AEROCO : SOFTWARE TOOL UNTUK MENENTUKAN KOEFISIEN AERODINAMIKA MODEL JEMBATAN BENTANG PANJANG. Fariduzzaman *

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis getaran untuk memprediksi batas kecepatan flutter dengan model seksional menggunakan metode ARMA

1. Pendahuluan. 2. Kajian Teori ANALISIS KARAKTERISTIK DINAMIK JEMBATAN BENTANG PANJANG TERHADAP INDUKSI GETARAN JEMBATAN AKIBAT BEBAN ANGIN

PENGUKURAN FLUTTER MARGIN MODEL JEMBATAN DI UPT-LAGG BPPT. Subagyo 1), Angga Dwi Saputra 2)

Perencanaan Ketahanan Angin Jembatan Cable Stayed Suramadu

METODA UJI MODEL SEKSIONAL DEK SEBAGAI DASAR ANALISIS AEROELASTIK JEMBATAN BENTANG PANJANG

PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN MODEL AEROELASTIS PENAMPANG JEMBATAN BENTANG PANJANG

Teknik Mesin - FTI - ITS

BIFURKASI PITCHFORK SUPERKRITIKAL PADA SISTEM FLUTTER

Analisis Flutter Pada Uji Model Separuh Sayap Pesawat N219 di Terowongan Angin Kecepatan Rendah

Desain dan Eksperimen Uji Getaran di Tanah dari Model Separuh Sayap Pesawat N219

PENGEMBANGAN MANOMETER DIGITAL. Fariduzzaman *

SISTEM FLUTTER PADA SAYAP PESAWAT TERBANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

SISTEM AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA ALIRAN TURBULEN DENGAN ULTRASONIK VELOSIMETER. Fariduzzaman *

iii Banda Aceh, Nopember 2008 Sabri, ST., MT

Husna Arifah,M.Sc :Ayunan (osilasi) dipakai.resonansi

ANALISIS METODE ELEMEN HINGGA DAN EKSPERIMENTAL PERHITUNGAN KURVA BEBAN-LENDUTAN BALOK BAJA ABSTRAK

Endang Mugia GS. Peneliti Bidang Teknologi Avionik, Lapan ABSTRACT

Ardi Noerpamoengkas Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ANALISA STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH (RETAINING WALL) AKIBAT BEBAN DINAMIS DENGAN SIMULASI NUMERIK ABSTRAK

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP

Simulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR GETARAN MEKANIS. oleh. Tim Dosen Mata Kuliah Getaran Mekanis. Fakultas Teknik Universitas Indonesia Februari 2016

KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT

KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET RKN BERTINGKAT PADA KONDISI TERBANG-BEBAS (FREE FLYING)

Pengaruh Perubahan Posisi Sumber Eksitasi dan Massa DVA dari Titik Berat Massa Beam Terhadap Karakteristik Getaran Translasi dan Rotasi

R = matriks pembobot pada fungsi kriteria. dalam perancangan kontrol LQR

Analisa Aplikasi Peredam Getaran Dinamik Pada Model Setengah Mobil Empat Derajat Kebebasan Berbasis Respon Amplitudo

MAKALAH GETARAN BEBAS TAK TEREDAM DAN GETARAN BEBAS TEREDAM

SISTEM IDENTIFIKASI STRUKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FREQUENCY DOMAIN DECOMPOSITION-NATURAL EXCITATION TECHNIQUE

PENENTUAN FREKUENSI ALAMIAH SAYAP PESAWAT LATIH DASAR KT-1B MENGGUNAKAN METODE MYKLESTAD

KAJIAN ALIRAN ANGIN PERMUKAAN TERHADAP STABILITAS AERODINAMIK LANTAI JEMBATAN BENTANG PANJANG (111S)

ANALISIS SISTEM KENDALI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) B-270

STUDI EKSPERIMEN REDAMAN GETARAN TRANSLASI DAN ROTASI DENGAN POSISI SUMBER EKSITASI DVA (DYNAMIC VIBRATION ABSORBER)

Penerapan Metode Multiple Scales untuk Masalah Galloping pada DuaSpans Kabel Transmisi

Gambar 1. Sistem pegas-massa diagram benda bebas

PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK STRUKTUR TURBIN ANGIN AKIBAT PEMBEBANAN GELOMBANG AIR DAN ANGIN

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TORSIONAL VIBRATION ABSORBER TERHADAP RESPON GETARAN PADA SISTEM GETAR ROTASI UTAMMA

Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik

(Mia Risti Fausi, Ir. Yerri Susatio, MT, Dr. Ridho Hantoro)

RESPONS DINAMIK JACKET STEEL PLATFORM AKIBAT GELOMBANG LAUT DENGAN RIWAYAT WAKTU

PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS

SILABUS. I. IDENTITAS MATA KULIAH Nama mata kuliah : Gataran Mekanis Nomor kode : PP 360

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm

ANALISA AERODINAMIK PENGARUH LANDING GEAR PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP

Simulasi Komputer untuk Analisis Karakteristik Model Sistem Pegas- Peredam Kejut- Massa

STUDI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TUNED MASS DAMPER UNTUK MENGURANGI PENGARUH BEBAN GEMPA PADA STRUKTUR BANGUNAN TINGGI DENGAN LAYOUT BANGUNAN BERBENTUK U

PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK TURBIN ANGIN

ANALISIS AERODINAMIKA SUDUT DEFLEKSI SPOILER PESAWAT TERBANG

HAND OUT FISIKA DASAR I/GELOMBANG/GERAK HARMONIK SEDERHANA

ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA

PENGARUH SUDUT BILAH PADA PERFORMA KIPAS AKSIAL TEROWONGAN ANGIN KECEPATAN RENDAH MENGGUNAKAN METODE KOMPUTASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISA STABILITAS AEROELASTIK FLUTTER PADA ROTOR BLADE HELIKOPTER DALAM DOMAIN FREKUENSI TUGAS AKHIR

ANALISA GAYA TARIK PADA JEMBATAN KABEL BERDASARKAN NILAI FREKUENSI ALAMIAH KABEL*

KATA PENGANTAR. Semarang, 28 Mei Penyusun

ANALISA DINAMIS PADA JEMBATAN PCI GIRDER

Aplikasi pada Metode Transform yang Berbeda pada Analisa. Free Vibration dari Rotating Non-prismatic Beams

PANJANG EFEKTIF UNTUK TEKUK TORSI LATERAL BALOK BAJA DENGAN PENAMPANG I (230S)

menganalisis suatu gerak periodik tertentu

FLUTTER PADA T TAIL PLATE-KOMPOSIT THESIS

ANALISA PENGARUH SUDUT PITCH, UNTUK MEMPEROLEH DAYA OPTIMAL TURBIN ANGIN LPN-SKEA 50 KW PADA BEBERAPA KONDISI KECEPATAN ANGIN

ANALISIS STRUKTUR BALOK NON PRISMATIS MENGGUNAKAN METODE PERSAMAAN SLOPE DEFLECTION

Pemodelan dan Analisis Simulator Gempa Penghasil Gerak Translasi

Perilaku Kesalahan Puncak Spektrum Akibat Penggunaan Fungsi Jendela Kotak, Hanning, dan Flattop pada Sinyal Sinus Waktu Kontinu

PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN

Identifikasi Karateristik Dinamik Struktur Fly Over Dengan Monitoring Getaran

Analisis Kenyamanan serta Redesain Pegas Suspensi Mobil Toyota Fortuner 4.0 V6 SR (AT 4x4)

BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR

RANCANGAN DAN ANALISIS STRUKTUR SUDU TURBIN ANGIN LPN E

Catatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 132

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi

PENGUKURAN FUNGSI RESPON FREKUENSI (FRF) PADA SISTEM POROS-ROTOR

JEMBATAN GANTUNG ULTRA-PANJANG UNTUK JEMBATAN SELAT SUNDA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

Simulasi Peredam Getaran TDVA dan DDVA Tersusun Seri terhadap Respon Getaran Translasi Sistem Utama. Aini Lostari 1,a*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEK DEFLEKSI PADA SUDU TURBIN ANGIN TERHADAP KELUARAN DAYA

ANALISIS SIMULASI GEJALA CHAOS PADA GERAK PENDULUM NONLINIER. Oleh: Supardi. Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

Bab IV Probe Lima Lubang

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat pendukung yang berupa piranti lunak dan perangkat keras. Adapun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

SIMULASI PEREDAMAN GETARAN MEKANIS MESIN SENTRIFUGAL DENGAN SISTEM DUAL DYNAMIC VIBRATION ABSORBER (DUAL DVA)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) F-313

Perilaku Struktur Terhadap Beban Impak

PERANCANGAN KONTROL NON-LINIER UNTUK KESTABILAN HOVER PADA UAV TRICOPTER DENGAN SLIDING MODE CONTROL

4 RANCANGAN SIMULATOR GETARAN DENGAN OUTPUT ARAH GETARAN DOMINAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

BAB III SIMPLE VIBRATION APPARATUS

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

ANALISIS GETARAN ROTASIONAL TEREDAM SISTEM BATANG DAN PEGAS TORSIONAL UNTUK DIKEMBANGKAN SEBAGAI MODEL FLUKTUASI EKONOMI

Analisis Flutter Jembatan Tacoma Narrows Lama

Case study-1 FOURIER TRANSFM, FFT WITH MATLAB.. Simulasi system Massa Pegas dengan Variasi kekakuan dan Jarak Massa dengan Matlab (fft)

PENGARUH MODULUS GESER TANAH TERHADAP KESTABILAN PONDASI MESIN JENIS BLOK STUDI KASUS: MESIN ID FAN PLTU 2 AMURANG SULUT

Transkripsi:

AEROCO : SOFTWARE TOOL UNTUK MENENTUKAN KOEFISIEN AERODINAMIKA MODEL JEMBATAN BENTANG PANJANG Fariduzzaman * ABSTRAK AEROCO : SOFTWARE TOOL UNTUK MENENTUKAN KOEFISIEN AERODINAMIKA MODEL JEMBATAN BENTANG PANJANG. Prediksi keadaan tak-stabil struktur jembatan bentang panjang, biasa dilakukan dengan uji terowongan angin, di mana aspek aerodinamika dan aeroelastik struktur dapat diuji menggunakan model 2 dimensi atau 3 dimensi. Dalam eksperimen model jembatan 2 dimensi, selain model fisik di terowongan angin, model matematika sistem pengujian juga harus dirumuskan. Model matematika ini memiliki sejumlah koefisien aerodinamika yang pada awalnya belum diketahui, yakni baru dapat ditentukan setelah diperoleh data eksperimen. Dengan kata lain, proses penentuan koefisien aerodinamika adalah bagian dari sistem identifikasi parameter persamaan aeroelastik untuk prediksi keadaan kritis struktur jembatan. Makalah ini akan menguraikan proses pengembangan software tools untuk ekstraksi koefisien aerodinamika dari data eksperimen model seksional (2 dimensi) jembatan di terowongan angin ILST (Indonesian Low Speed Tunnel). Katakunci: jembatan bentang panjang, uji terowongan angin ABSTRACT AEROCO: SOFTWARE TOOL FOR DETERMINING AERODYNAMIC COEFFICIENTS OF A LONG-SPAN BRIDGE MODEL. Prediction of structural instability of a long-span bridge is usually conducted in a wind tunnel test, where the aerodynamic as well as aeroelastic aspect of the structure can be tested by means of 2 or 3 dimensional model. In a 2 dimensional model, inspite of testing the physical model, a mathematical model should also be constructed. Initially, this mathematical model has unknown parameters that must be determined from experimental data. In other words, the determination of aerodynamic coefficients is part of system identification of aeroelastic equations for predicting the critical margin of the bridge structure. The following paper will describe the development of a software tool for extracting the aerodynamic coefficients of a sectional model test (2 dimensional) in the ILST (Indonesian Low Speed Tunnel). Keywords: long span bridge, wind tunnel test * UPT-LAGG BPPT, PUSPIPTEK, Tangerang-15314, INDONESIA farid@lagg.or.id

PENDAHULUAN Jembatan bentang panjang dalam beberapa hal memiliki karakteristik yang sama dengan sayap pesawat terbang. Struktur jembatan mirip batang bertumpu sederhana (simply supported beam), sedangkan sayap pesawat mirip cantilever beam. Pada keadaan tertentu yang disebut kecepatan angin kritis, struktur jembatan bentang panjang dapat mengalami keadaan tak-stabil, baik yang temporer mengganggu, seperti resonansi oleh induksi aliran ulakan (vortex) yang berfluktuasi, maupun yang fatal menghancurkan seperti flutter. Kondisi tak-stabil yang terjadi akibat interaksi aerodinamika dengan inersia struktur tersebut, disebut aeroelastik. Dengan demikian pada pembangunan jembatan bentang panjang, dalam proses perancangannya memerlukan tahapan uji terowongan angin. Di mana dalam pengujian tersebut akan dilakukan eksperimen untuk identifikasi aspek-aspek ketakstabilan struktur akibat angin. Uji terowongan angin dapat dilakukan dengan model 2 dimensi (disebut pula model seksional) maupun pada model penuh (disebut pula full model), di mana masing-masing metode pengujian memiliki keunggulan dan kelemahannya. Model 2 dimensi pembuatannya lebih sederhana dan murah, namun memerlukan proses pengolahan data yang intensif, karena memerlukan dukungan model matematika, yang disebut persamaan aeroelastik. Model matematika ini memiliki sejumlah koefisien aerodinamika yang harus diidentifikasikan berdasarkan data pengujian, agar batas kritis ketak-stabilan dapat ditentukan. Model 3 dimensi pembuatannya lebih sulit, lama dan mahal, namun tidak memerlukan proses pengolahan data yang banyak. Hasil data terukur dapat langsung ditransformasikan ke data teknik yang diinginkan, begitupula keadaan tak-stabil struktur dapat diketahui langsung, dengan mengalirkan angin sampai struktur model tersebut menunjukkan keadaan tak-stabil. Dengan demikian model 2 dimensi sering digunakan untuk prediksi awal karakteristik aeroelastik rancangan jembatan bentang panjang. Sedangkan model 3 dimensi digunakan untuk analisis akhir karakteristik aeroelastik strukturnya. Untuk mempercepat proses pengolahan data uji 2 dimensi di ILST (Indonesian Low Speed Tunnel), maka telah dikembangkan software tool khusus. Software ini membaca input dari data osilasi model yang diukur akselerometer dan mengeluarkan data koefisien-koeffisen aerodinamika yang diperlukan.

LATAR BELAKANG TEORI Secara skema struktur model 2 dimensi jembatan di terowongan angin ditunjukkan di Gambar 1 dan gambaran pengujiannya ditunjukkan di Gambar 2. Model disangga oleh 8 pegas yang konstanta kekakuannya sama, sehingga ketika diganggu atau mendapat aliran angin, model akan bergerak dalam 2 derajat kebebasan: gerak heaving (osilasi vertikal) dan gerak torsi (osilasi rotasional). Transducer yang digunakan adalah 2 akselerometer, dipasang di depan dan belakang tepi model dek, sejajar arah angin, dengan demikian dapat diukur sekaligus data percepatan gerak heaving (h & ) dan torsi (α& & ). Untuk mendapatkan data pengukuran getaran bebas, model sesaat diganggu (diberi defleksi dan dilepas) sehingga terjadi osilasi getaran bebas yang teredam. Jika gangguan diberikan pada saat tidak ada angin (U = 0 m/sec) maka data frekuensi maupun redaman yang diperoleh adalah data dinamika dari struktur saja (mechanical natural properties). Namun jika gangguan diberikan pada saat ada aliran angin (U 0 m/sec) maka data frekuensi maupun redaman yang diperoleh merupakan gabungan antara data dinamika struktur dan aerodinamika. Data frekuensi osilasi (ù) dapat diekstraksi dari hasil FFT (Fast Fourier Transform) sinyal akselerometer, sedangkan data redaman (ã) dapat diperoleh dari data logarithmic decreement, ä (kemiringan kurva logarithmis dari amplitudo sinyal). Gambar 1. Skema Sistem Model Seksional (2D)

Gambar 2. Contoh Model Uji Seksional di ILST Jika z 1 adalah amplitudo sinyal di posisi awal dan z 2 adalah amplitudo sinyal diposisi n perioda dari x 1, maka besarnya logarithmic decreement [1], 1 z 2 δ = ln (1) n z1 dan hubungannya dengan rasio redaman æ, adalah, δ ζ = (2) 2 2 4π + δ Gambar 3. Data Osilasi dari Akselerometer

Persamaan curve-fit dari sinyal di atas dapat ditulis sebagai berikut, y = yoe di mana, γωnt ( ω t + ϕ) sin d (3) y 0 : percepatan awal ù n : siklus frekuensi natural ù d : siklus frekuensi teredam t : waktu ö : perbedaan fasa Dengan integrasi tahap pertama pada persamaan (3) maka diperoleh kecepatan (velocity) dan integrasi tahap kedua diperoleh perpindahan (displacement) osilasi model. Jika masa total dari model adalah m T, momen inersia masa total adalah I T dan kerapatan material udara adalah ñ, maka dapat dituliskan persamaan model matematikanya dari sistem dinamik model seksional [2] : 1 h& b h m h + c h + k h = U 2 * * θ& && & 2 * 2 * T h h ρ ( 2b) kh1 + kh2 + k H3θ + k H 4 (4) 2 U U b 1 h& 2 * * bθ& 2 * 2 * h I T θ& + c θ& + k = U ( b ) 2 θ θθ ρ 2 ka1 + ka2 + k A3θ+ k A4 (5) 2 U U b di mana, c h, c θ : masing-masing konstanta redaman untuk gerak heaving dan torsional k h, k θ : masing-masing konstanta kekakuan untuk gerak heaving dan torsional U : kecepatan aliran udara di terowongan angin ωb k : frekuensi reduksi = U b : lebar dek (chord) H i *, A i * (i=1,..4) : adalah koefisien aerodinamika yang akan ditentukan Jadi software tool AEROCO berfungsi menyelesaikan persamaan (4) dan (5) untuk memperoleh koefisien aerodinamika H * i, A * i (i=1,..4), di mana data inputnya adalah percepatan gerak osilasi heaving (h & ) dan torsi (α& & ) yang diukur oleh akselerometer.

ALGORITMA Algoritma dimulai dengan mendefinisikan input dari seluruh proses, yakni data akselerometer, kemudian curve fitting harus dilakukan sebelum data diproses lebih lanjut. Demikian pula untuk mendapatkan kecepatan dan perpindahan di persamaan (4) dan (5), proses integrasi terhadap waktu harus dilakukan. Koefisien aerodinamika sistem model (h &, α& & ) diperoleh dengan merubah persamaan (4) dan (5) menjadi persamaan ruang-keadaan (state-space equation) dan menjadi persamaan simultan, sehingga dapat diselesaikan dengan metoda Crammer atau eliminasi Gauss. Seluruh proses tersebut di-iterasi dua tahap untuk mendapatkan hasil koefisien aerodinamika gerak heaving dan torsional. MULAI Baca data terukur dari akselerometer i=1,2 (heaving, 1 dan torsi, 2) Tentukan frekuensi dan redaman sinyal input nt Curve fit sinyal input dengan & y = y e γω 0 sin ωd t Integrasikan & y& menjadi kecepatan y& dan perpindahan y Substitusikan & y&, y& dan y ke persamaan aeroelastik, persamaan (4) dan (5) Transformasikan persamaan (4) dan (5) ke persamaan state-space Selesaikan persamaan state space sehingga H * i atau A * i (i=1,..4) dapat diperoleh Plot hasil-hasilnya : kurva H * i dan A * i (i=1,..4) terhadap kecepatan U atau kecepatan U reduksi, 1/k = ωb SELESAI Gambar 4. Peta Alir (algorithma) Software PENERAPAN, HASIL DAN DISKUSI Penerapan sistem software dilakukan terhadap model uji seperti ditunjukkan di Gambar 2, di mana model tersebut merupakan penggalan 2 dimensi dari bentangan tengah dek jembatan bentang panjang, jenis jembatan cancang atau jembatan gantung.

Gambar 5. Hasil Pengukuran Data Percepatan oleh Akselerometer Gambar 6. Tipikal Hasil Pengolahan Data AEROCO Perbandingan data percepatan yang terukur dengan hasil curve-fit persamaan (3) ditunjukkan di Gambar 5, sedangkan tipikal hasil pengolahan data dengan software tool ini ditunjukkan di Gambar 6.

KESIMPULAN Metoda pembuatan software tool yang diuraikan dalam makalah ini telah dikembangkan dan diterapkan untuk pengujian model jembatan bentang panjang di ILST. Hasilnya cukup memuaskan, namun software tool ini perlu dikembangan menjadi lebih berkemampuan (powerfull). Antara lain akan dikembangkan untuk mampu mengolah data pengujian model seksional yang memiliki 3 derajat kebebasan, gerak vertikal (heaving), gerak rotational (torsion) dan gerak lateral (swaying). Keberhasilan penggunaan software tool ini juga dipengaruhi oleh data input. Untuk mendapatkan koefisien-koefisien aerodinamika langsung (direct coefficients) yakni H * 1, H * 4, A * 2 dan A * 3 relatif mudah, karena data inputnya tidak ada kopling antara heaving dan torsi, namun untuk koefisien-koefisien aerodinamika silang (cross coefficients) yang menyatakan terjadinya kopling, perlu dilakukan kecermatan khusus, bahkan proses pengukuran yang iterative. Dengan demikian software tool ini akan sangat penting apabila dapat dikembangkan menjadi software on-line (mengolah data selama pengukuran), sehingga pengambilan data yang salah dapat dihindari. DAFTAR PUSTAKA 1. RAO, S.S., Mechanical Vibration, 3 rd edition, Addison-Wesley Publishing Company Inc., New York, 1995. 2. SIMIU, E. and SCANLAN, R.H., Wind Effects on Structures 3 rd Edition, John Wiley and Sons Inc, New York, 1996.

DISKUSI ONDANG SUPRIYONO Apakah software tool ini telah dipasang di jembatan Suramadu karena kemarin jembatan ini mengalami kecelakaan (roboh)? FARIDUZZAMAN Software AEROCO telah digunakan untuk uji model jembatan Suramadu. Kasus robohnya dek jembatan Suramadu yang sedang dibangun bukan disebabkan angin. Bagian yang mengalami kecelakaan adalah di approaching dek, kecelakaan mungkin disebabkan material. RULIYANTI PARDEWI Cara memperoleh data eksperimen untuk menentukan koefisien aerodinamika apakah dengan alat ukur atau juga menggunakan software AEROCO. FARIDUZZAMAN Software AEROCO menghitung koefisien aerodinamika jembatan dengan input data dari pengukuran/eksperimen yang menggunakan alat ukur/transducer accelerometer.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Nama : Fariduzzaman 2. Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 17 Mei 1961 3. Instansi : UPT-LAGG, BPPT 4. Pekerjaan / Jabatan : Peneliti 5. Riwayat Pendidikan : 1986, S1 Fisika-ITB 1990, S2 Software Technology-THAMES POLY, UK S2 Teknik Penerbangan-ITB 6. Pengalaman Kerja : 1986-1999,Data Processing Engineer ILST-BPPT 1999, Ka. Sub Bid Informatika-Elektronika, LAGG 2004-Sekarang,Industrial Aerodynamic Specialist