PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI ULTRA SOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

dokumen-dokumen yang mirip
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSO. PROF. DR. R SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA DI RS AL Dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD SALATIGA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S )

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RS AL dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROME DEXTRA. DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari

BAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

Carpal tunnel syndrome

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDOME ( CTS ) DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA DROP HAND DEXTRA DI RSUD SALATIGA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

Nurul Faidah, Andung Maheswara Rakasiwi (Prodi DIII Fisioterapi FIK-Universitas Pekalongan)

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. A. Pengkajian Fisioterapi. fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome perlu dilakukan beberapa tahapan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER FINGER SINISTRA DI RSUD SUKOHARJO

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DROP HAND DEXTRA e.c LESI SARAF RADIALIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN. DI RS.AL.dr.RAMELAN. SURABAYA.

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SINDROM DEXTRA. Oleh : MUHAMMAD IRFAN AMINUDIN NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB III PROSES FISIOTERAPI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSU AISYIYAH PONOROGO KARYA TULIS ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terowongan carpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat tersebut. 1

BAB I PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu. Kualitas hidup menjadi variabel perkembangan masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal. Kesehatan optimal yaitu dimana keadaan sejahtera dari badan, jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kehidupan yang lebih baik.

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ROOT S SYNDROME DI RSU AISYIYAH PONOROGO

DEXTRA e.c LESI ILMIAH PUBLIKASI J

Swasta Raya Mantep Sasmito, Ade Irma Nahdliyyah (Prodi Fisioterapi FIK-UNIKAL)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti sekarang ini, terjadi banyak. teknologi dan tidak ketinggalan juga perkembangan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pergelangan tangan dan jari-jari tangan merupakan kesatuan yang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME DI RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEKSTRA DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD Prof. Dr.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST FRAKTUR COLLES DEXTRA DI R.S PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TENNIS ELBOW DEXTRA DI RST DR. SOEDJONO MAGELANG

Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION FRAKTUR RADIUS ULNA 1/3 DISTAL SINISTRA DI RST SOEJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA OSTEOARTHRITIS KNEE SINISTRA DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CLOSE FRAKTURE 1/3 DISTAL HUMERUS SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST PINNING FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

I. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD HARJONO PONOROGO.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER FINGER DEXTRA DI RS. PARU ARIO WIRAWAN SALATIGA

NASKAH PUBLIKASI. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME BILATERAL DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN BRACHIAL PLEXUS INJURY SINISTRA DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

DEXTRA PONOROGOO. Diajukan Oleh: J PROGRAM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

Hasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VDS

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS LOW BACK PAIN MYOGENIC E.C. LUMBAR STRAIN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Kata kunci : Fraktur olekranon dekstra, infra merah, terapi latihan

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR CRURIS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD SALATIGA

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA. KASUS DROP HAND SINISTRA e.c LESI NERVUS RADIALIS. di RSUP Dr.SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati terhadap nervus

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA DEQUERVAIN SYNDROME MENGGUNAKAN ULTRASOUND, TENS DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD KRATON KAB.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME DEKSTRA DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI POST FRAKTUR COLLES DEXTRA DI R.S PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh:

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST ORIF FRAKTUR OLECRANON SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RS. PROF.DR.SOEHARSO SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI ULTRA SOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS CARPAL TUNNEL SYNDROME SINISTRA DI RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Vega Indra Utama 1 Nur Susanti 2 (1) Program Studi D III Fisiotrapi Fakultas Imu Kesehatan (2) Universitas Pekalongan Abstract Carpal tunnel syndrome is a symptom that occurs due to the emphasis on N. The median is the cause of repetitive motion or trauma. The objectives to be achieved, namely, reduce pain, increase range of motion, increase muscle strength, and enhance the functional activity of the patient. The objectives are: increase muscle strength in the left wrist area, increase range of motion left wrist, and restore functional activity with respect to the functional activity of the left hand. In helping to overcome these problems can be used modalities of ultrasound physiotherapy and exercise therapy. And the results obtained at the end of therapy include: increased muscle strength, increase range of motion, and the enhancement of functional activity. Based therapy is carried out for 6 times to get the following results: (1) an increase in muscle strength of dorsal flexion of T1 to T6 = 4 = 5, Palmar flexion T1 to T6 = 3 = 4, (2) an increased range of motion Active dorso palmar flexion T1 = 50 º -0 º -55 º to T6 = 50 º -0 º -60 º. Keywords: Carpal Tunnel Syndrome Sinistra with U.S. modalities (ultra sound) and exercise therapy. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan bagian dari pembangunan nasional yang antara lain mempunyai tujuan untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi dengan mutu kehidupan yang baik, dan mempunyai sikap kejiwaan yang menopang dan mendorong kreativitas. Fisioterapi adalah ilmu yang mempelajari upaya - upaya manusia dalam mencapai derajat kesehatan yang dibutuhkan melalui penanggulangan masalah gerak fungsional individu dan masyarakat dengan penerapan sumber fisis dan mekanis (Deklarasi IFI, 2000). Fisioterapi sebagai salah satu pelaksanaan pelayanan kesehatan ikut berperan dan bertanggung jawab dalam peningkatan derajat kesehatan, meliputi masalah gerak dan fungsi 35

dengan kajian menyangkut aspek peningkatan (promotif), aspek pencegahan (preventif), aspek penyembuhan (kuratif), aspek pemulihan dan pemeliharaan (rehabilitatif) untuk mewujudkan program pemerintah yaitu Indonesia Sehat 2010 (DepKes RI, 1999). METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif Analitik untuk mengetahui assessment dan perubahan yang dapat diketahui. Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kasus. 2. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan interview dan observasional pada seseorang pasien dengan kondisi Carpal Tunnel Syndrome Sinistra. Desain penelitian digambarkan sebagai berikut: X Y Z Keterangan: X : Keadaan pasien belum diberikan program fisioterapi Y : Keadaan pasien setelah diberikan program fisioterapi Z : Program fisioterapi Permasalahan yang timbul sebelum pasien menjalani program terapi adalah pasien mengalami rasa nyeri, ba al, dan kesemutan pada pergelangan tangan kirinya, terutama dari ibu jari sampai ½ jari ke 3, pasien belum mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari dirumah sehubungan dengan aktivitas tangan kirinya. Kemudian pasien menjalani pemeriksaan fisioterapi yang berupa nyeri dengan skala VDS, pemeriksaan kekuatan otot dengan MMT, pemeriksaan lingkup gerak sendi dengan Goneometer, dan dilakukan test spesifik berupa : phalen test, tinnel test, phrayer test. Setelah melakukan pemeriksaan didapatkan permasalahan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional, oleh fisioterapis pasien diberi modalitas Ultra Sound (US) dan terapi latihan. Dengan pemberian tersebut diharapkan adanya peningkatan pada kapasitas fisik dan kemampuan 36

fungsional pada pergelangan tangan kiri pasien. Instrumen Penelitian 1. Nyeri dengan skala VDS VDS (Value Descriptive Skale), Dengan definisi merupakan cara pengukuran derajat nyeri yang terdiri dari angka 1-7. Untuk skala penilaian yaitu : 1 : Tidak nyeri, 2 : Nyeri sangat ringan, 3 : Nyeri ringan, 4 : Nyeri tidak begitu berat, 5 : Nyeri cukup berat, 6 : Nyeri berat, 7 : Nyeri tidak tertahankan. 2. Kekuatan otot dengan MMT Yaitu suatu cara yang dilakuakan oleh fisioterapi untuk mengetahui besarnya nilai kekuatan otot yang dilakuakn dengan cara menggerakkan anggota gerak baik itu dari pasien sendiri ataupun dari fisioterapis. Pemeriksaan kekuatan otot biasanya dilakukan dengan MMT (Manual Muscle Testing) yang berfungsi untuk menentukan derajat kelemahan otot atau mengetahui kemampuan pasien dalam mengkontraksikan otot atau group otot secara voluntary. 0 : tidak dapat berkontraksi 1 : ada kontraksi tetapi tidak ada pergerakan sendi 2 : ada gerakan, tidak dapat melawan gravitasi, gerakan full ROM 3 : gerakan full ROM, dapat melawan gravitasi tanpa adanya tahanan 4 : mampu melawan gravitasi gerakan full ROM dengan tahanan minimal, 5 : mampu melawan gravitasi gerakan full ROM dengan tahanan maksimal. 3. Lingkup Gerak Sendi (LGS) Yaitu cara yang dilakukan oleh fisioterapi untuk mengetahui besarnya lingkup gerak yang bisa dilakukan pada suatu sendi. disini penulis menggunakan alat yaitu goneometer untuk mengukur LGS dengan kriteria derajat normal pada pergelangan tangan sebagai berikut: Sagital : 50-0 - 60 Frontal : 20-0 - 30 4. Spasme otot dengan palpasi Spasme otot dilakukan dengan cara palpasi yaitu: dengan jalan menekan dan memegang organ atau 37

bagian tubuh pasien untuk mengetahui kelenturan otot bahu, misal terasa kaku, tegang atau lunak. Untuk kriteria penilaiannya sebagai berikut: Nilai 0 : tidak spasme Nilai 1 : spasme ringan Nilai 2 : spasme sedang Nilai 3 : spasme berat Prosedur Pengambilan Data 1. Data primer a. Pemeriksaan fisik Bertujuan mengetahui keadaan fisik pasien yang pemeriksaannya meliputi: tanda vital, inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, pemeriksaan gerak dasar, dan kemampuan fungsional. b. Interview Metode ini dengan cara tanya jawab antara terapis dengan pasien atau anamnesis langsung dengan pasien, tetapi anamnesis ini bisa juga dilakukan pada orang lain atau keluarga yang mengetahui keadaan pasien atau kondisi pasien. c. Observasi Dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien selama diberikan terapi. 2. Data sekunder a. Studi Dokumentasi Pada dokumentasi penulis mengamati dan mempelajari data status pasien di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. b. Studi Pustaka Dari buku-buku, kumpulan artikel, dan bahan kuliah yang berkaitan dengan kasus carpal tunnel sydrome sinistra. Anatomi dan Fisiologi Pergelangan tangan dibentuk oleh beberapa jaringan antara lain : tulang, tendon, otot, ligament, kapsul sendi dan beberapa saraf yang menginervasi daerah tangan. Carpal Tunnel di bentuk oleh fleksor retinakulum yaitu transvers carpal ligament dan palmar carpal ligament yang kuat sebagai atapnya sedangkan bagian bawah dibentuk oleh tulang carpal yang terdiri dari 8 tulang : Scapoideum, Lunatum, Triquetrum, Pisiforme untuk bagian proksimal, sedangkan untuk bagian distal adalah tulang Trapezium, Trapezoideum, 38

Capitatum, Hamatum. Carpal Tunnel dilalui nervus medianus yang kearah distal, Fleksor Digitorum Superficialis (FDS), Fleksor Digitorum Profunda (FDP), Fleksor Poliscis Longus (FPL). Nervus medianus dipercabangkan dari pleksus brachialis dengan dua buah kaput. Kedua kaput tersebut berasal dari fasikulus lateral dan fasikulus medial. Kedua kaput tersebut bersatu pada bawah otot pektoralis minor, jadi serabutserabut dari dalam trunkus berasal dari tiga segmen servical yang bawah dan dari segmen thorakal pertama medulla spinalis didalam lengan atas bagian bawah n. brakialis ini bercabang menjadi 3. Nervus medianus ini berjalan sepanjang arteri brachialis dan lewat sisi palmar lengan bawah dimana serabut ini menuju telapak tangan dengan melewati terowongan carpal berbentuk silinder yang ditutupi oleh ligamen carpi trasversum dan membentang dari tulang skapoideum sampai tulang hamatum disebelah medial kirakira 3 cm kedalam palmar. Otototot lengan bawah yang disarafi oleh nervus medianus antara lain: m. pronator teres, m. flexor carpi radialis, m. palmaris longus, m. flexor digitorum provundus, m.flexor pollicis longus dan pronator quadratus. Nervus medianus mensarafi otot-otot fleksor lengan bawah dan otot-otot fleksor pergelangan tangan sehingga apabila ada lesi yang mengenai nervus medianus akan menyebabkan terjadinya penurunan sensoris pada bagian volar lengan bawah, daerah palmar tangan jari 1, 2, 3 dan setengah jari ke-4. Biomekanik Ditinjau dari morfologinya termasuk artikulasio ellipsoidea, tetapi fungsinya sebagai artikulatio gluboidea. Gerakan yang terjadi pada persendian itu yaitu fleksi dengan lingkup gerak sendi 60º, ekstensi 50º, ulnar deviasi 30º, dan untuk radial deviasi 20º. Derajat fleksi dan 39

dan ulnar deviasi lebih besar dibandingkan dengan gerakan ekstensi dan radial deviasi, hal ini disebabkan karena bentuk permukaan sendi radius dari ligamen bagian dorsal lebih kendor dari pada bagian palmar. Pada gerakan radial deviasi terjadi gerakan rolling tulang karpal dan sliding kearah ulnar. Sedangkan pada gerakan palmar fleksi tulang karpal rolling ke ventral dan sliding ke dorsal. Patologi 1. Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan gangguan umum yang berhubungan dengan pekerjaan yang disebabkan gerakan berulang-ulang dan posisi yang menetap pada jangka waktu yang lama yang dapat mempengaruhi saraf, suplay darah ke tangan dan pergelangan tangan. Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati terhadap nervus medianus di dalam Carpal Tunnel pada pergelangan tepatnya di bawah fleksor retinakulum. Sindrom ini terjadi akibat kenaikan tekanan dalam terowongan yang sempit yang dibatasi oleh tulangtulang carpal serta ligament carpi tranversum yang kaku sehingga menjebak nervus medianus (Rambe, 2004). Ada beberapa penyebab mengenai patologi dari Carpal Tunnel Syndrome (CTS). Pada umumnya karena faktor mekanik, faktor non mekanik dan faktor vaskuler, ketiga faktor ini memegang faktor penting dalam terjadinya CTS. Pada umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. a. Gerakan berulang dengan kontraksi yang kuat menimbulkan pembengkakan sarung 40

tendon kemudian menimbulkan tekanan pada sarung tendon. b. Tekanan yang berulangulang, kuat dan lama akan menyebabkan peninggian tekanan intravaskuler. Akibatnya aliran darah intravaskuler melambat, kongesti yang terjadi ini akan menggangu nutrisi intravaskuler lalu diikuti hipoksia kemudian anoksia yang akan merusak endotel dan menimbulkan nyeri lokal. Kerusakan endotel akan menyebabkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Pada keadaan akut CTS terjadi karena penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik ini kemudian diperberat oleh peninggian tekanan intravaskuler yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan odema sehingga kerja saraf dan darah terganggu, akibatnya terjadi kerusakan saraf tersebut. 2. Etiologi Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga dilalui oleh beberapa tendon fleksor (fleksor carpi ulnaris, fleksor carpi radialis, fleksor digitorum sublimes dan palmaris longus). Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat mengakibatkan penekanan pada nervus medianus sehingga timbul CTS. Pada sebagian kasus etiologinya tidak diketahui, terutama 41

pada pasien lanjut usia. Beberapa pakar menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko penderita serta gangguan pada kasus ini: a. Adanya rasa sakit di pergelangan tangan atau tangan yang menjalar ke arah proximal. b. Trauma; dislokasi, fraktur, atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan dan tangan, sprain pergelangan tangan, trauma langsung pada pergelangan tangan. c. Parestesia dan gangguan sensibilitas yang lain. d. Adanya perpindahan salah satu atau lebih carpalia, trauma, arthritis pergelangan tangan. e. Penyakit kolagen vaskuler; artritis rematoid, polimialgia reumatika, slerodema, lupus eritematosus sistemik. f. Degeneratif; osteoarthritis. Obyek Yang Dibahas a. Nyeri Nyeri ini disebabkan oleh penekanan pada retinakulum dan penjepitan nervus medianus yang mengakibatkan peninggian tekanan intravesikuler. Akibatnya aliran darah vena intravesikuler melambat dan terjadi peregangan pada ligamen. b. Parestesia Terjadi karena penjepitan pada nervus medianus yang mengakibatkan aliran darah ke otot-otot yang disarafi oleh nervus medianus berkurang (Rambe, 2004). c. Penurunan kekuatan otot Penurunan kekuatan otot pada kondisi carpal tunnel syndrome ini disebabkan oleh adanya 42

nyeri, jika nyeri terjadi dalam jangka waktu yang panjang maka akan mengakibatkan otot dalam keadaan inaktif atau digunakan tidak maksimal sehingga elastisitasnya berkurang dan terjadi penurunan kekuatan otot. d. Keterbatasan LGS Adanya nyeri yang timbul saat digerakkan, maka pasien pada kasus ini akan merasa takut untuk menggerakkan tangannya terutama gerakan fleksiekstensi. Jika hal itu terjadi dalam waktu yang lama maka akan terjadi penurunan stabilitas dari jaringan sekitar pergelangan tangan yang dapat menghambat gerakan sendi pergelangan tangan itu sendiri. e. Atropi Karena immobilisasi yang terlalu lama pada penderita Carpal Tunnel Syndrome tahap lanjut dapat dijumpai atrofi pada otot yang di sarafi nervus medianus yaitu otot-otot tenar. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Nyeri Jenis Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6 Nyeri diam 1 1 1 1 1 1 Nyeri tekan 3 3 3 3 3 3 Nyeri gerak 4 4 4 3 3 3 Dari tabel di atas didapat hasil data sebagai berikut: nyeri diam T 1 = 1 masih tetap T 6 = 1, nyeri tekan T 1 = 3 masih tetap T 6 = 3, nyeri gerak T 1 = 4 menjadi T 6 = 3. 2. Kekuatan otot Grup otot T1 T2 T3 T4 T5 T6 Dorsal Fleksi 4 4 4 5 5 5 Palmar Fleksi 3 3 3 4 4 4 Ulnar Deviasi 5 5 5 5 5 5 Radial Deviasi 5 5 5 5 5 5 43

Dari tabel dilihat bahwa pada sendi terjadi setelah melakukan latihan selama 6 penambahan nutrisi kali terjadi peningkatan kekuatan otot, untuk Dorsal fleksi wirst dari makanan dan zat atau enzim, yang berakibat T1= 4 menjadi T6=5 untuk Palmar fleksi wrist T1 3 menjadi T6 4 untuk mencegah perlengketan timbulnya jaringan ulnar deviasi wrist T1 5 tetap T6 5 untuk radial deviasi wrist T1 5 tetap T6 5. pada daerah sekitar sendi, maka LGS akan bertambah. 3. Lingkup gerak sendi LGS T1 T2 T3 T4 T5 T6 Aktif dorso palmar fleksi Aktif ulnar radial deviasi Pasif dorso palmar fleksi Pasif ulnar radial deviasi 50º-0º-55º 50º-0º-55º 50º-0º-55º 50º-0º-55º 50º-0º-60º 50º-0º-60º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 50º-0º-60º 50º-0º-60º 50º-0º-60º 50º-0º-60º 50º-0º-60º 50º-0º-60º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º 30º-0º-20º Dengan gerakan aktif maupun pasif akan merangsang proprioseptif dengan perubahan panjang otot pada saat terjadi kontraksi otot, darah akan mengalir ke jaringan tubuh. Sehingga Kesimpulan Carpal Tunnel Syndrome adalah suatu sindroma akibat adanya penekanan nervus medianus pada terowongan carpal dengan derajat penekanan yang bervariasi dari ringan sampai berat. Munculnya keadaan tersebut disebabkan oleh adanya berbagai kondisi komplek, artinya syndroma ini jarang muncul sendiri tanpa adanya kondisi lain sebagai pencetus carpal tunnel syndrome sendiri mempunyai gejala dan tanda klinis yang beragam tergantung derajat kerusakan nervus medianus yang tertekan. 44

Fisioterapi merupakan salah satu pilihan terapi dari berbagai macam terapi yang bisa diberikan pada kondisi ini. Prinsip dasar dari pemberian fisioterapi adalah untuk menyelesaikan masalah yang muncul dari titik terendah bahkan sampai menghilang permasalahan. Modalitas fisioterapi yang dapat diberikan pada kondisi ini adalah : ultra sonic, dan Terapi Latihan. Dalam pelaksanaan terapi, selain kondisi modalitas yang digunakan pengetahuan dan ketrampilan fisioterapis memegang peranan penting terhadap keberhasilan program terapi. DAFTAR PUSTAKA Akses 23 Mei 2012; http://en.wikipedia.org/wiki/venous_ statis Akses 3 Mei 2012; http://200265069fisio.blogspot Sujatno.com/2002/01/Carpal Tunnel Syndrome.html Akses 30 April 2012; http://medicastore.com/penyakit/333/ Carpal Tunnel Syndrome.html, Rambe, 2004. Akses 6 Mei 2012; http://alatterapi.wordpress.com/categ ory/jenis massage/ Akses 6 Mei 2012; http://drsyahidamd.blogspot.com/201 0/09/parese-nervus-medianus.html Anonim; Susunan Saraf dan Gejala Umum Gangguannya; Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Jakarta, 2003. Appley. A. Graham dan Louis Salomon; (1993), Buku Ajar Orthopedi dan Fraktur System Appley, edisi ke Tujuh, Widya Medika, Jakarta, hal 1-23. Chucid, J.G.; Neuroanatomi Korelatif dan Neuro Fungsional; cetakkan kedua, Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta, 1999. Exercise Foundation and Technique. Third Edition, F.A David 45

Company, Cameron; 1999, hal 47-49, 273-350. Lumbantobing, S.M; Neurologi Klinis Pemeriksaan Fisik dan Mental; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1999. Lumbantobing, S.M; Neurologi Klinis Pemeriksaan Fisik dan Mental; David Ovedoff, 2002. Parjoto; Segi Praktis Fisioterapi; edisi kedua, Binarupa Aksara, 2002. Rambe, MS, PT dan Miclhovizt, MS PT; (2004), Therapeutic Sujatno dkk; Segi Praktis Fisioterapi; edisi kedua, Binarupa Aksara, 2002. 46