BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan karya sastra banyak mengangkat kisah tentang kehidupan sosial,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Almahendra serta film 99 Cahaya di Langit Eropa arahan sutradara Guntur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengubah sebuah karya ke lain media merupakan proses pemindahan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II KAJIAN TEORI. adalah pengubahan karya sastra atau kesenian menjadi bentuk kesenian yang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan makna atau pesan yang terkandung di dalamnya. Tema dan ide cerita dalam novel juga sangat beragam, misalnya, yang

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama dengan alasan. dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 71).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TRANSFORMASI NOVEL REMEMBER WHEN KARYA WINNA EFFENDI, SKENARIO KE DALAM FILM: SEBUAH KAJIAN EKRANISASI

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. 2013:1). Memahami, menikmati, menghayati, dan memanfaatkan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah film adalah film (Ajidarma, 2002:56). Film merupakan bentuk seni

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. imajinasi antara pengarang dengan karya sastra. Salah satu bentuk karya sastra yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

TRANSFORMASI NOVEL PINTU TERLARANG KARYA SEKAR AYU ASMARA KE DALAM FILM (KAJIAN SASTRA BANDINGAN)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

2015 MAKNA PERUBAHAN FAKTA CERITA PADA FILMISASI CERPEN JENDELA RARA KARYA ASMA NADIA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan cerminan kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tetapi penelitian yang di fokuskan pada plot masih jarang dilakukan. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara ke dalam film Pintu Terlarang disutradarai oleh Sheila Thimoty belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang mempunyai kemiripan dengan penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut. Transformasi fakta cerita novel ke dalam film perempuan berkalung sorban karya Abidah Al-Khalieqi (2011) oleh Anton Ngadi yang membahas tentang transformasi penokohan novel PBS ke film PBS, transformasi pengaluran novel PBS ke film PBS, dan transformasi pelataran novel PBS ke film PBS. Analisis yang digunakan yaitu analisis komparatif dan hermeneutik dengan berlandaskan pada teori ekranisasi. Hasil penelitian ini menggambarkan transformasi yang terjadi dalam proses perubahan dari novel ke dalam film baik yang meliputi penokohan, alur, serta latar. Transformasi Tokoh, Alur dan Latar Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy (Suatu Kajian Komparatif) oleh Sarapratiwi Ramadina Tangahu (2012). Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah (1) transformasi tokoh novel Dalam Mihrab Cinta ke film Dalam Mihrab Cinta, (2) transformasi alur novel Dalam Mihrab Cinta ke film Dalam Mihrab Cinta, (3) transformasi latar novel Dalam Mihrab Cinta ke film Dalam Mihrab Cinta. Analisis yang digunakan yaitu analisis komparatif dengan berlandaskan pada teori ekranisasi. Hasil penelitian ini menggambarkan transformasi yang 9

10 terjadi dalam proses perubahan dari novel ke dalam film baik yang meliputi penokohan, alur, serta latar. Dari kedua kajian yang relevan sebelumnya tersebut dapat dilihat perbedaan dan persamaan antara penelitian sebelumnya dan penelitian ini. Pesamaan antara penelitian ini dengan penelitian Anton Ngadi terletak pada metode komparatif dan teori ekranisasi yang digunakan. Sedangkan, dari segi objek yang dikaji dan pembahasannya jelas berbeda. Hal tersebut juga terlihat pada kajian relevan yang kedua. Pesamaan antara penelitian peneliti dengan penelitian Sarapratiwi Ramadina Tangahu adalah penggunaan teori ekranisasi dan metode penelitian komparatif. Sedangkan, dari segi objek yang dikaji dan pembahasannya jelas berbeda. 2.2 Landasan Teori Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ekranisasi. Teori ini akan digunakan sebagai pisau bedah yang akhirnya akan terlihat proses perubahan pada cerita dalam novel Pintu Terlarang yang dialihkan ke dalam film Pintu Terlarang. Perubahan ini difokuskan pada tiga aspek yakni penciutan, penambahan, dan perubahan bervariasi. 2.2.1 Hakikat Novel Novel adalah prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Istilah lain: roman (Sudjiman, 1990: 55). Novel juga merupakan cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. 10

11 Menurut Forster (dalam Eneste, 1991: 12) cerita adalah pengisahan kejadian dalam waktu dan cerita adalah basis sebuah novel. Kramer (dalam Soedjarwo, 2004: 89), berpendapat novel atau novela menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang luar biasa karena dari kejadian itu terlahir suatu konflik, suatu pertikaian yang mengubah jurusan mereka. 2.2.2 Hakikat Film Pada hakikatnya, film juga merupakan pengisahan kejadian dalam waktu. Tetapi kejadian dalam film tidak berkonotasi pada kelampauan, melainkan berkonotasi pada kekinian, pada sesuatu yang sedang terjadi (Eneste, 1991: 16). Film adalah salah satu bentuk kesenian yang saling mempengaruhi antara cahaya dan bayang-bayang secara halus. Film melakukan komunikasi verbal melalui dialog (seperti drama), film mempergunakan iram yang komplek dan halus (seperti music), film berkomunikasi melalui cerita, metafora, dan lambanglambang (seperti puisi), film memusatkan diri pada gambar bergerak (seperti pantomime) yang memliki ritmis tertentu (seperti tari), dan akhirnya film memiliki kesanggupan untuk memainkan waktu dan ruang, mengembangkan dan mempersingkatnya, memajukan atau memundurkannya secara bebas dalam batasbatas wilayah yang cukup lapang. Boggs (Boogs diterjemahkan oleh Asrul Sani, 1992: 4-13) juga mengatakan bahwa film tetaplah sesuatu yang unik walaupun terdapat kesamaan dengan media yang lain. Film melebihi drama karena film memiliki kemampuan mengambil sudut pandang yang bermacam-macam, gerak, 11

12 waktu dan ruang yang tidak terbatas. Berbeda dari novel, film berkomunikasi tidak melalui lambang-lambang abstrak yang dicetak diatas halaman kertas sehingga memerlukan suatu penterjemahan oleh otak ke pelukisan visual dan suara, tapi melalui gambar-gambar visual dan suara nyata (Boggs diterjemahkan oleh Asrul Sani, 1992: 4-13). 2.2.3 Fakta Cerita Elemen-elemen pembangun prosa fiksi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu fakta cerita, sarana cerita, dan tema. Fakta cerita merupakan hal-hal yang akan diceritakan di dalam sebuah karya fiksi. Fakta cerita meliputi plot, tokoh dan latar. Sesuatu yang akan diceritakan dirangkai dalam susunan peristiwa dalam kerangka ketiga sublemen itu (Sayuti, 2000:29). Fakta cerita terdiri atas dua kata yakni fakta dan cerita. Kata fakta dan cerita berbeda maknanya. Fakta adalah peristiwa atau kejadian yang merupakan kenyataan yang benar-benar ada atau benar-benar terjadi, sedangkan cerita adalah tuturan yang memaparkan terjadinya suatu peristiwa ataupun kejadian. Dari cerita tersebut, kita akan mengetahui apa saja yang dilakukan oleh pelaku. Pelaku yang dimaksud adalah manusia maupun binatang. Menurut Forster cerita adalah pengisahan kejadian dan waktu (dalam Nurgiyantoro, 2009:91). Fakta cerita merupakan salah satu elemen pembangun prosa fiksi hal ini sejalan dengan apa yang diuraikan oleh Stanton (2007:22) karakter, alur, dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan struktur faktual atau tingkatan faktual cerita. Struktur faktual 12

13 merupakan salah satu aspek cerita. Struktur faktual adalah cerita yang disorot dari satu sudut pandang. Unsur-unsur yang berkaitan dengan fakta cerita seperti yang telah diuraikan di atas dijelaskan sebagia berikut: 1) Alur Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau yang menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain yang tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya (Stanton, 2007:26). Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen-elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya. Sama halnya dengan elemenelemen lain, alur alur memiliki hukum-hukum sendir; alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang nyata, meyakinan dan logis, dapat menciptakan bermacam-macam kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan (Stanton, 2007:28). Dua elemen dasar yang membangun alur adalah konflik dan klimaks. Konflik utama selalu bersifat fundamental, membenturkan sifat-sifat dan kekuatan-kekuatan tertentu. (Stanton, 2007:32). 13

14 plot atau alur cerita sebuah fiksi menyajikan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian kepada pembaca tidak hanya dalam sifat kewaktuan atau temporalnya, tetapi juga dalam hubungan-hubungan yang sudah dipertimbangkan (Sayuti, 2000: 29). 2) Tokoh atau Karakter Tokoh atau biasa disebut karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita. Konteks kedua, karakter merujuk pada berbagai percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu tersebut (Sayuti, 2000: 67; Stanton, 2007: 33). Dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan satu tokoh utama yaitu tokoh yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Alasan seorang tokoh untuk bertindak sebagaimana yang dilakukan dinamakan motivasi (Stanton, 2007:33). 3) Latar Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlansung. Latar dapat berwujud dekor. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu. Latar terkadang berpengaruh pada karakter-karakter. Latar juga terkadang menjadi contoh representasi tema. Dalam berbagai cerita dapat dilihat bahwa latar memiliki daya untuk memunculkan tone dan mode emosiaonal yang melingkupi sang karakter. Tone emosional ini disebut dengan istilah atmosfer. Atmosfer 14

15 bisa jadi merupakan cermin yang merefleksikan suasana jiwa sang karakter (Sayuti, 2000: 125; Stanton, 2007:35-36). 2.2.4 Sastra Bandingan Benedecto Crose (Giffod dalam Endraswara 2008: 128), berpendapat bahwa studi sastra bandingan adalah kajian yang berupa eksplorasi perubahan (vicissitude), alterna-tion (penggantian), pengembangan (development), dan perbedaan timbal balik diantara dua karya atau lebih. Sastra perbandingan adalah wilayah keilmuan sastra yang mempelajari keterkaitan antara sastra dan perbandingan sastra dengan bidang lain. Jalinmenjalin antar karya sastra sangat dimungkinkan, karena setiap pengarang menjadi bagian dari penulis lain. Setiap pengarang sulit lepas dari karya orang lain, karena mereka harus membaca dan meresepsi karya orang lain. Disamping itu, sastra bandingan juga dimungkinkan membandingkan antara sastra dengan bidang lain yang relevan. Tak sedikit bidang lain, seperti sejarah, agama, filsafat, arsitektur dan sebagai yang bersinggungan dengan sastra. Kedua belah pihak kadang-kadang saling mendukung, ada titik temu, dan sebaliknya juga ada yang berseberangan. Untuk itu, diperlukan perbandingan agar ditemukan varian-varian jelas di antara bidang ilmu tersebut. 2.2.5 Alih Wahana Alih wahana adalah perubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Karya sastra tidak hanya bisa diterjemahkan, yakni dialihkan dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga dialihwahanakan, yakni diubah menjadi jenis kesenian 15

16 lain. Cerita rekaan bisa diubah menjadi tari, drama, atau film, sedangkan puisi bisa diubah menjadi lagi atau lukisan. Hal yang sebaliknya bisa juga terjadi, yakni novel ditulis berdasarkan film atau drama, sedangkan puisi bisa lahir dari lukisan atau lagu (Damano, 2005: 96). 2.2.6 Ekranisasi Yang dimaksud dengan ekranisasi sebenarnya adalah suatu proses pemindahan atau pengadaptasian dari novel ke film. Eneste (1991: 60) menyebutkan bahwa ekranisasi adalah suatu proses pelayar-putihan atau pemindahan/pengangkatan sebuah novel ke dalam film (ecran dalam bahasa Prancis berarti layar ). Ia juga menyebutkan bahwa pemindahan dari novel ke layar putih mau tidak mau mengakibatkan timbulnya berbagai perubahan. Oleh karena itu, ekranisasi juga bisa disebut sebagai proses perubahan. Ekaranisasi bertujuan untuk melihat proses perubahan yaitu penciutan, penambahan, dan perubahan bervariasi yang terjadi dalam proses pelayar putihan sebuah novel. Pada perkembangannya sekarang, ekranisasi bukan saja perubahan atau adaptasi dari novel ke film, tetapi sekarang banyak pula bermunculan adaptasi dari film ke novel. Berkaitan dengan ini, Damono (2005; 96) menyebutnya dengan istilah alih wahana. Dalam hal ini ia menjelaskan bahwa alih wahana adalah perubahan dari satu jenis kesenian ke dalam jenis kesenian lain. Ekranisasi sebenarnya adalah suatu pengubahan wahana dari kata-kata menjadi wahana gambar. Di dalam novel, segalanya diungkapkan dengan katakata. Pengilustrasian dan penggambaran dilukiskan dengan gambar. Sedangkan dalam film, ilustrasi dan gambaran diwujudkan melalui gambar. Gambar di sini 16

17 bukan hanya gambar mati, melainkan gambar hidup yang bisa ditonton secara langsung, menghadirkan sesuatu rangkaian peristiwa yang langsung pula. Penggambaran melalui kata-kata yang dilakukan dalam novel akan menimbulkan imajinasi-imajinasi dalam pikiran pembacanya. Apa yang terjadi di sini sebenarnya adalah proses mental. Dengan membaca, pembaca akan menangkap maksud-maksud yang ingin disampaikan pengarang. Sedangkan dalam film, penonton disuguhi satu gambar-gambar hidup, konkret, dan visual. Penonton seolah-olah sedang menyaksikan suatu kejadian yang sesungguhnya, yang nyata terjadi. Perbedaan wahana atau dunia-dunia kata dan dunia gambar yang dimiliki oleh dua media ini novel dan film tentu saja akan menghasilkan sesuatu yang berbeda. Istilah Ekranisasi yang dikenalkan oleh Pamusuk Eneste (1991) dalam bukunya yang berjudul Novel dan Film meskipun tampak sangat dangkal isi dan jangkauan teorinya tetap memberikan satu khasanah baru dalam teori maupun kajian sastra ke film maupun adaptasi secara umum. Patut diakui memang bahwa keberadaan teori ini masih belum mapan. Apalagi kalau kita benar-benar mempelajari isi teori tersebut. Akan tetapi, lahirnya istilah ekranisasi tersebut, yang pada perkembangan berikutnya pada beberapa perguruan tinggi maupun pembahasan seputar adaptasi karya sastra ke film, merupakan satu bentuk respons yang sangat cerdas terhadap munculnya fenomena perubahan atau adaptasi/perubahan karya sastra ke film yang pada perkembangan terakhir cukup menunjukkan perkembangannya. Tentu saja bukan hanya di negara barat, tetapi juga di Indonesia. Istilah ekranisasi pun kemudian 17

18 sering digunakan dan menjadi bahan rujukan pada beberapa kajian atau penelitian sastra. 18