BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan harmonis.pada saat mendiagnosis dan membuat rencana perawatan perlu diketahui ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. studi. 7 Analisis model studi digunakan untuk mengukur derajat maloklusi,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. atau bergantian (Hamilah, 2004). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting bagi Diagnosis Ortodonti. Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jaringan dan struktur wajah dengan sisi berlawanan dari bidang median sagital. 19,24,25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode

Perawatan ortodonti Optimal * Hasil terbaik * Waktu singkat * Biaya murah * Biologis, psikologis Penting waktu perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. empat tipe, yaitu atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diri atau tidak melalui bentuk gigi dan bentuk senyuman. Penting bagi dokter gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap

III. KELAINAN DENTOFASIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan wajah dan gigi-geligi, serta diagnosis,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan Ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi-gigi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimental kuasi dengan desain one group pre dan post. Tempat : Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. susunannya akan mempengaruhi penampilan wajah secara keseluruhan, sebab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA CROUZON SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ASIMETRI SEPERTIGA WAJAH BAWAH DAN ASIMETRI LENGKUNG GIGI PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONTI RSGMP FKG USU

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

III. RENCANA PERAWATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000). 22

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. retak), infeksi pada gigi, kecelakaan, penyakit periodontal dan masih banyak

Transkripsi:

7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesimetrisan Diagnosis dalam ilmu ortodonti, sama seperti disiplin ilmu kedokteran gigi dan kesehatan lainnya memerlukan pengumpulan informasi dan data yang adekuat mengenai pasien. Diagnosis merupakan suatu langkah dalam bidang ortodonti sebelum merencanakan perawatan ortodonti. Keberhasilan suatu perawatan ortodonti tergantung pada diagnosis dan rencana perawatan yang tepat. 16 Susunan gigi yang normal tidak hanya berpengaruh pada kesehatan rongga mulut, tetapi juga dapat memperbaiki penampilan dan kepribadian seseorang. Posisi gigi yang baik merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi estetika, fungsi, dan pemeliharaan kesehatan gigi. 16 Dengan demikian tujuan utama perawatan ortodonti adalah efisiensi fungsi, stabilitas, dan estetik. Hal yang berkaitan dengan estetika meliputi bentuk, proporsi dan kesimetrisan. 17 Simetri merupakan kesesuaian dalam bentuk, ukuran, dan susunan bagian-bagian pada sisi yang berlawanan pada suatu bidang, garis atau titik. 5,9 Kamus Kedokteran Dorlan mengartikan simetri sebagai suatu susunan yang serupa dalam bentuk dan hubungan bagian-bagian disekitar sumbu atau sisi lain suatu bidang tubuh. l Sedangkan menurut kamus kedokteran Stedman mengartikan simetri sebagai persamaan atau kesesuaian dalam bentuk bagian yang disalurkan di sekitar pusat suatu aksis, pada kutub atau dua sisi yang berlawanan dari tubuh. 2,7 Asimetri dental dan wajah dapat disebabkan karena kelainan pada struktur dental, skeletal, jaringan lunak, dan fungsional, serta dapat terjadi secara bersamaan pada individu yang sama. Oleh karena itu dalam mendiagnosis asimetri diperlukan pemeriksaan yang teliti dan hati-hati. 3 Evaluasi kesimetrisan lengkung gigi juga penting dilakukan untuk diagnosis yang defenitif dan perawatan dentokraniofasial yang optimal. 17

8 2.2 Asimetri Dentokraniofasial Asimetri dentokraniofasial tidak hanya disebabkan faktor gigi dan prosesus alveolaris saja, tetapi juga seluruh komponen wajah dan seluruh struktur di sekitar gigi. Asimetri dentokraniofasial dapat terjadi unilateral atau bilateral, dan dapat terjadi dalam arah vertikal, sagital, dan transversal. Dalam mendiagnosis harus diperhatikan tiga bidang tersebut dengan memperhatikan dan berorientasi pada garis frankfort horizontal, periaurikular, dan median plane. 3,5,18 Jika dilakukan pengamatan yang teliti pada wajah, dapat ditemukan beberapa tingkatan asimetri pada seluruh wajah terutama terlihat pada jaringan lunak dan jaringan keras. 9 Asimetri dentokraniofasial paling banyak terjadi pada mandibula daripada maksila karena mandibula lebih banyak didukung oleh jaringan lunak sedangkan maksila lebih banyak didukung oleh jaringan keras. Perkembangan asimetri maksila dipengaruhi perkembangan mandibula yang asimetri. 3 Asimetri daerah kraniofasial dapat diketahui sebagai perbedaan dalam ukuran atau relasi dari dua sisi wajah. Posisi asimetri pada seluruh rahang dapat ditentukan dari pemeriksaan secara klinis maupun melalui fotometri dan radiografis. 19 Asimetri wajah adalah ketidakseimbangan yang terjadi antara dua bagian wajah yang disebabkan oleh proporsi yang tidak sama dalam hal ukuran, bentuk, dan posisi pada sisi kiri dan kanan wajah (gambar 1). 3,5 Gambar 1. Asimetri wajah 26

9 Wajah yang asimetri sering disertai dengan asimetri dental. Asimetri wajah juga dapat terjadi pada individu dengan oklusi normal. Sebaliknya asimetri dental dapat terjadi tanpa adanya penampakan asimetri wajah. Namun, kedua asimetri tersebut dapat ditemukan secara bersamaan pada individu yang sama. 5 Penelitian yang dilakukan pada individu dengan wajah yang secara estetik tampak menyenangkan ternyata mempunyai struktur wajah yang asimetri pada pemeriksaan dengan sefalogram posteroanterior. 3 Penyebab asimetri sangat beragam dan berbeda pada masing-masing individu. Hal ini dapat disebabkan faktor genetik atau non genetik (faktor lingkungan). Genetik bisa mengakibatkan suatu kondisi yang asimetri misalnya pada multiple neurofibromatosis yang kejadiannya berhubungan dengan keluarga yang memiliki gen dominan. Contoh lain asimetri wajah akibat faktor genetik adalah cacat genetik dan hemifasial mikrosomia (gambar 2). 2,7,20 Kelainan celah bibir dan celah langitlangit juga merupakan faktor genetik yang menyebabkan deformitas wajah. Selain itu, tekanan intrauterin selama masa kehamilan dan tekanan pada masa kelahiran juga dapat memberikan efek pada tulang kepala sehingga menimbulkan asimetri wajah. 7 Gambar 2. Fotografi wajah pasien dengan hemifasial mikrosomia. 2 Lundstrom membagi asimetri lengkung gigi menjadi dua, yaitu asimetri kuantitatif dan asimetri kualitatif. Berdasarkan pandangan ortodonti, asimetri kuantitatif mencakup perbedaan jumlah gigi pada tiap sisi atau adanya celah bibir dan

10 palatum. Asimetri kualitatif dapat berupa perbedaan ukuran gigi, lokasi gigi dalam lengkung rahang, atau posisi lengkung. 2,7 Asimetri lengkung gigi dan wajah dapat disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Pada individu dengan perkembangan awal yang simetri, perbedaan tipis dapat terjadi antara sisi kiri dan sisi kanan yang disebabkan faktor lingkungan (eksternal). Faktor lingkungan tersebut diantaranya kebiasaan menghisap ibu jari, kebiasaan mengunyah satu sisi akibat karies, ekstraksi, dan trauma. 3,7 2.3 Klasifikasi Asimetri Asimetri dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur, antara lain : 2.3.1 Asimetri Dental Asimetri dental dapat disebabkan karena faktor lokal seperti kehilangan dini gigi desidui, kehilangan satu atau lebih gigi secara kongenital, dan kebiasaan seperti menghisap ibu jari. 4,21 Pada lengkung gigi, jika satu gigi hilang maka gigi tetangga akan cendrung bergerak ke arah ruang yang kosong. Apabila kehilangan gigi tersebut terjadi di salah satu sisi lengkung gigi, maka hal ini akan menyebabkan asimetri pada lengkung gigi. 21 Ekspresi genetik mempengaruhi gigi pada sisi kiri dan kanan yang menyebabkan asimetri dalam diameter mahkota mesiodistal. 2,7 Beberapa contoh asimetri dental, antara lain : 1. Ketidakseimbangan antara jumlah gigi dan lengkung gigi. 2. Ketidakseimbangan antara jumlah gigi pada sisi yang berlawanan pada lengkung maksila dan mandibula. 3. Ketidakseimbangan antara lengkung maksila dan mandibula secara keseluruhan (gambar 3). 1,5 Garn dkk., menemukan bahwa asimetri ukuran gigi umumnya tidak termasuk keseluruhan sisi lengkung (gambar 4). 5 Gigi dengan Klas morfologi yang sama cenderung asimetri contohnya jika premolar pertama maksila lebih besar di bagian kanan, premolar kedua juga cenderung lebih besar pada bagian kanan, sehingga molar tidak diharapkan lebih besar pada sisi tersebut. Asimetri cenderung lebih besar pada

11 gigi yang posisinya lebih ke distal dari tiap Klas morfologi gigi yaitu insisivus lateral, premolar kedua dan molar tiga. 2,7 Asimetri lengkung gigi diartikan sebagai penyimpangan midline yang disebabkan oleh kehilangan gigi terlalu dini, dan diperparah dengan crowded yang berat di salah satu sisi. 15 Gambar 3. Pasien dengan mandibula. 24 asimetri Gambar 4. Asimetri lengkung gigi. 5

12 2.3.2 Asimetri Skeletal Asimetri skeletal merupakan penyimpangan yang terjadi pada tulang pembentuk wajah, dapat mencakup satu tulang seperti maksila dan mandibula, atau dapat mencakup sejumlah struktur skeletal dan jaringan lunak pada satu sisi wajah, contohnya hemifasial mikrosomia (gambar 5). 2-3,7 Asimetri dental dan fungsional yang tidak dirawat dapat berkembang menjadi asimetri skeletal. 3 Woo melakukan evaluasi terhadap tulang tengkorak Mesir Kuno dan hasilnya menunjukkan asimetri dengan sisi kanan lebih lebar pada tulang frontal, temporal, dan parietal. Kemudian juga ditemukan asimetri pada tulang zigoma dan maksila dengan sisi kiri yang lebih lebar. Pada penelitian lain mengenai kesimetrisan wajah, Vig dan Hewitt juga mengevaluasi 63 foto sefalogram posteroanterior pada anak usia 9 sampai 18 tahun menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna. Secara keseluruhan asimetri kiri banyak ditemukan pada anak-anak misalnya pada basis kranium dan mandibula menunjukkan asimetri dengan sisi kiri yang lebih lebar. Sedangkan pada maksila menunjukkan asimetri dengan sisi kanan yang lebih lebar. 7 Gambar 5. Pasien dengan asimetri skeletal mandibula. 7 2.3.3 Asimetri Jaringan Lunak Asimetri jaringan lunak yang berkaitan dengan muskular merupakan ketidakseimbangan pembentukan otot pada wajah yang dapat menyebabkan disproporsi wajah dan diskrepansi midline. Asimetri jaringan lunak kemungkinan

13 dapat terjadi pada atrofi hemifasial atau serebral palsi. Fungsi abnormal otot tersebut seringkali mengakibatkan penyimpangan skeletal dan dental. 2,7 Kadang-kadang ukuran otot kurang terbagi dengan baik seperti pada hipertropi maseter (gambar 6). 7 A B Gambar 6. (A) Anak laki-laki usia 10 tahun dengan deformitas menyebabkan asimetri jaringan lunak. (B) Hasil pemeriksaan dental menunjukkan crossbite posterior unilateral. 7 2.3.4 Asimetri Fungsional Asimetri fungsional disebabkan karena deviasi mandibula dalam arah transversal atau sagital jika terjadi hambatan interkuspal saat relasi sentrik ke oklusi sentrik (gambar 7). 2 Penyimpangan fungsional ini disebabkan oleh penyempitan lengkung maksila, atau faktor lokal lainnya seperti malposisi gigi. Kontak insisal yang abnormal pada relasi sentrik menyebabkan pergeseran mandibula saat oklusi sentrik. 2,7 Asimetri fungsional dapat bermula pada anak-anak. Pertumbuhan dan perkembangan gigi yang mengalami perubahan menyebabkan hambatan oklusal baik natural maupun iatrogenik dapat terjadi. 22 Asimetri fungsional juga dapat disebabkan oleh faktor skeletal. Pola pertumbuhan rahang yang tidak baik (disharmoni skeletal) juga ikut berperan dalam terjadinya hambatan oklusal, yang kemudian mengarah kepada asimetri fungsional. 22 Asimetri fungsional cenderung disertai dengan asimetri dental (gigitan silang posterior unilateral) dan jika tidak dikoreksi sejak dini, sejalan dengan bertambahnya

14 usia dapat mengarah pada terjadinya asimetri skeletal. Selain itu juga dapat mempengaruhi fungsi sendi temporomandibula dan perubahan pada jaringan lunak. 20,22 Penelitian Kadharmestan dkk., menyatakan bahwa pada asimetri fungsional dengan arah anteroposterior, umumnya mengalami gigi berjejal dan gigitan silang anterior. Sebaliknya, pada asimetri fungsional arah transversal, tidak ditemukan gigitan silang anterior. Sedangkan pada asimetri fungsional arah anteroposterior dan transversal, juga mengalami gigi berjejal dan gigitan silang. Hal tersebut menyatakan bahwa tiap-tiap arah asimetri fungsional mempunyai ciri khas masing-masing. 22 Gambar 7. A B C (A) Fotografi intraoral saat oklusi sentrik, pada pasien masa gigi bercampur dengan crossbite posterior lateral kanan. Perhatikan midline dental yang berhimpitan. (B) Gambaran intraoral pada pasien yang sama saat relasi sentrik. Perhatikan perubahan pada midline rahang bawah. Oklusi posterior tonjol ke tonjol dalam arah bukolingual. (C) Fotografi intraoral setelah ekspansi lengkung maksila dan penjajaran insisivus mandibula dengan lingual arch. 2 2.4 Diagnosis Asimetri Ada beberapa cara mendiagnosis asimetri dental dan wajah untuk menentukan perluasan jaringan lunak, skeletal dan dental yang terlibat.

15 2.4.1 Pemeriksaan klinis Pemeriksaan klinis dapat menentukan asimetri dalam dimensi vertikal, sagital atau transversal. a. Pemeriksaan kesimetrisan wajah dilakukan pada pasien dengan posisi natural head, mandibula dalam keadaan relasi sentrik, dan jaringan lunak dalam keadaan istirahat. 3 b. Evaluasi midline dental dilakukan dalam posisi mulut terbuka, pada relasi sentrik, pada kontak insisal, dan pada oklusi sentrik. 3 Asimetri dental dan skeletal dapat menyebabkan diskrepansi midline yang sama pada saat relasi sentrik, dan pada saat oklusi sentrik. 2 c. Evaluasi pergeseran anteroposterior unilateral untuk mengetahui kelainan yang terjadi karena perbedaan dalam ukuran, bentuk, posisi dari kedua sisi wajah dalam jurusan anteroposterior horizontal. 3 d. Evaluasi pergeseran vertikal untuk mengetahui asimetri yang diakibatkan perbedaan tinggi dalam ukuran, bentuk, posisi bagian-bagian dentokraniofasial pada kedua sisi wajah. 3 e. Evaluasi pergeseran lateral untuk melihat asimetri yang diakibatkan karena adanya perbedaan pada jurusan lateral horizontal dalam ukuran, bentuk, posisi bagian-bagian dentokraniofasial pada sisi kiri dan kanan. 3 f. Evaluasi pergeseran rotasi untuk melihat asimetri yang disebabkan pergeseran seluruh bagian maksila atau mandibula. 3 Asimetri mandibula dapat diobservasi secara klinis dari pandangan frontal, dengan mengobservasi titik dagu yang berhubungan dengan struktur fasial. 2,7 Evaluasi klinis berperan penting dalam prosedur diagnosis asimetri (gambar 8). 7

16 Gambar 8. Garis referensi vertikal digunakan untuk evaluasi asimetri. 23 2.4.2 Pemeriksaan Radiografi Sebagai tambahan pemeriksaan klinis, perbedaan berbagai tipe asimetri dapat ditentukan melalui pemeriksaan radiografi. 2 Pemeriksaan radiografi memeberikan gambaran mengenai gigi dan tulang pendukung gigi. 1 Beberapa proyeksi tersedia untuk mengidentifikasi lokasi dan penyebab asimetri secara tepat, diantaranya : Radiografi panoramik Proyeksi yang berguna untuk memeriksa struktur dental serta tulang maksila dan mandibula. Adanya suatu kondisi patologis, kehilangan gigi atau supernumerari dapat ditentukan. Bentuk ramus mandibula dan kondilus pada kedua sisi dapat dibandingkan dengan jelas. 2 Radiografi panoramik mempunyai kelemahan yaitu distorsi geometrik karena karakteristik dari proyeksinya membuat pembesaran yang terjadi tidak merata. 3 Sefalogram postero-anterior Sefalogram postero-anterior berguna untuk mempelajari stuktur bagian kiri dan kanan wajah, dan dapat digunakan dengan oklusi sentrik maupun dengan mulut yang terbuka untuk melihat adanya deviasi fungsional. 2,3 Perbandingan antar sisi lebih akurat karena midline gigi dan wajah dapat dicatat dan dievaluasi. 2 Sefalogram

17 postero-anterior mempunyai kelebihan dibandingkan panoramik yaitu pembesarannya lebih merata karena jarak dari sumber sinar relatif sama, lebih akurat membandingkan bagian kiri dan kanan wajah karena dapat dibuat garis tengah wajah dan gigi geligi. Sefalogram antero-posterior juga dapat mengukur bermacam-macam lebar dental dan skeletal serta asimetri skeletal. 3 Sefalogram lateral Proyeksi sefalogram ini, meskipun banyak tersedia di klinisi, memberikan sedikit informasi mengenai tinggi ramus, panjang mandibula dan sudut gonial. Proyeksi ini memiliki kelemahan bahwa sisi kanan dan kiri saling berhimpit satu sama lain sehingga menghasilkan jarak yang berbeda. Interpretasi sefalogram lateral dalam menegakkan diagnosa asimetri nilainya terbatas. 2,23 2.4.3 Pemeriksaan Model Studi Analisis model studi merupakan penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang yang berlawanan dinilai dalam arah sagital, transversal dan vertikal (gambar 9). 24,25 Gambar 9. Studi Model. 18 Analisis pada geligi tetap antara lain untuk melihat hubungan geligi atas dan bawah, kesimetrisan lengkung gigi dalam arah sagital dan transversal, dan analisis

18 untuk melihat perbedaan ukuran antara lengkung gigi dengan rahang. 2,7 Lengkung gigi harus dievaluasi terpisah secara klinis dengan menggunakan cetakan gigi untuk menentukan simetri bilateral posisi molar dan kaninus secara akurat (gambar 10). 2 Pemeriksaan keseluruhan lengkung maksila dan mandibula dari pandangan oklusal tidak hanya melihat asimetri sisi ke sisi namun juga perbedaan angulasi buko-lingual gigi. 2,7 Dalam melakukan diagnosis ortodonti, model studi harus dipersiapkan dengan baik dan hasil cetakan harus akurat. 21 Gambar 10. Evaluasi kesimetrisan lengkung gigi. 2 2.4.4 Fotografi Intraoral dan Ekstraoral Fotografi intraoral dan ekstraoral merupakan catatan yang sangat penting untuk dipertimbangkan. Sebaiknya dilakukan pengambilan foto sebelum dan sesudah perawatan. 25 Evaluasi dari penampilan intraoral dan ekstraoral berperan dalam menentukan diagnosis dan rencana perawatan. 23 Salah satu kegunaan foto ekstraoral adalah dalam mendiagnosis asimetri wajah (gambar 11). 1

19 (A) (B) Gambar 11. (A) Fotografi ekstraoral. intraoral. 19 (B) Fotografi 2.5 Pengukuran Kesimetrisan Lengkung Gigi Ada beberapa metode pengukuran kesimetrisan lengkung gigi, yaitu: 2.5.1 Analisis Scanavini Scanavini dkk., mengukur asimetri lengkung pada model gigi menggunakan alat pengukuran khusus (gambar 12). 4 Alat pengukuran tersebut berupa sebuah penggaris dan busur terbuat dari logam yang disesuaikan pada lengkung gigi. Model studi diposisikan pada basis delineator. Midline pada maksila ditandai dengan membuat titik sepanjang sutura mid palatal yang diukur dari papila insisivum sampai posterior dari model gigi. Dengan menghubungkan semua titik diperoleh aksis simetri pada maksila. Kemudian titik tersebut diproyeksikan ke mandibula untuk

20 mendapatkan garis midline pada mandibula. Busur logam digunakan untuk melihat posisi gigi kaninus dan deviasi midline pada lengkung gigi. Gambar 12. Pengukuran kesimetrisan lengkung gigi. 4 2.5.2 Symmetograph Lengkung gigi tidak simetris, biasanya dapat terlihat saat pemeriksaan estetika wajah, namun bentuk lengkung yang tidak simetris dapat juga dijumpai pada wajah yang simetris. Pada beberapa kasus, dapat dijumpai keadaan asimetri hanya pada lengkung giginya saja, sementara lengkung rahangnya normal. 24 Cara lain mengukur kesimetrisan lengkung gigi adalah dengan menggunakan symmetograph yang diletakkan di atas permukaan oklusal gigi dengan bidang orientasi mid palatal raphae (gambar 13). 24 Kemudian kedudukan gigi di kuadran kiri dan kanan dibandingkan dalam arah sagital dan transversal. Berdasarkan hasil analisis ini dapat diketahui gigi geligi di kuadran mana yang perlu dilakukan pencabutan untuk mengembalikan kesimetrisan lengkung gigi. 2

21 Gambar 13. Pengukuran kesimetrisan lengkung gigi menggunakan Symmetograph. Kedua jarum penunjuk diletakkan pada median palatal raphae. 24 2.5.3 Metode Tiga Jarak Titik Referensi Ada tiga titik referensi yang digunakan pada model studi (gambar 14), antara lain: 8 1. Titik IN adalah titik pada pertengahan insisivus sentralis kanan dan kiri. 2. Titik C adalah titik pada cusp kaninus. 3. Titik MD adalah titik pada cusp distobukal molar satu permanen. Kesimetrisan lengkung gigi dihitung dengan membandingkan jarak linear dua titik pada sisi kanan dan kiri lengkung gigi. 3 Jarak yang diukur antara lain : a. INCD : Jarak dari titik tengah insisivus sentralis kanan dan kiri ke cusp kaninus. b. CMD : Jarak dari cusp kaninus ke cusp distobukal molar satu permanen. c. INMD : Jarak dari titik tengah insisivus sentralis kanan dan kiri ke cusp distobukal molar satu permanen. 8

22 Gambar 14. Pengukuran jarak linear. (a) Insisal- kaninus. (b) kaninus molar, (c) insisal-molar. 8 2.5.4 Analisis Maurice Maurice menggunakan metode analisis asimetri lengkung gigi dengan menggunakan fotometri model studi yang menggunakan beberapa landmark yaitu gigi insisivus sentralis, kaninus, premolar dua dan molar satu permanen (gambar15). 11,26 Penggunaan landmark ini dipilih karena bisa dievaluasi secara klinis dan mudah diidentifikasi pada model gigi. Pada foto model gigi yang dicetak ditentukan median palatal plane (MPP) menggunakan dua titik sepanjang median palatal raphe melalui dua landmark. Titik pertama adalah titik pertemuan rugae palatina kedua kiri dan kanan, titik kedua adalah satu cm lebih distal dari titik pertama pada median palatal raphe. Angulasi tersebut diproyeksikan ke mandibula untuk mendapatkan median palatal plane (MPP) mandibula. Landmark yang ada pada gigi insisivus sentralis, kaninus, premolar dua dan molar satu permanen, ditarik garis lurus sampai median palatal plane, dan kemudian dilakukan pengukuran untuk melihat apakah lengkung gigi tersebut simetri atau tidak dengan cara mengurangi jarak sisi kiri dengan kanan. 11,26

23 Gambar 15. Pengukuran landmark pada model studi 11 2.6 Jenis Kelamin Secara umum, laki-laki memiliki ukuran lengkung gigi yang lebih panjang dan lebih lebar jika dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan karena umumnya pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi dan jangka waktunya lebih panjang pada laki-laki dibandingkan perempuan. Namun hal ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. 8 Dimensi lengkung gigi akan mengalami perubahan secara sistematis selama periode pertumbuhan dan perkembangan. Selama periode pertumbuhan dan perkembangan tersebut ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh, diantaranya faktor lingkungan, nutrisi, variasi etnis, kondisi sistemik, kesehatan, dan variasi individu juga dapat terjadi. 16 Perkembangan lengkung gigi tergantung dari pertumbuhan dan perkembangan rahang. Bishara (1998) menyatakan bahwa lengkung maksila akan terus berkembang sampai umur 13 tahun dan lengkung mandibula sampai umur 8 tahun. Pada wanita

24 pertumbuhan maksila akan berhenti pada usia sekitar 15 tahun, sedangkan pada pria pertumbuhan maksila berhenti sekitar usia 17 tahun. Hasil penelitian Paramesthi dkk., juga menyatakan bahwa perbedaan panjang lengkung gigi antara pria dan wanita di suku Jawa tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. 16

25 2.7 Kerangka Teori Diagnosis Ortodonti Asimetri Dentokraniofasial Asimetri Dental Asimetri Skeletal Asimetri Jaringan Lunak Asimetri Fungsional Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan Radiografi Analisis Model Studi Fotografi Jenis Kelamin

26 2.8 Kerangka Konsep Analisis Model Studi Asimetri Lengkung Gigi Jenis Kelamin