BAB I PENDAHULUAN. berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Soetjiningsih (1995)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atau bergantian (Hamilah, 2004). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sejak intra uterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan berlangsung

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan serangkaian pulau besar-kecil dengan lingkungan

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Ilmu Ortodonti menurut American Association of Orthodontics adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah (Mokhtar, 2002). Susunan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menghasilkan bentuk wajah yang harmonis jika belum memperhatikan posisi jaringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik dapat dicapai jika diagnosis dan rencana perawatan

Gambar 1. Fotometri Profil 16. Universitas Sumatera Utara

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang. waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan wajah dan gigi-geligi, serta diagnosis,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. susunannya akan mempengaruhi penampilan wajah secara keseluruhan, sebab

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000). 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maloklusi adalah ketidakteraturan letak gigi geligi sehingga menyimpang dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

BAB 1 PENDAHULUAN. ekstraoral. Perubahan pada intraoral antara lain resorbsi prosesus alveolaris

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Fenomena yang sering ditemukan di Kedokteran Gigi Anak (KGA) pada anak

Scanned by CamScanner

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap

BAB 3 DIAGNOSA DAN PERAWATAN BINDER SYNDROME. Sindrom binder merupakan salah satu sindrom yang melibatkan pertengahan

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi permanen bersamaan di dalam rongga mulut. Fase gigi bercampur dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan fungsi gen pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diri atau tidak melalui bentuk gigi dan bentuk senyuman. Penting bagi dokter gigi

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Susunan gigi dan penampilan wajah memainkan peranan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang berbeda menginformasikan bahwa terdapat hubungan yang. pada anak akan diikuti oleh gangguan perkembangannya.

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I.PENDAHULUAN. tengkorak dan rahang berbeda. Pola tersebut sering kali dipengaruhi variasi

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA CROUZON SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. jaringan lunak. Gigi digerakkan dalam berbagai pola, dan berbagai cara perawatan

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB 1 PENDAHULUAN. studi. 7 Analisis model studi digunakan untuk mengukur derajat maloklusi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan estetis yang baik dan kestabilan hasil perawatan (Graber dkk., 2012).

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tiga puluh orang menggunakan sefalogram lateral. Ditemukan adanya hubungan

ABSTRAK. Kata Kunci: Tumbuh Kembang, ASI, MP-ASI Daftar Pustaka: 33 buah ( )

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap

BAB I PENDAHULUAN. prognosis dan rencana perawatan khususnya pasien dengan pertumbuhan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Soetjiningsih (1995) berpendapat bahwa pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Dan Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individual. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara seimbang pada setiap individual. Pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dalam Al Quran surah Al Qiyamah ayat 37 dan 38 yang artinya : Bukankah manusia semula hanya setitik mani terpancar, Kemudian menjadi al alaq (sesuatu yang menempel) lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakan dalam bentuk yang elok Menurut Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 23 (2002) bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih 1

2 dalam kandungan. Penggabungan dua definisi tersebut menyatakan, tumbuh kembang anak adalah seseorang yang berusia lebih dari 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan yang mempunyai dampak terhadap aspek fisik (growth), disertai dengan pematangan fungsi organ atau individu (development). Rahang adalah salah satu dari dua struktur yang membentuk, atau berada di dekat jalan masuk ke mulut. Rahang dibagi menjadi dua yaitu, rahang atas dan rahang bawah. Rahang atas (maksila) adalah rahang yang terletak di sebelah atas di bawah hidung di atasnya rahang bawah. Rahang bawah (mandibula) adalah rahang yang terletak di bawah rahang atas. Terdapat bagian yang menonjol yang disebut dagu. Rahang atas menempel pada tulang tengkorak bagian temporal. Tulang rahang baik maksila, maupun mandibula merupakan salah satu komponen tulang pembentuk wajah yang mempunyai kontribusi utama dari dimensi vertikal wajah (Foster, 1999). Van Der Linden (1983) cit. : Sperber (1991), berpendapat bahwa pertumbuhan prosesus alveolaris tempat berkembang nya benih-benih gigi terbukti juga dapat menambah tinggi vertikal wajah dan kedalaman palatum. Studi berangkai yang dilakukan oleh Brodie (1964), menunjukan bahwa selama periode yang sama total panjang dan tinggi dari rahang meningkat dan wajah secara progresif terposisikan ke bawah dan ke depan dalam kaitannya dengan kranium. Proses ini dikenal dengan nama translasi pertumbuhan wajah bagian bawah di pengaruhi oleh pertumbuhan prosesus alveolaris maksila dan mandibula.

3 Pertumbuhan wajah seseorang umumnya di tentukan oleh : ras, jenis kelamin, genetik, dan usia. Kelompok etnis terbesar yang ada di Indonesia adalah Suku Jawa (Jacob, 1967). Suku Jawa merupakan salah satu kelompok etnik terbesar yang ada di pulau Jawa dan masuk dalam ras Mongoloid, yang memiliki ciri-ciri fisik antara lain : hidung cekung, bibir tebal, dagu tidak begitu menonjol, warna mata coklat tua, lipatan mata terkadang jelas, warna kulit kecoklatan dan rambut hitam lurus atau bergelombang (Sukadana, 1979). Pada usia tertentu wajah dan kepala mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda-beda (Mokhtar, 1998). Wajah di bagi menjadi tiga bagian yaitu : bagian atas, tengah, dan bawah. Pada pertumbuhan wajah setelah lahir terjadi pada tiga arah antara lain adalah ke arah transversal, vertikal, dan sagital (anteroposterior). Pertumbuhan sagital paling intensif terjadi sebelum dan selama erupsi gigi molar tetap (Sperber, 1991). Pertumbuhan pada anak perempuan dua tahun lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan pada anak laki-laki (Foster, 1999). Hubungan antara umur gigi-geligi ini adalah lebih nyata jika dilakukan perbandingkan dengan hubungan antara umur dan tinggi badan atau berat badan. Mempergunakan waktu erupsi dari gigi-geligi maka orang dapat memperkirakan berapa umur dari seorang anak walaupun tidak terlalu tepat (Mokhtar, 1979). Desa Tamantirta merupakan desa yang berada di wilayah Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa sekolah dasar di desa tersebut antara lain : SD Tlogo, SD Kasihan, SD Ngebel, dan SD

4 Ngrukeman. Mayoritas penduduk di desa Tamantirta adalah Suku Jawa, karena di lingkungan Sekolah tersebut terdapat pemukiman penduduk Suku Jawa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan di dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan maksila arah sagital antara anak laki-laki dan anak perempuan Suku Jawa usia 10-11 tahun di SD di Desa Tamantirta, Bantul, Yogyakarta? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pertumbuhan maksila arah sagital pada anak usia 10-11 tahun di SD Tamantirta, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta (SD Ngebel, SD Kasihan, SD Tlogo, dan SD Ngrukeman). 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui perbedaan ukuran maksila yang tumbuh kearah sagital antara anak laki-laki dan perempuan usia 10-11 tahun Suku Jawa di SD desa Tamantirta, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta (SD Ngebel, SD Kasihan, SD Tlogo, dan SD Ngrukeman).

5 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu kesehatan khususnya bidang kedokteran gigi, sehingga dapat memberi inspirasi untuk lebih jauh meneliti tentang pertumbuhan maksila. 2. Manfaat untuk klinis Hasil penelitian ini di harapkan bisa menjadi dasar pertimbangan dalam melakukan perawatan jika menemui kasus-kasus kompleks dentokraniofasial yang berhubungan dengan usia dan jenis kelamin yang berkaitan dengan tumbuh kembang maksila pada anak usia 10-11 tahun. 3. Manfaat untuk masyarakat Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat terutama orang tua anak bahwa pertumbuhan wajah anak berhubungan dengan pertumbuhan rahang, dimana pertumbuhan rahang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi anak. E. Lembar Keaslian 1. Perbandingan Bermacam-, membandingkan berbagai macam metode pengukuran model gigi yang di golongkan menjadi pengukurang tiga dimensi dan dua dimensi. Metode pengukuran langsung dengan menggunakan kaliper manual atau digital dengan untuk mengetahui keakuratan macam-macam metode pengukuran model.

6 Perbedaan dengan penelitian yang akan di lakukan kali ini adalah hanya menggunakan 1 metode pengukuran rahang yaitu dengan sliding kaliper yang digunakan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan rahang anak laki-laki dan perempuan usia 10-11 tahun di SD desa Tamantirta, Bantul, Yogyakarta. 2. Penelitian oleh Heryumani tahun 2007 dengan Laki- Meneliti hasil perbedaan ukuran kedalaman hidung, jarak bibir ke ujung nasal sagital, dan jarak dagu ke arah nasal sagital kelompok laki-laki dan perempuan dewasa etnik jawa dan jika di gambarkan kedalam bentuk profil wajah akan terlihat cembung. Perbedaannya dengan penelitian yang akan di lakukan kali ini dengan mengukur pertumbuhan rahang antara anak laki-laki dan anak perempuan usia 10-11 tahun (mengukur pertumbuhan jaringan keras).