ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AUSTENITIC STAINLESS STEEL (AISI 304) DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSIF HCL 1M

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING LOGAM TEMBAGA DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSI NH4OH 1M

ANALISIS RETAKAN KOROSI TEGANGAN PADA ALUMINIUM DENGAN VARIASI PEMBEBANAN DALAM MEDIA KOROSI HCL 1M

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AISI C20500 DENGAN VARIASI PEMBEBANAN PADA MEDIA KOROSI AIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING LOGAM KUNINGAN DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSI SODIUM NITRAT 1M DAN MATTSSON PH=7,2

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

ANALISIS KOROSI DAN EROSI DI DALAM PIPA PDAM SEMARANG

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

PENGARUH PERLAKUAN PANAS T6 TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL MODEL PROPELLER SHAFT BERBAHAN DASAR ALUMINIUM SERI 6063 HASIL PENGECORAN HPDC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS MATERIAL MODEL CHASSIS BERBASIS Al-Si-Mg HASIL PENGECORAN HIGH PRESSURE DIE CASTING

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING (SCC) TEMBAGA DENGAN VARIASI PEMBEBANAN PADA MEDIA KOROSI AIR

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 4, No. 4, Tahun 2015 Online:

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PROSES AUSTEMPER PADA BAJA KARBON S 45 C DAN S 60 C

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON ST 40 DENGAN METODE NITRIDASI DALAM LARURATAN KALIUM NITRAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR SILIKON MATERIAL MODEL SHAFT PROPELLER BERBAHAN DASAR AL6063 TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS HASIL PENGECORAN HPDC

UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING STAINLESS STEEL AISI 430 DENGAN VARIASI PEMBEBANAN PADA MEDIA KOROSI HCL 0,8 M

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH WAKTU PENAHANAN PROSES SINTERING TERHADAP NILAI KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS DARI BAHAN BAKU GERAM ALUMINIUM HASIL PROSES PERMESINAN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM A 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

KARAKTERISASI BAJA ARMOUR HASIL PROSES QUENCHING DAN TEMPERING

PENGARUH WAKTU DAN JARAK TITIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP KEKUATAN GESER HASIL SAMBUNGAN LAS

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH DERAJAT DEFORMASI TERHADAP STRUKTUR MIKRO, SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN KOROSI BAJA KARBON AISI 1010 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

I. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

ANALISIS KETAHANAN KOROSI PIPA A53 PADA LINGUNGAN OIL SLUDGE DENGAN METODE C-RING ABSTRACT

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

BAB IV DATA DAN ANALISA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

PERUBAHAN NILAI KEKERASAN PELAT BAJA KAPAL DENGAN PERLAKUAN BENDING LINE HEATING. Sulaiman, Eko Julianto S.

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

Analisa Struktur Mikro Dan Kekerasan Baja S45C ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA S45C PADA PROSES QUENCH-TEMPER DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

Presentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381

Pengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING. Tri Angga Prasetyo ( )

PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

EVALUASI BESAR BUTIR TERHADAP SIFAT MEKANIS CuZn70/30 SETELAH MENGALAMI DEFORMASI MELALUI CANAI DINGIN

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, dan LAJU KOROSI PADA BAJA KARBON EMS-45 DENGAN METODE UJI JOMINY

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

I. PENDAHULUAN. Baja adalah sebuah senyawa antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana sering

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR HARDENING TERHADAP KEKERASAN BAJA S45C DENGAN MEDIA PENDINGIN AIR

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

CREEP. Contoh komponen-komponen yang potensial mengalami creep adalah.

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB III METODE PENELITIAN

Karakterisasi Material Sprocket

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

I. PENDAHULUAN. Logam merupakan material kebutuhan manusia yang banyak penggunaannya

Transkripsi:

ANALISIS STRESS CORROSION CRACKING AUSTENITIC STAINLESS STEEL (AISI 304) DENGAN METODE U-BEND PADA MEDIA KOROSIF HCL 1M *Chrisman 1, Athanasius Priharyoto Bayuseno 2 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2) Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. +62247460059 *E-mail: chrismansinurat@gmail.com, bayuseno@undip.ac.id Abstrak Stress corrosion cracking merupakan salah satu mekanisme kegagalan dari material stainless steel yang melibatkan tegangan tarik dan dampak dari lingkungan yang korosif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan laju korosi, mengevaluasi ketahanan, serta menganalisa perubahan nilai kekerasan dan struktur mikro pada stainless steel AISI 304 setelah pengujian stress corrosion cracking pada media korosif HCL 1M. Penelitian ini menggunakan variasi dari ketebalan material uji, yaitu 3 mm dan 6 mm dengan waktu pengujian selama 360 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kehilangan berat spesimen 2 dengan tebal 6 mm lebih tinggi dibandingkan spesimen 1 dengan tebal 3 mm setelah dilakukan pengujian SCC yaitu sebesar 23,99 gram dan 4,1 gram. Dari nilai kehilangan berat tersebut berbanding lurus dengan nilai laju korosinya yaitu sebesar 4,57 mm/y pada spesimen 2 dan 1,08 mm/y pada spesimen 1. Pada hasil pengujian kekerasan diketahui bahwa terjadi penurunan nilai kekerasan spesimen setelah dilakukan pengujian SCC dengan media asam klorida 1M, baik pada spesimen 1 maupun spesimen 2. Dari gambar struktur mikro menunjukkan kenaikan grain size setelah pengujian SCC jika dibandingkan dengan grain size pada material awal sebesar 0,759 m. Pada daerah pengamatan A, B, dan C, spesimen 1 memiliki grain size sebesar 0.930 m, 0.959 m, dan 1.052 m. Sedangkan pada spesimen 2 sebesar 0.923 m, 0.952 m, dan 0.992 m. Kata Kunci: Stress corrosion cracking, stainless steel, ketebalan, kehilangan berat, laju korosi, kekerasan, grain size Abstract Stress corrosion cracking is one of the failure mechanism in the stainless steel tensile stress and due to corrosive environments. In the process of stress corrosion cracking, all the factors influence each other. The purpose of this study was to obtain the rate of corrosion, evaluate the corrosion resistance of the material, and analyze the hardness of values and microstructure of stainless steel AISI 304 after stress corrosion stress tested in corrosive media HCL 1M. This study used a variation of the thickness material, which are 3 mm and 6 mm with a time of testing for 360 hours. The result showed that the rate of weight loss for the second specimen with 6 mm thick is higher that of the first specimen with 3 mm thick which are 23,99 grams and 4,1 grams, the value of the weight loss is directly proportional to the value of the corrosion rate is equal to 4,57 mm/y for the second specimen and 1,08 mm/y for the first specimen. In the hardness test result there is a decrease in hardness value of both of the specimen after SCC testing of the specimen. The microstructure shows an increased grain size after SCC testing, if compared with the grain size of the original material. On the observation area of A, B, and C, provide that the first specimen have grain size of 0,930 m, 0,959 m, and 1,052 m. Respectively while the second specimen have grain size of 0,923 m, 0,952 m and 0,992 m. Keywords: Stress corrosion cracking, stainless steel, thickness, weight loss, corrosion rate, hardness, grain size 1. PENDAHULUAN Dunia industri selalu menggunakan logam ferro (besi dan baja) untuk komponen mesin maupun bahan baku produksi. Penggunaan logam lebih banyak dibandingkan dengan material lain seperti polimer dan keramik karena logam memiliki kekuatan yang memadai, penghantar panas dan listrik yang baik, memiliki sifat ulet, serta memiliki ketahanan aus yang baik. Namun logam juga memiliki beberapa kelemahan jika dibandingkan dengan material lain, karena logam mudah terkorosi jika berinteraksi dengan lingkungan. Di sektor industri antara lain petrokimia, minyak dan gas bumi, farmasi dan lain-lain harus mengeluarkan biaya pemeliharaan untuk komponen komponen pabriknya seperti pressure vessel, heat exchanger, pipa-pipa penyalur, JTM (S-1) Vol. 2, No. 1, Januari 2014: 110-118 110

coller plant dan lain-lain. Pipa-pipa penyalur gas, air pendingin bertekanan tinggi juga menjadi persoalan jika terjadi kegagalan seperti pipa meledak atau bocor. Selain aspek korosi di lingkungan juga harus di lihat aspek internal material kemudian tekanan di dalam komponen tersebut yang bekerja pada material tersebut. Jenis korosi dibagi beberapa macam antara lain korosi seragam, korosi celah, korosi sumuran, korosi erosi, korosi retak tegang dan sebagainya. Korosi retak tegang merupakan kombinasi antara lingkungan korosif, beban di material logam dan internal material itu sendiri. Baja tahan karat AISI 304 merupakan material yang umumnya rentan terhadap serangan korosi retak tegang. Umumnya korosi retak tegang terdapat pada aplikasi pengelasan pipa atau komponen-komponen lainnya. Korosi retak tegang atau Stress corrosion cracking (SCC) adalah salah satu bentuk korosi yang sering terjadi. SCC menjadi perhatian serius karena sulit diprediksi kapan terjadinya, bisa terjadi secara cepat serta bentuk patahannya tidak stabil. Stress corrosion cracking dapat didefinisikan sebagai suatu formasi retakan yang diakibatkan adanya aktivitas secara simultan antar tegangan tarik statik dan korosi itu sendiri. Tegangan tarik bisa sebabkan karena adanya beban dari luar, gaya sentrifugal, perubahan temperatur, atau tegangan internal akibat dari pekerjaan dingin (cold working), pengelasan, ataupun heat treatment. Maka dari itu perlu untuk mengamati dan mempelajari fenomena SCC ini terhadap suatu logam sehingga dapat menjadi referensi untuk mengatasi masalah korosi tersebut dalam aplikasiaplikasi tertentu yang berkaitan dengan logam.[1] Adapun tujuan yang ingin diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mendapatkan laju korosi pada stainless steel AISI 304 setelah pengujian Stress Corrosion Cracking (SCC) pada media korosif HCL 1M. b. Mengevaluasi ketahanan pada stainless steel AISI 304 didalam media korosif HCL 1M terhadap Stress Corrosion Cracking (SCC). c. Menganalisis struktur mikro stainless steel AISI 304 setelah mengalami Stress Corrosion Cracking (SCC). 2. BAHAN DAN PERALATAN PENGUJIAN Dalam penelitian ini, spesimen yang digunakan adalah plat strip stainless steel AISI 304 variasi ketebalan 3 mm dan 6 mm dengan dimensi spesimen uji yang sama, Gambar 1. Plat Strip Stainless Steel AISI 304. a. Mesin Bending Mesin bending digunakan untuk membentuk spesimen u-bend. Pengujian dilakukan di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Teknik Sipil Universitas Diponegoro dengan mesin bending yang dipakai adalah Hydraulic Ultimate Tensile Machine model WE -1000A. Gambar 2. Mesin Bending b. Timbangan Digital Timbangan yang digunakan merupakan timbangan digital yang mempunyai ketelitian tinggi 0,01 dan 0,0001 gram. JTM (S-1) Vol. 2, No. 1, Januari 2014: 110-118 111

Gambar 3. Timbangan Digital c. Resin, Katalis, dan Kobalt Resin, katalis, dan kobalt digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat mounting. d. HNO 3, HCl, Ethanol HNO 3, HCl, dan ethanol dengan perbandingan 7.5 ml : 22.5 ml : 20 ml digunakan sebagai campuran pengetsaan untuk keperluan pengambilan gambar struktur mikro dengan menggunakan mikroskop optik. e. Rockwell Hardness Tester Digunakan untuk menguji nilai kekerasan material, membandingkan nilai kekerasan material sebelum dan setelah dilakukan pengujian SCC. Gambar 4. Rockwell Hardness Tester Type HR150A f. Mikroskop Optik dan Kamera Mikroskop optik digunakan untuk mengamati struktur mikro. Mikroskop optik yang digunakan adalah mikroskop Olympus BX41M, dan kamera Olympus C-5060. Gambar 5. Mikroskop Optik dan Kamera 2 3. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah stainless steel AISI 304 dengan sifat mekanik awal adalah σ u = 590 MPa, σ y = 267 MPa, dan elongasi = 44%. Pembuatan spesimen mengacu pada standar pengujian ASTM G30-97, dengan spesifikasi dimensi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Spesifikasi Dimensi Spesimen Uji No. L,mm M, mm W, mm T, mm D, mm Y,mm R, mm α, rad 1. 250 200 20 3 6 36 15 1,57 2. 250 200 26 6 6 42 15 1,57 JTM (S-1) Vol. 2, No. 1, Januari 2014: 110-118 112

Dalam pengujian stress corrosion cracking ini dilakukan pengujian kehilangan berat (weight loss) untuk mencari laju korosi dari spesimen uji, pengujian kekerasan untuk mengetahui adanya perubahan nilai tegangan dengan pengkorelasian nilai kekerasan menjadi tegangan, dan pengujian struktur mikro untuk mengetahui pengaruh pengujian SCC terhadap perubahan ukuran diameter butir dari struktur mikro spesimen uji. Pengujian SCC dilakukan selama lima belas hari (360 jam) dari tiap masing - masing spesimen uji. Pengujian dilakukan dengan melakukan perendaman menggunakan media korosi asam klorida 1M pada masing - masing spesimen uji. Gambar 6. Proses Perendaman Spesimen U-Bend pada Larutan Asam Klorida (HCL) 1M Dilakukan penimbangan spesimen selama proses korosi per tiga hari (72 jam) selama lima belas hari (360 jam). Dalam perhitungan laju korosi digunakan metode weight loss dengan data pengurangan berat selama pengujian. Perhitungan laju korosi dengan metode weight loss dihitung menggunakan persamaan: [2] Dimana, K, W, D, A, dan T masing-masing bernilai konstan dalam hal ini menggunakan 8,76 x 10 4 untuk laju korosi dalam milimeter per tahun, penurunan berat dalam gram, massa jenis g/cm 3 (7,98 untuk AISI 304), daerah uji dalam cm 2 dan waktu ekspos dalam jam. Dalam menganalisa pengaruh SCC pada spesimen uji, dapat dilihat dari hasil nilai kekerasannya. Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan alat Rockwell Hardness Tester type HR-150A. Pengujian menggunakan skala pengujian HRA dengan beban mayor sebesar 60 kgf. Pengujian dilakukan pada daerah sisi terluar spesimen dengan variasi 10 titik berjarak 10 mm, dari daerah pusat tegangan hingga daerah menjauhi pusat tegangan. Dari gambar struktur mikro, kita dapat menginterpretasikan perubahan sifat dan karakteristik material tersebut. Dalam hal ini analisa yang digunakan adalah grain size. Grain size digunakan untuk membandingkan kekuatan suatu material. Dalam perhitungan grain size sesuai dengan standar ASTM E 112-96, salah satunya dapat menggunakan linear intercept method. Dari persamaan tersebut, kita menggunakan garis yang diletakkan secara acak dalam gambar struktur mikro, kemudian menghitung jumlah butir dan jumlah persimpangan batas butir yang dilalui oleh garis tersebut. Kemudian rata-rata line length intersected dapat dicari dengan menggunakan persamaan: [3] (1) Dari hasil perhitungan rata - rata line length intersected kemudian kita dapat mengetahui diameter butir (d) dengan persamaan berikut : (2) Dimana, d = Rata-rata diameter butir / grain size (mm) Dari nilai rata-rata diameter butir / grain size pada gambar struktur mikro tersebut kita dapat mengetahui perubahan sifat mekanis yang terjadi pada material tersebut. Material yang memiliki butir yang padat, dan halus (fine grain) lebih kuat dan lebih keras dibandingkan material yang memilki grain size yang besar. Kenaikan grain size material berbanding lurus dengan penurunan tegangan yang terjadi. Dari perhitungan tersebut kita dapat mengetahui efek dari pengujian stress corrosion crack pada material uji. (3) JTM (S-1) Vol. 2, No. 1, Januari 2014: 110-118 113

4. HASIL DAN ANALISA 4.1 Data Kuantitatif Hasil Pengujian Kehilangan Berat Penimbangan dilakukan per tiga hari (72 jam) selama lima belas hari (360 jam). Tabel 2. Data Pengujian Kehilangan Berat (Weight Loss Test) Spesimen 1 Spesimen 2 Waktu Penimbangan Berat Berat ( gram ) ( gram ) ( gram ) ( gram ) 155.5431 327.98 Ke-0 Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 155.5425 155.5423 327.97 155.5412 327.94 154.2195 315.74 154.2178 154.2182 315.75 154.2173 315.73 153.2172 310.97 153.2156 153.2166 310.98 153.2169 310.98 152.4522 307.75 152.4532 152.4523 307.74 152.4514 307.74 151.8820 305.64 151.8814 151.8823 305.63 151.8835 305.64 151.4434 303.98 151.4423 151.4423 303.96 151.4412 303.97 327.9633 315.7400 310.9767 307.7433 305.6367 303.9700 Hasil Perhitungan Laju Korosi Perhitungan laju korosi dengan menggunakan metode weight loss dilakukan dengan menghitung perubahan berat yang terjadi pada material selama material diaplikasikan pada lingkungan yang korosif. Tabel 3. Laju Korosi Spesiman Uji Stainless Steel AISI 304 Kode Spesimen 1 (Tebal = 3 mm) Spesimen 2 (Tebal = 6 mm) Bentuk : U-Bend Metode Pengujian Media korosif : HCL 1M Bentuk : U-Bend Media korosif : HCL 1M ΔW (gram) A (cm 2 ) T (jam) Laju Korosi (mm/y) 4,1 115 360 1,08 23,99 160 360 4,57 JTM (S-1) Vol. 2, No. 1, Januari 2014: 110-118 114

Gambar 7. Grafik Perbandingan Laju Korosi Variasi Ketebalan Material dalam Pengujian SCC 4.2 Data Nilai Kekerasan terhadap SCC Pengujian SCC pada spesimen U-Bend dengan media asam klorida 1M terhadap nilai kekerasan material, diperlukan perbandingan nilai kekerasan sebelum dan setelah dilakukan pengujian SCC. Perbandingan nilai kekerasan tersebut seperti terlihat pada grafik. Gambar 8. Grafik Perbandingan Nilai Kekerasan Spesimen sebelum dan setelah Pengujian SCC 4.3 Data Struktur Mikro Perhitungan grain size dari gambar struktur mikro menggunakan linear intercept method. JTM (S-1) Vol. 2, No. 1, Januari 2014: 110-118 115

Gambar 9. Struktur Mikro Material Awal (Raw Material) (a) (b) (c) Gambar 10. Struktur Mikro Spesimen 1 U-Bend Titik Pengamatan a) A ; b) B ; c) C (a) (b) (c) Gambar 11. Struktur Mikro Spesimen 2 U-Bend Titik Pengamatan a) A ; b) B ; c) C Dari hasil perhitungan grain size didapatkan data seperti terlihat pada tabel. Tabel 4. Hasil Perhitungan Nilai Diameter Butir / Grain Size No. Kode Spesimen Daerah Pengamatan Waktu Pengamatan Grain size ( m) 1. Material awal (Raw Material) - 0 jam 0,759 2. 3. 4. Spesimen U-Bend 1 A 360 jam 0,930 Spesimen U-Bend 2 A 360 jam 0,923 Spesimen U-Bend 1 B 360 jam 0,959 Spesimen U-Bend 2 B 360 jam 0,952 Spesimen U-Bend 1 C 360 jam 1,052 Spesimen U-Bend 2 C 360 jam 0,992 4.4 Analisa Hasil Pengujian Analisa Kuantitatif Analisis kuantitatif yang diuraikan terdiri dari dua bagian, yaitu kehilangan berat (weight lost) dan laju korosi (corrosion rate) dengan variasi ketebalan spesimen uji. Dari data kuantitatif kehilangan berat dan laju korosi yang JTM (S-1) Vol. 2, No. 1, Januari 2014: 110-118 116

terdapat pada Tabel 2 dan Tabel 3 kita dapat menganalisa hasil yang didapat terhadap stress corrosion crack yang terjadi pada material uji. Dari data hasil pengujian yang didapat, bahwa tingkat kehilangan berat spesimen u-bend 2 (tebal = 6 mm) lebih tinggi dibandingkan spesimen u-bend 1 (tebal = 3 mm) dalam pengujian SCC dengan metode u-bend dengan dimensi spesimen dan larutan korosif yang sama. Didapatkan bahwa pada spesimen u-bend 1 (tebal = 3 mm) setelah dilakukan pengujian SCC selama 360 jam mengalami kehilangan berat sebesar 4,1 gram dan pada spesimen u-bend 2 (tebal = 6 mm) sebesar 23,99 gram. Dari data pengujian kehilangan berat (weight loss) kita dapat menghitung laju korosi dari masing-masing spesimen. Selain variabel kehilangan berat, dalam menghitung laju korosi juga dilihat dari waktu pengujian, luas daerah yang terkorosi, massa jenis material uji serta konstanta yang digunakan dalam perhitungan. Dari hasil perhitungan laju korosi pada spesimen uji, terlihat bahwa angka laju korosi (corrosion rate, mm/yr) menunjukkan gambaran yang sama dengan data tingkat kehilangan berat. Perbandingan laju korosi pada spesimen uji 1 u-bend dan spesimen uji 2 u-bend variasi ketebalan plat 3 mm dan 6 mm dengan media korosif HCL 1M dapat dilihat dari grafik pada Gambar 7. Dari grafik dapat dilihat bahwa nilai laju korosi dengan variasi tebal material 6 mm lebih tinggi dari 3 mm dengan nilai laju korosi per spesimen yaitu 4,57 mm/yr dan 1,08 mm/yr. Dari analisa ketahanan material berdasarkan laju korosi, maka ketahanan kedua spesimen uji terhadap korosi pada lingkungan klorida termasuk buruk. Hal tersebut dapat dikarenakan beban kerja dalam proses pembuatan spesimen u-bend berdasarkan dimensi uji pada penelitian ini terlalu besar dalam tegangan yang dihasilkan pada spesimen uji. Analisa Nilai Kekerasan terhadap SCC Dalam menganalisa nilai kekerasan terhadap pengaruh SCC pada spesimen uji, dilakukan dengan membandingkan nilai kekerasan spesimen setelah dilakukan pengujian SCC dengan sebelum dilakukan pengujian. Dari grafik pada Gambar 8 diketahui, bahwa terjadi penurunan nilai kekerasan pada spesimen setelah dilakukan pengujian SCC dengan media asam klorida 1M, baik pada spesimen 1 u-bend (tebal = 3 mm) maupun spesimen 2 U- Bend (tebal = 6 mm). Penurunan nilai kekerasan ini adalah efek dari reaksi korosi media pengkorosi dengan material uji yang sudah mengalami perlakukan bending, sehingga mengakibatkan kekuatan material menurun. Analisa Struktur Mikro Analisa struktur mikro dalam pengujian stress corossion crack pada spesimen stainless steel AISI 304 ini terdapat tegangan pada material akibat dari perlakuan bending, hal ini mengakibatkan penurunan tegangan yang berbanding lurus dengan kenaikan ukuran butir (grain size) material. Hasil dari struktur mikro raw material sebelum dilakukan pengujian SCC digunakan sebagai pembanding dengan struktur mikro material sesudah dilakukan pengujian korosi tegangan. Data hasil perhitungan grain size dapat terlihat pada Tabel 4. Dari data hasil perhitungan, terlihat bahwa terjadi kenaikan grain size setelah pengujian SCC jika dibandingkan dengan grain size pada material awal (raw material). Hal tersebut dapat terlihat pada struktur mikro spesimen u-bend 1 daerah pengamatan A memiliki grain size sebesar 0,930 m lebih besar dibanding material awal dengan grain size sebesar 0,759 m. Hal tersebut juga terjadi pada struktur mikro spesimen u-bend 2 daerah pengamatan dengan grain size sebesar 0,923 m. Hal tersebut juga terjadi pada grain size di daerah pengamatan B dan C pada kedua spesimen uji. Dari data hasil perhitungan tersebut juga dapat terlihat bahwa, besarnya kenaikan grain size didaerah A, B dan C berbeda. Daerah yang semakin dekat dengan titik pusat tegangan maka kenaikan grain size-nya pun semakin tinggi. Dalam perbandingan efek korosi antara spesimen u-bend 1 dan spesimen u-bend 2 dengan variasi ketebalan, bahwa tingkat penurunan tegangan pada spesimen 1 dengan tebal spesimen 3 mm lebih tinggi dibanding dengan penurunan tegangan dengan tebal spesimen 6 mm. Ini bisa disebabkan tegangan yang terjadi pada spesimen 1 lebih besar dibandingkan spesimen 2. Pada gambar struktur mikro spesimen 1 u-bend hari ke-15 (360 jam) juga telah terlihat bentuk retakan transgranular. Hal tersebut menandakan bahwa pada hari ke-15 spesimen 1 u-bend telah mengalami kegagalan material akibat dari proses SCC yang terjadi. 5. KESIMPULAN a. Dari pengujian weight loss diketahui bahwa laju korosi spesimen u-bend 2 (tebal = 6 mm) adalah sebesar 4,57 mm/years, ini lebih besar dibandingkan dengan laju korosi spesimen 1 (tebal = 3 mm) yaitu 1,08 mm/years. Dan berdasarkan laju korosi tersebut, maka ketahanan kedua spesimen uji terhadap korosi pada lingkungan klorida termasuk buruk. b. Dari pengujian kekerasan diketahui bahwa terjadi penurunan nilai kekerasan pada spesimen setelah dilakukan pengujian SCC dengan media asam klorida 1M, baik pada spesimen 1 u-bend (tebal = 3 mm) maupun spesimen 2 u- bend (tebal = 6 mm). c. Dari analisa grain size pada pengujian struktur mikro juga didapatkan bahwa terjadi kenaikan grain size pada spesimen setelah pengujian SCC jika dibandingkan grain size sebelum SCC, baik pada spesimen u-bend 1 maupun spesimen u-bend 2. d. Pada spesimen setelah pengujian SCC terjadi penurunan sifat mekanis material jika dibandingkan dengan spesimen awal, hal tersebut terlihat dari penurunan nilai kekerasan dan kenaikan grain size pada material uji. JTM (S-1) Vol. 2, No. 1, Januari 2014: 110-118 117

6. REFERENSI [1]. Karl Sieradzki, Stress Corrosion Cracking, Arizona State University. 2003. [2]. ASTM G1. Standard Practice for Preparing, Cleaning, and Evaluating Corrosion Test Specimens. 2004 [3]. Callister Jr, William. D, 2010, Material Science and Engineering, 8 rd edition, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. JTM (S-1) Vol. 2, No. 1, Januari 2014: 110-118 118