BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENGURANGI PELANGGARAN TATA TERTIB SEKOLAH (PENELITIAN PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014) JURNAL Oleh : ZAFIRAH FARIS NIM K3109084 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014
BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENGURANGI PELANGGARAN TATA TERTIB SEKOLAH (PENELITIAN PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014) Zafirah Faris dan Sutarno Program Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRACT Zafirah Faris. GROUP COUNSELING WITH DISCUSSION TECHNIQUE TO REDUCE INFRINGEMENT OF SCHOOL RULES (STUDY OF ELEVEN GRADE STUDENTS IN SMA NEGERI 8 SURAKARTA SCHOOL YEAR OF 2013/2014). Thesis. Faculty of Teacher And Training Education Sebelas Maret University Surakarta. Januari 2014. The objective of research is to find out the effectiveness of Group counseling with discussion technique to reduce infringement of school rules of eleven grade students in SMA 8 Surakarta year of 2013/2014. The research was a Quasi Experimental Design with Non Equivalent Control Design. The sampling technique was purposive random sampling technique. The samples in this study were students of SMA Negeri 8 Surakarta grade eleven. Technique of collecting data used was questionnaire. The data analysis was conducted using Two Ways ANOVA by utilizing SPSS 16. Based on the testing result of sub- hypothesis I the value of F count is 18,489 > F tabel 3,92 then Ho rejected and Ha is accepted, it means that there is a difference in the value of infringement of school rules before and after the treatment given in the experimental group and the control group. Based on the testing result of sub- hypothesis II the value of F count is 13,174 > F tabel 3,92 so there is a difference in the value of infringement of school rules given in the experimental group and the control group. The testing result of sub hypothesis III the value F count = 10,480 > F table = 3,92 which means there is an interaction between the of infringement of school rules before and after the given treatment in the experimental group and the control group. Conclusion of this study is group counseling with discussion technique effectively reduce infringement of school rules of eleven grade students in SMA Negeri 8 Surakarta School Year of 2013/2014. Keywords : group counseling, discussion technique, infringement of school rules.
PENDAHULUAN Siswa tingkat sekolah menengah atas dalam rentang umur 15-18 tahun dikatakan sebagai remaja pertengahan. Monks, Knoers, dan Haditono ( dalam Desmita, 2008 :190) menyatakan bahwa masa remaja dibedakan menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 12 tahun, masa remaja awal 12 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 21 tahun. Selain pendapat tersebut, Kartini Kartono (2007 : 148), menyatakan bahwa masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Gunarsa (2000 : 218) memaparkan bahwa beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja pada masa sekolah menengah atas, yaitu: 1) kecanggungan dalam pergaulan 2) ketidakstabilan emosi, 3) adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup, 4) adanya sikap menentang dan menantang orang tua, 5) pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua, 6) kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya, 7) senang bereksperimentasi, 8) senang bereksplorasi, 9) mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan, 10) kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok. Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dijelaskan bahwa remaja mempunyai sifat-sifat, seperti ketidakstabilan emosi, adanya pertentangan dalam diri serta sikap menentang dan menantang orang tua. Sifat-sifat tersebut dapat menimbulkan masalah baik di dalam maupun di luar sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai peraturan-peraturan yang diberlakukan bagi seluruh warga sekolah. Salah satunya yaitu adanya tata tertib sekolah bagi para siswa. Siswa diharuskan untuk
menaati tata tertib sekolah yang ada. Dengan adanya tata tertib sekolah, diharapkan siswa dapat menaati tata tertib sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Tetapi pada kenyataannya, masih ada pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh para siswa. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain berasal dari karakteristik remaja yang memiliki ketidakstabilan emosi, suka menentang dan sikap pemberontakan tinggi. Sedangkan faktor eksternal antara lain; penegakan tata tertib dari pihak sekolah yang belum optimal, sanksi dan hukuman bagi pelanggar tata tertib tidak jelas dan tindak lanjut dari pelanggaran tata tertib kurang dilaksanakan secara serius. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru B&K di SMA Negeri 8 Surakarta pada tanggal 15 Maret 2013 dapat diketahui bahwa yang dilakukan oleh siswa masih tergolong cukup tinggi. Pelanggaran yang dimaksud antara lain ; terlambat masuk sekolah, berpakaian tidak rapi, memakai seragam sekolah tanpa atribut yang lengkap, membolos ke kantin dan tidak masuk tanpa keterangan. Guru B&K telah mengupayakan untuk mengurangi pelanggaran dengan berbagai cara, salah satunya dengan adanya buku tata tertib sekolah. Di dalam buku tata tertib telah dijelaskan tentang berbagai hal yang terkait dengan tata tertib itu sendiri, seperti hak dan kewajiban siswa, jenis-jenis pelanggaran serta sistem kredit poin dari setiap pelanggaran. Tetapi hasil dari pengadaan buku tata tertib ini masih belum dapat mengurangi pelanggaran tata tertib sekolah secara optimal. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain; ketidaktahuan siswa akan pentingnya tata tertib, ketidaksadaran siswa akan tata tertib sekolah itu sendiri serta terkait dengan metode yang digunakan oleh guru B&K dalam menyampaikan informasi tentang tata tertib sekolah. Pelanggaran terhadap tata tertib sekolah harus diatasi, karena hal ini merugikan pihak sekolah dan siswa. Salah satu cara untuk
mengurangi pelanggaran tata tertib sekolah yaitu dengan memberikan layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Tatiek Romlah (2001 : 3) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Sedangkan W.S Winkel (2004 :564) memaparkan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompokkelompok untuk keperluan pelayanan bimbingan. Selanjutnya Tatiek Romlah (2001:87) menjelaskan bahwa beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu pemberian informasi, diskusi kelompok, pemecahan masalah (problem solving), penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom), permainan peranan, karyawisata, dan permainan simulasi. Jenis bimbingan kelompok yang digunakan untuk mengurangi yaitu bimbingan kelompok dengan teknik diskusi. Teknik diskusi dipilih dengan pertimbangan bahwa dengan teknik ini siswa dapat bertukar pendapat dengan teman dalam kelompok. Dengan diskusi, siswa dapat mencari solusi bersama-sama untuk mengurangi pelanggaran yang terjadi di sekolah, sehingga pelanggaran tata tertib dapat dikurangi secara optimal. Djamarah Syaiful Bahri & Aswan Zain (2002: 99) menyatakan bahwa diskusi adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan/pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dapat dipecahkan bersama. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam diskusi siswa diminta untuk memecahkan masalah secara bersama-sama dalam suasana kelompok untuk mendapatkan solusi bersama. Dengan demikian bimbingan kelompok dengan teknik diskusi yang memadai dan tepat akan membantu siswa mengurangi pelanggaran tata tertib yang ada disekolah.
Berdasarkan kajian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi untuk Mengurangi Pelanggaran Tata Tertib Sekolah (Penelitian Pada Siswa SMA Kelas XI IPS di SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPS SMA Negeri 8 Surakarta dan dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS ynag berjumlah 60 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan rancangan quasi eksperimental design. Jenis data yang diungkap dalam penelitian ini adalah. Data dalam penelitian ini berupa data pre test dan data post test. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Angket tertutup yaitu angket yang sudah disediakan alternatif jawabannya oleh peneliti sehingga memudahkan subjek dalam menjawab. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan Two Ways Anova. B. HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui keefektifan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi untuk mengurangi pelanggaran tata tertib sekolah pada Siswa SMA Kelas XI IPS di SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan rancangan Quasi Eksperimental Design. Berdasarkan rancangan tersebut maka dibentuk satu kelompok sebagai kelompok eksperimen dan satu sebagai kelompok kontrol. Penghitungan hasil hipotesis yang telah dilakukan diperoleh tiga hasil analisis sub hipotesis. Hasil analisis sub
hipotesis pertama yaitu ada perbedaan kelompok nilai sebelum diberi perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (postest) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan penghitungan statistik diperoleh F hitung > F tabel yaitu 18,489 > 3,92 dengan signifikansi sebesar 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pelanggaran tata tertib sekolah sebelum diberi perlakuan (pretest) dengan setelah diberi perlakuan (postest) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil analisis sub hipotesis kedua yaitu ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan tersebut dikarenakan kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan teknik diskusi sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan apapun. Berdasarkan penghitungan statistik diperoleh F hitung > F tabel yaitu 13,174 > F tabel 3,92 dengan signifikansi sebesar 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pelanggaran tata tertib sekolah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil analisis sub hipotesis ketiga yaitu ada interaksi antara kelompok nilai pelanggaran tata tertib sekolah sebelum diberi perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (postest) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Interaksi terjadi karena adanya perlakuan dengan teknik diskusi, jika dengan adanya perlakuan dengan teknik diskusi dapat mengurangi pelanggaran tata tertib sekolah pada kelompok eksperimen, maka terjadi interaksi. Berdasarkan penghitungan statistik diperoleh F hitung > F tabel yaitu 10,480 > 3,92 dengan signifikansi 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada interaksi pelanggaran tata tertib sekolah sebelum diberi perlakuan (pretest) dan setelah diberi perlakuan (postest) dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Merujuk masing-masing analis pengujian hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pelanggaran tata tertib sekolah antara kelompok
eksperimen dengan kelompok control. Perbedaan pelanggaran tata tertib sekolah antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol terjadi karena pengaruh teknik diskusi. Perlakuan dengan teknik diskusi pada kelompok eksperimen dapat mengurangi karena dengan diskusi siswa dapat mengutarakan pendapatnya, menyimpulkan mengenai suatu permasalahan atau menyusun berbagai alternatif suatu permasalahan terkait dengan tata tertib sekolah. Hasil penelitian eksperimen tersebut relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Dewa Sukardi (2008: 221) bahwa diskusi kelompok merupakan suatu pertemuan dua orang atau lebih, yang ditujukan untuk saling tukar pengalaman dan pendapat yang menghasilkan keputusan bersama. Selanjutnya Tatiek Romlah (2001 : 89) menyatakan diskusi dengan diskusi kelompok yang memiliki pengertian bahwa diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, di bawah pimpinan seorang pimpinan. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa teknk diskusi dapat menurangi pelanggaran tata tertib sekolah apabila dilaksanakan dengan benar. Hasil penelitian ini juga relevan dengan penelitian tentang pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh Emi Julia (2013) yang berjudul Analisis Faktor Penyebab dan Upaya Mengatasi Pelanggaran Tata Tertib pada SMA Wisuda Pontianak. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelanggaran tata tertib sekolah yang terjadi pada siswa di kelas XI SMA Wisuda Pontianak. Penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk studi kasus. Hasil analisis data yang diperoleh secara umum pelanggaran tata tertib yang sering dilanggar yaitu pelanggaran seragam sekolah, makan pada jam pelajaran, terlambat datang ke sekolah dan menggunakan handphone. Faktor penyebab disebabkan oleh sumber dari siswa, luar siswa dan keadaan sekolah.
Upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi pelanggaran tata tertib sekolah yaitu mengevaluasi pelanggaran, memberikan sanksi yang jelas dan mendidik, serta melakukan razia pada siswa. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa bimbingan kelompok dengan teknik diskusi efektif mengurangi pada siswa SMA kelas XI IPS di SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014. Keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi untuk mengurangi pelanggaran tata tertib sekolah ini terkait dengan konsep diskusi yang dijelaskan oleh Hasibuan & Moedjiono. Hasibuan & Moedjiono (2009 : 20) bahwa diskusi adalah suatu cara membimbing lewat kelompok, dengan memberi kesempatan pada siswa nya untuk dapat mengutarakan pendapatnya, menyimpulkan mengenai suatu permasalahan atau menyusun berbagai alternatif suatu permasalahannya itu. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa dengan melalui teknik diskusi siswa dapat terlibat secara aktif saat guru BK menyampaikan informasi dan diskusi tentang empat pokok bahasan yaitu: hak siswa di sekolah yang bertujuan agar siswa dapat mengidentifikasi haknya di sekolah, kewajiban siswa menaati tata tertib sekolah yang bertujuan agar siswa dapat menerapkan kewajibannya di sekolah, larangan yang ada di sekolah yang bertujuan agar siswa dapat membedakan antara tata tertib dengan larangan yang ada di sekolah dan sanksi dalam tata tertib sekolah yang bertujuan agar siswa dapat menggunakan sistem poin yang ada di sekolah sehingga terdapat penurunan pelanggaran tata tertib sekolah setelah siswa diberikan treatment. C. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi : bimbingan kelompok dengan teknik diskusi efektif mengurangi pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SMA kelas XI IPS di SMA Negeri 8 Surakarta
tahun pelajaran 2013/2014 Hipotesis tersebut didukung oleh beberapa hasil analisis dari ketiga sub hipotesis, yaitu : 1. Hasil analisis sub Hipotesis I dengan nilai F hitung sebesar =18,489 > F tabel 3,92 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga ada perbedaan kelompok nilai pelanggaran tata tertib sekolah sebelum diberi perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (postest) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2. Hasil analisis sub Hipotesis II dengan nilai F hitung sebesar = 13,174 > F tabel sebesar = 3,92 sehingga ada perbedaan pelanggaran tata tertib sekolah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 3. Hasil analisis sub Hipotesis III dengan nilai F hitung sebesar = 10,480 > F tabel sebesar = 3,92, sehingga ada interaksi antara kelompok nilai pelanggaran tata tertib sekolah sebelum diberi perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (postest) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Implikasi dari hasil penelitian bagi kepala sekolah adalah pemberian dukungan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi oleh guru B&K di kelas yang sistematis dan terarah. Khususnya layanan bimbingan kelompok teknik diskusi tentang pelanggaran tata tertib sekolah karena mampu mengurangi pelanggaran tata tertib yang terjadi sehingga siswa dapat meningkatkan kedispilinan akan tata tertib di sekolah. Hasil penelitian bagi guru B&K adalahkonsekuensi untuk peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling. Khususnya penggunaan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi. Hal ini dikarenakan pelanggaran tata tertib sekolah dapat dikurangi melalui bimbingan kelompok teknik diskusi. Hasil penelitian bagi siswa adalah siswa lebih memperhatikan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru B&K
khususnya dalam kaitannya dengan pelanggaran tata tertib sekolah, sehingga siswa dapat meningkatkan kedisiplinan di sekolah. Berdasarkan simpulan dan implikasi tersebut, maka ada beberapa saran bagi kepala sekolah, guru B&K, dan siswa sebagai berikut: 1. Kepala sekolah a. Kepala sekolah disarankan membantu guru B&K dengan mendukung dan memberi fasilitas untuk guru B&K melaksanakan seluruh kegiatan B&K. b. Kepala sekolah disarankan memberikan fasilitas seperti ; menyediakan ruang bimbingan kelompok untuk teknik diskusi serta teknik yang lain dan konseling secara khusus. c. Kepala sekolah dapat mendorong sekolah mengambil kebijakan bahwa guru B&K perlu melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok teknik diskusi secara terprogram. 2. Guru B&K a. Guru B&K disarankan melakukan layanan layanan yang ada pada bimbingan dan konseling dengan terprogram. Selain hal tersebut b. Guru B&K disarankan juga memberikan waktu-waktu khusus melakukan bimbingan kelompok teknik diskusi dan konseling di luar jam pelajaran di kelas, sehingga dapat membantu siswa dalam meningkatkan kedispilinan dan mengembangkan diri secara optimal. 3. Siswa a. Siswa diharapkan untuk mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh guru B&K. b. Siswa diharapkan selalu memperhatikan guru B&K dalam memberikan layanan bimbingan kelompok, khususnya teknik diskusi ataupun teknik lain pada jam pelajaran di kelas maupun waktu-waktu khusus diluar kelas karena kegiatan tersebut akan berguna bagi kehidupan baik di masa
sekarang maupun masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan.Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. Dewa Ketut Sukardi. (2008). Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Emi Julia. (2013). Analisis Faktor Penyebab dan Upaya Mengatasi Pelanggaran Tata Tertib pada SMA Wisuda Pontianak. Skripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi. Gunarsa. (2000). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hasibuan J.J, & Moedjiono. (2009). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Kartini Kartono. (2007). Psikologi Anak ( Psikologi Perkembangan). Bandung : Penerbit Mandar Maju. Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Tatiek Romlah. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok Malang: Universitas Negeri Malang. Winkel, W.S dan Hastuti, Sri. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.