Aplikasi Analytical Hierarchy Process dan Goal Programming untuk Merencanakan Pembangunan Perekonomian

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

TESIS. Dr. Ir. Indratmo Soekarno, MSc. Pembimbing :

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut keputusan direksi perusahaan perseroan (persero) PT.

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

Pertemuan 5. Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

BAB III METODE KAJIAN

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pegawai Dalam Pengambilan Keputusan Pemilihan Pegawai Berprestasi

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

BAB II LANDASAN TEORI. Pemrograman linear (PL) ialah salah satu teknik dari riset operasi untuk

ANALISIS FAKTOR KEBERHASILAN AGROINDUSTRI KAKAO BERKELANJUTAN DI SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN PENDEKATAN FUZZY AHP

ANALISIS PEMILIHAN MITRA LSM DAN OPTIMASI BUDGETING DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP DAN GOAL PROGRAMMING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DE NOVO PROGRAMMING DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS

Aplikasi Fuzzy Goal Programming (Studi Kasus: UD. Sinar Sakti Manado) Application Of Fuzzy Goal Programming (Case Study: UD. Sinar Sakti Manado)

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF PROYEK MANAJEMEN AIR DI PT X DENGAN METODE MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM)

BAB I PENDAHULUAN. bidang pengangkutan dengan jenis muatan berupa bahan baku pabrik kertas. Jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

INTEGRASI METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN GOAL PROGRAMMING DALAM OPTIMASI PEMILIHAN ALTERNATIF PEMASOK DI PT. XYZ INDONESIA POWER

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

LAMPIRAN: Daftar Kuesioner & Hasil Olah Data. Analisis keberadaan..., Marthin Hadi Juliansah, FE UI, 2010.

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus

BAB III PEMBAHASAN. = tujuan atau target yang ingin dicapai. = jumlah unit deviasi yang kekurangan ( - ) terhadap tujuan (b m )

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN , hal 9. 1 Subagyo D., Asri M., Handoko H.T., Dasar-dasar Operation Research, BPFE, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik yang stand alone maupun yang online. Salah satu contoh penerapan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari ekonomi global yang melanda hampir negara-negara di Amerika dan Asia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan produksi pada perusahaan manufaktur merupakan aktivitas

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OPTIMALISASI PRODUKSI ROTI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS : UKM IBARAKI BAKERY KOTA PALU)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

Peralihan Moda Transportasi Jasa Pengiriman Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Oleh: Putri Narita Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M. Eng. Sc

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan produksi pada perusahaan manufaktur merupakan aktivitas

APLIKASI GOAL PROGRAMMING UNTUK ANALISIS OPTIMASI PRODUK OLAHAN KAYU PINUS DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN SAMOSIR

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia. Analisis keberadaan..., Marthin Hadi Juliansah, FE UI, 2010.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Strategi Pemilihan Sistem Operasi Untuk Personal Computer

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

SILABUS MATA KULIAH Program Studi : Teknik Industri Kode Mata Kuliah : TKI-492 Nama Mata Kuliah : Multicriteria Decision Making Jumlah SKS :

PENENTUAN LOKASI TERMINAL BIS ANTAR KOTA DI DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA (TINJAUAN TERHADAP STAKEHOLDER MAHASISWA PENGGUNA BIS ANTAR KOTA)

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

III. METODE PENELITIAN

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL

2/8/2010. Fajar Budi S ( ) Prof.Dr.Ir. Udisubakti C., M.Eng.Sc. Naning Arianti W., ST. MT.

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

Analytic Hierarchy Process

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

TUGAS SARJANA. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh: WILLY WIJAYA NIM.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

BAB 2 LANDASAN TEORI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

SPATIAL MULTI-CRITERIA EVALUATION (SMCE) MENGGUNAKAN ILWIS. Riki Rahmad

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan Analytic Hierarchy Process dan Goal Programming untuk Pengalokasian Pemesanan Bahan Baku Kertas Daur Ulang

Strategi Pemeliharaan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi Blimbing

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

BAB II LANDASAN TEORI. mengintegrasikan bermacam-macam data dengan menyusun, menyimpan, 1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.

Model Input Output dan Aplikasinya pada Enam Sektor

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan Keputusan Multi Kriteria. Riset Operasi TIP FTP UB

LAMPIRAN PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA

III. METODE PENELITIAN

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

Transkripsi:

Performa (2002) Vol. 1, No.1: 14-19 Aplikasi Analytical Hierarchy Process dan Goal Programming untuk Merencanakan Pembangunan Perekonomian Bambang Suhardi * Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Abstract In order to develop the economic regional we have to consider their economic potentials and advantages obtained from its environment. Due to respect to this facts, this research proposes utilizing the analytical hierarchy process and goal programming for optimization. First, we have to develop goal programming model with objective functions and its contrains. Then we determine the weights of each criteria and relatif interest inter sub region based on analytical hierarchy process. Finally, we determine achieving function of all objective functions. With QS assistance will be obtained optimal economic sector and location of each sector. Keywords: AHP, input output, goal programming 1. Pendahuluan Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya swasta secara bertanggung jawab. Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang perencanaan yang teliti mengenai penggunaan sumberdaya publik dan sektor swasta-petani, koperasi, pengusaha besar, organisasi-organisasi sosial harus mempunyai peran dalam proses perencanaan. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi (economic entity) yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain. 2. Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Teori pembangunan yang ada sekarang ini tidak mampu untuk menjelaskan kegiatankegiatan pembangunan ekonomi daerah secara tuntas dan komprehensif. Karena teori-teori yang ada saat ini kurang begitu memperhatikan karakteristik dari daerah-daerah yang ada. Dalam membuat perencanaan pembangunan tidak memperhitungkan kondisi sosial dan geografis dari daerah yang bersangkutan. Disamping itu dalam membuat perencanaan pembangunan tersebut juga tidak mempertimbangkan keinginan masyarakat yang bersangkutan. * Correspondence: E-mail: bshardi@plasa.com

Suhardi - Aplikasi analytical hierarchy process dan goal programming untuk merencanankan pembangunan ekonomi 15 Analytical Hierarchy Process Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah ke dalam kelompok-kelompoknya dan kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Model AHP memakai persepsi manusia yang dianggap pakar sebagai input utamanya. Kriteria pakar disini bukan berarti bahwa orang tersebut haruslah jenius, pintar, bergelar doktor dan sebagainya tetapi lebih mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Dengan menggunakan AHP ini kita bisa membuat suatu model perencanaan pembangunan perekonomian suatu daerah. Karena pemakaian model ini tidak membutuhkan data sekunder melainkan data primer berupa persepsi atau intuisi seorang responden yang dianggap ahli maka tidak akan timbul masalah sukarnya memasukkan hal yang kualitatif. Segala macam hal, masalah yang bisa dihitung maupun tidak semuanya dinyatakan dalam persepsi responden dengan skala 1 sampai 9 yang merupakan data primer. Jadi disini terjadi semacam kuantifikasi dari hal-hal yang kualitatif. Pada model perencanaan pembangunan ini, AHP bisa digunakan untuk menentukan bobot kriteria tujuan yang ingin dicapai. Misalnya dalam perencanaan tersebut pihak pengambil keputusan ingin menitikberatkan pada kriteria tujuan seperti: memaksimumkan nilai tambah (v i ), memaksimumkan nilai ekspor (e i ), memaksimalkan penyerapan jumlah tenaga kerja (l i ) serta ingin memaksimalkan pemanfaatan investasi (d i ). Disini dengan bantuan model AHP ini akan bisa diperoleh bobot prioritas tingkat kepentingan dari kriteria tujuan tersebut dengan data masukan berupa persepsi-persepsi dari pihak-pihak yang berkompeten. Seandainya daerah yang akan menerapkan model ini wilayahnya dibagi menjadi beberapa sub wilayah pembangunan, maka kita bisa membuat tingkat kepentingan relatif masing-masing sub wilayah pembangunan tersebut dengan mendasarkan pada ketersediaan sarana dan prasarana masing-masing sub wilayah pembangunan. Seperti, ketersediaan air, listrik, prasarana umum (pasar, telekomunikasi, fasilitas kesehatan dsb), bahan baku, tenaga kerja serta perluasan usaha. Untuk bobot tingkat kepentingan relatif ini pada model ini akan dilambangkan dengan w i. Goal Programming Goal programming pada dasarnya merupakan salah satu variasi khusus dari programa linier. Analisis goal programming ini bertujuan untuk meminimumkan jarak antara atau deviasi (penyimpangan) terhadap tujuan, target atau sasaran yang telah ditetapkan dengan usaha yang dapat ditempuh untuk mencapai target atau tujuan tersebut secara memuaskan sesuai dengan syarat kendala yang ada, yang membatasinya berupa sumber daya yang tersedia, teknologi yang ada, kendala tujuan dan sebagainya. Dalam keadaan dimana seseorang pengambil keputusan dihadapkan pada suatu persoalan yang mengandung beberapa tujuan di dalamnya, maka programa linier tidak dapat memberikan pertimbangan yang rasional, karena programa linier hanya terbatas pada analisis tujuan tunggal (single objective function). Oleh karena dalam dunia nyata pengambil keputusan menghadapi persoalan dengan berbagai tujuan sebagai target dan sasaran, maka persoalan

16 Performa (2002) Vol. 1, No.1 tersebut memerlukan bantuan programa tujuan ganda (goal programming). Dengan teknik goal programming ini maka target atau sasaran yang ditetapkan akan didekati dengan simpangan yang seminim mungkin menurut skala prioritasnya masing-masing. Maka dewasa ini penggunaan metoda ini telah digunakan dalam berbagai bidang dan disiplin ilmu seperti perencanaan sumber daya, perencanaan akademis, perencanaan keuangan dan investasi, perencanaan transportasi dan perencanaan pembangunan perekonomian. Penerapan goal programming dalam bidang kehutanan dan pengelolaan sumber daya alam pertama kali diperkenalkan oleh Field (1973) untuk menganalisis perencanaan kehutanan di bidang produksi kayu, perburuan binatang liar dan perkemahan bagi para wisatawan. Juga penggunaan dalam bidang tata guna lahan telah pula dilakukan oleh Potterfield (1976). Di dalam metode goal programming terdapat beberapa pengertian dasar khusus yang menurut terminologi dari Ignizio (1982), sebagai berikut: a. Tujuan (objective) adalah suatu pernyataan yang mencerminkan keinginan pengambil keputusan (memaksimumkan atau meminimumkan), dapat dinyatakan dalam pengertian kuantitatif atau naratif, b. Kriteria, adalah ukuran yang dipergunakan pengambil keputusan untuk menyatakan pencapaian tujuan, c. Tingkat aspirasi, adalah nilai yang dikaitkan dengan diterima atau ditolaknya pencapaian tujuan yang diinginkan. Nilai ini dipergunakan untuk menilai tingkat pencapaian tujuan, d. Sasaran (goal), adalah suatu tujuan yang berkaitan dengan tingkat aspirasi yang diinginkan oleh pengambil keputusan, e. Simpangan sasaran (goal deviation), merupakan perbedaan antara tingkat pencapaian dengan sasaran yang ingin dicapai. 3. Perumusan Model Goal Programming Algoritma perumusan persoalan menjadi bentuk atau model goal programming menurut Ignizio (1982), adalah sebagai berikut: a. Penentuan variabel keputusan, dalam hal ini variabel keputusan sebagai variabel terkendali merupakan variabel yang tidak diketahui dan akan ditentukan nilainya. Apabila himpunan variabel keputusan yang dinyatakan sebagai x, maka nilai optimalnya ditunjukkan oleh x*, maka inti persoalan adalah penentuan x* yang akan dipakai untuk mendesain nilai optimal dari variabel keputusan. b. Perumusan tujuan dan sasaran, perumusan dari tujuan dan sasaran ditentukan dari aspirasi dan keinginan pengambil keputusan, keterbatasan sumber daya dan kendala lain yang secara implisit menentukan dalam variabel keputusan. Tahapan untuk mentransformasikan secara matematis dari suatu fungsi tujuan menjadi fungsi sasaran adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan fungsi tujuan yang dinyatakan sebagai f i (x), dengan f i (x) adalah pernyataan matematis dari tujuan ke-i sebagai variabel keputusan x, untuk: x = (x 1, x 2, x n ) 2. Menentukan tanda dari fungsi tujuan yang telah terbentuk dan menghubungkannya dengan ruas kanan (b i ) dengan tiga kemungkinan, yaitu: f i (x) b i f i (x) b i f i (x) = b i, dengan b i = nilai tingkat aspirasi tujuan ke-i

Suhardi - Aplikasi analytical hierarchy process dan goal programming untuk merencanankan pembangunan ekonomi 17 3. Menggunakan bentuk hubungan di atas menjadi bentuk model goal programming dengan menambah variabel deviasi negatif (n i 0) dan variabel deviasi positif (p i 0) sehingga menjadi bentuk persamaan : f i (x) + n i - p i = b i c. Penentuan tujuan mutlak, tujuan ini merupakan fungsi sasaran yang harus dicapai secara penuh yang harus diprioritaskan pada pencapaian utama sebelum sasaran yang lain dapat tercapai. Kendala sistem dapat digolongkan ke dalam sasaran mutlak selain sasaran atau sekumpulan tujuan yang dipandang perlu menurut tingkat kepentingannya. d. Penentuan tingkat prioritas, prioritas utama diberikan untuk sasaran mutlak sedangkan sasaran lain dikelompokkan pada prioritas lebih rendah menurut tingkat kepentingannya. e. Penentuan fungsi pencapaian, untuk menentukan nilai dari variabel keputusan x dari fungsi tujuan: f i (x) + n i - p i = b i, dilakukan dengan meminimumkan fungsi pencapaian tersebut sebagai fungsi variabel deviasi pada setiap tingkat prioritasnya. Vektor baris dari fungsi pencapaian tersebut berbentuk: a = (a 1, a 2, a k, a K ) dengan a = vektor pencapaian k = tingkat prioritas K = jumlah tingkat prioritas yang ada a k = g k (n,p), untuk k = 1,2, K g k (n,p) = fungsi variabel deviasi yang disusun pada tingkat prioritas ke k. Untuk a 1 selalu merupakan fungsi variabel deviasi yang berkaitan dengan kendala atau sasaran yang absolut. Secara umum bentuk fungsi pencapaian yang akan dipakai akan berbentuk: Meminimumkan: a = {g 1 (n,p),,g k (n,p)}atau, Meminimumkan: a = {(a 1, a 2, a k )} untuk : a k = g k (n,p) Model Umum Goal Programming Dari uraian terdahulu maka bentuk umum dari permasalahan 'goal programming' dapat dirumuskan sebagai berikut: Tentukan x = (x 1, x 2,.,x j,, x j ) sehingga: meminimumkan: a = {g 1 (n,p),,g k (n,p),,g k (n,p)} sedemikian rupa sehingga: f i (x) + n i p i = b i untuk i = 1, 2, (m) dan: x, n, p 0 dengan x j = variabel keputusan ke-j a = fungsi hasil atau pencapaian g k (n,p) = fungsi variabel-variabel simpangan tujuan ke-k k = jumlah seluruh tingkat prioritas pada model b i = tetapan sisi kanan sasaran ke-i f i (x) = fungsi sisi kiri dari sasaran ke-i

18 Performa (2002) Vol. 1, No.1 Integrasi Model AHP dan Goal Programming Setelah diperoleh model goal programming yang berupa fungsi tujuan, fungsi kendala dan fungsi pencapaian untuk tiap tujuan, maka perlu disusun urutan prioritas tujuan yang akan dicapai terlebih dahulu dengan mencantumkan bobot tiap kriteria dan kepentingan relatif antar sub wilayah pembangunan juga dimasukkan ke dalam model ini. Besarnya bobot ini ditentukan dengan metode Analytical Hierarcy Process dengan menggunakan data primer hasil pengisian kuisioner oleh pengambil keputusan. Tahap selanjutnya adalah menetapkan fungsi pencapaian dari keseluruhan fungsi tujuan yang telah dibicarakan sebelumnya. Fungsi pencapaian ditentukan berdasarkan variabel deviasi yang diinginkan dari setiap fungsi tujuan. Pada penelitian ini prioritas variabel deviasi dalam fungsi pencapaian mempunyai bobot yang tidak sama, sehingga pada setiap fungsi pencapaian akan ditempatkan bobot yang mempengaruhinya. Variabel keputusan yaitu didapatkannya nilai output optimal yang dihasilkan oleh tiap sektor usaha sesuai dengan target tujuan yang ditetapkan dengan lambang (X i ) pada tiap-tiap wilayah sub pembangunan sedemikian rupa sehingga meminimumkan: b 1 (n 1 ) + b 2 (n 2 ) + b 3 (n 3 ) + b 4 (p 4 ) Dengan fungsi tujuan sebagai berikut: 1/w i.v ij x ij + n 1 p 1 = V target (1) 1/w i e ij x ij + n 2 p 2 = E target (2) 1/w i l ij x ij + n 3 p 3 = L target (3) 1/w i d ij x ij + n 4 p 4 = D target (4) 1/w i S ij X ij F i (5) i = 1 j =1 n i, p i, X i 0. (6) 4. Kesimpulan Dari penggabungan dua buah model diatas, nantinya dengan menggunakan bantuan software QS akan diperoleh suatu sektor perekonomian yang optimal dan lokasi masing-masing sektor perekonomian tersebut. Serta tingkat pencapaian masing-masing kriteria tujuan. Apakah kriteria tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat tercapai atau tidak.

Suhardi - Aplikasi analytical hierarchy process dan goal programming untuk merencanankan pembangunan ekonomi 19 Daftar Pustaka Clemen, R. T. (1999). Making Hard Decision An Introduction to Decision Analysis. Thompson Information Publishing Group. Cohan, J. L. (1980). Application of A Multiobjective Facility Location Model To Power Plant Siting In A Six-State Region of The US,. Pergamon Press Ltd. Tabucanon, M. T. (1988). Multiple Criteria Decision Making In Industry. Elsevier Science Publishers B.V. Vijit, T. (1975). Goal Programming and Long Range Planning In Underdeveloped Countries. UMI Dessertation. Yan, C. S.. Introduction To Input Output Economic. Drexel Institute of Technology.