Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya

dokumen-dokumen yang mirip
Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Penting Bagi Kehidupan, Harusnya Mangrove Tidak Dirusak

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia

TINJAUAN HUKUM DAN KONSESI LAHAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

KEADAAN UMUM WILAYAH. General Description of The Regions I. LETAK ADMINISTRASI DAN AKSESIBILITAS

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

Judul. Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh)

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Universitas Sumatera Utara

STRATEGI TINDAK LANJUT

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang memiliki

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

G. RENCANA TINDAK LANJUT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Gajah Liar Ini Mati Meski Sudah Diobati

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

Semiloka Peningkatan Partisipasi Publik Dalam Mendorong Penegakan Hukum Yang Sistematis (KPSL-Sumbagut)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TERM OF REFERENCE KONGRES DAN LOKAKARYA JARINGAN MASYARAKAT GAMBUT RIAU PEKANBARU, MARET 2010

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

West Kalimantan Community Carbon Pools

I. PENDAHULUAN. dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai berikut : a) Hutan

RENCANA STRATEGIS

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

INOVASI PENCEGAH KEBAKARAN BAWAH TANAH LAHAN GAMBUT DENGAN SPIDER PIPELINE AS GROUND FIRE WETLAND (SPAS GROFI-W)

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Pemetaan Keanekaragaman Hayati Dan Stok Karbon di Tingkat Pulau & Kawasan Ekosistem Terpadu RIMBA

GEMPA DAN TSUNAMI GEMPA BUMI

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

PERANAN LAHAN BASAH (WETLANDS) DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

memuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

KERANGKA ACUAN. Front Line Responder Training PENDIDIKAN DALAM SITUASI DARURAT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Waktu: April Tempat: Ruang Sonokeling, Manggala Wanabakti, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT

SCIENTIFIC STUDIES FOR THE REHABILITATION AND MANAGEMENT OF THE TRIPA PEAT-SWAMP FOREST

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

KEPUTUSAN NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam kategori negara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN AKHIR KAMPANYE PRIDE

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RESTORASI EKOSISTEM

Perlindungan Hutan Tropis Berbasis Kearifan Lokal. Inisiatif Hutan Desa di Kabupaten Merangin

Peluang dan Tantangan Gerakan Penyelamatan Rawa Tripa Berbasis Komunitas di Provinsi Aceh. Monalisa*

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

PENCADANGAN DAN PELESTARIAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT DI KABUPATEN NAGAN RAYA

AKTIFITAS ILLEGAL DI DALAM KAWASAN HUTAN. Penebangan Liar Pencurian Kayu Perambahan Hutan Perladangan Liar Pengembalaan Liar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

Melindungi Hutan Rawa Singkil untuk Masa Depan Anak Cucu Kita RENCANA KERJA. Fransisca Ariantiningsih

WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Memperkuat Kapasitas Kelembagaan PemerintahDaerah untuk Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Rencana Pembangunan Daerah

Transkripsi:

Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya Latar Belakang Tripa merupakan hutan rawa gambut yang luasnya sekitar 61.000 ha, terletak di pantai barat Aceh, yaitu di Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya. Secara administratif kawasan Tripa sekitar 60% termasuk dalam wilayah kecamatan Darul Makmur kabupaten Nagan Raya dan 40% dalam wilayah kecamatan Babah Rot kabupaten Aceh Barat Daya. Tripa merupakan salah satu dari tiga hutan rawa gambut besar di dalam Ekosistem Leuser yang paling terkenal di dunia. Rawa-rawa ini memiliki nilai local dan internasional. Tripa sangat penting bagi penduduk local karena mampu menjadi buffer zone yang tangguh saat bencana tsunami menghantam Aceh di bulan Desember 2004. Tripa juga menyediakan keamanan pangan (terutama ikan), persediaan air bersih, dan hasil hutan non kayu seperti madu dan kayu. Juga mengatur iklim mikro, termasuk temperatur dan kelembaban, yang penting bagi pencegahan kebakaran dan keberlanjutan pertanian lokal. Hasil penelitian LIPI, kawasan Hutan Tripa memiliki kedalaman gambut 3 s/d 5 meter. Hutan rawa gambut ini bersifat khas karena berfungsi seperti spons (busa) yang mampu menyerap air dan melepaskannya secara perlahan-lahan, dan yang paling pentingnya adalah sebagai penyimpan karbon. Karena sifatnya itu, gambut memiliki kemampuan sebagai penambat (reservoir) air tawar yang cukup besar pada musim hujan dan melepaskan air pada musim kemarau. Selain itu, kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, yang diantaranya adalah Beruang Madu (Helarctos malayanus), Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Buaya Muara (Crocodilus porosus), Burung Rangkok (Buceros sp), dan berbagai jenis satwa liar lainnya. Bahkan hasil penelitian Prof. Carel van Schaik pada tahun 1996 menemukan jumlah populasi orangutan tertinggi terdapat di dalam kawasan hutan gambut Tripa, Kluet dan Singkil. Dikarenakan fungsinya yang cukup penting tersebut, berdasarakan Kepres Nomor 33 tahun 1997, kawasan ini dimasukkan dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Pendataan lapangan pada bulan November 2007 oleh YEL/PanEco, ICRAF (the World Agroforestry Centre) dan UNSYIAH (Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh) menemukan cadangan karbon di atas permukaan tanah pada hutan yang masih ada seluas 31.410 ha (Hutan primer seluas 24.088 ha dan hutan sekunder seluas 7.231 ha) adalah sebesar 4.048.335 ton carbon. Sementara cadangan karbon di bawah permukaan tanah (dengan kedalaman antara 130 cm-505cm) diperkirakan sebesar 328-2.240 ton karbon per hektar (luas rawa gambut Tripa 60.000 ha, menyimpan 19.680.000-134.400.000 ton karbon). Pembukaan dan pengeringan rawa gambut dimana saja termasuk juga Tripa, akan mengakibatkan pelepasan kandungan karbon tersebut ke udara yang dapat mempercepat pemanasan global. Dampak lokal yang akan dirasakan oleh masyarakat sekitarnya adalah kehilangan sumber protein alami (ikan air tawar seperti lele), kehilangan sumber tanaman obat, penurunan permukaan tanah dan berkurangnya daya serap air sehingga mengakibatkan seringnya terjadi banjir. Pada jangka panjang dampak yang akan dirasakan masyarakat lokal adalah penurunan permukaan tanah dan intrusi air laut, sehingga akan sulit mendapatkan air tawar. Pengeringan rawa saja akan berakibat matinya tutupan hutan (vegetasi) yang ada diatasnya, dan kemudian akan menurunkan permukaan tanah. Potensi alaminya, masalah lingkungan yang akan muncul dari aktifitas pada kawaswan rawa ini tidak banyak diketahui masyarakat.

Untuk itu, perlu dicari jalan keluar atau solusi dari persoalan yang muncul atau ada didalam kawasan hutan Rawa Gambut Tripa. Dalam merumuskan solusi terbaik bagi permasalahan di Tripa perlu melibatkan berbagai pihak yang terkait, baik pemerintah daerah, masyarakat, LSM pemerhati masalah Tripa dan pihak swasta (perkebunan kelapa sawit) Tujuan 1. Memberikan pemahaman awal mengenai fungsi dan peran serta dampak dari kehilangan rawa gambut Tripa ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, mitigasi bencana dan jasa lingkungan 2. Membangun stakeholder atau jaringan stakeholder kunci untuk proses pencarian solusi dan pengelolaan rawa tripa ke depan yang berkelanjutan. 3. Bersama-sama dengan stakeholder kunci mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di sekitar hutan rawa Tripa. Hasil yang diharapkan. 1. Adanya pemahaman dari stakeholder kunci mengenai nilai dan peran Rawa Tripa serta dampak yang muncul dari kehilangan Rawa Tripa bagi masyarakat dan pemerintah daerah 2. Terbentuknya jaringan stakeholder kunci untuk mencari solusi dalam membangun pengelolaan Rawa Tripa yang berkelanjutan. 3. Terciptanya kesepahaman dan komitmen diantara stakeholder kunci untuk mencari solusi dalam membangun pengelolaan Rawa Tripa yang berkelanjutan. Metode Round Table Discussion direncanakan akan berlangsung selama 2 hari dan terbagi dalam dua sesi utama yaitu seminar dan diskusi. Dalam sesi seminar akan dipaparkan berbagai informasi dan fakta terkait dengan nilai, fungsi dan peran Rawa Tripa ditinjau dari berbagai aspek. Selanjutnya dalam sesi diskusi (dalam hal ini dibagi dalam beberapa kelompok kerja) akan memetakan berbagai persoalan yang saat ini mengancam Tripa dan alternative solusinya. Hasil dari kelompok-kelompok kerja ini yang akan dibahas lebih lanjut dalam Round Table Discussion sesi kedua Peserta Peserta kegiatan ini adalah para pemangku kepentingan yang berada di daerah sasaran yaitu Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya serta LSM pemerhati Tripa dan jurnalis. 1. Masyarakat Adat (Kemukiman) 2. Kecamatan (Darul Makmur dan Babahrot) 3. DPRK Abdya dan Nagan Raya. 4. Dishutbun Kab Abdya dan Nagan Raya. 5. Bapeda Kab Abdya dan Nagan Raya 6. Bapedalda/ Dinas Lingkungan Hidup Kab Abdya dan Nagan Raya 7. Dinas Pertanian 8. Dinas Perikanan dan Kelautan 9. Dinas Pengairan 10. BP KEL 11. Pemilik Hak Guna Usaha (Perkebunan Kelapa sawit),

12. Media (Cetak dan Elektronik), 13. Perguruan Tinggi, dan 14. LSM. Materi dan narasumber: 1. Rawa dan masyarakat pesisir pantai barat Aceh ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya dan mitigasi bencana. a. Unsyiah: Rawa dan masyarakat pesisir Aceh (hubungan sosial ekonomi dan budaya) b. YLI: Raw pesisir pantai barat dan perannya dalam mitigasi bencana (lesson learned tsunami 2004) c. Perwakilan Masyarakat Lokal (Mukim) : Berbagi pengalaman - Manfaat Rawa Tripa bagi kehidupan masyarakat lokal 2. Pengelolaan hutan Rawa Tripa dan potensi sumber ekonomi yang berkelanjutan. a. BP DAS Prov NAD: DAS Tripa peran, dasar hukum pengelolaan dan dampak kehilangannya b. BP KEL: Rawa Tripa sebagai bagian dari KEL peran, dasar hukum, dan pengelolaannya c. ICRAF: Hutan Rawa Gambut Tripa dan potensi perdagangan karbon. Waktu dan Tempat Kegiatan Kegiatan ini akan diselenggarakan pada: Hari/Tanggal : 19 20 Desember 2008 Tempat : akan dikonfirmasikan lagi Jadwal Kegiatan Terlampir. Penutup Demikian ToR ini dibuat sebagai kerangka acuan pelaksanaan dan evaluasi hasil kegiatan. Salam Lestari, Tim kampanye dan advokasi untuk penyelamatan Rawa Tripa Kontak : 1. Kristiani Napitupulu (081396364540) 2. Fransisca Ariantiningsih (081533107681) 3. Tatang Y Komoro (081376127991)

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Round Table Discussion Hari Pertama, Kamis 18 Desember 2008 Waktu Kegiatan Pemateri/Penanggung Jawab 09.00 09.30 Registrasi peserta 09.30 10.00 10.00 10.30 10.30 10.50 10.50 11.10 11.10 11.30 11.30 12.00 12.00 13.00 13.00 13.20 13.20 13.40 13.40 14.00 14.00 14.30 Pembukaan - Pembacaan ayat suci Al Quran - Pembukaan RTD oleh Bupati Nagan Raya Coffee Break Seminar Panel 1 Rawa dan masyarakat pesisir pantai barat Aceh ditinjau dari aspek ekonomi, sosial budaya dan mitigasi bencana Rawa dan masyarakat pesisir Aceh Rawa di pesisir pantai barat dan perannya dalam mitigasi bencana (lesson learned tsunami 2004) Berbagi pengalaman - Manfaat Rawa Tripa bagi kehidupan masyarakat lokal Diskusi dan tanya jawab Ishoma Seminar Panel 2 Pengelolaan hutan Rawa Tripa dan potensi sumber ekonomi yang berkelanjutan DAS Tripa peran, dasar hukum pengelolaan dan dampak kehilangannya Rawa Tripa sebagai bagian dari KEL peran, dasar hukum, dan pengelolaannya Hutan Rawa Gambut Tripa dan potensi perdagangan karbon Diskusi dan tanya jawab Peserta kemudian dibagi menjadi dua kelompok diskusi, dengan tema: 1) Rawa dan kehidupan masyarakat lokal 2) Pengelolaan rawa dan potensi untuk sumber ekonomi berkelanjutan UNSYIAH YLI Perwakilan Masyarakat Adat Tripa BP DAS NAD BP KEL ICRAF

14.30 16.30 16.30 16.45 16.45 17.45 Diskusi dalam masing-masing kelompok untuk mengidentifikasi permasalahan permasalahan yang muncul di Tripa terkait dengan tema diskusi masing-masing kelompok Coffee Break Pemaparan hasil diskusi masing-masing kelompok Fasilitator kelompok Hari Kedua, Jumat 19 Desember 2008 Waktu Kegiatan Pemateri/Penanggung Jawab 08.00 09.00 Sarapan pagi 09.00 09.15 Review kegiatan hari sebelumnya Peserta kembali di bagi dalam kelompokkelompok kerja 09.15 10.15 Diskusi dalam masing-masing kelompok Fasilitator untuk mengidentifikasi alternative-alternatif solusi untuk permasalahan di Tripa 10.15 10.30 Coffee Break 10.30 11.30 Lanjutan Diskusi Fasilitator 11.30 12.00 Pemaparan hasil diskusi sesi pertama Kelompok 12.00 14.00 Ishoma 14.00 14.30 Pemaparan hasil diskusi sesi kedua Kelompok 14.30 15.30 Kesimpulan, komitmen dan rekomendasi Dishutbun Nagan Raya 15.30 15.45 Coffee break 15.45 16.15 Penutupan 16.15 16.45 Konferensi Pers

Lampiran 2. Daftar Peserta Round Table Discussion No Instansi/Lembaga Jumlah 1. Perwakilan masyarakat adat Tripa 3 orang 2. Muspika Darul Makmur 3 orang 3. Muspika Babahrot 3 orang 4. DPRK Nagan Raya 1 orang 5. DPRK Aceh Barat Daya 1 orang 6. Pemda Nagan Raya 1 orang 7. Pemda Aceh Barat Daya 1 orang 8. Dishutbun Nagan Raya 1 orang 9. Dishutbun Aceh Barat Daya 1 orang 10. Bappeda Nagan Raya 1 orang 11. Bappeda Aceh Barat Daya 1 orang 12. Dinas Lingkungan Hidup Nagan Raya 1 orang 13. Bapedalda Aceh Barat Daya 1 orang 14. Dinas Pengairan Nagan Raya 1 orang 15. Dinas Pengairan Aceh Barat Daya 1 orang 16. Dinas Pertanian Nagan Raya 1 orang 17. Dinas Pertanian Aceh Barat Daya 1 orang 18. Dinas Perikanan dan Kelautan Abdya 1 orang 19. Dinas Perikanan dan Kelautan Nagan 1 orang 20. BP KEL 1 orang 21. Unsyiah 1 orang 22. BP DAS Prov NAD 1 orang 23. WWF 1 orang 24. ICRAF 1 orang 25. Walhi NAD 1 orang 26. YLI 1 orang 27. Eye on Aceh 1 orang 28. Wetland International Indonesia Program 1 orang 29. LBH NAD 1 orang 30. OCSP 1 orang 31. YEL/PanEco 1 orang 32. Serambi Indonesia 1 orang 33. Radio Fatali FM 1 orang 34. Radio Nara FM 1 orang 35. PT Astra Agro Lestari 1 orang 36. PT Kalista Alam 1 orang 37. PT Gelora Sawita Makmur 1 orang 38. PT SOCFINDO 1 orang 39. PT Fajar Bazury & Brothers 1 orang 40. PT Cemerlang Abadi 1 orang Total 45 orang