BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGALAMAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH YANG MEMPERHATIKAN ASET-ASET PRODUKTIF KOMUNITAS DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR

menggali pengalaman mengenai PROSES PERENCANAAN DUA ARAH dalam rangka mendukung penyelenggaraan program permukiman

perbaikan pola hidup diagnosa treatment

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh

DAFTAR PUSTAKA Daftar Buku

Peluang dan Tantangan Penanganan Permukiman Kumuh melalui Kemitraan Pemerintah, Swasta dan Masyarakat. oleh Oswar Mungkasa 1

Buletin Warta Desa. Tentang Program Kotaku. Manfaat & Target Program. Tujuan. Tujuan Antara

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Status negara berkembang dengan kesejahteraan materials tingkat rendah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. terutama di Negara-negara berkembang. Indonesia merupakan Negara

PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya

BAB II KAJIAN TEORI. Masyarakat berpenghasilan rendah yang selanjutnya disingkat MBR adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Menuju Kota Bebas Kumuh

SUKARLAN BIRRO ALLO ( )

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya pengentasan kemiskinan dalam masyarakat. kesejahteraan di wilayah tersebut. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah

KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

FORMAT I PROFIL SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN. I. Aspek Kebijakan Kota/Kabupaten. Berdasarkan Pola Dasar Pembangunan Kota/Kab :

Mengapa Kemiskinan di Indonesia Menjadi Masalah Berkelanjutan?

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Arah Kebijakan Percepatan Penanganan Kumuh dan Gambaran Umum Program KOTAKU

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

BAB I PENDAHULUAN. hak bagi setiap orang. Karena setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014

RAPAT KOORDINASI PELAKSANAAN PROGRAM SLUM ALLEVIATION

Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar Tahun

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Sambutan Pembukaan. Ir. Hadi Sucahyono MPP., PH.D. Direktur Pengembangan Permukiman. Ditjen Cipta Karya - Kementerian PU-PERA.

KATA PENGANTAR. Taipa, 10 September 2016

IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN LIVELIHOOD

Skema Rincian Langkah Kegiatan dalam Tahapan Penyusunan Dokumen RP4D Kabupaten 3-2

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPUTUSAN BUPATI BANGKA SELATAN NOMOR : 188

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

ANALISIS KESESUAIAN PRASYARAT KAMPUNG SASARAN DENGAN KAMPUNG TERAPAN TERHADAP PROGRAM POLA PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pembangunan multidimensi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH SEBAGAI JALAN MENUJU KOTA LAYAK HUNI DAN BERKELANJUTAN

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pada dasarnya hunian tidak dapat dilihat sebagai tempat hidup saja

APA ITU PROGRAM KOTAKU? pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh. nasional yang merupakan penjabaran dari pelaksanaan Rencana

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Untuk Pemerintah Kota/Kabupaten BANTUAN STIMULAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH (BSPK) TAHUN ANGGARAN...

STRATEGI SANITASI KOTA. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PRASARANA SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan. Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian

DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman

APBD I DPKP CK APBD II DAK AM SR X 5 JIWA = JIWA (1)

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. persoalan kecenderungan meningkatnya permintaan dan kurangnya penyediaan di

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PENDAHULUAN Latar Belakang

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN.

BAB I PENDAHULUAN. sebutan Millenium Development Goals (MDGs) yang memuat 8 program

TENTANG SINERGITAS PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH YANG BERKELANJUTAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO

Arahan Kebijakan Bidang PBL dalam Mewujudkan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Konseppartisipasiataupun partnership dan participationini pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. angka ini menjadi 24,29% atau 49,5 juta jiwa. Bahkan International Labour

dan Kawasan Permukiman

UNIVERSITAS DIPONEGORO IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PERBAIKAN PRASARANA PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN PESISIR KELURAHAN TANJUNG EMAS, KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PRASARANA SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)

Ade Andriyani 1 Tety Elida 2 Beny Susanti 3. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi rangkuman hasil temuan studi dan kesimpulan studi, rekomendasi studi, kelemahan studi, dan saran bagi studi lanjutan. Rangkuman hasil temuan studi dan kesimpulan studi diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan, dengan tujuan untuk menjawab tujuan dan rumusan persoalan yang terdapat pada bab satu. 5.1 Temuan dan Kesimpulan Studi Bagian ini akan menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan pada bagian awal, yaitu mengenai pengalaman penanganan permukiman kumuh di Indonesia secara umum dan di Kota Bandung secara khusus berdasarkan lima aset produktif komunitas. Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan, beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai temuan studi adalah : 1. Untuk program permukiman kumuh yang dilakukan di Indonesia, KIP sebagai program awal dalam perbaikan kampung memfokuskan kegiatannya terhadap pembangunan aspek fisik lingkungan dan hanya memperhatikan aset fisik. Sementara itu melalui P2BPK yang dilaksanakan di awal tahun 90-an, pemerintah mulai memperkenalkan pendekatan yang berbeda, yang bukan hanya memperhatikan perbaikan fisik lingkungan melainkan juga memperhatikan aspek non-fisik. Pelaksanaan P2BPK mulai memperhatikan tiga aset produktif komunitas, yang meliputi aset fisik, aset modal sosial, dan modal manusia dalam upaya penanganan permukiman kumuh. Program KIP dimunculkan kembali pada tahun 1998, dengan konsep yang berbeda dari KIP sebelumnya. KIP yang dilakukan pada tahun 1998 104

disebut dengan KIP Komprehensif yang dilakukan dengan pelibatan dan pemberdayaan masyarakat. P2KP yang mulai dilaksanakan tahun 1999 merupakan program pengentasan kemiskinan, yang dilakukan dengan pendekatan Tridaya. Program ini memperhatikan aset-aset produktif komunitas meliputi aset fisik, aset alam, aset modal sosial, aset modal manusia, dan aset ekonomi untuk membangun komunitas masyarakat miskin dan menangani kemiskinan perkotaan. CoBILD dilakukan pemerintah sebagai upaya untuk mengembangkan perumahan swadaya kepada masyarakat miskin. Program ini dilakukan sebagai program yang berbasis pada potensi prakarsa komunitas masyarakat. Program ini dilaksanakan pada bulan September 2000 sampai dengan Februari 2003. NUSSP sebagai program permukiman kumuh yang berbasis pada masyarakat miskin dilakukan pada tahun 2004. Program ini memberikan perhatian terhadap pembentukan aset fisik, aset alam, aset modal sosial, aset modal manusia, dan aset ekonomi dalam penataan permukiman kumuh. Gambar 5.1 berikut ini menunjukkan pelaksanan program-program permukiman kumuh di Indonesia tersebut beserta jumlah aset yang mendapat perhatian dan dibentuk di dalam masing-masing program. 105

GAMBAR 5.1 PROGRAM-PROGRAM PERMUKIMAN KUMUH DI INDONESIA DAN ASET-ASET YANG TERDAPAT DIDALAMNYA NUSSP CoBILD P2KP P2BPK KIP KIP Komprehensif 1965 69 1970 1975 1980 1985 89 1990 1995 98 99 2000 02 03 04 2005 2010 Sumber: Hasil Analisis, 2007 Keterangan: = mengandung 1 aset = mengandung 3 aset = mengandung 5 aset 106

Gambar tersebut menunjukkan adanya perhatian masing-masing program di Indonesia terhadap aset-aset produktif komunitas. Pada saat P2BPK masih berlangsung sebagai program yang tidak hanya memperhatikan perbaikan fisik, KIP Komprehensif pun dilakukan sebagai ekstensifikasi dari program KIP sebelumnya. Program KIP sebelumnya hanya memperhatikan perbaikan fisik, tetapi KIP komprehensif memperhatikan pembentukan modal sosial dan ekonomi masyarakat dalam perbaikan permukiman kumuh. Selama KIP Komprehensif masih berjalan, dilakukan P2KP sebagai program pengentasan kemiskinan perkotaan. Berbeda dengan P2BPK dan KIP Komprehensif yang hanya memperhatikan tiga (3) aset, P2KP telah memperhatikan lima (5) aset komunitas untuk menanggulangi masalah kemiskinan. Meskipun P2KP masih berlangsung, pemerintah melakukan CoBILD yang merupakan program perumahan yang berbasis pada masyarakat. Berbeda dengan P2KP yang telah memperhatikan lima (5), CoBILD hanya memperhatikan tiga (3) aset. Sama halnya dengan CoBILD, P2BPK dan KIP Kompehensif, pelaksanaan NUSSP juga memperhatikan dan mengandung tiga (3) aset dalam upaya menangani masalah permukiman kumuh. 2. Untuk program permukiman kumuh di Kota Bandung, Eksperimen UNEP sebagai program perintis di Kota Bandung, menekankan kegiatannya terhadap perbaikan fisik lingkungan. Sedangkan BUDP Tahap I dan BUDP Tahap II yang juga merupakan program perbaikan kampung, mulai memperhatikan pembentukan aset fisik, alam, dan aset modal manusia. PLPKP2 sebagai program peremajaan memfokuskan kegiatannya terhadap pembangunan fisik lingkungan, melalui pembangunan rumah susun. Tetapi, PLPKP2 juga memperhatikan perbaikan aset alam, SDM, modal 107

sosial dan ekonomi untuk mewujudkan permukiman kawasan Industri Dalam yang sehat dan tertata rapi. JPS yang diluncurkan sebagai program yang meresponi krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, berupaya memberikan bantuan kepada masyarakat miskin untuk menghadapi krisis yang terjadi. Program ini menekankan perhatiannya terhadap perbaikan aset fisik, modal manusia, modal sosial, dan ekonomi masyarakat miskin, khususnya yang tinggal dipermukiman kumuh. P2KP yang masih dilaksanakan sampai sekarang, merupakan program pemerintah yang juga ditujukan untuk menjawab masalah kemiskinan perkotaan dan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Program ini memandang masalah kemiskinan dan permukiman kumuh sebagai persoalan yang multisektor. Untuk mencapai tujuannya dalam mengatasi kemiskinan termasuk perbaikan permukiman kumuh, program ini memperhatikan perbaikan aset fisik, alam, SDM, modal sosial, dan ekonomi masyarakat. Gambar 5.2 berikut menunjukkan pelaksanaan program-program permukiman kumuh di Kota Bandung dan jumlah aset yang diperhatikan dalam masing-masing program. 108

GAMBAR 5.2 PROGRAM-PROGRAM PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA BANDUNG DAN ASET-ASET YANG TERDAPAT DIDALAMNYA P2KP JPS PLPKP2 BUDP UNEP 1975 78 1980 81 1985 89 1990 92 1995 97 99 2000 02 2005 Sumber: Hasil Analisis, 2007 Keterangan : = mengandung 1 aset = mengandung 2 aset = mengandung 4 aset = mengandung 5 aset = mengandung 3 aset 109

Gambar tersebut menunjukkan program-progam permukiman kumuh Kota Bandung telah mengandung perhatian terhadap aset-aset produktif komunitas. Eksperimen UNEP sebagai program awal di Kota Bandung hanya mengandung satu (1) aset. Kemudian program-program permukiman kumuh di Kota Bandung terus mengalami perkembangan, tidak hanya memperhatikan perbaikan fisik. Program-program selanjutnya seperti BUDP, PLPKP2, JPS, dan P2KP memperhatikan lebih dari satu (1) aset. Selama JPS berlangsung, di beberapa lokasi dilakukan program P2KP yang juga merupakan program untuk menangani masalah kemiskinan dan permukiman kumuh perkotaan. Tetapi, dalam pelaksanaannya JPS hanya memperhatikan empat (4) aset, sedangkan P2KP memperhatikan kelima aset dalam aset-aset produktif komunitas. Dan P2KP Kota Bandung masih berlangsung sampai sekarang. Tabel 5.1 berikut menunjukkan perhatian masing-masing program permukiman kumuh di Kota Bandung terhadap pembentukan aset-aset produktif komunitas. 110

Tahun Pelaksanaan Program 1978-1980 1981 Tabel 5.1 Perhatian Program-Program Permukiman Kumuh Kota Bandung Terhadap Pembentukan Aset-Aset Produktif Komunitas Program Eksperimen UNEP Aset Fisik Aset Alam Aset Modal Manusia Dewi Sartika (KIP - BUDP I) Aset Modal Sosial Aset Ekonomi 1986-1989 KIP - BUDP II 1990 1998 PLPKP2 Jaring Pengaman Sosial (JPS) 1999-2001 P2KP I Tahap I dan II Sumber : Hasil analisis, tahun 2007 Keterangan: : aset yang diperhatikan Maka kesimpulan yang diperoleh adalah : Program-program permukiman kumuh Kota Bandung telah memberikan dampak terhadap aset-aset produktif komunitas, meskipun pada awalnya tidak secara khusus memperhatikan pembentukan lima aset tersebut. Oleh karena itu penting untuk membuat sebuah catatan yang menunjukkan kompilasi programprogram permukiman kumuh agar mengetahui aset-aset yang diperhatikan dan dampaknya terhadap penanganan permukiman kumuh. 5.2 Rekomendasi Studi Berdasarkan kesimpulan di atas, maka rekomendasi studi dari hasil kajian ini yaitu : Masalah permukiman kumuh merupakan masalah yang multisektor. Oleh karena itu, untuk mewujudkan penanganan permukiman kumuh yang 111

berkelanjutan, sebaiknya perhatian program permukiman kumuh tidak hanya difokuskan pada pembentukan aset fisik tetapi juga perlu memperhatikan kelima aset produktif komunitas. Untuk mewujudkan perbaikan permukiman kumuh (slums upgrading), masyarakat yang mandiri, dan pembangunan yang berkelanjutan sebaiknya upaya penanganan masalah permukiman kumuh tidak hanya memperbaiki fisik tetapi juga membangun sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung upaya pembangunan yang berkelanjutan. Perlu adanya catatan secara sistematis dan kompilasi yang menunjukkan fokus perhatian setiap program permukiman kumuh, khususnya yang menyangkut pembentukan aset-aset produktif komunitas untuk mengetahui keberhasilan yang diperoleh oleh setiap program. JPS sebagai program pengentasan kemiskinan belum dapat menangani masalah kemiskinan, hal ini dikarenakan kurang pengetahuan masyarakat dalam mengelola dana bantuan JPS. Oleh karena itu, untuk mengentaskan masalah kemiskinan sebaiknya pemerintah tidak hanya memberikan dana bantuan tetapi juga membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam pengelolaan dana bantuan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih sejahtera. Perlu adanya kebijakan pemerintah untuk memasukkan kelima aset produktif komunitas dalam setiap konsep pelaksanaan program slums upgrading. 5.3 Kelemahan Studi Beberapa keterbatasan studi yang ditemukan, yaitu : Studi ini mengggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui perhatian masing-masing program terhadap pembentukan aset-aset produktif komunitas, sehingga tidak dapat memberikan informasi kuantitatif terhadap perhatian masing-masing program dalam pembentukan aset-aset produktif komunitas. 112

Kajian dalam studi ini membahas perhatian program permukiman kumuh terhadap pembentukan aset-aset produktif komunitas tanpa melihat karakteristik masalah, kondisi masyarakat, dan lokasi yang dapat mempengaruhi pembentukan aset-aset produktif komunitas. Bahasan dalam studi ini difokuskan pada perhatian program terhadap pembentukan aset-aset produktif komunitas tetapi tidak membahas keberhasilan atau dampak yang dihasilkan program terhadap daerahdaerah yang menjadi tempat pelaksanaan program. 5.4 Saran Studi Lanjutan Beberapa saran untuk studi lanjutan hasil analisis keterbatasan studi adalah : Studi lanjutan dapat menganalisis perhatian program permukiman kumuh terhadap pembentukan aset-aset produktif komunitas yang dilaksanakan di daerah atau lokasi yang berbeda. Studi lanjutan dapat membuat catatan sistematis dan kompilasi mengenai program-program permukiman kumuh yang memperhatikan pembentukan aset-aset produktif komunitas yang dilakukan di lokasi lain. Studi lanjutan dapat menganalisis secara lebih mendalam perhatian satu program terhadap pembentukan lima aset produktif komunitas yang dilakukan di satu lokasi permukiman kumuh tertentu. Studi lanjutan dapat menganalisis dan membandingkan keberhasilan satu program permukiman kumuh yang dilaksanakan di beberapa lokasi berbeda dengan menggunakan lima aset produktif komunitas sebagai indikator keberhasilan. Studi lanjutan menganalisis secara lebih mendalam beberapa program yang dilaksanakan di satu lokasi permukiman kumuh dan menggunakan perhatian masing-masing program terhadap pembentukan aset produktif komunitas sebagai indikator untuk mengetahui dampak masing-masing program terhadap perbaikan yang dihasilkan di lokasi permukiman kumuh tersebut. 113

Studi lanjutan dapat membahas ketersediaan lima aset produktif komunitas dalam setiap program permukiman kumuh dengan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui persentase dampak yang dihasilkan dari masing-masing program. Studi lanjutan dapat membahas kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung ketersediaan lima aset produktif komunitas dalam setiap konsep pelaksanaan program penanganan permukiman kumuh. Studi lanjutan dapat membahas pengaruh ketersediaan lima aset produktif komunitas dalam menangani masalah kemiskinan dan dalam menangani masalah permukiman kumuh perkotaan. 114