Gambar 2. Lokasi Studi

dokumen-dokumen yang mirip
3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB III BAHAN DAN METODE

Gambar 1 Lokasi penelitian.

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB III BAHAN DAN METODE

Tabel 9. Penggunaan Lahan di Tapak Tahun Jenis Penggunaan Lahan

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

Gambar 2 Peta lokasi studi

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

Gambar 11 Lokasi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI 3. 1 Tempat dan Waktu 3. 2 Alat dan Bahan 3. 3 Metode dan Pendekatan Perancangan 3. 4 Proses Perancangan

Gambar 1 Lokasi penelitian (Sumber: Wikimapia.org)

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian.

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

Peta Rencana Lanskap (Zonasi) Kawasan Situ Gintung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor ( 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN LANSKAP SUNGAI KELAYAN SEBAGAI UPAYA REVITALISASI SUNGAI DI KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN

PERENCANAAN LANSKAP SUNGAI KELAYAN SEBAGAI UPAYA REVITALISASI SUNGAI DI KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN KUKUH WIDODO

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4. Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

BAB IV METODE PENELITIAN

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN

PERENCANAAN LANSKAP CIGUDEG SEBAGAI IBU KOTA KABUPATEN BOGOR BARAT

PERENCANAAN LANSKAP RIPARIAN SUNGAI MARTAPURA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN ALAMI KOTA BANJARMASIN LISA ANISA A

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembobotan. Tabel 5.1 Persentase Pembobotan Tingkat Bahaya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat

METODOLOGI PENELITIAN

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

IV. METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG,

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

IV KONDISI UMUM TAPAK

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB III METODOLOGI. Gambar 1 Peta Lokasi Magang (Sumber:

3 METODE Jalur Interpretasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Kawasan Rawan Genangan Di Surabaya Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (INDERAJA)

Transkripsi:

17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2). Kedalaman Sungai Kelayan adalah 5 m, lebar 16 m dan panjangnya 4.400 m. Studi ini dilakukan selama 6 bulan, dimulai pada Bulan Februari hingga Bulan Juli 2010. Peta Kota Banjarmasin Peta Kecamatan Banjarmasin Selatan Kecamatan Banjarmasin Selatan No Scale No Scale Peta Sungai Kelayan Lokasi Studi No Scale Gambar 2. Lokasi Studi 3.2. Batasan Studi

18 Batas tapak dalam studi ini mencakup kawasan Sungai Kelayan yang memiliki panjang 4.400 m dengan mengambil bagian kanan kiri sungai selebar 15 m (berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 tahun 2007 tentang pengelolaan sungai dan PP Republik Indonesia No. 35 tahun 1991 tentang sungai) yang diukur dari badan sungai ke arah luar. Batasan perencanaan lanskap dalam studi ini, kaitannya dengan revitalisasi sungai, akan menitikberatkan pada aspek biofisik untuk mengembalikan fungsi biofisik sungai. Namun aspek sosial budaya dan ekonomi menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dengan tujuan untuk mendapatkan perencanaan lanskap yang lestari. Gambar 3 mengilustrasikan batasan studi tentang sempadan Sungai Kelayan. Gambar 3. Profil Melintang Sungai dan Batasan Studi Pada Tapak Sumber: Dinas Pengelolaan Sungai dan Drainase 3.3. Bahan dan Alat Data yang dibutuhkan dalam studi ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui survey lapang untuk pengecekan keberadaan lanskap sungai dan wawancara dengan masyarakat dan Pemerintah Daerah serta pengisian Kuisioner. Data sekunder dikumpulkan melalui pencarian literatur. Alat yang digunakan berupa GPS (Global Positioning System), program komputer (Microsoft Excell, ArcView GIS3.2, Sketch Up, Photoshop CS3, AutoCAD 2009), dan kuisioner. 3.4. Metode Studi

19 Tahapan studi mengikuti tahapan perencanaan yang dikemukakan oleh Simonds (1983) yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan perencanaan lanskap Sungai Kelayan sebagai upaya revitalisasi sungai, dengan menggunakan pendekatan biofisik. Gambar 4 memperlihatkan alur perencanaan lanskap yang dijelaskan secara diagramatis. Persiapan Studi Pengumpulan Data Analisis Sintesis Perencanaan Lanskap - Latar Belakang - Tujuan Studi - Kegunaan Studi - Rencana Kerja - Anggaran Biaya Studi Data Biofisik: - Curah hujan - Tata guna lahan - Tutupan lahan - Flora dan Fauna - Daerah Banjir Data Sosial & Budaya: - Sejarah kawasan - Klasifikasi Masyarakat lokal & pendatang - Kebiasaan masyarakat Potensi Kendala Block Plan Konsep lanskap sungai dengan pendekatan biofisik yang menunjang terciptanya Waterfront city Rencana Lanskap Sungai Kelayan sebagai upaya revitalisasi sungai dengan pendekatan biofisik Data Ekonomi: - Tingkat kesejahteraan masyarakat Data Legal: - (RTRW dan RDTRK) - Peraturan Pemerintah Gambar 4. Tahapan Proses Perencanaan Lanskap Sungai Kelayan. 3.4.1. Persiapan

20 Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah dan penetapan tujuan studi sebagai langkah awal untuk melakukan perencanaan lanskap Sungai Kelayan. Kemudian dilakukan pengumpulan informasi awal mengenai lokasi studi. Selain itu juga dilakukan persiapan administrasi guna mengurus perijinan survey lapang. 3.4.2. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada tahapan ini berupa data fisik mengenai kondisi tapak, aspek sosial, ekonomi, budaya dan data pendukung lain yang mempengaruhi proses perencanaan lanskap kawasan Sungai Kelayan (Tabel 1). Jenis data yang digunakan ialah data primer dan sekunder. Pengumpulan data ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dan kendala yang ada pada lokasi studi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu survey lapang yang bertujuan untuk mendapatkan data primer dan studi pustaka untuk mendapatkan data sekunder. dilakukan dengan cara pengamatan langsung dimana pengamatan/ pengambilan data difokuskan pada parameter yang akan dianalisis, selain itu dilakukan pula dokumentasi dan wawancara. Survey lapang dilakukan untuk mengetahui kondisi lokasi secara langsung serta verifikasi kondisi lapang berdasarkan data sekunder. Untuk pengambilan data fisik (berupa daerah genangan banjir) dilakukan Ground check ke tapak dengan melakukan tracking dengan GPS selanjutnya disesuaikan dengan Base Map. dilakukan untuk mendapatkan data-data yang tidak didapatkan di lapangan. Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak yang berhubungan dengan daerah tepian Sungai Kelayan seperti Pemerintah Daerah (Dinas Pengelolaan Sungai dan Drainase) dan penduduk yang melakukan aktivitas di tapak. Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk mengetahui keinginan pihak-pihak tersebut, arah pengembangan tapak di masa yang akan datang dan untuk mengetahui fasilitasfasilitas yang diperlukan di daerah perencanaan. Namun pada saat turun lapang ditemui hambatan pada saat melakukan wawancara pada masyarakat umum, dikarenakan masyarakat umum cenderung tertutup dan enggan untuk dilakukan wawancara. Akhirnya wawancara hanya dilakukan terhadap Aparatur kelurahan dan Pemuka Agama. Tabel 1. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data

21 No. Kelompok Data Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Cara Pengambilan Data 1. Biofisik a. Iklim Badan Meteorologi & Geofisika b. Tutupan lahan Dinas Pengelolaan Sungai & Drainase c. Daerah genangan banjir Primer d. Flora dan Fauna Primer e. Tata guna lahan Primer Lapang, Dinas Pengelolaan Sungai & Drainase Lapang, Dinas Pengelolaan Sungai & Drainase Lapang Bappeda 2. Sosial dan Budaya a. Masyarakat lokal & pendatang Primer Kuesioner Pemda 3. Ekonomi Tingkat kesejahteraan Masyarakat b. Kebiasaan Primer Masyarakat c. Sejarah kawasan Primer Primer 4. Legal a. RTRW Kota Banjarmasin, Kuesioner Pemda Kuesioner Pemda Kuesioner Pemda Pemda, Bappeda b. RDTRK Kecamatan Banjarmasin Selatan Pemda, Bappeda c. Peraturan Pemerintah Pemda, Bappeda, Dinas Pengelolaan Sungai dan Drainase 3.4.3. Analisis dan Sintesis Kegiatan analisis data dilakukan untuk menentukan potensi dan kendala yang terdapat pada lokasi studi. Pada tahap ini, data dan informasi yang didapat dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan dalam bentuk spasial. Analisis dilakukan persegmen, dimana dasar dalam pembagian segmen adalah batas administratif kelurahan. Kelurahan Kelayan Barat, Kelayan Luar, Kelayan Tengah, Kelayan Dalam, Kelayan Timur, Tanjung Pagar dan Murung

22 Raya adalah kelurahan-kelurahan yang dilalui dan menggunakan Sungai Kelayan sebagai batas wilayah administratif. Sehingga akan terdapat 7 segmen yang akan dijadikan unit dalam analisis. Ilustrasi dari pembagian segmen di tapak dapat dilihat pada Gambar 5 dan Tabel 2 yang menunjukkan batas segmen dan luasan masing-masing segmen. Keterangan: : Batas Segmen : Area Studi 7 1 2 3 4 5 6 Gambar 5. Pembagian Segmen pada Tapak Tabel 2. Luasan Area Pada Masing-Masing Segmen No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nama Segmen Total Luas Segmen Luas (ha) Persentase (%) Segmen Kelayan Luar 0,92 8,52 Segmen Kelayan Barat 1,11 10,28 Segmen Kelayan Dalam 1,37 12,67 Segmen Kelayan Tengah 1,22 11,30 Segmen Murung Raya 2,35 21,76 Segmen Kelayan Timur 2,09 19,35 Segmen Tanjung Pagar 1,74 16,12 Jumlah 10,80 100 Penggunaan unit analisis berupa batas administratif kelurahan disadari memiliki kelemahan dalam menganalisis beberapa aspek seperti aspek satwa dan vegetasi, selain itu dalam melihat aspek ekologis tidak dapat dilihat secara utuh.

23 Oleh karena itu dalam studi ini diasumsikan bahwa dari hasil analisis terhadap aspek biofisik akan menggambarkan kondisi biofisik pada kawasan tersebut. Analisis aspek biofisik dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitas biofisik sungai, dimana seluruh parameter dianalisis secara deskriptif maupun secara spasial. Parameter aspek biofisik yang dianalisis meliputi curah hujan, dominasi penutupan lahan, daerah genangan banjir, satwa perairan, kondisi vegetasi dan tata guna lahan. Pemilihan parameter ini didasarkan pada studi Kriteria, Indikator dan Parameter Kerusakan Ekosistem Daerah Aliran Sungai oleh Soedjoko dan Fandeli (2009) yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan perencanan lanskap sungai. Dalam indikator penutupan lahan dimana pada studi ini mendapatkan bobot 30% dari aspek biofisik yang menjadi parameter ialah Indeks Penutupan Lahan (IPL) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 52 Tahun 2001 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang perhitungannya adalah sebagai berikut: IPL LVP Luas Area 100% Keterangan: IPL = Indeks Penutupan Lahan LVP= Luas Vegetasi Permanen Luas Vegetasi Permanen (LVP) yang dimaksud di sini adalah luasan lahan yang bervegetasi tetap (permanen) dimana informasinya dapat diperoleh dari peta penutupan lahan. Parameter indikator penggunaan lahan ialah Kesesuaian Penggunaan Lahan (KPL) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 52 Tahun 2001 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang mana perhitungannya adalah sebagai berikut: KPL LPS Luas Area 100% Keterangan: KPL = Kesesuaian Penggunaan Lahan LPS = Luas Pengunaan Sesuai Luas Penggunaan Lahan yang Sesuai adalah luasan lahan yang peruntukannya sesuai dengan peraturan yang mana rujukan kesesuaian penggunaan lahan adalah

24 RDTRK Tahun 2009 atau Perda No. 2 tentang Pengelolaan Sungai. Penggunaan parameter ini diasumsikan bahwa koridor sungai merupakan bagian dari suatu DAS sehingga parameter analisis yang digunakan pada analisis pengelolaan DAS dapat digunakan dalam menganalisis aspek-aspek yang terdapat dalam koridor sungai mengingat asumsi kejadian-kejadian yang terjadi pada koridor sungai dapat terjadi pada suatu DAS. Analisis secara spasial dilakukan terhadap parameter penutupan lahan (bobot 30%), kontinyuitas vegetasi (bobot 20%), daerah genangan banjir (bobot 20%) dan tata guna lahan (bobot 30%). Sedangkan parameter lainnya tidak dianalisis secara spasial karena kriteria yang didapat secara umum menunjukan kesamaan kriteria/homogen, seperti curah hujan, fauna perairan, aspek sosial budaya dan ekonomi. Walaupun tidak dianalisis secara spasial parameter tersebut akan dipertimbangkan saat pembuatan block plan. Analisis akan dilakukan dengan skoring terhadap perbedaan tingkat kondisi parameter aspek biofisik tersebut. Penggunaan skor dari sangat kritissangat bagus yaitu 1-5. Nilai ini mewakili kriteria dari masing-masing segmen eksisting pada tapak. Misalkan pada parameter penutupan lahan, IPL pada segmen tertentu nilainya 0 maka akan mendapat skor 1 (sangat kritis) sedangkan penutupan lahan dengan IPL 1-25% akan mendapat skor 2 (kritis) dan seterusnya. Kriteria dan parameter yang digunakan pada studi ini terdapat pada Tabel 3. Analisis sosial budaya dan ekonomi dilakukan terhadap data sosial budaya dan ekonomi masyarakat dalam kawasan. Aspek budaya akan dilihat dari segi sejarah budaya yang terkandung dalam kawasan sedangkan untuk aspek sosial secara garis besar dibedakan atas masyarakat asli dan pendatang. Aspek sosial dan ekonomi terutama untuk mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat dalam memanfaatkan Sungai Kelayan, yang akan dilihat melalui kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam kawasan, bentuk dan frekuensi interaksi masyarakat dengan sungai, dan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Sungai Kelayan. Hasil analisis terhadap aspek sosial budaya dan ekonomi akan disampaikan secara deskriptif. Walaupun tidak dianalisis secara spasial parameter tersebut akan dipertimbangkan saat pembuatan block plan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil perencanaan yang mendukung upaya revitalisasi sungai di kawasan Sungai

25 Kelayan dan untuk menonjolkan karakter tempat (sense of place) kawasan Sungai Kelayan. Data dan informasi aspek biofisik yang telah dispasialkan melalui skoring tersebut akan di overlay. Dari hasil overlay tersebut akan didapat peta komposit yang menunjukan zona kualitas biofisik sungai, yang selanjutnya akan disintesis untuk menghasilkan alternatif pengembangan dan pemecahan masalah terhadap kondisi lanskap kawasan yang sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu mendukung upaya revitalisasi lanskap Sungai Kelayan dengan pendekatan biofisik. Dalam menentukan kriteria dari peta tersebut akan dicari selang kriteria berdasarkan klasifikasi penilaian akan dihitung dengan menggunakan persamaan statistik sebagai berikut: S Smaks Smin K Keterangan: S Smaks Smin K = Selang dalam penetapan selang klasifikasi penilaian = Skor maksimal = Skor minimal = Banyaknya klasifikasi Hasil sintesis berupa rencana blok (block plan) yang mencakup pembagian dan rencana pengembangan ruang untuk mendapat perencanaan lanskap kawasan Sungai Kelayan yang sesuai dengan kondisi biofisik sungai dan kondisi sosial budaya serta ekonomi masyarakat setempat (zonasi lanskap kawasan).

26 Tabel 3. Indikator dan Parameter Perencanaan Lanskap Sungai No. Indikator Parameter Penskalaan Kualitas Sangat Kritis Skor 1 Kritis Skor 2 Sedang Skor 3 Bagus Skor 4 Sangat Bagus Skor 5 1. Iklim Curah Hujan (mm) <500/<300 501-1000 1001-2000 2001-2500 >2500 2. Banjir (Bobot 20%) 3. Penutupan Lahan (Bobot 30%) Daerah Genangan Banjir (% luas) Indeks Penutupan Lahan (IPL) >16 11-15 6-10 1-5 0 0 1-25% 26-50% 51-75% >75% 4. Satwa Satwa Perairan (jml jenis) 5. Vegetasi (Bobot 20%) Vegetasi Lokal Daratan (jml) Kontinyuitas Vegetasi (%) 0 1-5 6-10 11-15 >16 0 1-5 6-10 11-15 >16 0 1-25 26-50 51-75 >75 6. Tata Guna Lahan (Bobot 30%) Kesesuaian Penggunaan Lahan Dengan RTRW Kota (KPL) 0-20 21-40% 41-60% 61-80% >80% Sumber: Soedjoko dan Fandeli (2009) dalam Prosiding seminar Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS dan Keputusan Menteri Kehutanan No. 52 Tahun 2001 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan perencanaan lanskap Sungai Kelayan 26

27 3.4.4. Perencanaan Lanskap Tahap perencanaan lanskap merupakan tahapan setelah analisis data dan sintesis. Tahapan ini diawali dengan penyusunan konsep perencanaan lanskap untuk kawasan Sungai Kelayan yang berbasis ekologis, dimana selanjutnya konsep tersebut dijabarkan dalam bentuk penataan ruang, sirkulasi, tata hijau, aktivitas dan fasilitas. Konsep tersebut kemudian dikembangkan dalam bentuk rencana ruang, sirkulasi, tata hijau, aktivitas dan tata fasilitas yang dituangkan dalam bentuk rencana lanskap (landscape plan) secara tertulis dan tergambar, yang dilengkapi dengan gambar-gambar penunjang lainnya (potongan dan ilustrasi).