REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Baru sulit diperoleh, kecuali pada media bawah tanah (underground). Pada

Ketentuan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran terkait Haluan Dasar, Karakteristik Penyiaran, dan Prinsip Dasar Penyiaran di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BISNIS MEDIA: KORPORASI MEDIA DAN KEPENTINGAN PUBLIK

b. Zona-2 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,315,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 927,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun 1,190,000

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PETA MEDIA INDONESIA. Dyan Rahmiati. Mata kuliah : Hukum Media Massa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UB

PERKEMBANGAN HUKUM MEDIA DI INDONESIA. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur

PERAN PROGRAM SRAWUNG PRAJA RRI SURAKARTA SKRIPSI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN

BAB I PENDAHULUAN. apresiasinya membutuhkan perspektif yang luas. tepat untuk khalayak sasaran (target audience) yang tepat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Muh. Syarifudin Noor 1/29/2014

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO dan GUBERNUR GORONTALO MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, maupun komunikasi. Salah satu buah

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

TERDIRI DARI 64 pasal, dan 12 bab

Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

PAPARAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PELIPUTAN LEMBAGA PENYIARAN ASING

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POLITIK & SISTEM POLITIK

BAB II PENGATURAN TENTANG PENYIARAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUSANEV_BPHN. Overview ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK. Oleh:

UPAYA PEMAJUAN PENYELENGGARAAN PENYIARAN

TINJAUAN MATA KULIAH...

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TELEVISI KABUPATEN SINJAI

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

...,"'..,II'IIMSM' Bab 1 Literasi Media Massa. Bab 4 Majalah. Bab 2 Buku. Bab 5 Sound Recording. Bab 3 Koran. Bab 6 Film

Diversity atau diversitas adalah konsep keberagaman atas dasar perbedaan-perbedaan, seperti. - sosial. - gender - etnik - ras

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBAGA PENYIARAN. Click to edit Master subtitle style

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

Tanggapan KPI terhadap aduan warga yang keberatan dengan sinetron Tukang Bubur Naik Haji (RCTI) dan

Mendiskripsikan fungsi NKRI. Menjelaskan tujuan NKRI

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 005/PUU-I/2003

RechtsVinding Online Mengembalikan Kejayaan Perfilman Indonesia Melalui Penyempurnaan Undang-Undang Perfilman

HUKUM & ETIKA PENYIARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PELIPUTAN LEMBAGA PENYIARAN ASING

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL

"Bisnis telekomunikasi" berarti operasi dalam sifat penyediaan layanan telekomunikasi kepada orang lain;

BAB IV PENUTUP. mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

BAB 4 PENUTUP. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sosiologi Komunikasi. Aktivitas Komunikasi Massa. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI. Program Studi PUBLIC RELATION

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

2013, No.41 2 Mengingat haknya untuk ikut serta dalam kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perw

NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan rating melalui program-program yang varatif dan kreatif, disisi lain

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk dalam negeri harus bersaing dengan produk-produk dari luar

Modul Perkuliahan II Ekonomi Politik Media

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pedoman Wawancara. 1. Mengapa perlunya ada perubahan status dari Radio Republik Indonesia? 3. Faktor-faktor apa yang menyebabkan RRI harus berubah?

B A B I PENDAHULUAN. Bisnis penyiaran akhir-akhir ini terlihat semakin marak, terbukti dengan

Tahun Sidang : Masa Persidangan : II Rapat Ke : Hari/Tanggal : Rabu, 8 Desember 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 03 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Menjamurnya lembaga negara, termasuk keberadaan komisi negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASSALAMUALAIKUM WARRAHMATULLAHI WABARRAKATUH SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA. YTH. SAUDARA KETUA KOMISI PENYIARAN INDONESIA PUSAT,

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 008/SK/KPI/8/2004 TENTANG

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

Transkripsi:

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

Era Reformasi&Berakhirnya Era Orde Baru Proses disahkannya undang-undang penyiaran tersebut terjadi pada era pemerintahan Presiden Megawati. Tujuannya untuk menghasilkan kebijakan yang memajukan industri penyiaran di Indonesia

3 Hal Penting Regulasi Penyiaran 1. Iklim demokrasi kekinian, urgensi yang mendasari penyusunan regulasi penyiaran adalah hak asasi manusia tentang kebebasan berbicara, berpendapat tanpa adanya intervensi,

2. Jaminan keberagaman politik dan kebudayaan, kebebasan aliran ide dan posisi dari kelompok minoritas. - Limitasi keberagaman, seperti kekerasan dan pornografi merupakan hal yang tetap tidak dapat dieksploitasi - Dalam perkembangannya aspek keberagaman, lebih banyak diafiliasikan sebagai aspek politik dan ekonomi dalam konteks ideologi suatu negara.

3. Alasan ekonomi mengapa regulasi media diperlukan. Tanpa regulasi akan terjadi konsentrasi, media. Sinkronisasi diperlukan bagi penyusunan regulasi media agar tidak berbenturan dengan berbagai kesepakatan internasional, misalnya perdagangan bebas.

Model regulasi penyiaran menurut Mc Quail 1. Model Otoriter - Tujuan : upaya menjadikan penyiaran sebagai alat negara. - Ciri khas : kuatnya lembaga sensor terutama yang menyangkut keberbedaan - konsekuensi keberbedaan yang dipandang sebagai sesuatu yang tidak berguna dan cenderung tidak bertanggung jawab karena dianggap subversif - konsensus dan standarisasi dilihat sebagai tujuan dari komunikasi massa

2. Model Komunis subkategori dari model otoriter penyiaran memiliki semacam tritunggal fungsi, yaitu propaganda, agitasi, dan organisasi dilarangnya kepemilikan swasta, karena media dalam model ini dilihat sebagai milik kelas pekerja, dan media merupakan sarana sosialisasi, edukasi, informasi, motivasi, dan mobilisasi.

3. Model Barat-Paternalistik Disebut Paternalistik, karena sifatnya yang top-down Kebijakan media bukan apa yang audien inginkan tapi lebih sebagai keyakinan yang dibuat memang dibutuhkan dan diinginkan oleh rakyat. Dalam model ini, penyiaran juga memiliki tugas untuk melekatkan fungsi-fungsi sosial individu atas lingkungan sosialnya

4. Model Barat Liberal Mirip Model barat paternalistik, hanya berbeda dalam fungsi media komersialnya Disamping sebagai penyedia informasi dan hiburan, media juga memiliki fungsi mengembangkan hubungan yang penting dengan aspek-aspek lain yang mendukung independensi ekonomi dan keuangan

5. Model Demokrasi Partisipan Model ini dikembangkan oleh mereka yang mempercayai sebagai powerful medium, dan dalam banyak hal terinspirasi oleh mazhab kritis Termasuk dalam model ini adalah berbagai media penyiaran alternatif. Sifat komunikasi dalam model ini adalah dua arah

Secara fundamental, regulasi penyiaran harus mengandung substansi : 1. Menetapkan sistem tentang bagaimana dan siapa yang berhak mendapatkan lisensi penyiaran. 2. Memupuk rasa nasionalisme.

3. Secara ekonomis, melindungi institusi media domestik dari kekuatan asing. 4. mencegah konsentrasi dan untuk membatasi kepemilikan silang. Di Uni Eropa ada komisi khusus yang mengatur tata laksana merger dan pengawas kuota media.

5. Sebagai regulation of fairness yang memuat prinsip objektivitas, imparsialitas dan akuntabilitas. Diperlukan selain untuk membangun media yang sehat juga untuk menjaga keseimbangan hubungan antara pengelola penyiaran, pemerintah dan audien. 6. Mengatur tata-aliran keuangan dari sumber yang berbeda. Dana komersial, misalnya harus dibatasi guna melindungi konsumen dari iklan yang eksesif, paling tidak dari bentuk promosi tertentu dan untuk mencegah pengiklanan yang berlebihan terhadap suatu acara.

Fungsi Institusi Regulatory Body 1. Mengalokasikan lisensi penyiaran. 2. Mengontrol dan memberi sanksi bagi pengelola penyiaran yang melanggar mulai dari bentuk denda sampai pada pencabutan izin. 3. Memberikan masukan kepada institusi legislatif.

4. Sebagai watchdog bagi independensi penyiaran dari pengaruh pemerintah dan kekuatan modal. 5. Memberikan masukan terhadap penunjukan jajaran kepemimpinan lembaga penyiaran publik. *Hal ini banyak terjadi di Prancis. 6. Berperan sebagai penyidik dan komisi komplain.

Regulasi Penyiaran Dalam konteks Diversitas Politis dan Kultural 1. berisi peraturan yang mencegah terjadinya monopoli atau penyimpangan kekuatan pasar 2. proteksi terhadap nilai-nilai pelayanan publik (public service values) 3. berisi aplikasi sensor yang bersifat paternalistik.

era liberalisasi industri media menimbulkan ancaman terhadap kualitas kebebasan pers 1. Sejalan dengan pertambahan jumlah institusi penyiaran swasta dan kompetisi di antara mereka, maka tingkah laku industri penyiaran akan semakin ditentukan oleh apa yang disebut Kellner sebagai logika kepentingan akumulasi modal yang notabene merupakan konstitusi rezim kediktatoran pasar.

2. Kaidah akumulasi modal jelas juga akan membuat biaya memperoleh akses ke media penyiaran menjadi mahal, hanya terjangkau oleh kelompok atau individu tertentu. - Bagi kelompok publik yang tidak memiliki kekuatan politik ataupun tidak memiliki sumber daya, maka peluang untuk memperoleh akses ke media guna menyuarakan isu kepentingan mereka, tentu akan diperkecil oleh kepentingan industri media dalam menampilkan isu dan peristiwa yang memiliki nilai jual

3. Kaidah dan logika mekanisme pasar jelas juga berpotensi besar mendepak keluar institusi media yang tak mampu mematuhi konstitusi rezim kapital, khususnya berupa tekanan dari pasar pengiklan.

4. Mekanisme pasar bebas akan menciptakan sebuah struktur yang mereproduksi kesenjangan antar kelas ekonomi dalam masyarakat. Kelas ekonomi menengah ke atas misalnya, cenderung menjadi segmen quality newspaper dan quality programs sedangkan stratum bawah akan menjadi segmen yellow newspaper dan yellow programs. Segmentasi semacam ini jelas berpotensi gap rasionalitas di antara warga negara.

5. Ekspansi market regulation juga akan semakin menempatkan para jurnalis dalam posisi lemah, hanya sebagai salah satu faktor produksi komoditas informasi dan hiburan. Sedangkan pasar, pada satu sisi menyadari bahwa negara dan publik memiliki sentimen negatif terhadap dirinya, namun pada saat yang bersamaan, pasar melihat penyusunan regulasi tersebut sebagai suatu kesempatan untuk mengukuhkan upaya-upaya dominasi dalam dunia penyiaran.

Dalam konteks penyiaran, terjadi dinamika kekuasaan yang cukup menarik antara legislatif dan eksekutif. Kedua unsur representasi kekuatan state yang pada era sebelum reformasi merupakan suatu kekuatan yang solid bahkan monolitik, berubah menjadi kekuatan yang terfragmentasikan.

Perbedaan &Persamaan Pertumbuhan Industri Penyiaran di AS&Indonesia AS dimulai dari stasiun penyiaran radio dan televisi lokal Latar belakang terbentuknya sistem jaringan di Amerika : murni bisnis, agar pemasang iklan bisa mempromosikan produknya kepada masyarakat yang lebih luas Indonesia -penyiaran radio dimulai dari tingkat lokal -Televisi dimulai dari tingkat nasional Latar belakang : semangat membangun stasiun penyiaran swasta yang dimulai dari pemilik modal yang sangat dekat dengan kekuasaan pada era orde baru

TERIMAKASIH