BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan usia dan status

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

Kegiatan ini dilakukan penghuni apartemen

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERMUKIMAN TUMBUH DIATAS LAHAN BENCANA LUMPUR LAPINDO

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. ini dilakukan sebagai pendekatan dalam desain Rumah Susun yang

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB V KONSEP PERENCANAAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB IV ANALISA. Heri Priana / Rusunawa di Otista

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB III ANALISA Analisa Tapak

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PROGRAM RUANG. 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

PROGRAM RUANG BANGUNAN APARTEMEN. Double bed Side table Lemari pakaian Meja rias. Penghuni apartemen (suami-istri)

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB III ANALISIS. RINI SUGIARTI, S.Ars Gambar 10. Denah Dan Ukuran Bangunan Eksisting (Sumber : Data Penulis, 2017)

Bab IV. Konsep Perancangan

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB IV ANALISA. Berdasarkan referensi dari studi banding: susun untuk menambah efisiensi kerja. pembukaan kios di pagi hari.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR I DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat, sering adanya keluhankeluhan

Jumlah Luasan (m²) Ruang Nama Ruang Kapasitas Standart Kapasitas Sirkulasi. (260m²) 3 Bus. 30 m²/bus. (650 m²)

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO

RUMAH SUSUN SEWA DI KAWASAN INDUSTRI BANDUNG BARAT

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR PANTI ASUHAN TERPADU DI KOTA SEMARANG

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 3 DESKRIPSI PROYEK

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan

BAB IV ANALISIS. Berikut adalah tabel program kebutuhan ruang pada proyek Sekolah Menengah Terpadu:

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

Lapas Kelas I A Kedungpane

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB IV ANALISA. Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis. kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu :

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB VI DATA DAN ANALISIS

Transkripsi:

BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Pengguna rusun adalah karyawan industri pabrik yang berada di sekitar lokasi dengan asumsi bahwa pembiayaan pembangunan rusun ditanggung oleh pemerintah yang bekerja sama dengan pabrik sebagai fasilitas pada karyawan tetapi rumah susun ini juga dapat digunakan oleh masyarakat secara umum non-pabrik yang diatur oleh kebijakan dari pemerintah atau perum perumnas. 3.1.1 Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan usia dan status Pengguna rusun ini terdiri dari berbagai kalangan usia tetapi lebih diutamakan kepada para laki-laki, perempuan lajang karyawan pabrik dan keluarga dengan kepala keluarga adalah karyawan pabrik. Sedangkan pengguna rumah susun yang merupakan masyarakat umum memiliki mata pencarian di sektor pedagang informal. Untuk keluarga, satu keluarga diasumsikan beranggotakan 5 orang, suami istri dengan tiga orang anak. Sedangkan untuk pemakai lajang, diasumsikan bahwa dalam satu unit hunian terdapat 2-3 orang perunit. Umumnya para buruh tinggal bersama-sama dengan menyewa sebuah kamar untuk dipakai bersama-sama dua atau tiga orang temannya( untuk lajang). Hal ini tidak menjadi masalah utama karena tuntutan privasi tergolong rendah. Dengan model pekerjaan yang bergiliran (sistem shift) sangat memungkinkan bagi mereka untuk berbagi kamar secara bergantian berdasarkan shift kerjanya. Pemisahan terhadap blok pria lajang, wanita lajang dan keluarga perlu menjadi perhatian karena norma-norma tertentu dan perbedaan kegiatan. 3.1.2 Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan pendapatan Sasaran kelompok pendapatan adalah mulai dari menengah, menengah bawah sampai bawah.menurut terminologi di Kementrian Perumahan Rakyat, yang dikategrikan berpenghasilan rendah adalah mereka yang berpenghasilan di bawah 4,5 juta perbulan serta dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu : penghasilan di bawah 1 juta, 1 sampai dengan 2,5 juta dan 2,5 sampai dengan 4,5 juta. Sedangkan menurut PerMen 62

PU no 05/2007, kategorinya hanya yang berpenghasilan 1-2,5 juta (rendah) dan 2,5-4,5 juta(menengah bawah). Karakteristik umum buruh industri adalah tingkat pendidikan yang rendah, berasal dari bebagai daerah, mobilitas tinggi dan rata-rata berusia muda. Menurut hasil penelitian lab pemukiman UK petra ( seminar perumahan permukiman dalam era industrialisasi, Bandung, November 1993) buruh industri memiliki kondisi sosial sebagai berikut. Kedudukan buruh sebagai buruh harian yang musiman mengakibatkan si buruh tidak memperoleh prioritas tunjangan yang cukup, misalnya seperti kesehatan dsb. Status buruh musiman tidak memberikan jaminan bagi pengembangan masa depan buruh karena sewaktu-waktu buruh dapat keluar/dikeluarkan. Sebagian besar buruh berasal dari desa dengan tingkat pendidikan rendah sehingga buruh tersebut hanya dapat bekerja sebagai buruh kasar dengan gaji rendah. Rendahnya upah buruh mengakibatkan buruh tidak dapat menyewa tempat tinggal yang layak. Maka kondisi tersebut mengakibatkan hal-hal sebagai berikut. Masyarakat buruh berpenghasilan rendah tidak membeli rumah. Tempat tinggal yang seba minim tidak akan merupakan persoalan utama yang menjadi prioritas utama adalah dengan menambah income sebanyak mungkin. Keterbatasan lahan pertanian dan kesempatan kerja di desa membuat sebagian besar buruh akan tetap berjuang di kota dan tidak akan kembali ke desa. Berdasarkan analisis ini maka sistem kepemilikan rusun adalah sewa karena sifat pekerjaan karyawan industri yang umumnya memiliki waktu yang terbatas dan temporer. Setiap karyawan industri rata-rata bekerja selama 5-8 tahun untuk sebuah pabrik dan daya beli karyawan industri yang masih rendah maka rumah susun sewa merupakan sistem kepemilikan yang lebih efektif. 63

3.1.3 Analisis jumlah pemakai rumah susun. Bandung Kulon merupakan salah satu kecamatan yang memiliki jumlah industri yang cukup banyak. Berdasarkan pendataan oleh KLUI tahun 2005, total jumlah industri di kecamatan ini adalah 69 industri sedang dan besar. Jenis industri ini meliputi industri makanan, pengolahan tekstil, barang jadi tekstil, alas kaki, barang dari plastik, gelas, semen, furnitur, dan lain-lain. Sedangkan jumlah karyawan industri yang diserap oleh industri tersebut adalah 10.834 orang. (Sumber: BPS kota Bandung) Jumlah penduduk yang terdapat pada kecamatan Bandung Kulon adalah 96.867 jiwa yang terbagi dalam 8 kelurahan. Gambar 3.1 Grafik jumlah penduduk di kecamatan Bandung Kulon Sumber: http//bandung.go.id Lokasi yang diambil untuk rumah susun ini yaitu kelurahan Gempol Sari dengan jumlah penduduk 14039 jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 118 ha, maka kepadatan penduduk di wilayah ini ± 119/ha. Untuk penghuni rumah susun diperkirakan berjumlah 300 orang dengan luas lahan 1,5 ha agar kepadatan penduduk tinggi dan lahan yang digunakan efisien. Akan tetapi lahan rencana pembangunan rumah susun yang berada di perbatasan Cimahi dan Bandung, menyebabkan jumlah karyawan 64

industri ini tidak hanya dari kota Bandung. Oleh karena itu hal ini dipertimbangkan sebagai alasan untuk menambah kepadatan penduduk di rumah susun ini menjadi 600 orang /ha. 3.2 Analisis kegiatan Kegiatan dikelompokkan berdasarkan pemakai rumah susun karena kegiatan kelompok tertntu berbeda dengan kelompok lainnya. Hal ini dapat mempengaruhi kebutuhan dan luasan ruang demikian juga dengan pembagian fungsi-fungsi ruang. 3.2.1 Unit hunian Jenis kegiatan dalam unit hunian dilakukan oleh satu keluarga atau sekelompok lajang. Kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan yang rutin dilakukan oleh penghuni rusun dalam hari kerja dan sistem kerja pada karyawan industri adalah sistem shift 24 jam. Tabel 3.1 Jenis kegiatan dalam hunian Jenis kegiatan Intensitas kegiatan Frekuensi kegiatan Waktu kegiatan 5.00-7.00 7.00-9.00 9.00-12.00 12.00-15.00 15.00-18.00 18.00-21.00 21.00-5.00 Tidur Selalu 1x sehari v Makan Selalu 3x sehari v v v Menerima tamu Jarang fleksibel v v v v Mandi Selalu 2x sehari v v v Bercengkrama Sering fleksibel v v Bersantai/dudukduduk Sering fleksibel v v v Memasak Sering 2x sehari v v v Mencuci Sering 1x sehari v Menjemur pakaian Sering 1x sehari v Menyeterika Sering 1x sehari v 3.2.2 Blok hunian Jenis kegiatan pada blok hunian dilakukan oleh pengguna satu unit hunian rusun terhadap tetangganya, baik selantai maupun berbeda lantai tetapi masih dalam satu blok. 65

Jenis kegiatan Intensitas kegiatan Tabel 3.2 Jenis kegiatan dalam blok hunian Frekuensi kegiatan Waktu kegiatan 5.00-7.00 7.00-9.00 9.00-12.00 12.00-15.00 15.00-18.00 18.00-21.00 21.00-5.00 Mengobrol Sering fleksibel v v v Bermain Sering fleksibel v v v Membuang sampah Sering 1x sehari v Kegiatan jual-beli Sering fleksibel v v 3.2.3 Lingkungan hunian Jenis kegiatan pada lingkungan hunian merupakan gabungan kegiatan antara setiap blok hunian maupun kegiatan yang berhubungan terhadap kegiatan di luar lingkungan rusun. Jenis kegiatan pada lingkungan hunian merupakan puncak interaksi antara pengguna rusun yang satu dengan lainnya. Tabel 3.3 Jenis kegiatan dalam lingkungan hunian Jenis kegiatan Intensitas kegiatan Frekuensi kegiatan Waktu kegiatan 5.00-7.00 7.00-9.00 9.00-12.00 12.00-15.00 15.00-18.00 18.00-21.00 21.00-5.00 Pergi bekerja Sering Tiap hari v v v v v v v Pergi belajar/ Sering Tiap hari v v v v sekolah Beribadah Sering Tiap hari v v v v v Arisan, hajatan Jarang 1-4 kali v v v sebulan Olahraga Sering 2-3 kali v v seminggu Bermain Sering Tiap hari v v Administrasi Jarang fleksibel v v v Menjaga keamanan Selalu Tiap hari Pelayanan kesehatan Sering fleksibel v v v v v v v Kegiatan komersil/ Sering Tiap hari v v v v v berbelanja 66

Kelompok pengguna rumah susun dibedakan berdasarkan statusnya berkeluarga atau tidak. Hal ini mengingat perbedaan kegiatan antara kelompok berkeluarga atau tidak dengan kebutuhan ruangnya dalam hunian. Tabel 3.4 Jenis kegiatan berdasarkan penghuni lajang Pria lajang Wanita lajang 23.00-05.00 Tidur Tidur 06.00 Makan Makan 07.00 bekerja bekerja 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 Santai Santai 17.00 18.00 memasak 19.00 makan makan 20.00 santai Membersihkan unit 21.00 santai Tabel 3.5 kegiatan berdasarkan anggota keluarga Anggota keluarga Ayah Ibu (tidak bekerja) Anak (balita) Anak (bukan balita<remaja) 23.00-05.00 Tidur Tidur Tidur Tidur 06.00 Makan Makan Makan 07.00 bekerja Membersihkan Sekolah (di luar 08.00 hunian Makan unit) 09.00 Bermain 10.00 memasak 11.00 12.00 makan makan 13.00 tidur 14.00 tidur Makan 15.00 Santai, Bermain Tidur 16.00 Santai mengobrol Bermain 17.00 18.00 memasak 19.00 makan Makan Makan 20.00 santai Membersihkan Santai Belajar unit 21.00 santai Tidur 3.3 Analisis kebutuhan ruang Berdasarkan analisis pengguna dan jenis kegiatan, maka kebutuhan ruang diklasifikasikan sebagai berikut. 67

Tabel 3.6 Kebutuhan ruang unit hunian tipe 18 Kebutuhan ruang Kegiatan Perabotan minimal Standar ruang Kapasitas (orang) Jumlah ruang Luas total Persyaratan teknis Architectural performance Sumber Kamar tidur/ serba guna Tidur, menerima tamu, istirahat Tempat tidur queen size, lemari pakaian, meja rias 9 m² 2 1 13 m² Sirkulasi dan pencahayaan baik (120-250 lux) Ruang serba guna, praktis Dapur Memasak Kompor, rak simpan 3 m² 1 1 3 m² kompak dan hemat dalam utilitas, sirkulasi udara dan pencahayaan baik (250 lux) Nyaman, Kamar mandi Mandi, buang air, mencuci Bak mandi, kloset 2 m² 1 1 2 m² Memiliki pencahayaan (250 lux) dan penghawaan yang baik, kompak dan hemat dalam utilitas. Jumlah 18 m² Luas total unit hunian T18 = 18 m² x 150 unit = 2700 m² 40

Tabel 3.7 Kebutuhan ruang unit hunian tipe 27 Kebutuhan ruang Kegiatan Perabotan minimal Standar ruang Kapasitas (orang) Jumlah ruang Luas total Persyaratan Architectural performance Kamar tidur Tidur, beristirahat Tempat tidur queen size, lemari pakaian, meja rias 9 m² 2 1 9 m² Tidak berdekatan dengan servis, sirkulasi udara serta pencahayaan yang baik(120-250 lux), tidak telalu dekat dengan jalur sirkulasi Sumber Kamar tidur Tidur, beristirahat Tempat tidur single, lemari pakaian, meja rias 6.5 m² 1 1 6.5 m² Tidak berdekatan dengan servis, sirkulasi udara serta pencahayaan yang baik (120-250 lux), tidak telalu dekat dengan jalur sirkulasi Ruang tamu Menerima tamu, berkumpul dengan keluarga Kursi tamu, meja rendah, lemari simpan 6 m² 4 1 4 m² Serbaguna, pusat aktivitas sosial keluarga,mudah diakses, sirkulasi udara dan pencahayaan baik (120-250 lux) Kamar mandi Mandi, buang air, mencuci Bak mandi, kloset 2.25 m² 1 1 2.25 m² Memiliki pencahayaan(250 lux) dan penghawaan yang baik, kompak dan hemat dalam utilitas. Dapur Memasak, mencuci piring Tempat penyimpanan, kompor, tempat membersihkan sayuran, bak cuci piring, rak pengering. 4 m² 1 1 4 m² kompak dan hemat dalam utilitas, sirkulasi udara dan pencahayaan baik (250 lux) Ruang jemur Menjemur pakaian Rak jemur 1.5 m² 1 1 2.25 m² Memiliki akses sendiri dan mudah diawasi SB Jumlah 27 m² Luas total unit hunian T27 = 27 m² x 35 unit = 2025 m² 41

Tabel 3.8 Kebutuhan ruang unit hunian tipe 36 Kebutuhan ruang Kegiatan Perabotan minimal Standar ruang Kapasitas (orang) Jumlah ruang Luas total Persyaratan Architectural performance Sumber Kamar tidur Tidur, beristirahat Tempat tidur queen size, lemari pakaian, meja rias 9 m² 2 2 18 m² Tidak berdekatan dengan servis, sirkulasi udara serta pencahayaan yang baik(120-250 lux), tidak telalu dekat dengan jalur sirkulasi Nyaman, Ruang tamu Menerima tamu, berkumpul dengan keluarga Kursi tamu, meja rendah, lemari simpan 9 m² 6 1 9 m² Serbaguna, pusat aktivitas sosial keluarga,mudah diakses, sirkulasi udara dan pencahayaan baik (120-250 lux) Kamar mandi Mandi, buang air, mencuci Bak mandi, kloset, wastafel 3 m² 1 1 3 m² Memiliki pencahayaan (250 lux) dan penghawaan yang baik, kompak dan hemat dalam utilitas. Dapur Memasak, mencuci piring kompor, bak cuci piring, rak pengering 4 m² 1 1 4 m² kompak dan hemat dalam utilitas, sirkulasi udara dan pencahayaan baik (250 lux) Ruang jemur Menjemur pakaian Rak jemur 2 m² 1 1 2 m² Memiliki akses sendiri dan mudah diawasi SB Jumlah 36 m² Luas total unit hunian T36 = 36 m² x 70 unit = 2520 m² 42

Tabel 3.9 Fasilitas pendukung Kebutuhan ruang Kegiatan Perabotan minimal Standar Kapasitas (orang) RSG Hajatan, pertemuan Meja dan kursi 1 m²/orang 750 gudang - 2% RSG 2 toilet - 1.5 ²/orang 1 Masjid tempat wudhu toilet Beribadah - - 0.8 m²/orang 1.2 m²/orang 1.5 m²/orang 400 10 1 Jumlah ruang Luas total Persyaratan Architectural performance Sumber 1 1 8 1 2 2 750 m² 15 m² 12 m 320 m² 24 m² 3 m² Luas memadai dan sirkulasi yang baik Dapat digunakan warga di luar penghuni rusun Kantin dapur dan display makanan Memasak kompor, tempat membersihkan sayuran, bak cuci piring, rak pengering. 0.4 m²/jumlah tamu 100 1 40 m² kompak dan hemat dalam utilitas, sirkulasi udara baik, dapat digunakan warga di luar rusun ruang makan Makan Jual beli makanan 1.6 m²/orang 100 1 1 160 m² Kios Jual beli Lemari penyimpanan 18m²/kios 5 14 252 m² dapat digunakan warga di luar rusun Jumlah 1576 m² Tabel 3.10 Fasilitas Administrasi Kebutuhan ruang Kegiatan Perabotan minimal Standar Kapasitas Jumlah ruang Luas total Persyaratan Architectural Performance Sumber (orang) R. kepala pengelola Pengelolaan rumah susun Meja, kursi, rak 1 1 20 m² penyimpan R. kesekretariatan Administratif rumah susun Meja, kursi, rak 4 m²/orang 2 1 8 m² penyimpan R. bag. keuangan Pembayaran uang sewa Meja, kursi, rak 4 m²/orang 2 1 8 m² rumah susun penyimpan R. tamu Menerima tamu Kursi tamu, meja rendah, rak penyimpan 12 m² 6 1 12 m² Terletak langsung dari pintu masuk menuju kantor Pos jaga Menjaga keamanan lingkungan rusun Kursi, meja, televis 9 m² 3 2 18 Terletak langsung dari gerbang lingkungan rusun toilet 1.5 m²/orang 2 2 6 m² Jumlah 72 m² 43

Tabel 3.11 Fasilitas Utilitas Kebutuhan ruang Kegiatan Perabotan minimal Standar Kapasitas Jumlah ruang Luas total Persyaratan Sumber Ruang sekring Sekring per unit - 230 sekering 1 9 m² SB Ruang pompa Pompa air bersih dan 50 m² 1 25 m² Terpisah dengan bangunan hunian SB hidran Reservoir air bawah - 50 lt/org/hari 37,50m³ 2m x 18.75 m² Tidak berdekatan dengan septic tank SNI Roof tank - 25 lt/org/0.5hari 18,750m³ 2m x 9.5m² Shaft sampah - 1.5 m² 1 setiap blok 15 m² Berada di setiap lantai SNI Tempat sampah Tempat sampah 3lt/org/4 hari 9 m³ 1,5 m x 6m² Terpisah dengan bangunan hunian SNI Septic tank - 20 m² 54000 lt 1 setiap blok 80 m² Tidak berdekatan dengan reservoir air, dapat diakses mobil penyedot SNI Jumlah 189 m² Fasilitas Jumlah Luas unit hunian T18 150 unit 2700 m² unit hunian T36 75 unit 2520 m² unit hunian T27 75 unit 2025 m² Fasilitas pendukung 1576 m² Fasilitas administrasi 72 m² Fasilitas utilitas 189 m² Luas netto 9082 m² Sirkulasi 20 % 1816 m² Luas Brutto 10898 m² Tabel 3.12 Fasilitas ruang luar Kebutuhan ruang Perabotan minimal Standar Kapasitas (orang) Luas Persyaratan Ruang terbuka (plaza) bangku taman 1.3 m²/orang 750 975 m² Ruang positif antar blok hunian dan menjadi voyer bagi seluruh blok lapangan olahraga voli Jaring/ net 18x9 m lebar sisi sekeliling 2-3 m. 286 m² Jumlah 1261 m² 44

Tabel 3.13 Fasilitas parkir Kebutuhan ruang Standar Kapasitas Luas total Persyaratan Parkir mobil 12.5 m² 20 mobil 250 m² Ada peneduh, ada jarak untuk pedestrian. Parkir motor 2 m² 225 motor 450 m² Ada peneduh, dekat dengan hunian Hunian seluruh hunian 3 lantai = 7245 m2 Jumlah netto 700 m² Sirkulasi 30 % 210 m² Jumlah brutto 910 m² Luas tapak untuk hunian 6795 : 3 = 2415 m2 Fasilitas pendukung 1576 m2 Fasilitas administrasi 72 m2 Fasilitas Utilitas 189 m2 Sirkulasi 20% 1816 m2 + Luas tapak bangunan 6068 m2 KDB 60% 6068 m2 : 60% = Ruang luar 10113.33 m2 1261 m2 Parkir 910 m2 + Luas lahan minimal yang dibutuhkan 12284 m2 1.3 Ha 45

3.4 Analisis hubungan fungsional ruang Lingkungan hunian Pada lingkungan hunian, ruang terbuka merupakan ruang tempat berkumpulnya seluruh penghuni rusun. Ruang terbuka menjadi view utama dari jalan utama. Tetapi ruang untuk fasilitas usaha dan fasilitas umum dan sosial dapat diakses langsung dari jalan utama. Blok-blok hunian hanya bisa diakses dari ruang terbuka dan bukan dari jalan utama. Hal ini untuk mempermudah pengawasan terhadap keamanan sekitar blok hunian. Fasilitas umum dan sosial Blok hunian Lapangan bersama/ lap. terbuka Blok hunian Fasilitas usaha Jalan utama Gambar 3.2 Hubungan antara blok hunian dengan fungsi lain dalam lingkungan rusun. Blok hunian Lapangan terbuka atau ruang utama menjadi titik berkumpulnya blok-blok hunian. Setiap unit hunian dihubungkan dengan selasar yang kemudian menuju pada sebuah ruang terbuka. Unit hunian tidak terletak pada lantai satu melainkan dimulai dari lantai dua sehingga dibentuk ruang-ruang transisi berupa pilotis yang dapat digunakan untuk berbagai fungsi. 74

Unit hunian Unit hunian Unit hunian selasar tangga Lapangan terbuka/ruang bersama Gambar 3.3 Hubungan antara sesama blok hunian. Unit hunian Yang menjadi ruang utama dalam setiap unit hunian adalah ruang tamu (kecuali tipe 18). Ruang tamu berbatasan langsung dengan selasar, sedangkan balkon yang sekaligus dijadikan sebagai tempat jemur berada di sisi luar hunian. Kamar mandi yang digunakan adalah satu setiap satu unit hunian. selasar KM r. tidur r.tamu dapur r. jemur Gambar 3.4 Hubungan fungsi dalam satu unit hunian. 3.5 Pemintakatan fungsi Berdasarkan teritorialitas penghuni rumah susun, pembagian pemintakatan fungsi antara setiap fungsi lingkungan rumah susun adalah sebagai berikut. Zona publik 75

Zona ini merupakan teritori warga seluruh pengguna rusun tetapi terbatas untuk warga di luar rusun. Taman terbuka, GSG, lapangan parkir, lapangan olahraga merupakan zona publik. Zona publik merupakan pusat interaksi antara sesama pengguna rusun sehingga ruang-ruang publik ini menjadi simpul-simpul pertemuan pengguna rusun. Tingkat privasi zona ini juga sangat rendah. Zona semi publik Zona ini merupakan teritori warga pengguna rusun tetapi hanya untuk sekelompok pengguna tertentu saja. Zona ini juga berfungsi sebagai zona transisi antara zona publik dan privat. Fungsi yang termasuk dalam zona ini adalah selasar dan tangga rumah susun. Zona privat Zona ini merupakan teritori pengguna setiap unit hunian rumah susun. Unit hunian merupakan zona privat dengan privasi paling tinggi. Hal ini menyebabkan unit hunian tidak berbatasan langsung dengan zona publik. Gambar 3.5 Hubungan antara ruang privat, semi publik dan publik Pemintakatan fungsi tersebut juga berlaku dalam pembagian fungsi secara vertikal. 3.6 Analisis tapak Tapak terletak di Jalan Gempol Sari, Kelurahan Gempol Sari, Kecamatan Bandung Kulon, Bandung. Batas- batas fisik tapak sebagai berikut : batas utara : permukiman penduduk dan pabrik 76

batas selatan batas barat batas timur : permukiman penduduk : permukiman penduduk dan sungai : permukiman penduduk dan pabrik 3.6.1 Análisis potensi lahan terhadap tapak Lahan terletak di depan jalan utama pada kelurahan Gempol Sari yaitu jalan Gempol Sari dan berada di antara pabrik dengan permukiman penduduk yang tidak merata karena penumpukan permukiman pada satu titik tetapi kosong pada titik lainnya. Lahan ini berpotensi sebagai sebuah oase diantara sesaknya permukiman dan industri. Letak lahan juga berbatasan dengan pabrik-pabrik yang memiliki karyawan industri yang cukup banyak. Dengan sasaran pengguna rumah susun yang merupakan masyarakat menengah ke bawah dan berprofesi sebagai karyawan industri maka penggunaan transportasi dapat diminimalisasi dengan berjalan kaki. Pada saat-saat tertentu, sisi jalan dari jalan ini menjadi pasar kaget yang cukup padat yang mengindikasikan bahwa lahan ini berpotensi sebagai titik tempat berkumpulnya massa untuk berbagai kegiatan setelah bekerja dari industri di sekitarnya. Gambar 3.6 Potensi lahan terhadap tapak 3.6.2 Análisis pencapaian Akses utama pada lahan adalah jalan Gempol Sari yang berada pada sebelah utara lahan. Jalan ini merupakan terusan jalan Cijerah (dari arah timur) menuju perumahan Bumi Asri. Pencapaian menuju lokasi dapat diakses langsung dengan kendaraan umum. Dengan lebar jalan ±8 m dan dua arah kendaraan, jalan ini menyebabkan kemacetan pada jam-jam tertentu karena jumlah kendaraan yang meningkat dan jumlah karyawan yang cukup banyak. Sedangkan di sebelah timur lahan adalah jalan Batu Rengeut dengan lebar ±6 m. Jalan ini 77

tidak dilalui oleh transportasi umum dan merupakan jalan alternatif dari jalan Cijerah. Jalan ini berpotensi sebagai jalur utama kendaraan lingkungan rumah susun untuk menghindari kemacetan jika terjadi keluar masuk kendaraan dari lingkungan rumah susun. Gambar 3.7 Lingkungan di sekitar lahan Sumber: Dokumentasi pribadi 3.6.3 Analisis aliran air Air mengalir menuju ke arah lahan sehingga dan daerah ini rawan banjir. Lingkungan sekitar rumah susun memiliki sistem pengolahan sampah yang buruk. Selain itu di daerah sekitar lahan banyak terdapat sungai-sungai kecil yang dipenuhi oleh sampah sehingga pada musim hujan sering terjadi banjir yang menggenangi jalan. Perlu dipertimbangkan adanya sumur resapan dikawasan rusun untuk menghindari banjir dan mengurangi volume air yang melalui selokan kota. 78

Gambar 3.8 Aliran air pada lahan 3.6.4 Analisis pergerakan matahari Bentuk lahan yang cenderung kotak dan massa rumah susun yang umumnya memanjang menyebabkan massa bangunan akan sejajar dengan jalan utama untuk memaksimalkan keperluan pencahayaan setiap bangunan. Berdasarkkan studi yang dilakukan dilapangan, intensitas cahaya matahari di daerah ini cukup banyak sehingga dapat dilakukan kerapatan tertentu untuk bangunan yang berjejer yaitu sekitar 8-12 m antar bangunan. 79