gula Kelapa di Desa Gumelem Wetan, Juni 2006 Variabel 1. Luas usahatani 2. Jumlah pohon kelapa deres 3. Bahan baku (nira)/liter 4. Kayu bakar (m 3 ) 5. Bahan penolong a. Kapur (kg) b. Minyak kelapa (ml) 6. Tenaga kerja (Hkp) a. Menderes (jam) b. Memasak & cetak (jam) 7. Produksi gula/usahatani (kg) 8. Rendemen (%) Ratarata 0,35 19 808,8 1,38 8,09 40,17 37 207 85 135,22 16,75 Sumber : Analisis Data Primer, 2006 Pengrajin yang mempunyai hutang pada pengepul maka harga yang diterima lebih rendah dari harga pasar yang berlaku. Di Desa Gumelem Wetan tidak ada transaksi penjualan nira sehingga harga nira diperhitungkan berdasarkan nilai sewa, yaitu 0,5 ons gula per pohon. Tenaga kerja yang dipergunakan seluruhnya adalah tenaga kerja keluarga, sehingga upah tenaga kerja Affan Suyudi, Pujiharto, dan Pujiati Utami : Efisiensi Penggunaan Faktor

29 diperhitungkan berdasarkan upah yang berlaku pada pekerjaan di usahatani. Tabel 2. Rata-Rata Harga Produk, Sarana Produksi dan Upah Tenaga Kerja di Desa Gumelem Wetan, Juni 2006 Variabel harga / upah Rata- Rata 1. Gula kelapa (Rp/kg) 3.086,67 2. Nira (Rp/liter) 30,013 3. Kayu bakar (Rp/m 3 ) 30.000 4. Kapur (Rp/kg) 1.500 5. Minyak kelapa (Rp/liter) 4.000 6. Tenaga kerja (Rp/Hkp) 12.000 Sumber : Analisis Data Primer, 2006 Biaya dan Pendapatan Usahatani Biaya usahatani pembuatan gula kelapa dihitung dengan menjumlahkan semua komponen biaya yang dikeluarkan oleh pengrajin. Sedangkan pendapatan adalah merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya usahatani. Tabel3.Rata-rata Biaya per Usahatani yang Diperhitungkan Untuk Menghasikan Gula di Desa Gumelem Wetan, Juni 2006 Uraian Jumlah Persentase (Rp) (%) 1. Biaya variabel 508.515,76 95,53 a. Nira 27.876,67 5,48 b. Kayu bakar 41.467,67 8,15 c. Tenaga kerja 439.171,43 86,36 2. Bahan Penolong 12.292,67 2,31 a. Kapur 12.132,00 98,69 b. Minyak Kelapa 160,67 1,31 3. Biaya tetap 11.524,30 2,16 a. Pajak 637,53 5,53 b. Penyusutan alat 10.886,77 94,47 Jumlah 532.332,73 100,00 Biaya/pohon/bulan 29.195,58 Sumber : Analisis Data Primer, 2006 Biaya terbesar adalah biaya variabel (95,53%) dan komponen biaya variabel terbesar adalah upah tenaga kerja (86,36%). Tingginya biaya tenaga kerja kurang dirasakan petani penderes karena merupakan usaha rumah tangga yang AGRITECH, VOL. IX NO. 1 JUNI 2007 : 22 35

30 pengelolaannya dilakukan oleh anggota keluarga. Sedangkan biaya variabel yang betul-betul dikeluarkan petani adalah pembelian kayu bakar. Jika seluruh biaya diperhitungkan, maka pendapatan bersih yang diterima pengrajin adalah minus, namun dalam kenyataannya usaha tersebut terus menerus diusahakan pengrajin. Hal tersebut disebabkan sebagian besar biaya yang diperhitungkan tidak dikeluarkan oleh pengrajin. Rata-rata penerimaan riil yang diperoleh pengrajin bernilai positif, yang ditunjukkan oleh besarnya pendapatan petani penderes yaitu Rp.351.217,- per bulan. Rata-rata imbalan tenaga kerja per satu hari kerja pria (Hkp) yang diperhitungkan sebesar Rp.9.118,46,- masih lebih rendah dari upah rata-rata yang diterima pada usahatani lain. Tabel 4. Nilai dan Biaya Produksi, serta Penerimaan Pengrajin dari Produksi Gula Kelapa di Desa Gumelem Wetan, Bulan Juni 2006 Uraian Per Per Usahatani/ Pohon Bulan /hari (Rp) (Rp) 1. Nilai produksi 416.502 762 2. Biaya total 532.333 973 3. Pendapatan Petani 351.217 642 4. Pendapatan bersih -115.831-212 5. Imbalan TK kel./hkp 9.119 Sumber : Analisis Data Primer,2006. Menderes merupakan satusatunya sumber untuk memenuhi kebutuhan pokok (pangan) yang pasti dan dapat diandalkan setiap hari. Hampir seluruh sarana produksi yang digunakan adalah milik sendiri, sehingga biaya tersebut bukan suatu beban yang harus ditanggung setiap hari. Estimasi Fungsi Produksi Estimasi fungsi produksi memberikan gambaran hubungan Affan Suyudi, Pujiharto, dan Pujiati Utami : Efisiensi Penggunaan Faktor

31 dan pengaruh perubahan faktor produksi yang digunakan terhadap produk yang dihasilkan. Faktor produksi yang digunakan dalam usaha pembuatan gula kelapa adalah luas usahatani, jumlah nira, tenaga kerja dan penggunaan kayu bakar Tabel 5. Estimasi Fungsi Produksi per Usahatani Usaha Gula Kelapa di Desa Gumelem Wetan, Bulan Juni 2006 Variabel Koefisien regresi t hitung 1. Luas garapan (X 1) 0,0081 0,463 2. Nira (X 2) 0,8750* 13,327 3. Kayu bakar (X 3) -0,0410-1,245 4. Tenaga kerja (X 4) 0,1410 1,923 Konstanta -1,4340* -5,728 Jumlah 1 s.d. 4 0,9830 Fhitung 353,5760* R 2 0,9830 Sumber : Analisis Data Primer, 2006 *) signifikan pada α = 5 % Berdasarkan perhitungan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh persamaan sebagai berikut: Ln Q = -1,4340 + 0,0081 ln X 1 + 0,8750 ln X 2 0,0410 ln X 3 + 0,1410 ln X 4 Dari Tabel 5 nampak bahwa F hitung sangat nyata (F tabel pada α = 5% adalah 2,69) mempunyai arti bahwa variabel luas usahatani, nira, kayu bakar dan tenaga kerja secara bersama-sama mempengaruhi produksi gula kelapa. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) 0,983 menunjukkan bahwa 98,30% variasi variabel produksi gula per usahatani dijelaskan oleh variasi variabel luas usahatani, nira, kayu bakar dan tenaga kerja, sedangkan 1,70% dijelaskan oleh faktor lain di luar model (selain luas usahatani, nira, kayu bakar dan tenaga kerja). Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variasi variabel nira dan konstante (pada α = 5%) berpengaruh sangat nyata pada produksi gula kelapa per usahatani. AGRITECH, VOL. IX NO. 1 JUNI 2007 : 22 35

32 Koefisien regresi dari konstanta sebesar 1,4340 mempunyai arti bahwa pada keadaan tidak ada pemakian faktor produksi, maka produksi gula kelapa sebanyak 0,23 kg [Anti ln(- 1,4340) = 0,2383] serta menunjukkan bahwa model tersebut memang signifikan. Koefisien regresi variabel nira sebesar 0,875 mempunyai arti bahwa penambahan nira sebesar 100% akan diperoleh kenaikan produksi gula kelapa sebanyak 87,5%. Jumlah koefisien regresi yang menunjukkan elastisitas produksi adalah 0,983078 yang artinya bahwa jika semua faktor produksi (luas usahatani, nira, tenaga kerja dan kayu bakar) dinaikkan (dilipatgandakan) sebesar 100% maka produksi gula kelapa akan meningkat sebesar 98,31%. Hal tersebut berarti bahwa proses produksi tersebut berada pada skala hasil yang menurun (decreasing return to scale). Efisiensi alokasi Penggunaan Faktor Produksi Efisensi alokasi penggunaan faktor produksi dicerminkan oleh nilai ki, yaitu rasio antara nilai produk marjinal dengan harga faktor produksi. Usaha dikatakan efisien jika ki = 1, belum efisien jika ki > 1 dan tidak efisien jika ki < 1. Tabel 6. Uji Efisiensi Alokasi (harga) Faktor Produksi per Usahatani Gula Kelapa di Desa Gumelem Wetan, Bulan Juni 2006 Var. Pxi VMPxi ki tk X1 1.886 9.669 5,126667 ns 0,38391 X2 35 452 12,94558* 12,23348 X3 30.013-12.409-0,41347* -4,2504 X4 12.000 1.608 0,133995* -12,4833 Sumber : Analisis Data Primer, 2006 *) signifikan pada α = 5 % Affan Suyudi, Pujiharto, dan Pujiati Utami : Efisiensi Penggunaan Faktor

33 Dari Tabel 6 nampak bahwa nilai ki tidak ada yang sama dengan satu, namun dari uji statistik diperoleh bahwa luas garapan tidak berbeda nyata yang berarti telah efisien. Variabel nira belum efisien atau masih harus ditambah, serta variabel kayu bakar dan tenaga kerja tidak efisien yang berarti harus dikurangi penggunaannya KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan usaha pembuatan gula kelapa di Desa Gumelem Wetan Kecamatan Sususkan Kabupaten Banjarnegara, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Produksi gula kelapa dipengaruhi secara nyata oleh jumlah nira yang dimasak, sedangkan luas lahan garapan, kayu bakar dan tenaga kerja yang digunakan tidak berpengaruh secara nyata pada produksi gula kelapa 2. Faktor produksi nira belum efisien, faktor produksi kayu bakar dan tenaga kerja tidak efisien, sedangkan luas garapan telah efisien 3. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi gula kelapa selama 1 bulan adalah Rp.532.332,73 atau Rp.29.195,58 per pohon perbulan, pendapatan bersih sebesar minus Rp.115.831,- per bulan dan pendapatan petani penderes Rp 351.217,- per bulan. Saran 1. Untuk meningkatkan produksi gula yaitu dengan meningkatkan jumlah nira yang dideres antara lain dengan cara meningkatkan rendemen gula kelapa. AGRITECH, VOL. IX NO. 1 JUNI 2007 : 22 35

34 Rendemen ini dapat ditingkatkan yang dimulai dari budidaya tanaman kelapa yang baik, proses pengambilan nira yaitu saat penyayatan seludang, serta proses pemasakan nira sampai pencetakan dengan memperhatikan aspek kebersihan, warna dan penampilan. 2. Untuk mencapai efisiensi harga dengan tujuan mendapatkan keuntungan dalam jangka pendek maka pemberdayaan tenaga kerja keluarga secara intensif dapat dilakukan untuk kegiatan usahatani dan pengurangan penggunaan kayu bakar. 3. Peningkatan pendapatan petani dapat dilakukan dengan mengurangi biaya bahan bakar kayu, mengingat biaya kayu bakar merupakan komponen terbesar yang betul-betul dikeluarkan petani penderes. Disamping itu penggunaan kayu bakar yang berlebihan dikhawatirkan dapat merusak kelestarian lingkungan serta biaya yang tinggi maka perlu alternatif penggunaan bakar bakar hemat energi misalnya dengan memasyarakatkan penggunaan limbah gergajian dan pembuatan tungku hemat energi. DAFTAR PUSTAKA Prasetyawadi, Hari, Sri Hidayati, Agus Suprapto dan Hermanto Hutabarat., 1997. Efisiensi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi pada Usahatani Kedele di Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas. Hasil Penelitian (SPP/DPP Kopertis VI). Aktan HKTI Banyumas. Rony Palungkun, 1993. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penerbit PT. Penebar Swadaya Affan Suyudi, Pujiharto, dan Pujiati Utami : Efisiensi Penggunaan Faktor

35 Sarwanto dan Hidayati, Sri. 2005. Analisis Produktivitas dan Profil Industri Gula Kelapa di Desa Gumelem Kulon Kabupaten Banjarnegara. Laporan Peneliti Muda Aktan HKTI Banyumas Soekartawi., 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. AGRITECH, VOL. IX NO. 1 JUNI 2007 : 22 35