BAB 3 METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 3 METODOLOGI. Analisis ketahanan..., Niken Swastika, FT UI, Universitas Indonesia

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

Hariadi Aziz E.K

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2012 sampai Agustus 2013,

BAB IV DATA DAN ANALISIS

Bab IV Hasil dan Pembahasan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian terhidung sejak bulan Juni 2013 sampai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB 3 METODE PENELITIAN

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN

3 Metodologi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : Laboratorium Material Universitas Lampung.

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM OKSIDA MENGGUNAKAN METODE XRF (X-RAY FLOURESCENCE) SARI BACAAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

Bab III Metoda Penelitian

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

4 Hasil dan Pembahasan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Presentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381

Deskripsi SEMEN CEPAT GEOPOLIMER DAN METODA PEMBUATANNYA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB III METODE PENELITIAN

OXEA - Alat Analisis Unsur Online

Transkripsi:

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Untuk mempelajari sintesis geopolimer maka dibuat sampel yang selanjutnya akan dikarakterisasi dimana langkah pembuatan dan pengujiannya tertera pada diagam alir penelitian (Gambar 3.1). Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan lalu dapat dilanjutkan dengan penimbangan bahan. Kemudian dilanjutkan dengan pencampuran seluruh bahan diikuti dengan proses pengadukan hingga adonan homogen. Setelah itu adonan dapat dituang ke dalam cetakan logam yang telah dilapisi dengan plastik. Hal yang harus diamati saat penuangan adonan adalah workability adonan yaitu kemampuan adonan dalam melarutkan satu sama lain menjadi adonan yang homogen dan kemampuan adonan dalam mengalir mengisi ruang cetakan. Jika workability adonan baik maka adonan langsung dapat ditutup dengan lapisan plastik untuk mencegah penguapan air yang berlebihan, sedangkan untuk adonan dengan workability rendah harus dibantu dengan kompaksi manual terlebih dahulu agar dapat mengisi ruang cetakan. Kompaksi disini hanya bertujuan agar adonan dapat mengisi ruang cetakan bukan untuk mendapatkan kekuatan mekanik. Selanjutnya sampel dikeraskan. Setelah itu sampel siap dikarakterisasi untuk mendapatkan data yang selanjutnya dapat dianalisa untuk mendapatkan jawaban dari penelitian ini. Analisa data penelitian ini juga ditunjang dengan studi literatur penelitianpenelitian geopolimer terdahulu. Sintesis geopolimer berbahan..., 19 Dian Adisty, FT UI, 2009

20 Mulai Trial & Error Method Menyiapkan alat & bahan Menimbang bahan Mencampur bahan (mixing) High workability Menuang ke cetakan (pouring) Menutup cetakan dengan plastik Menunggu waktu simpan (storage time) Low workability Kompaksi manual Temperatur ruang Pengerasan Temperatur oven 70 C Melepas sampel dari cetakan Sampel ukuran (5x5x5cm) Hasil uji tekan relatif tinggi Karakterisasi: Uji Tekan Uji XRF Uji XRD Uji TGA Pengamatan SEM Hasil uji tekan relatif rendah Literatur Data Analisa Kesimpulan Selesai Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

21 3.2 Alat & Bahan 3.2.1 Alat Timbangan digital Gelas kimia Spatula Cetakan logam kubus (5x5x5cm) Perlatan kompaksi manual Plastik tahan panas untuk menutup cetakan Dapur Nabertherm 3.2.2 Bahan Abu terbang dalam keadaan kering Larutan Natrium silikat Natrium hidroksida Air Gambar 3.2 Bahan Penyusun Sampel Semen Geopolimer 3.3 Metode Perhitungan Campuran Sampel yang dibuat dalam penelitian ini merupakan sampel geopolimer berbahan dasar abu terbang yang ditujukan untuk aplikasi bahan bangunan seperti batako dan beton. Penelitian ini menitikberatkan pada pembuatan semen

22 geopolimer untuk aplikasi sebagai batako. Pasta geopolimer ini memiliki kemiripan fungsi dengan batako sehingga dapat diaplikasikan sebagai batako jika memenuhi kuat tekan tertentu. Metode yang digunakan untuk mendapatkan komposisi optimum dari sampel pasta geopolimer ini adalah dengan membuat desain campuran dimana perbandingan atom Al/Na = 1 kemudian dilanjutkan dengan metode coba-coba (trial and error) agar diperoleh campuran dengan workability yang memadai dan kuat tekan yang diinginkan. Semen geopolimer terdiri dari abu terbang, natrium hidroksida, natrium silikat, dan air. Variasi dari perbandingan persentase berat ke empat bahan penyusun tersebut merupakan faktor yang diteliti untuk mendapatkan hasil yang optimum dalam penelitian ini. Penilaian utama suatu sampel dianggap mendekati optimum dalam penelitian ini adalah berdasarkan nilai kuat tekannya yang dianggap sangat relevan dengan workability. Pembahasan penelitian ini akan lebih dititikberatkan kepada proses kimiawi yang terjadi selama sintetis geopolimer. Selain faktor teknis seperti hal tersebut, faktor ekonomis juga turut diperhitungkan. 3.4 Prosedur Pembuatan Sampel Hal yang pertama-tama dilakukan adalah menyiapkan semua alat dan bahan. Khusus untuk cetakan logam harus dilapisi terlebih dahulu dengan lapisan plastik agar nantinya sampel tidak menempel pada cetakan. Kemudian ke empat bahan penyusun sampel yaitu abu terbang, natrium hidroksida, natrium silikat, dan air dapat ditimbang satu persatu menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 3 angka dibelakang koma sesuai dengan komposisi yang direncanakan. Ada dua tipe pencampuran yang digunakan dalam pembuatan sampel. Adapun teknik pencampuran tipe I, natrium silikat, natrium hidroksida, dan air secara berturut-turut dicampur hingga rata di dalam suatu gelas kimia kemudian larutan tersebut dituang ke dalam gelas kimia yang berisi abu terbang dan diaduk hingga rata. Sedangkan teknik pencampuran tipe II dilakukan dengan mencampurkan natrium silikat dan natrium hidroksida terlebih dahulu dalam suatu gelas kimia kemudian di gelas berbeda abu terbang dicampur dengan air yang selanjutnya ditambahkan larutan campuran natrium silikat dengan natrium

23 hidroksida yang telah dicampur sebelumnya, aduk rata hingga membentuk adonan yang homogen. Setelah tercampur secara homogen, workability menjadi perhatian dari adonan tersebut. Jika workability baik maka adonan langsung dapat dituang ke cetakan dan jika sebaliknya maka adonan tersebut membutuhkan kompaksi manual untuk dapat mengisi ruang dalam cetakan. Kompaksi manual dilakukan dengan melakukan ketukan palu terhadap pelat lapis plastik persegi (5x5cm) yang diletakkan di atas adonan yang telah dimasukkan ke dalam cetakan sebanyak empat kali. Setelah itu, cetakan segera ditutup dengan lapisan plastik untuk menghindari penguapan air berlebihan sebagaimana diketahui air merupakan senyawa penting dalam proses polimerisasi. Penutupan dengan plastik juga bertujuan untuk menghindari kontak permukaan sampel dengan udara dalam hal ini karbondioksida sebelum pengerasan sempurna. Adapun kode sampel dan komposisi campurannya dapat dilihat pada Tabel 3.1. Beberapa sampel dibiarkan berada pada temperatur ruang hingga waktu uji tekan dan sebagian disimpan beberapa jam terlebih dahulu dalam oven dengan temperatur 70 C. Saat dimasukkan dalam oven, sampel tetap dilapisi dengan plastik tahan panas guna mencegah penguapan air yang berlebihan. Setelah secara visual sampel dianggap telah melampaui pengerasan maka sampel tersebut siap untuk dikarakterisasi. Tabel 3.1 Kode Sampel dan Komposisi Campuran Kode Sampel Komposisi (%Berat) Abu Terbang NaOH Na 2 SiO 3 H 2 O 1A 31 7 41 21 1B 31 7 41 21 2 31.25 7.5 40.25 21 3A 36 7 37 20 3B 32 6 40 22 3C 32 5 41 22

24 Kode Sampel Komposisi (%Berat) Abu Terbang NaOH Na 2 SiO 3 H 2 O 3C (Tr) 32 5 41 22 3D 33 3 41.25 22.25 3D (Tr) 33 3 41.25 22.25 3E 33.75 1.5 42 22.75 3F 34 0 43 23 4A 33.75 3.25 40.25 22.75 4B 34.25 3.25 39.25 23.25 4C 35 3.25 38.25 23.5 4D 35 3.25 37.25 24 4E 36 3.5 36 24.5 5A 40 2.5 13 44.5 5A(Tr) 40 2.5 13 44.5 5B 40 2.5 13 44.5 5B(Tr) 40 2.5 13 44.5 6A 40 11.42 20 28.57 6B 40 11.42 20 28.57 7 39.93 0.15 19.96 39.93 8 40.2 12.58 15.73 31.46 9A 37.85 18.02 9.01 35.11 9C 37.5 17.86 8.93 35.71

25 3.5 Proses Karakterisasi Sampel 3.5.1 Uji Tekan Berdasarkan aplikasi yang hendak dituju dari penelitian ini dimana sampel pasta geopolimer diharapkan dapat diaplikasikan sebagai bahan bangunan, maka sebagaimana kita ketahui kuat tekan memegang peranan penting dalam struktural. Oleh karena itu untuk membuktikan sifat mekaniknya dilakukan melalui pengujian kuat tekan (compressive test). Pengujian kuat tekan dilakukan di Laboratorium Uji Konstruksi, Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) Serpong. Pengujian dilangsungkan pada temperatur ruang menggunakan mesin uji tekan SCHENCK TREBEL (Gambar 3.3) dengan laju penekanan sebesar 3 mm/menit. Adapun persiapan sampel adalah memastikan ukuran dimensi dari sampel kubus (5x5x5cm) dengan pengukuran ulang menggunakan jangka sorong. Selain itu yang harus diperhatikan adalah kerataan bidang permukaan sampel dan kesejajarannya satu sama lain untuk proses penekanan. Jika ada permukaan yang kurang rata maka perataannya dapat dibantu dengan proses pengamplasan. Selanjutnya sampel diletakkan di mesin uji tekan dan siap diberi pembebanan seperti dapat dilihat pada Gambar 3.3. Pembebanan dilakukan mulai dari beban yang rendah hingga beban maksimum yang dapat diterima hingga sampel tersebut retak. Retakan sampel disimpan kembali untuk karakterisasi selanjutnya. Data yang didapatkan secara langsung dari pengujian ini adalah grafik uji tekan dimana beban maksimum yang dapat diterima sampel dapat terbaca sebagai puncak pada grafik. Beban maksimum dapat dikalkulasi menjadi kuat tekan dalam satuan kg/cm 2 dengan mensubstitusikannnya ke dalam persamaan 3.1 berikut: Keterangan: : kuat tekan (kg/cm 2 ) Fmax : beban maksimum (skala puncak pada grafik) A : luas permukaan sampel (cm 2 ) (3.1)

26 Gambar 3.3 Mesin Uji Tekan (a) (b) Gambar 3.4 (a) Peletakan Sampel Kubus (5x5x5cm) Pada Mesin Uji Tekan; (b) Contoh Sampel Ditekan Hingga Retak 3.5.2 Uji XRF Pengujian ini digunakan untuk mengetahui komposisi kimia. Analisis unsur kimia terhadap sampel akan lebih teliti bila dilakukan dengan teknik XRF. Dengan XRF kita dapat menganalisa unsur-unsur apa saja yang membangun material yang kita amati, walaupun untuk unsur ringan tidak dapat diamati. Kelemahan dari metode XRF adalah tidak dapat mengetahui senyawa apa yang dibentuk oleh unsur-unsur yang terkandung dalam material yang akan kita teliti.

27 Dan kita tidak dapat menentukan struktur dari atom yang membentuk material itu. Metode XRF secara luas digunakan untuk menentukan komposisi unsur suatu material. Karena metode ini cepat dan tidak merusak sampel, metode ini dipilih untuk aplikasi di lapangan dan industri untuk kontrol material. Tergantung pada penggunaannya, XRF dapat dihasilkan tidak hanya oleh sinar X tetapi juga sumber eksitasi primer yang lain seperti partikel alfa, proton atau sumber elektron dengan energi yang tinggi. Apabila terjadi eksitasi sinar-x primer yang berasal dari tabung X-ray atau sumber radioaktif mengenai sampel, sinar-x dapat diabsorpsi atau dihamburkan oleh material. Proses dimana sinar-x diabsorpsi oleh atom dengan mentransfer energinya pada elektron yang terdapat pada kulit yang lebih dalam disebut efek fotolistrik. Selama proses ini, bila sinar-x primer memiliki cukup energi, elektron pindah dari kulit yang di dalam menimbulkan kekosongan. Kekosongan ini menghasilkan keadaan atom yang tidak stabil. Apabila atom kembali pada keadaan stabil, elektron dari kulit luar pindah ke kulit yang lebih dalam dan proses ini menghasilkan energi sinar-x yang tertentu dan berbeda antara dua energi ikatan pada kulit tersebut. Emisi sinar-x dihasilkan dari proses yang disebut X- Ray Fluorescence (XRF). Proses deteksi dan analisa emisi sinar-x disebut analisa XRF. Pada umumnya kulit K dan L terlibat pada deteksi XRF. Jenis spektrum X ray dari sampel yang diradiasi akan menggambarkan puncak-puncak pada intensitas yang berbeda [26]. Pengujian dilakukan di Program Studi Ilmu Material Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,, Salemba. Sebelum melakukan pengujian XRF, terlebih dahulu material di press dengan mesin press, jumlah sampel yang dipress 1 buah. 3.5.3 Uji XRD Pengujian XRD melalui teknik wide angle X-ray scattering (WAXS) digunakan untuk mengetahui tingkat kristalinitas dan identifikasi fasa secara kualitatif dari sampel [27]. Pengujian dilakukan di Departemen Metalurgi & Material FTUI menggunakan PHILIPS X-Ray Diffractometer dengan radiasi monokromatik Cu K ( =1,54056Å). Scanning dilakukan bertahap setiap 0,02

28 dengan waktu setiap tahapan selama 1,00 sekon. Fasa kristal yang muncul diidentifikasi menggunakan perangkat lunak PCPDF-WIN dan APD. Puncakpuncak Cu K 2 dikurangi dan rasio intensitasnya diatur sebesar 0,5. Pada waktu suatu material dikenai sinar-x, maka intensitas sinar yang ditransmisikan lebih rendah dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar-x yang dihamburkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasanya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasanya sama. Berkas sinar-x yang saling menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas difraksi. Hukum Bragg merupakan perumusan matematika tentang persyaratan yang harus dipenuhi agar berkas sinar-x yang dihamburkan tersebut merupakan berkas difraksi [26]. Gambar 3.5 Skema Teknik Analisa XRD [28] Sampel berupa serbuk ditempelkan pada tempat pengujiannya yang kemudian siap diuji coba sebagai sampel uji pada mesin XRD. Sampel yang digunakan dalam pengujian ini adalah sampel retakan hasil uji tekan yang selanjutnya dihaluskan menjadi bubuk menggunakan penumbuk dan lesung untuk

29 analisa XRD. Spesimen serbuk lebih menguntungkan karena berbagai arah difraksi dapat diwakili oleh partikel-partikel yang halus tersebut. Ukuran partikel harus lebih kecil dari 10 mikron agar intensitas relatif sinar difraksi dapat dideteksi dengan teliti. Kalau ukuran partikelnya besar, maka akan timbul efek penyerapan linear seperti halnya permukaan yang kasar pada spesimen pelat. Selanjutnya didapatkan grafik dengan axis berupa 2 dan ordinat berupa intensitas melalui perangkat lunak. Suatu senyawa memiliki 2 dan intensitas spesifik sehingga untuk mengetahui senyawa apakah yang berada pada puncak suatu grafik XRD dapat dilakukan dengan mencocokkan data grafik tersebut dengan database yang dirangkum oleh International Centre for Diffraction Data. 3.5.4 Uji TGA TGA merupakan teknik analisa kuantitatif yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan berat material baik sebagai akibat fungsi kenaikan temperatur maupun pada temperatur isotermal sebagai fungsi waktu dalam atmosfer nitrogen, helium, udara, gas lainnya atau dalam susanan vakum [29]. Pengujian ini diharapkan dapat mengetahui jumlah kandungan air yang berikatan secara kimia atau disebut sebagai hidrat didalam sampel. Dengan kenaikan temperatur dapat diketahui jumlah hidrat yang hilang. Penggunaan laju pemanasan yang rendah dapat menghasilkan data yaitu pada temperatur berapa ikatan hidrat terlepas dari ikatan kimiawinya. Pengujian TGA dilakukan di Sentra Teknologi Polimer, Kawasan PUSPIPTEK Serpong menggunakan TGA Mettler Tuledo TGA/SDTA851 e. Pengujian ini dilakukan sesuai dengan ASTM D 1131-98, Thermal analysis using TGA. Jenis cawan (crucible) yang digunakan adalah 40 L keramik dalam jangkauan nitrogen cair. Sample yang digunakan adalah sampel retakan hasil uji tekan yang selanjutnya dihaluskan menjadi bubuk. Sample bubuk tersebut kemudian diletakkan didalam cawan keramik (inert) kemudian dimasukkan ke dalam mesin TGA yang telah bertemperatur awal sebesar 95 C kemudian ditahan selama 20 menit. Selanjutnya temperatur terus dinaikkan hingga temperatur akhir 950 C dimana setiap sampai pada temperatur berikut secara berturut-turut selalu

30 ditahan selama 20 menit yaitu 110, 150, 200, dan 300 C. Laju pemanasan yang digunakan sebesar 5 C/menit dan gas nitrogen digunakan sebagai atmosfer inert. 3.5.5 Pengamatan SEM Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisis permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan yang tebalnya sekitar 20 µm dari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan gambar topografi dengan segala tonjolan dan lekukan permukaan. Gambar topogorafi diperoleh dari penangkapan pengolahan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen. Kata kunci dari prinsip kerja SEM adalah scanning yang berarti bahwa berkas elektron menyapu permukaan spesimen, titik demi titik dengan sapuan membentuk garis demi garis, mirip seperti gerakan mata yang membaca. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkannyapun adalah dari titik pada permukaan, yang selanjutnya ditangkap oleh detektor secondary electron dan kemudian diolah dan ditampilkan pada layar CRT (TV). Scanning coil yang mengarahkan berkas elektron bekerja secara sinkron dengan pengarah berkas elektron pada tabung layar TV, sehingga didapatkan gambar permukaan spesimen pada layar TV [26]. Permukaan spesimen harus bersifat konduktif. Oleh karena itu permukaan spesimen perlu dilapisi karbon terlebih dahulu. Adanya material yang tidak konduktif, misalnya serat kertas atau kotoran di permukaan spesimen akan menyebabkan terjadinya efek charging yang kelihatan berwarna sangat terang pada gambar SEM. Oleh karena itu permukaan spesimen harus bersih dari kotoran dan tidak terkontaminasi oleh keringat. Pengamatan ini menggunakan SEM-EDX LEO 420i di Departemen Metalurgi & Material FTUI.