BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 9a-d. Gejala Klinis Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan

Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Nangka. (a) (b) (c)

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus. (Purwaningsih dan Taukhid,

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ikan Gurami ( Osphronemus gouramy) Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB III BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

Efektivitas Ekstrak Biji Pepaya Mentah (Carica papaya L.) Dalam Pengobatan Benih Ikan Nila Yang Terinfeksi Bakteri Streptococcus agalactiae

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIFITAS PERASAN LARUTAN DAUN API-API

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. terutama untuk beberapa pasar lokal di Indonesia. Ikan mas atau yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

I. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

I. PENDAHULUAN. patin merupakan salah satu jenis ikan penghuni sungai-sungai besar. Jenis ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu minuman terpopuler di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

Tingkat Kelangsungan Hidup

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

PENDAHULUAN. Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta. didukung peluang pasar internasional yang baik maka perikanan budidaya di

EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI RAMBUTAN DALAM MENGOBATI BENIH IKAN MAS YANG TERINFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ancaman dalam usaha budidaya ikan air tawar (Zonneveld, et al

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cancida albicans dengan sisi terluar paper disc yang mengandung ekstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

MORTALITAS LARVA 58 JAM

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Mas yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila Pengamatan gejala klinis pada ikan mas yang diinfeksi Aeromonas hydrophila meliputi kerusakan jaringan tubuh dan perubahan tingkah laku ikan dilakukan setelah 24 jam ikan diinfeksi Aeromonas hydrophila. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Hasil pengamatan gejala klinis pada ikan mas setelah 24 jam dilakukan penginfeksian terlihat adanya peradangan (inflamasi) di daerah bekas suntikan dan timbul bercak merah di sekitar tubuh ikan, namun belum terjadi kematian pada ikan. Bercak merah yang timbul disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan bakteri telah tersebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang menyebabkan hemolisis dan pecahnya pembuluh darah yang berakibat timbulnya bercak merah (Lallier et al 1984 dalam Afizia 2010). Ikan yang terserang penyakit yang disebabkan infeksi Aeromonas hydrophila menunjukkan ciri yang utama yaitu luka dipermukaan tubuh, pendarahan (hemorrhage) terutama pada insang, borok (Gambar 4) dan perut kembung (Austin dan Austin 1993). Pengobatan segera dilakukan dengan cara direndam dalam ekstrak daun sukun sesuai dengan perlakuan setelah gejala klinis muncul dan terlihat pada ikan 20

21 uji. Semakin cepat suatu mikroorganisme dihambat dapat mencegah terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik atau obat yang diberikan (Volk dan Wheeler 1993 dalam Pebriana 2010). Kerusakan jaringan tubuh ikan yang bertahan hidup mulai mengalami penyembuhan pada hari ke-6, kandungan zat aktif dalam ekstrak daun sukun, yaitu flavonoid, saponin dan tannin telah mampu menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila. Flavonoid berfungsi membantu mengurangi pendarahan dan pembengkakan (Lesmanawati 2006). Flavonoid berperan dalam proses penyembuhan sebagai antibakteri dengan cara, yaitu mendenaturasi sel protein dan merusak dinding sel pada bakteri sehingga mengakibatkan tidak dapat berkembang biak, mencegah pengeluaran zat toksik, hingga mematikan bakteri (Volk 1993). Hal ini pula menunjukkan bahwa senyawa antibakteri pada ekstrak daun sukun bekerja optimal dalam menanggulangi bakteri Aeromonas hydrophila. Uji refleks ikan dilakukan dengan cara mengetuk dinding akuarium pada setiap perlakuan, hasilnya menunjukkan bahwa setiap ikan yang tidak diobati dengan ekstrak daun sukun tidak mempunyai refleks terhadap kejutan. Namun pada ikan yang diberi perlakuan perendaman ekstrak daun sukun selama 24 jam, refleks terhadap kejutan kembali normal pada hari keenam setelah perendaman (Tabel 1). Hari Ke- Tabel 1. Respon Benih Ikan Mas Terhadap Kejutan Respon Benih Ikan Mas Terhadap Kejutan 0 ppm (A) 70 ppm (B) 100 ppm (C) 130 ppm (C) 160 ppm (D) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 0 - - - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - - - - - 2-5 - - - + + + + + + + + + + + + 6-14 + + + ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ Keterangan : - Respon terhadap kejutan tidak ada + Respon terhadap kejutan kurang ++ Respon terhadap kejutan normal

22 Hasil pengamatan uji refleks menunjukkan pada hari ke 0-1 semua perlakuan tidak respon terhadap kejutan (Tabel 1). Hal ini karena adanya serangan Aeromonas hydrophila menyebabkan ikan sakit dan akibatnya penurunan tingkah laku. Pada hari ke 2-5 menunjukkan adanya peningkatan refleks terhadap kejutan, namun masih kurang, Hal ini diduga zat anti bakteri dari ekstrak daun sukun sudah meresap kedalam tubuh ikan mas dan bereaksi, sehingga pertumbuhan Aeromonas hydrophila mulai terhambat, sementara perlakuan A (0 ppm) respon terhadap kejutan masih tidak ada. Respon terhadap kejutan kembali normal pada hari ke 6-14 ditandai dengan pergerakan ikan yang menjauhi sumber tepukan kecuali pada perlakuan A (0 ppm), hal ini diduga karena ikan sudah mengalami penyembuhan. Hasil pengamatan terhadap respon makan ikan mas yang telah terinfeksi Aeromonas hydrophila mengalami penurunan, keadaan ini diduga merupakan reaksi yang ditimbulkan akibat penyebaran dan aktivitas patogen. Serangan akibat bakteri Aeromonas hydrophila mengakibatkan nafsu makan ikan hilang bahkan dapat mengakibatkan kematian (Angka et al. 1981 dalam Lesmanawati 2006). Terlihat pada perlakuan tanpa pengobatan (kontrol), respon ikan terhadap pakan terus menurun setelah ikan diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dan mengakibatkan kematian.

23 Hari Ke- Tabel 2. Respon Ikan Mas Terhadap Pakan Konsentrasi A (0 ppm) B (70 ppm) C (100 ppm) D (130 ppm) E (160 ppm) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 - - + - - + - + - + - - - - - 2 - - - - + - + + + + + + + + - 3 - - - + - + + + + + + + + + + 4 - - - + + + + + + + + + + + + 5 - - - + + + + + + + + + + + + 6 - - - + + + + + + + + + + + + 7 - - - + + + + + + + + + + + + 8 - - - ++ + ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 9 - - - ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 10 - - ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 11 - ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 12 ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 13 ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ 14 ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ Keterangan : - Respon makan tidak ada + Respon makan kurang ++ Respon makan normal Ikan mati 100 % Pada perlakuan B (70 ppm), C (100 ppm), D (130 ppm), E (160 ppm) cenderung memperlihatkan hal yang serupa dalam hal respon ikan terhadap pakan, untuk hari pertama pengamatan, respon makan ikan hampir tidak ada (-), baru pada hari ke-2 pengamatan respon makan ikan cenderung mulai ada namun masih kurang (+). Tidak adanya respon ikan terhadap pakan ini diduga karena ikan mengalami stress. Penyebab stress pada ikan dapat disebabkan oleh stressor kimiawi, yaitu adanya bahan dalam media pemeliharaan (Taukhid 2004) yang dalam penelitian ini adalah ekstrak daun sukun. Hal lain yang berpengaruh adalah faktor biologi, yaitu hadirnya mikroorganisme yang bersifat patogen (parasit, bakteri, dan virus).

24 Ikan mas yang diberi perlakuan perendaman ekstrak daun sukun rata-rata memperlihatkan respon makan yang kembali normal pada hari pengamatan ke-8 (Tabel 2), hal ini diduga karena kemampuan ekstrak daun sukun sebagai antimikroba mulai bekerja dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila. 4.2 Kelangsungan Hidup Ikan Mas Hasil pengamatan terhadap mortalitas dan kelangsungan hidup ikan mas yang direndam dengan ekstrak daun sukun memperlihatkan perbedaan pada setiap perlakuan. Dari hasil uji jarak berganda Duncan pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa perendaman dengan menggunakan ekstrak daun sukun memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kelangsungan hidup ikan mas yang terinfeksi Aeromonas hydrophila pada setiap perlakuan (Lampiran 5). Tabel 3. Rata-rata Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas Setelah Direndam dengan Ekstrak Daun Sukun Rata-rata Kelangsungan Hidup Perlakuan (ppm) Notasi (%) Hasil Transformasi A (0) 0,00 0,00 a B (70) 26,667 5,137 b C (100) 31,111 5,570 b D (130) 57,778 7,598 c E (160) 28,889 5,367 b Pada Tabel 3 terlihat bahwa perlakuan A (0 ppm) mengalami kematian 100%, sedangkan perlakuan B (70 ppm), C (100 ppm), D (130 ppm) dan E (160 ppm) mengalami kelangsungan hidup antara 26,667% sampai 57,778%. Diantara perlakuan tersebut, perlakuan D merupakan konsentrasi dengan kelangsungan hidup tertinggi, yaitu 57,778% sedangkan perlakuan B, C dan E menunjukkan kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan.

25 Tingginya mortalitas pada perlakuan A (0 ppm) disebabkan karena ikan mas tersebut tidak dilakukan pengobatan sehingga mengalami penurunan daya tahan tubuh dan metabolismenya terganggu, lama-kelamaan ikan tersebut mati. Pada perlakuan B (70 ppm) dan C (100 ppm) diduga zat antibakteri yang terkandung dalam ekstrak daun sukun diduga belum mampu bekerja secara optimal dalam menghambat proses perkembangbiakan bakteri patogen Aeromonas hydrophila. Menurunnya tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan E (160 ppm) diduga karena zat aktif anti bakteri yang terkandung dalam ekstrak daun sukun yaitu tannin dan saponin yang berlebih justru menjadi bersifat toksik terhadap ikan mas. Saponin pada konsentrasi tinggi mampu membentuk busa dipermukaan air, menurut hasil penelitian Tompo et al (2010) menyatakan saponin pada konsentrasi 2,5 ppm dapat membuat pingsan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal) pada menit ke 12,7, menurut Oey (1989) pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem respirasi dan metabolisme hingga kematian pada ikan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Robinson (1991) saponin pada konsentrasi tinggi bersifat toksik dikarenakan dapat menghemolisis sel darah merah. Konsentrasi perendaman ekstrak daun sukun 130 ppm memberikan kelangsungan hidup tertinggi dibandingkan konsentrasi lainnya yaitu sebesar 57,778 %. Pada konsentrasi ini diduga senyawa flavonoid, tannin dan saponin dapat bekerja secara optimal sebagai zat antibakteri. Kematian pada ikan mas terjadi karena adanya serangan bakteri Aeromonas hydrophila yang telah diinfeksikan pada ikan tersebut. Mekanisme terjadinya kematian ikan akibat serangan Aeromonas hydrophila terjadi karena bakteri Aeromonas hydrophila yang patogen memproduksi endotoksin dan eksotoksin yang meliputi hemolisin dan protease. Hemolisin merupakan enzim yang mampu melisiskan sel-sel darah merah dan membebaskan hemoglobinnya, sedangkan protease adalah enzim proteolitik yang berfungsi untuk melawan pertahanan tubuh inang untuk berkembangnya penyakit dan mengambil persediaan nutrien inang untuk berkembangbiak (Angka 2001).

Kelangsungan Hidup (%) 26 Konsentrasi 130 ppm efektif dalam pengobatan penyakit MAS dibuktikan dalam pengamatan pada konsentrasi tersebut mengalami penyembuhan, terlihat dari luka yang semakin mengecil setiap harinya, dan respon terhadap kejutan maupun pakan sudah kembali normal sampai akhir pengamatan, serta kelangsungan hidupnya sebesar 57,778 %. 70 60 57.778 50 40 30 26.667 31.111 28.889 20 10 0 0 A (0) B (70) C (100) D (130) E (160) Konsentrasi (ppm) Gambar 5. Grafik Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas Kelangsungan hidup dari konsentrasi 100 ppm (31,111%) sampai 130 ppm (57,778%) mengalami kenaikan, namun kembali turun pada konsentrasi 160 ppm (28,889%) (Gambar 6). Dari hasil pengamatan, diduga interval konsentrasi antara 110 ppm sampai 150 ppm terdapat konsentrasi optimum untuk meningkatkan kelangsungan hidup. Hal ini karena kandungan racun pada konsentrasi dibawah 130 ppm lebih sedikit, sedangkan zat aktif pada konsentrasi diatas 130 ppm lebih banyak untuk menghambat perumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila.

27 70 60 50 40 30 20 10 0-10 y = -0.0026x 2 + 0.6518x - 1.7965 R² = 0.7002 0 50 100 150 200 Gambar 6. Grafik Hubungan Konsentrasi Ekstrak Daun Sukun Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Mas Hasil analisis regresi (Gambar 6), menunjukkan adanya pengaruh dari perendaman ektrak daun sukun terhadap kelangsungan hidup benih ikan mas yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Analisis regresi untuk melihat hubungan antara konsentrasi ekstrak daun sukun dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan mas yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila menghasilkan hubungan kuadratik dengan persamaan y = 0,002x 2 + 0,651x 1,796 dengan hubungan determinasi (R²) = 0,700 sehingga hubungan korelasi (R) yaitu 0,837, artinya pengaruh perendaman benih ikan mas yang terinfeksi Aeromonas hydrophila pada ekstrak daun sukun memberikan pengaruh sebesar 83,7% (Lampiran 6). 4.3 Kualitas Air Kondisi media pemeliharaan benih ikan mas atau air selama penelitian dalam keadaan terkontrol. Suhu rata-rata selama penelitian berkisar pada 25,1-27,4 o C, rata-rata ph 7,4-7,7, dan kandungan oksigen terlarut (DO) 4,2-5,0 mg/l (Lampiran 7). Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian masih dalam kisaran yang optimum untuk kelangsungan hidup benih ikan mas. Kisaran suhu, ph dan oksigen terlarut (DO) selama penelitian berada pada toleransi pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila. Maka kematian benih ikan mas selama pengamatan bukan disebabkan kualitas air, tetapi diakibatkan aktivitas bakteri Aeromonas hydrophila yang menginfeksi ikan.