5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

BAB 3 METODE PENELITIAN

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 TINGKAT KUALITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. H.Yusdin Abdullah dan sebagai pimpinan perusahaan adalah Bapak Azmar

6 KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN JUMLAH ES DI PPS CILACAP

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.3 Metode Penelitian

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Mutu hasil tangkapan

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU

5 PENGELOLAAN SANITASI TEMPAT PELELANGAN IKAN PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 020 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

6 EFISIENSI PENDARATAN DAN PENDITRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Metode pengumpulan data

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

7 MEKANISME PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI ES

6 KEMAMPUAN PELELANGAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional

7 KAPASITAS FASILITAS

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ke konsumen semakin banyak dengan kualitasnya masing-masing. Keadaan ini

KUALITAS PELAYANAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA ALINA HADIANTI

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENGEMBANGAN TEMPAT PENDARATAN IKAN KURAU DI KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS, RIAU Oleh: Jonny Zain dan Syaifuddin

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 EFISIENSI DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

4 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Pendaratan dan Pelelangan Hasil Tangkapan 1) Pendaratan Hasil Tangkapan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB III DESKRIPSI AREA

Gambar 21 Pulau Ambon

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6. FUNGSI PPI MUARA BATU

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. Pelabuhan perikanan merupakan pelabuhan yang secara khusus menampung

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Tangkap

Lampiran 1 Tata letak fasilitas di PPN Karangantu

BAB 4 ANALISIS. Hulu. Hilir

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN

LAPORAN TAHUNAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)

Transkripsi:

52 5 FASILITAS PELAYANAN DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 5.1 Fasilitas Pelayanan Penyediaan Bahan Perbekalan Kapal Perikanan Selama di laut, nelayan tetap melakukan aktivitas layaknya di darat seperti makan, minum dan mandi. Aktivitas tersebut tidak terlepas dari kebutuhan air tawar sehingga menjadi salah satu bahan perbekalan yang sangat diperlukan. Begitu pula dengan solar sebagai bahan bakar kapal perikanan. Tanpa solar yang cukup, maka nelayan tidak dapat melakukan operasional penangkapan ikan. 5.1.1 Fasilitas pelayanan penyediaan air tawar Air tawar adalah salah satu bahan yang sangat diperlukan dan harus tersedia di pelabuhan perikanan, selain Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kebutuhan perbekalan kapal perikanan lainnya. Penggunaan air tawar tidak hanya sebagai bahan perbekalan melaut para nelayan tetapi juga merupakan bahan baku untuk pembuatan es dan operasional mesin-mesin industri yang berhubungan dengan industri perikanan. Air tawar yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta disediakan oleh Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta dibawah wewenang Sub. Divisi Tambat Labuh, Dok, Bengkel, dan Perbekalan. Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta pada awalnya memiliki fasilitas pelayanan air tawar dengan kapasitas 1.200 ton per hari yang beroperasi sejak tahun 1984 dengan bahan baku air tawar dipasok dari PAM Lyonnaise Jaya (PT. Palyja). Kebutuhan air tawar semakin meningkat pada tahun 1987, maka dari itu kapasitasnya ditingkatkan menjadi 2.400 ton per hari. Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta bekerja sama dengan PT. Suraya Megah Cemerlang dalam pengadaan air tawar dengan kapasitas produksi 1000 m 3 per hari sejak tahun 2000. Kini, perusahaan tersebut berubah nama menjadi PT. Tirta Sejahtera Abadi. Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta menjalin kerja sama dengan PT. Centra Niaga Eropindo (CNE) pada tahun 2008 untuk menambah

53 pasokan air tawar di PPS Nizam Zachman Jakarta. Terdapat sedikit perbedaan dengan sumber air yang digunakan oleh dua perusahaan sebelumnya, PT. Centra Niaga Eropindo merupakan perusahaan air tawar yang menggunakan air laut sebagai bahan bakunya yang kemudian diosmosis menjadi air tawar. Tangki air milik PT Centra Niaga Eropindo dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Tangki air milik PT Centra Niaga Eropindo di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 Air yang bersumber dari PAM Lyonnaise Jaya (PT. Palyja) akan ditampung pada bak Relay Pump Station (RPS) kemudian dialirkan menuju bak penampungan (reservoir 1). Air yang bersumber dari PT. Centra Niaga Eropindo (CNE) dialirkan ke dalam bak penampungan (reservoir 1) yang sama, lalu ditampung kembali didalam elevated tank 1 (Gambar 7) yang selanjutnya dialirkan ke konsumen yang berada di dermaga barat seperti gedung perkantoran serta dikhususkan untuk kegiatan produksi seperti kegiatan di pabrik es dan cold storage. Gambar 7 Elevated Tank 1 di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010

54 Air yang bersumber dari PT. Tirta Sejahtera Abadi ditampung pada bak reservoir 2 yang kemudian dialirkan ke dalam elevated tank 2. Posisi elevated tank 2 tersebut terletak di dekat Pusat Pemasaran Ikan (PPI), sehingga air dialirkan ke kawasan industri, termasuk Pusat Pemasaran Ikan (PPI) dan dermaga timur (Lampiran 2). Kerjasama dengan perusahan-perusahaan tersebut dilaksanakan dalam rangka memenuhi permintaan konsumen yang terus bertambah setiap tahunnya. Volume konsumsi air tawar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Volume produksi air tawar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2005-2009 Perusahaan Tahun (m 3 ) 2005 2006 2007 2008 2009 PAM Lyonnaise Jaya (PT. Palyja) 208.280 212.418 235.050 202.576 79.851 PT. Tirta Sejahtera Abadi 208.428 172.592 237.423 243.240 174.790 (TSA) PT. Centra Niaga Eropindo (CNE) - - - 229.955 254.521 Total 416.708 385.010 472.473 675.771 509.162 Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, 2006a; 2007a; 2008b; 2009a; 2010a Selama lima tahun terakhir, permintaan air tawar permintaan air tawar terus meningkat. PT. Centra Niaga Eropindo (CNE) mulai bergabung dengan perusahaan sebelumnya pada tahun 2008 memasok air tawar untuk pemenuhan permintaan konsumen. Bantuan dari PT CNE sebanyak 229.955 m 3 memperlihatkan volume air tawar yang diproduksi di PPS Nizam Zachman Jakarta menjadi 675.771 m 3, namun pada tahun 2009 terjadi penurunan. Penurunan volume air tawar yang dikonsumsi masyarakat perikanan khususnya industri pengolahan menjadi 509.162 m 3. Hal tersebut bukan dikarenakan permintaan air tawar yang menurun, melainkan stok dari PAM Lyonnaise Jaya (PT. Palyja) yang fluktuatif sehingga dapat mencapai 79.851 m 3. Instalansi air tawar dari tiga perusahaan ini lebih didominasi untuk pemenuhan kebutuhan kawasan industri pengolahan perikanan. Pemenuhan air tawar untuk perbekalan nelayan biasanya melalui agen air baik dari dalam maupun dari luar wilayah PPS

Nizam Zachman Jakarta. Apabila pemenuhan air tawar belum dapat dipenuhi, maka PPS Nizam Zachman Jakarta akan mendatangkan air dari luar (Tabel 19). Tabel 19 Volume air tawar dari luar kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2009 Tahun Volume (ton) 2004 286,6 2005 373,75 2006 132,930 2007 146,6 2008 81,747 2009 69,026 Sumber: PPSNZJ, 2009 55 Berdasarkan Tabel 19, maka dapat terlihat volume air tawar yang dikonsumsi dari luar wilayah PPS Nizam Zachman Jakarta mengalami penurunan drastis pada tahun 2006 dari 373,75 ton menjadi 132,93 ton. Penyebab penurunan yang cukup drastis ini dikarenakan adanya pemberhentian aktivitas perikanan secara sementara karena harga solar yang naik sangat drastis, namun pada tahun 2007 kembali terjadi kenaikan. Volume konsumsi air tawar dari luar kawasan menjadi sebesar 13,67 ton. Kenaikan ini hanya terjadi dalam selang waktu satu tahun, mengingat PT CNE akhirnya bergabung dengan dua perusahaan air tawar sebelumnya untuk menambah stok air tawar di dalam kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta. Terjadi penurunan kembali pada tahun 2008 dan 2009 berturutturut menjadi 81,747 ton dan 69,026 ton. Dalam rangka menjaga kualitas mutu pelayanan air tawar, Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta berkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Priok untuk memeriksa kondisi air tawar dalam pemeriksaan secara fisik dan kimiawi di lapangan dan laboratorium setiap bulannya. Pemeriksaan ini akan memberi nilai tambah pada air tawar yang ditawarkan sehingga terdapat sejumlah harga yang harus dibayarkan. Berdasarkan Keputusan Direksi Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta Nomor Kep-084/PPS/Dir.A/IV/2009 tentang Penetapan Tarif Pelayanan Penggunaan Barang/Jasa yang Dikelola Perum Prasarana Perikanan Samudera, tarif air tawar adalah sebesar Rp 16.000,00 per m 3.

56 Sistem transportasi yang digunakan adalah pipa-pipa besar dengan kecepatan 3.600 m 3 per menit. Pipa-pipa ini mengalirkan air tawar dari bak penampung milik Perum Prasarana Perikanan Samudera Jakarta yang berdiri di atas lahan seluas 660 m 2 menuju pipa-pipa yang lebih kecil seperti pipa-pipa kawasan industri, perkantoran maupun gedung-gedung lain milik bersama. Bagi kapal perikanan yang membutuhkan air tawar, dapat memperoleh dari agen air tawar baik yang berada di dalam maupun di luar kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta. Agen air yang berada di dalam kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta memperoleh air tawar dari pipa-pipa air tawar milik Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta yang berada di wilayah Dermaga Barat dan Dermaga Timur, sedangkan agen air yang berada di luar kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta memperoleh air tawar dari wilayah sekitar DKI Jakarta seperti Tangerang dan Bekasi. Air tawar tersebut didistribusikan menggunakan mobil tangki berkapasitas 6.000 liter. Mobil tangki tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Mobil tangki agen air tawar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 Agen air yang masuk ke dalam kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta bekerja sama dengan Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta dengan membayar sejumlah tarif usaha kemitraan. Berdasarkan Nomor Kep- 084/PPS/Dir.A/IV/2009 tentang Penetapan Tarif Pelayanan Penggunaan Barang/Jasa yang Dikelola Perum Prasarana Perikanan Samudera, tarif usaha kemitraan air tawar dari luar kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta sebesar Rp 2.000,00 per m 3.

57 5.1.2 Fasilitas pelayanan penyediaan solar Solar merupakan BBM yang penting karena digunakan untuk mengoperasikan kapal. Solar di PPS Nizam Zachman Jakarta diproduksi oleh PT Pertamina dan dikelola oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta dibawah wewenang Sub. Divisi Tambat Labuh, Dok, Bengkel, dan Perbekalan. Terdapat empat perusahaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBB) yang menyediakan solar di PPS Nizam Zachman Jakarta antara lain, PT Fajarida Adytama dan PT Amanah Putra Harun yang berlokasi di dermaga barat serta PT Segara Lanjutan Dibya dan PT Bumi Yaso Panduta Artha yang berada di dermaga timur (Lampiran 1). Setiap perusahaan penyedia solar tersebut memiliki kapasitas tongkang yang berbeda. Tongkang merupakan tangki solar yang mengapung di lautan dengan panjang rata-rata 20 m. Terdapat dua macam tongkang berdasarkan fungsinya yaitu tongkang penyalur dan tongkang transportir. Tongkang penyalur merupakan tongkang yang digunakan untuk menyalurkan solar ke kapal perikanan, sedangkan tongkang transportir adalah tongkang yang digunakan untuk mendistribusikan solar yang diambil dari tongkang pusat di Tanjung Priuk untuk kemudian disalurkan ke tongkang penyalur. Setiap perusahaan memiliki volume kapasitas tongkang penyalur dan tongkang transportir yang berbeda (Tabel 20). Tabel 20 Volume kapasitas tongkang penyalur dan tongkang transportir SPBB di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 Nama perusahaan Kapasitas (kl) Tongkang penyalur Tongkang transportir PT Fajarida Adytama 750 750 PT Amanah Putra Harun 1.200 900 PT Segara Lanjutan Dibya 750 750 PT Bumi Yaso Panduta Artha 600 - PT Amanah Putra Harun merupakan perusahaan penyalur solar terbesar di PPS Nizam Zachman Jakarta dengan kapasitas tongkang penyalur sebesar 1200 kiloliter. Kapasitas tongkang penyalur terbesar berikutnya disusul oleh PT Fajarida Adytama dan PT Segara Lanjutan Dibya sebesar 750 kiloliter sedangkan PT Bumi Yaso Panduta Artha memiliki kapasitas tongkang penyalur terkecil

58 sebesar 600 kiloliter. Mengingat produksi solar per bulan kurang dari 600 kiloliter, agar dapat menekan biaya produksi, PT Bumi Yaso Panduta Artha tidak memiliki tongkang transportir. Hal tersebut mengakibatkan pendistribusian solar dari PT Pertamina pusat dilakukan dengan menyewa tongkang transportir milik perusahaan pendistribusi solar lain. Gambar tongkang penyalur solar dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Tongkang penyalur solar PT Amanah Putra Harun di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 Usaha distribusi solar menarik perusahaan penyalur solar untuk berinvestasi di PPS Nizam Zachman Jakarta. Produksi solar di PPS Nizam Zachman Jakarta pada tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Produksi solar di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2009 Tahun Produksi (kiloliter) 2004 124.782 2005 106.774 2006 67.767 2007 81.739 2008 81.363 2009 70.130 Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, 2005; 2006b; 2007b; 2008c; 2009b; 2010b Terjadi kenaikan harga solar pada tahun 2006 yang menyebabkan konsumsi solar menurun sangat tajam sebesar 39.007 kiloliter. Penurunan pada tahun 2006 menjadi 67.767 kiloliter dari konsumsi pada tahun 2005 sebesar 106.774 kiloliter. Kenaikan ini menyebabkan banyak pengusaha perikanan yang tidak mengoperasikan kapalnya karena kekurangan modal, namun secara perlahan aktivitas perikanan tangkap kembali bangkit. Hal ini digambarkan dengan

59 peningkatan konsumsi solar pada tahun 2007 menjadi 81.739 kiloliter. Namun demikian terjadi penurunan kembali pada tahun 2008 dan 2009 berturut-turut menjadi 81.363 kiloliter dan 70.130 kiloliter dikarenakan adanya pembatasan konsumsi solar. Solar yang diperjualbelikan merupakan solar bersubsidi sehingga pendistribusiannya diawasi dengan sangat ketat. Harga solar yang dijual sebesar Rp 4.550,00 per liter ini, dapat menimbulkan peluang adanya penimbunan maupun penyalahgunaan solar. Oleh karena itu pada setiap transaksi solar, harus diawasi oleh petugas UPT PPS Nizam Zachman Jakarta agar pendistribusian dilakukan tepat sasaran dan takarannya. Perusahaan penyedia solar di PPS Nizam Zachman Jakarta bekerja sama dengan Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta dengan membayar sejumlah tarif usaha kemitraan. Berdasarkan Nomor Kep-084/PPS/Dir.A/IV/2009 tentang Penetapan Tarif Pelayanan Penggunaan Barang/Jasa yang Dikelola Perum Prasarana Perikanan Samudera, tarif usaha kemitraan solar (SPBB) PPS Nizam Zachman Jakarta sebesar 0,14 % per liter dari harga jual. 5.2 Fasilitas Pelayanan Pendaratan Hasil Tangkapan Pendaratan hasil tangkapan dilakukan di dermaga. Setelah kapal perikanan bertambat, maka ikan akan dibongkar dengan melibatkan beberapa pihak, selain pengurus kapal selaku penjual dan pedagang ikan selaku pembeli hasil tangkapan, dilibatkan pula buruh angkut yang mendistribusikan hasil tangkapan dari dalam palka kapal ke dalam alat angkut. Alat angkut yang digunakan dapat berupa trays maupun blong. Dengan demikian, pelayanan jasa tambat labuh, jasa buruh angkut dan pelayanan penyediaan alat angkut sangat dibutuhkan dalam aktivitas pendaratan hasil tangkapan. 5.2.1 Fasilitas pelayanan tambat labuh Pengelolaan pelayanan jasa tambat labuh berada dibawah wewenang Sub. Divisi Tambat Labuh, Dok, Bengkel, dan Perbekalan. Perum Prasarana Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta membagi fasilitas pelayanan tambat labuh menjadi tiga kategori yaitu, tambat, tender dan labuh. Tambat adalah

60 bersandarnya kapal ke dermaga, tender merupakan kegiatan bersandarnya lambung kapal ke kapal yang sedang bertambat di dermaga, sedangkan labuh adalah kegiatan melempar jangkar kapal ke perairan kolam pelabuhan dan tidak bersandar pada dermaga atau kapal lain yang sedang bertambat. Dermaga merupakan elemen yang sangat penting untuk tempat bertambatnya kapal perikanan. PPS Nizam Zachman Jakarta memiliki dua dermaga yaitu, dermaga barat dan dermaga timur. Dermaga barat memiliki panjang sekitar 745 m sehingga dapat menampung kapal perikanan yang bertambat lebih banyak hingga 50 kapal daripada dermaga timur yang panjangnya hanya sekitar 521,5 m sehingga hanya dapat menampung sekitar 26 kapal (asumsi panjang kapal 20 m). Baik dermaga barat maupun dermaga timur memiliki fasilitas bollard yang fungsinya yaitu untuk tempat mengikat tali kapal ke dermaga. Walaupun bollard dermaga barat dan dermaga timur memiliki bentuk yang sedikit berbeda, namun tetap memiliki fungsi yang sama. Bollard dermaga barat dan dermaga timur dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Bollard dermaga barat (kiri) dan dermaga timur (kanan) di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2009 Struktur tanah kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta yang mudah menurun membuat dermaga juga mengalami penurunan dan membuat air laut dengan mudah masuk ke wilayah pelabuhan. Hal tersebut menyulitkan nelayan untuk menambatkan kapalnya ke dermaga dan melakukan aktivitas lainnya di sekitar dermaga. Dalam rangka menjaga kenyamanan tersebut, dermaga mengalami perbaikan dengan peninggian dermaga barat dan dermaga timur pada tahun 2009. Peninggian dermaga tersebut berkisar setinggi 1 hingga 5 meter, bergantung

terhadap penurunan dermaganya. Konstruksi peninggian dermaga tersebut dapat dilihat pada Gambar 11. 61 Gambar 11 Konstruksi peninggian dermaga PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2009 Perbaikan dermaga merupakan wewenang Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPS Nizam Zachman Jakarta, sedangkan tarif tambat labuh merupakan wewenang Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.41/MEN/2007 tentang Penetapan Tarif Pelayanan Penggunaan Barang/Jasa yang Dikelola Perusahaan Umum Prasarana Perikanan Samudera (Perum PPS). Tarif tambat labuh kapal perikanan dibagi berdasarkan ukuran gross ton kapal dan jenis pelayanan yang dibutuhkan serta jenis dermaga dan lamanya bertambat, bertender atau berlabuh (Tabel 22). Perbedaan tarif antara dermaga barat dan dermaga timur ini dikarenakan oleh fungsi masing-masing dermaga yang tidak sama. Dermaga timur dikhususkan sebagai tempat kegiatan bongkar hasil tangkapan, terutama jenis ikan tuna mengingat di dermaga timur terdapat Tuna Landing Centre (TLC). Selain sebagai tempat kegiatan bongkar hasil tangkapan, dermaga barat juga dipergunakan untuk kegiatan mengisi perbekalan kapal, perbaikan atau pembangunan apung kapal serta istirahat untuk semua kapal. Maka dari itu bagi kapal-kapal yang telah melakukan aktivitas pendaratan hasil tangkapan di dermaga timur, disarankan agar segera pindah ke dermaga barat sehingga dapat mempermudah kapal lain yang akan melakukan aktivitas yang sama. Dengan demikian, dapat memperkecil pengeluaran atas tarif jasa yang harus dibayarkan.

62 Tabel 22 Tarif tambat labuh kapal perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2007 Jenis Pelayanan Besarnya Tarif Keterangan 1 etmal = 24 jam. Rp 2.750,00 per sekali masuk, untuk 3 etmal < 1 etmal dihitung Rp 5.500,00 per sekali masuk, untuk 3 etmal sama dengan 1 etmal 1. Tarif tambat labuh < 30GT Kapal perikanan < 10 GT Kapal perikanan 10GT- 20GT Kapal perikanan 20GT- 30GT 2. Tarif tambat labuh > 30GT Tambat di dermaga barat Rp 8.500,00 per sekali masuk, untuk 3 etmal Rp 3.000,00 per meter per panjang kapal per etmal (batas maksimum 10 etmal) Bila kapal bertambat lebih dari batas waktu maksimum (10 etmal), maka dikenakan tarif tambahan 50% dari tarif tambat 1 etmal = 24 jam < 1 etmal dihitung sama dengan 1 etmal Tambat di dermaga timur Tender di dermaga timur Labuh Rp 3.000,00 per meter per panjang kapal per etmal (pada hari ke-1) Rp 5.000,00 per meter per panjang kapal per etmal (pada hari ke-2 s/d ke-10) Bila kapal bertambat lebih dari batas waktu maksimum (10 etmal), maka dikenakan tarif tambahan 50% dari tarif tambat Kapal kedua dan seterusnya dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif tambat Bila kapal berlabuh lebih dari batas waktu maksimum (10 etmal), maka dikenakan tarif tambahan 50% dari tarif labuh Setelah hari ke- 10, kapal harus pindah atau dipindahkan ke dermaga barat atas beban pemilik kapal Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, 2007c 5.2.2 Fasilitas pelayanan buruh angkut Tenaga kerja atau buruh angkut yang ada di PPS Nizam Zachman terbagi menjadi beberapa kategori yaitu buruh angkut pabrik es, cold storage, dan tempat pelelangan ikan (TPI). Buruh angkut pabrik es merupakan buruh angkut yang dikhususkan untuk mengangkut es balok yang siap didistribusikan ke dalam bak truk yang selanjutnya dikirim ke tempat tujuan. Buruh angkut cold storage merupakan buruh yang dikhususkan mengangkut ikan-ikan beku dari cold storage ke dalam bak-bak pick up yang selanjutnya dikirim ke tempat tujuan. Terakhir, buruh TPI merupakan buruh yang bekerja mengangkut hasil tangkapan saat kapal melakukan aktivitas bongkar ikan dari kapal ke dalam pick up atau kendaraan lain yang mendistribusikan hasil tangkapan ke tangan konsumen.

63 Buruh angkut ini dikelola oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, namun berada pada dua bagian yang berbeda. Buruh angkut pabrik es dikelola oleh Koperasi Karyawan Samudera Jaya Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta, sedangkan buruh angkut cold storage dan TPI dikelola oleh Sub. Divisi Tambat Labuh, Dok, Bengkel, dan Perbekalan. Pada awalnya, buruh angkut tersedia begitu saja tanpa ada pengelolaan yang rapi. Seiring berjalannya waktu, diperlukan pengelolaan lebih lanjut terutama mengenai tarif pelayanan jasa serta jumlah buruh angkut yang resmi dan pembagian kerja yang pasti. Buruh angkut cold storage dan TPI dipimpin oleh koordinator dari buruh angkut tersebut. Salah satu sistem kerja sama yang dilakukan antara buruh angkut dengan Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta adalah mengenai tarif usaha kemitraan. Berdasarkan Keputusan Direksi Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta Nomor Kep-084/PPS/Dir.A/IV/2009 tentang Penetapan Tarif Pelayanan Penggunaan Barang/Jasa yang Dikelola Perum Prasarana Perikanan Samudera, tarif usaha kemitraan buruh angkut cold storage dan TPI adalah Rp 15,00 per kg ikan. Banyaknya buruh angkut yang disediakan bergantung pada banyaknya kapasitas ikan yang diangkut. Ikan yang diangkut oleh buruh angkut TPI merupakan hasil tangkapan yang dibongkar dari kapal dimana volume hasil tangkapan per kapal dapat mencapai 40 ton, sedangkan ikan yang diangkut oleh buruh angkut cold storage berjumlah relatif lebih sedikit, dimana jumlah ikan beku yang diangkut hanya mencapai 20 ton per hari. Berdasarkan hal itu, maka jumlah buruh angkut TPI relatif lebih banyak dari pada jumlah buruh angkut cold storage. Jumlah buruh angkut TPI yang disediakan sebanyak 45 orang, sedangkan jumlah buruh angkut cold storage yang disediakan adalah 22 orang. Volume ikan yang diangkut oleh buruh angkut cold storage dan buruh angkut TPI dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Volume ikan yang diangkut oleh buruh angkut cold storage dan buruh angkut TPI tahun 2004-2009 Tahun Volume ikan yang diangkut oleh buruh angkut (ton) Cold Storage TPI Total 2004 - - 11.514 *) 2005 - - 15.137 *) 2006 9.197 1.802 10.999 2007 7.578 3.460 11.038 2008 1.391 4.662 6.053 2009 835 4.284 5.119 Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, 2005; 2006b; 2007b; 2008c; 2009c; 2010c Keterangan: *) = belum ada perombakan antara sub divisi tambat labuh, dok, bengkel, dan perbekalan dengan sub.divisi pabrik es dan cold storage 64 Terjadi kenaikan volume ikan yang diangkut oleh buruh angkut cold storage dan buruh angkut TPI yaitu dari 11.514 ton tahun 2004 menjadi 15.137 ton pada tahun 2005. Namun pada tahun 2006 terjadi penurunan kembali volume ikan yang diangkut karena volume ikan yang didaratkan serta ikan yang diangkut dari dan ke cold storage menurun secara drastis akibat kenaikan harga solar yang tajam. Terdapat pemisahan struktur organisasi sub divisi tambat labuh, dok, bengkel, dan perbekalan dengan sub divisi pabrik es dan cold storage pada tahun yang sama. Maka dari itu sistematika statistik menjadi lebih terinci dengan adanya perombakan tersebut. Volume ikan yang diangkut oleh buruh angkut cold storage pada tahun 2006 dan 2007 lebih banyak daripada buruh angkut TPI. Sebaliknya, volume ikan yang diangkut oleh buruh angkut TPI pada tahun 2008 dan 2009 lebih banyak daripada buruh angkut cold storage. Fakta yang berlawanan ini dikarenakan pada tahun 2008-2009 banyak terdapat ruang cold storage yang disewa oleh perusahaan sampai periode tertentu. Perusahaan tersebut memiliki buruh sendiri sehingga tidak lagi menggunakan jasa buruh angkut yang disediakan Perum Prasarana Perikanan Cabang Jakarta. Selanjutnya terdapat buruh angkut pabrik es yang bertugas mengangkut es balok-es balok dari pabrik es milik Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta. Koperasi Karyawan Samudera Jaya Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta merupakan pihak yang menetapkan tarif usaha kemitraan buruh angkut pabrik es. Berdasarkan Keputusan Pengurus Koperasi Karyawan Samudera Jaya Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta Nomor: 07/Sekret/SK/KSJ/XII/2008

65 tentang ketentuan tarif penggunaan fasilitas, barang dan jasa yang dikelola Koperasi Samudera Jaya, tarif pelayanan jasa PT Catur sebesar Rp 140,00 per es balok. PT Catur merupakan perusahaan yang mengoordinasi buruh angkut pabrik es. 5.2.3 Fasilitas pelayanan penyediaan alat angkut Alat angkut di PPS Nizam Zachman Jakarta dikelompokkan atas beberapa bagian. Alat angkut yang digunakan untuk mengangkut hasil tangkapan dari kapal yang melakukan aktivitas bongkar ikan, adalah milik TPI, atau dapat juga menggunakan alat angkut milik perusahaan processing yang menampung hasil tangkapan. TPI menyediakan dua jenis alat angkut. Jenis pertama disebut trays dan jenis kedua disebut blong (Gambar 12). Trays merupakan alat angkut berupa keranjang berbentuk balok, sedangkan blong merupakan alat angkut yang berbentuk silinder dengan bahan pembentuknya yang lebih padat sehingga ketahanan blong lebih kuat daripada trays. Gambar 12 Trays (kiri) dan blong (kanan) di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 Penyediaan alat angkut merupakan wewenang Koperasi Mina Muara Makmur, yang berada dibawah pengawasan Dinas Perikanan DKI Jakarta. Alat angkut yang tersedia ditempatkan di pinggiran TPI namun masih berada di dalam gedung TPI itu sendiri. Koperasi Mina Muara Makmur menyediakan 300 unit trays dan 200 unit blong. Setiap harinya dapat mencapai 250 unit trays dan 100 unit blong yang disewa. Harga sewa alat angkut dibedakan berdasarkan jenisnya, trays disewakan

66 dengan harga Rp 1.500,00 per unit per hari sedangkan blong disewakan dengan harga Rp 2.000,00 per unit per hari. Harga sewa blong sedikit lebih mahal daripada harga sewa trays karena biaya bahan baku blong yang digunakan lebih besar daripada biaya bahan baku trays. Namun, kedua alat angkut ini memiliki kapasitas yang sama yaitu dapat mengangkut satu ton ikan dalam sepuluh trays ataupun sepuluh blong. Alat angkut dalam jumlah yang banyak dapat didistribusikan dengan bantuan trolly (Gambar 13). Trolly ini merupakan kerangka besi beroda kecil yang disediakan oleh Koperasi Mina Muara Makmur sekaligus sebagai fasilitas tambahan di TPI. Koperasi tersebut menyediakan 10 trolly untuk mempermudah aktivitas pendistribusian ikan yang ada di dalam trays maupun blong. Gambar 13 Trolly di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 5.3 Fasilitas Pelayanan Penanganan Hasil Tangkapan Harga hasil tangkapan yang terbentuk selain ditentukan berdasarkan jenisnya, juga ditentukan berdasarkan kondisi dari hasil tangkapan tersebut. Semakin baik mutu hasil tangkapan, maka harganya akan semakin tinggi. Kebutuhan mutu yang baik karena hasil tangkapan merupakan bahan pangan. Apabila mutunya tergolong buruk karena dibiarkan pada suhu kamar, dan sudah mengalami proses pembusukan, maka dapat menimbulkan keracunan (histamine fish poisoning) bila dikonsumsi. Keracunan ini disebabkan oleh kontaminasi bakteri pathogen dengan dekarboksilasi asam amino histidin oleh enzim histidin dekarboksilase yang menghasilkan histamin (Pandit, 2006). Hal tersebut dapat mengakibatkan

67 pengurangan harga jual atau bahkan pembuangan produk karena sudah tidak dapat dikonsumsi. Mutu hasil tangkapan tersebut dapat dijaga dengan menggunakan es balok atau cold storage agar rantai dingin dapat dipertahankan. 5.3.1 Fasilitas pelayanan pengadaan es balok PPS Nizam Zachman Jakarta selaku pelabuhan perikanan tipe A mengusahakan pelayanan pembelian es balok yang optimal bagi para konsumennya. Maka dari itu pabrik es dibangun untuk memenuhi permintaan es khususnya pemenuhan keperluan bahan perbekalan kapal perikanan maupun penanganan ikan. Pabrik es ini berada dibawah wewenang Sub. Divisi Pabrik Es dan Cold Storage Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta. Pabrik es pada awalnya memiliki dua unit ruangan. Ruangan pertama yaitu ruangan yang digunakan untuk memproduksi es dengan kapasitas 4.488 balok, terdiri atas cetakan-cetakan balok es, bahan-bahan pembuat es balok dan mesin pembeku. Ruangan kedua yaitu ice storage berkapasitas kapasitas 5.000 balok yang digunakan untuk menyimpan es balok apabila tidak terjual pada hari yang sama dengan hari produksinya. Mengingat es balok yang telah diproduksi selalu habis terjual, maka ruangan ice storage diganti fungsinya menjadi cold storage. Pada awal pabrik es dibangun, hanya digunakan untuk memproduksi es balok yang berukuran pendek atau berbobot 50 kg per balok. Pertambahan waktu menambah jumlah konsumen es balok, terutama konsumen yang menggunakan es sebagai bahan pengawet ikan di PPI. Konsumen tersebut biasa disebut agen es lapak PPI. Pabrik es juga memproduksi es balok berukuran panjang atau berbobot 60 kg per balok untuk memenuhi permintaan konsumen. Pabrik es memiliki 3 unit mesin yang dapat memproduksi sekitar 120 es balok berbobot 50 kg dan 50 es balok berbobot 60 kg. Volume penjualan es balok 50 kg dan 60 kg tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 24.

65 Tabel 24 Volume penjualan es balok 50 kg dan 60 kg tahun 2004-2009 Volume es balok (ton) Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 50 kg 60 kg 50 kg 60 kg 50 kg 60 kg 50 kg 60 kg 50 kg 60 kg 50 kg 60 kg Januari 3.588,25-3.675-2.627-2.290 703 1.980,25 897,54 1.789,45 1.197,54 Februari 3.798,00-3.491-2.530-2.028 598 1.714,00 807,66 1.920,15 965,46 Maret 4.337,95-3.127-2.697-2.061 401 1.813,00 683,04 2.249,25 1.413,48 April 4.156,00-3.646-2.703 728 2.219 377 1.849,45 709,92 2.555,35 1.371,06 Mei 4.421,00-3.797-2.822 366 2.091 377 1.866,85 782,76 2.403,85 1.202,34 Juni 4.359,75-3.879-2.327 689 2.097 1.165 1.781,50 833,94 2.623,55 1.397,40 Juli 4.341,95-3.430-2.553 659 2.169 1.201 1.644,15 925,14 2.402,95 1.226,94 Agustus 4.139,25-3.808-2.319 583 2.256 1.043 1.911,55 1.285,44 2.429,00 1.004,76 September 3.713,00-3.211-2.281 312 2.277 1.172 1.698,65 999 1.924,15 472,8 Oktober 3.955,00-1.732-1.956 411 1.721 1.020 1.766,65 922,5 3.025,80 570 November 3.336,00-1.834-2.633 532 2.276 657 1.891,25 1.294,80 2.814,65 432 Desember 4.091,90-2.655-2.771 722 2.095 978 1.626,45 1.126,56 2.896,00 449,8 Total 48.238,10 0 38.285 0 30.219 5.002 25.580 9.692 21.543,75 11.268,30 29.034,15 11.703,58 Keseluruhan 48.238,10 38.285 35.221 35.272 32.812,05 40.737,73 Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, 2005; 2006b; 2007b; 2008c; 2009c; 2010c 68

Berdasarkan Tabel 24, maka volume penjualan es terbanyak adalah pada bulan Maret sampai bulan Agustus setiap tahunnya. Pada bulan-bulan ini, banyak kapal perikanan yang melakukan bongkar muat di PPS Nizam Zachman Jakarta. Pendaratan ikan akan mengakibatkan volume ikan yang dijual di PPI juga meningkat. Maka dari itu peningkatan ikan yang terjual akan berbanding lurus dengan kebutuhan es balok sebagai bahan pengawet ikan. Semakin banyak ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta, maka akan semakin banyak pula ikan yang akan dijual di PPI sehingga es balok yang dibutuhkan juga akan semakin banyak. Dalam rangka memenuhi permintaan konsumen yang kian meningkat, pabrik es menambah produksi es balok berukuran 60 kg pada bulan April 2006. Penambahan ini bukan berarti akan menambah volume es balok secara keseluruhan. Total penjualan es balok pada tahun 2005 adalah 38.285 ton, sedangkan pada tahun 2006 yang mengalami penurunan hingga total volume es yang terjual sebanyak 35.221 ton. Begitu pula pada tahun 2007 dan 2008 yang juga mengalami sedikit penurunan penjualan dengan volume masing-masing yaitu 35.272 ton dan 32.812,05 ton. Penurunan ini disebabkan oleh mesin pembeku yang sudah mulai sering mengalami kerusakan. Hal ini baru dapat diatasi pada awal tahun 2009, sehingga pada tahun ini volume penjualan es meningkat mencapai 40.737,73 ton. Pertambahan volume maupun jenis es balok yang diproduksi, ternyata masih belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh konsumen. Hal tersebut ditandai dengan masuknya es balok ke kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta dari berbagai wilayah seperti Sentul, Cengkareng, dan Tangerang (Tabel 25). Tabel 25 Volume es yang didatangkan dari luar PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2008 Tahun Volume Es (ton) 2004 54.799,74 2005 50.846,78 2006 30.177,00 2007 4.873,00 2008 1.485,06 Sumber: PPSNZJ, 2009 69

Volume es dari luar yang dikonsumsi pada tahun 2004 sebanyak 54.799,74 ton. Secara berangsur-angsur menurun pada tahun 2005 hingga 2008. Penurunan terbesar terdapat pada tahun 2007 hingga volume es luar yang dikonsumsi hanya sebanyak 4.873 ton. Penurunan ini dikarenakan jumlah kapal perikanan sebagai konsumen es balok pada tahun 2007 telah memiliki cold storage sendiri yang terletak di dalam palka semakin meningkat. Penurunan tersebut hanya berdampak pada es balok yang diproduksi oleh pabrik es di luar kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.41/MEN/2007 tentang Penetapan Tarif Pelayanan Penggunaan Barang/Jasa yang dikelola Perusahaan Umum Prasarana Perikanan Samudera (Perum PPS), ditentukan tarif pembelian es balok ukuran 50 kg per balok dan 60 kg per balok serta tarif usaha kemitraan es luar (Tabel 26). Tabel 26 Tarif pembelian es balok ukuran 50 kg dan 60 kg serta tarif usaha kemitraan es luar tahun 2007 Jenis Pelayanan Besar Tarif (Rp per balok) Keterangan 1. Pembelian es Es balok ukuran 50 kg per balok Es balok ukuran 60 kg per balok 5.300,00 6.360,00 70 Tarif belum termasuk PPN, harga franco pabrik Tarif belum termasuk PPN, harga franco pabrik 2. Kemitraan es luar 400,00 Tarif belum termasuk PPN Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, 2007c Setiap masyarakat perikanan yang melakukan aktivitas perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta dan membutuhkan es balok sebagai bahan penanganan ikan, diwajibkan untuk membeli es balok yang diproduksi oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Harga yang ditawarkan untuk pembelian es balok ukuran 50 kg per balok adalah Rp 5.300,00 (belum termasuk PPN 10%) sedangkan harga es balok ukuran 60 kg adalah sebesar Rp 6.360,00 (belum termasuk PPN 10%). Apabila es balok sudah tidak tersedia, maka diperbolehkan membeli es yang diproduksi oleh pabrik es di luar kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagi pabrik es yang memasukkan produknya ke dalam kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta, maka dikenakan biaya kemitraan sebesar Rp 400,00 per balok (belum termasuk PPN 10%).

71 Es balok yang telah siap dikonsumsi akan didistribusikan menggunakan truk besar. Truk yang berjumlah delapan unit ini berada dibawah koordinasi Koperasi Karyawan Samudera Jaya Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta. Berdasarkan Keputusan Pengurus Koperasi Karyawan Samudera Jaya Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta Nomor: 07/Sekret/SK/KSJ/XII/2008 tentang ketentuan tarif penggunaan fasilitas, barang dan jasa yang dikelola Koperasi Samudera Jaya, maka tarif pelayanan jasa angkutan adalah Rp 465,00 per es balok. Setiap truk dapat menampung sekitar 165 balok es ukuran 50 kg per balok dan 170 balok es ukuran 60 kg per balok (Gambar 14). Gambar 14 Truk sebagai alat distribusi es balok (kiri), susunan es balok ukuran 50 kg per balok di dalam truk (tengah) dan susunan es balok ukuran 60 kg per balok di dalam truk (kanan) di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2009 5.3.2 Fasilitas pelayanan di cold storage Cold storage merupakan ruang yang khusus digunakan untuk menjaga rantai dingin ikan. Cold storage yang terletak di samping pabrik es ini berada dibawah tanggung jawab Sub Divisi Pabrik Es dan Cold Storage Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta. Di dalam gedung penyedia fasilitas cold storage yang berdiri diatas lahan seluas 1554 m 2 ini terdapat empat ruangan utama. Ruangan pertama, kedua dan ketiga merupakan cold storage, sedangkan ruangan keempat adalah Air Blast Freezer (ABF). Air blast freezer merupakan ruangan yang digunakan untuk membekukan ikan yang baru ditangkap atau belum siap dimasukkan ke dalam cold storage. Kapasitas dari masing-masing ruangan dapat dilihat pada Tabel 27.

72 Tabel 27 Kapasitas cold storage dan ABF tahun 2010 Ruangan Kapasitas (palet) Kanan ruangan Kiri ruangan Total Cold Storage 1 17 x 12 = 204 17 x 9 = 153 357 Cold Storage 2 17 x 9 = 153 17 x 9 = 153 306 Cold Storage 3 17 x 12 = 204 17 x 9 = 153 357 Air blast freezer - - 40 pallet per 20 ton Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, 2001 Cold storage 1 dan 3 memiliki kapasitas yang sama yaitu dapat menampung palet sebanyak 357 unit. Cold storage 2 merupakan cold storage dengan kapasitas terkecil dengan menampung palet sebanyak 306 unit. Ruangan terakhir yaitu ABF dapat membekukan ikan sebanyak 40 pallet per 20 ton. Palet merupakan kerangka besi berukuran 1 m x 1 m x 1,5 m yang digunakan untuk meletakkan ikan yang akan dibekukan atau dijaga rantai dinginnya (Gambar 15). Setiap box palet dipergunakan untuk menampung ikan dengan bobot total 500 kg. Gambar 15 Ikan yang disusun di dalam palet PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 Setiap ikan yang akan dimasukkan ke dalam cold storage, harus disusun dalam palet, kemudian akan diberi label. Label tersebut menandakan pemilik dari palet. Apabila ikan akan dikeluarkan dari cold storage, maka akan didata oleh pegawai cold storage mengenai jumlah palet yang dikeluarkan serta lamanya palet saat berada di dalam cold storage. Jumlah stok ikan yang berada dalam cold storage tahun 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 28.

73 Tabel 28 Volume stok ikan yang berada dalam cold storage tahun 2004-2009 Tahun Volume stok ikan (ton) Masuk Keluar 2004 12.470,318 10.167,475 2005 9.417,923 9.574,534 2006 9.338,043 8.974,070 2007 11.290,194 15.785,353 2008 8.721,529 8.826,377 2009 8.358,359 8.277,459 Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, 2005; 2006b; 2007b; 2008c; 2009c; 2010c Petugas mencatat ikan yang akan dimasukkan dan dikeluarkan dikeluarkan dari cold storage setiap harinya. Volume ikan yang masuk pada tahun 2004 merupakan volume terbesar dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu 12.470,318 ton. Volume ikan terus menurun hingga tahun 2009, namun meningkat pada tahun 2007 menjadi 11.290,194 ton. Peningkatan ini dikarenakan melimpahnya ikan yang diperjualbelikan dalam kondisi beku. Fasilitas lain yang ditawarkan oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta adalah pengadaan anteroom. Anteroom merupakan lahan di depan ruang cold storage dan air blast freezer yang digunakan untuk mengemas ikan yang baru dikeluarkan dari cold storage yang selanjutnya akan didistribusikan. Anteroom disewakan per unitnya selama 6 jam adalah Rp 22.000,00. Luas satu unit anteroom yang ditawarkan seluas 3 m x 3 m. Pengadaan anteroom ini diharapkan dapat mempermudah pedagang ikan untuk mengemas ikannya tanpa harus berpindah tempat terlebih dahulu. Volume ikan yang dibekukan dalam ABF dan jumlah anteroom dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29 Volume ikan yang dibekukan dalam ABF dan jumlah anteroom yang digunakan tahun 2005-2009 Tahun Volume ABF (ton) Anteroom (unit) 2005 4.112,57 227 2006 5.796,69 165 2007 3.387,18 981 2008 1.403,93 1.918,16 2009 584,38 2.026,16 Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, 2006b; 2007b; 2008c; 2009c; 2010c

74 Volume ikan yang dibekukan dalam ABF pada tahun 2005 adalah 4.112,57 ton, kemudian meningkat sebanyak 1.684,12 pada tahun 2006 menjadi 5.796,69 ton. Namun terjadi penurunan pada tahun 2007 hingga 2009 secara berturut-turut menjadi 3.387,18 ton, 1.403,93 ton dan 584,38 ton ikan yang dibekukan. Lain halnya dengan penggunaan anteroom, pada tahun 2005 hanya digunakan sebanyak 227 unit, kemudian meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2009 mencapai 2.026,16 unit yang terpakai. Banyaknya pengguna anteroom pada tahun tersebut dikarenakan semakin banyaknya perusahaan processing yang menyewa cold storage dalam kurun waktu tertentu. Perusahaan seperti inilah yang biasa mengemas ikannya sebelum didistribusikan. Berdasarkan Keputusan Direksi Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta Nomor Kep-084/PPS/Dir.A/IV/2009 tentang Penetapan Tarif Pelayanan Penggunaan Barang/Jasa yang Dikelola Perum Prasarana Perikanan Samudera, maka tarif pelayanan cold storage terbagi ke dalam dua jenis. Jenis pelayanan tersebut yaitu fasilitas cold storage dan fasilitas pembekuan. Tarif pelayanan cold storage dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30 Tarif pelayanan cold storage tahun 2007 Jenis Pelayanan Tarif Keterangan 1. Fasilitas cold storage Rp 7.000,00 per palet per hari Tarif belum termasuk PPN 2. Fasilitas ruang pembekuan Keterlambatan pembongkaran komoditi yang telah beku akibat kelalaian pemakai jasa Rp 500,00 per kg per 24 jam beku Rp 50,00 per kg per jam Per palet < 500kg per label per hari. Lebih dari 500 kg dikenakan 2 x tarif Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, 2007c Fasilitas cold storage ditawarkan tarif sebesar Rp 7.000,00 per palet per hari, sedangkan fasilitas ruang pembekuan (air blast freezer) dikenakan tarif Rp 500,00 per kg per 24 jam hingga ikan membeku. Apabila ikan yang telah beku terlambat dibongkar akibat kelalaian pemakai jasa, maka akan dikenakan denda Rp 50,00 per kg per jam. Tarif tersebut belum termasuk PPN. Secara keseluruhan, Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta memiliki lima unit cold storage. Cold storage ke-4 merupakan ice storage pabrik es yang berubah fungsinya menjadi cold storage. Cold storage ke-5 merupakan

75 gedung tersendiri di wilayah perkantoran UPT PPS Nizam Zachman dan Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta. Sistem pembayaran yang digunakan pada cold storage ke-4 dan ke-5 sedikit berbeda dengan cold storage sebelumnya. Pengusaha yang menggunakan cold storage ke-4 akan dikenakan biaya Rp 33.000.000,00 per bulan. Biaya tersebut hanya digunakan sebagai sewa investasi ruangan saja, tidak mencakup pembayaran air, listrik serta pengadaan mesin. Apabila kontrak telah habis, maka mesin akan menjadi milik Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, sedangkan pengusaha yang menggunakan cold storage ke-5 kontraknya merupakan kontrak per tahun dan akan dikenakan biaya sebesar Rp 66.000.000,00 per bulan. Biaya tersebut sudah termasuk sewa mesin milik Perum dan pembayaran air serta listrik. Kedua ruang tersebut memiliki kapasitas 400 palet. Gambar 16 Forklift yang membawa ikan beku keluar dari cold storage di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 Ikan-ikan yang telah disusun dalam palet dikeluarkan dari cold storage dengan menggunakan forklift (Gambar 16). Forklift merupakan alat bantu berupa kendaraan yang fungsinya memindahkan barang dengan jumlah besar dari satu tempat ke tempat lain. Cold storage pada awal beroperasinya, terdapat tiga forklift, namun dua forklift sering mengalami kerusakan, sehingga hanya satu forklift tersisa yang dapat beroperasi.

76 5.4 Fasilitas Pelayanan Pemasaran Hasil Tangkapan Pemasaran hasil tangkapan tidak terlepas dari peranan pedagang. Pedagang membeli hasil tangkapan di TPI dan memasarkannya di PPI. TPI dan PPI menjadi tempat pemasaran yang sangat penting di PPS Nizam Zachman Jakarta. Dengan demikian, agar pemasaran hasil tangkapan dapat berjalan dengan lancar, dibutuhkan pelayanan jasa yang baik di TPI dan PPI PPS Nizam Zachman Jakarta. 5.4.1 Fasilitas pelayanan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan tempat yang digunakan untuk melakukan aktivitas pelelangan ikan. Aktivitas pelelangan ikan yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta bukanlah pelelangan murni, melainkan pelelangan dengan sistem opow. Sistem opow adalah sistem penjualan ikan dimana ikan yang didaratkan dibeli oleh pemilik kapal, lalu akan dijual kembali ke pihak-pihak tertentu, dengan kata lain ikan yang didaratkan sudah ditentukan pemiliknya. Tidak terdapat peraturan daerah yang mengharuskan PPS Nizam Zachman mengadakan pelelangan, namun terdapat peraturan daerah yang mengatur retribusi pelelangan. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Propinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Nomor 1 Tahun 2006 tentang retribusi daerah, disebutkan mengenai retribusi yang diambil dalam pemakaian tempat pelelangan ikan. Ikan segar, beku, hidup, ataupun ikan dalam kondisi kering yang diproduksi lokal, akan dikenakan retribusi kepada nelayan dan pedagang sebesar 5% dari harga transaksi. Dimana perinciannya yaitu, pedagang dikenakan retribusi sebesar 3% dan nelayan dikenakan retribusi sebesar 2% dari harga transaksi. Mekanisme penjualan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dilihat pada Gambar 17. Mekanisme penjualan ikan PPS Nizam Zachman Jakarta dimulai saat kapal melakukan proses pendaratan. Setelah kapal bersandar pada dermaga, ikan yang ada di dalam palka dibongkar, kemudian ditimbang per jenis hasil tangkapan. Bagi jenis ikan tuna, akan disortir untuk dipilih antara ikan yang memiliki mutu ekspor dan yang tidak layak ekspor. Tuna lokal atau tuna tidak layak ekspor akan dijual dengan sistem sampel yaitu ikan yang dijual hanya diperlihatkan sebagian saja. Berbeda halnya dengan jenis ikan selain tuna yang yang didaratkan

77 menggunakan kapal ikan tradisional, jenis ikan ini akan dijual dengan memperlihatkan ikan secara keseluruhan, dimana selanjutnya pembeli dapat menjualnya ke pasar lokal maupun pasar luar daerah. Pelaksana teknis aktivitas penjualan ikan adalah Koperasi Mina Muara Makmur. Selanjutnya Koperasi ini berada dibawah pengawasan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta u ntuk melaporkan hasil penjualan. Pengawasan dilakukan agar aktivitas penjualan ikan dapat berjalan dengan lancar. Proses pendaratan Proses bongkar Penimbangan Sortir Jual Pasar Ekspor Jual Pasar Lokal Pasar Luar Daerah Pasar Lokal Gambar 17 Mekanisme penjualan ikan di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2010 Keterangan: : proses : pasar Volume ikan yang dijual berbeda-beda pada setiap musimnya (Tabel 31) karena penjualan ikan dilaksanakan berdasarkan keberadaan ikan yang didaratkan. Musim yang dimaksud yaitu musim barat dan musim timur. Volume ikan yang dijual sebanyak 7.917.565 kg pada tahun 2004. Jumlahnya terus menurun hingga tahun 2006 yang mencapai angka 3.829.295 kg. Terjadi kenaikan kembali sehingga pada tahun 2007 mencapai 6.881.507 kg. Kenaikan ini dikarenakan pelaku perikanan tangkap kembali beraktivitas dengan adanya adaptasi terhadap harga solar yang telah dinaikkan satu tahun sebelumnya. Namun kembali terjadi penurunan pada tahun 2008 hingga menjadi 4.900.279 kg. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Dinas Peternakan dan Perikanan, hal tersebut diduga karena kondisi cuaca pada tahun 2008 didominasi oleh musim hujan yang berkepanjangan sehingga kapal tidak terlalu lama melaut. Selanjutnya dikatakan

bahwa kondisi cuaca pada tahun 2009 kembali normal sehingga ikan yang dijual dapat mencapai 7.687.630 kg sebagai volume ikan yang terjual tertinggi pada kurun waktu lima tahun terakhir. Dengan melihat perolehan volume ikan yang dijualper bulan pada Tabel 31, maka dapat diketahui persebaran ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bulan Januari hingga Mei, merupakan periode dimana cuaca sedang dalam keadaan buruk karena ikan yang dijual rata-rata berjumlah 440.000 kg per bulan. Lain halnya pada bulan Juli hingga September, ikan yang dijual rata-rata berjumlah 590.000 kg per bulan. Hal ini dikarenakan angin musim timur sedang berhembus, sehingga cuaca di lautan cukup mendukung aktivitas melaut. Tabel 31 Volume ikan yang dijual di TPI PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004-2009 Bulan Volume Ikan yang Dijual (kg) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 579.928 364.932 223.514 669.232 232.716 680.884 Februari 542.539 400.154 153.478 586.012 263.008 509.338 Maret 588.187 572.098 67.838 693.002 266.163 424.137 April 481.720 462.683 363.132 545.628 428.666 573.298 Mei 703.776 575.000 236.345 513.539 326.183 328.725 Juni 717.613 546.789 260.369 532.582 365.416 808.341 Juli 606.292 638.531 236.096 700.249 426.610 800.787 Agustus 554.147 701.187 389.734 607.396 671.520 871.370 September 743.276 636.657 491.546 631.036 523.451 425.338 Oktober 983.206 438.214 287.099 400.787 351.025 733.902 November 509.448 171.742 479.523 682.389 623.174 714.578 Desember 907.433 187.250 640.621 319.655 422.347 816.932 Total 7.917.565 5.695.237 3.829.295 6.881.507 4.900.279 7.687.630 Sumber: Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta, 2005; 2006; 2007; 2008; 2009; 2010 Dalam rangka memenuhi kebutuhan fasilitas penjualan ikan seperti penimbangan dan penyortiran, maka TPI PPS Nizam Zachman Jakarta yang berkapasitas 917 ton ini menyediakan beberapa fasilitas pendukung. Gedung TPI yang berdiri pada lahan seluas 3367 m 2 ini menyediakan trolly, trays, blong, timbangan, dan pemberian label. Fasilitas, tarif dan kapasitas pendukung aktivitas penjualan dapat dilihat pada Tabel 32. 78

79 Tabel 32 Jenis, tarif dan kapasitas fasilitas pendukung aktivitas penjualan tahun 2010 Jenis Fasilitas Tarif Kapasitas Trolly Rp 5.000,00 per unit 10 unit Trays Rp 1.500,00 per unit 300 unit Blong Rp 2.000,00 per unit 200 unit Timbangan - 2 unit Pemberian Label - - Sumber: Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, 2010 Trolly sebagai alat yang memindahkan trays atau blong disediakan dalam jumlah 10 unit dengan harga sewa Rp 5.000,00 per unit. Trays dan blong yang digunakan untuk mengangkut ikan dikenakan tarif sewa masing-masing Rp 1.500,00 dan Rp 2.000,00 per unit dimana disediakan 300 unit trays dan 200 unit blong. Pemberian label dan penggunaan dua unit timbangan tidak dikenakan tarif sewa. 5.4.2 Fasilitas pelayanan di Pusat Pemasaran Ikan (PPI) Pusat Pemasaran Ikan (PPI) merupakan tempat transaksi antara penjual dan pembeli ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta dalam jumlah yang relatif besar. Di atas lahan seluas 6431 m 2, Sub Divisi PPI dan TPI Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta menangani pelayanan penyediaan lapak serta prasarana lain yang ada di PPI. Lapak adalah tempat berjualan yang merupakan pelayanan yang resmi ditangani oleh sub divisi ini. Hingga tahun 2009, tercatat 932 pedagang ikan yang mengisi lapak dari 992 lapak yang disediakan di PPI. Selain lapak, tersedia juga tempat pengepakan ikan sebanyak 60 unit, tempat penjualan es curah yang disebut dengan depot es sebanyak 12 unit, serta warung makan/kios dan perkantoran yang tempatnya disewakan di sekitar PPI. Masing-masing pelayanan penyediaan tempat tersebut dikenakan tarif penyewaan yang berbeda-beda. Berdasarkan Keputusan Direksi Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta Nomor Kep- 084/PPS/Dir.A/IV/2009 tentang Penetapan Tarif Pelayanan Penggunaan Barang/Jasa yang dikelola Perum Prasarana Perikanan Samudera (Tabel 33).

Tabel 33 Tarif penyewaan ruang bangunan di dalam dan sekitar PPI tahun 2007 Ruang Bangunan Tarif Keterangan Tempat Pemasaran Ikan (lapak) Rp 2.500,00 per unit per hari 1 unit = 5 m 2 (termasuk PPN dan PBB) Pembayaran sewa dilakukan Tempat Pengepakan Ikan 80 sekaligus 1 kali dalam 1 bulan Rp 7.000,00 per unit per hari 1 unit = 10 m 2 (termasuk PPN dan PBB) Pembayaran sewa dilakukan sekaligus 1 kali dalam 1 bulan Warung makan/kios Rp 10.000,00 per m 2 per bulan Kantor/gudang Rp 10.000,00 per m 2 per bulan Depot es Rp 25.000,00 per unit per hari 1 unit = 4 m 2 (termasuk PPN dan PBB) Sumber: Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta, 2007c Pedagang ikan yang menyewa lapak di PPI akan dikenakan tarif sewa sebesar Rp 2.500,00 per unit per hari, dimana luas lahan per unitnya adalah 5 m 2. Penagihan sewa pada awalnya dilakukan setiap malam hari setelah aktivitas perdagangan di PPI selesai dilaksanakan. Penagihan dengan sistem tersebut dirasa cukup merepotkan, sehingga sistem penagihan pada tahun 2008 dirubah menjadi setiap satu bulan sekali. Sistem penagihan yang sama diberlakukan kepada penyewa tempat pengepakan ikan dengan besar sewa Rp 7.000,00 per unit per hari dengan luas lahan 10 m 2 per unitnya serta penyewa depot es dengan besar sewa Rp 25.000,00 per unit per hari dimana luas lahan setiap unitnya adalah 4 m 2. Tarif ketiga ruang bangunan ini sudah termasuk PPN dan PBB. Tarif yang dikenakan untuk ruang bangunan berikutnya yaitu sebesar Rp 10.000,00 per m 2 per bulan. Tarif ruang bangunan tersebut berlaku bagi pemilik warung makan atau kios dan kantor atau gudang di sekitar PPI. Secara keseluruhan pada tarif tersebut sudah termasuk pembayaran fasilitas listrik (penerangan). Selain terdapat sejumlah bangunan di sekitar PPI, terdapat pula pelataran atau tempat parkir yang cukup luas. Penggunaan pelataran ini bermacam-macam khususnya untuk memindahkan ikan-ikan yang akan dijualbelikan di PPI maupun yang sedang dalam proses pengepakan. Perbedaan penggunaan pelataran PPI ini dikenakan tarif penyewaan yang berbeda pula (Tabel 34).