BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjaga kestabilan kawasan, baik itu secara ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Mencapai bentuk Economic and Monetary Union (EMU) adalah mimpi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB V KESIMPULAN. Setelah beberapa tahun menyandang gelar Celtic Tiger, yang menggambarkan betapa

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak

Memahami Krisis Yunani. Oleh: Nicholas Cachanosky

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pengeluaran dalam negeri, anggaran belanja negara, hingga faktor-faktor

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

PERAN UNI EROPA DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI YUNANI ( )

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

BAB I PENDAHULUAN. yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya fundasi

DAFTAR SINGKATAN. xii

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lesunya perekonomian global, khususnya negara-negara dunia yang dilanda

BAB III KRISIS KEUANGAN YUNANI DAN KONDISI EKONOMI EROPA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan. Krisis ekonomi tersebut membuat pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN. bergabung dengan Uni Eropa, dalam memperoleh keanggotaan sebagai pengguna mata

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

EUROPEAN UNION PERHIMPUNAN MASYARAKAT EROPA

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

UTANG PEMERINTAH EKONOMI POLITIK KEBIJAKAN FISKAL

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1997, kinerja pasar modal atau pun pasar saham mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB IV OPINI PUBLIK SEBAGAI PENYEBAB INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Singkat Bank Indonesia

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

1 Universitas indonesia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

KRISIS YUNANI SERTA DAMPAKNYA TERHADAP EKONOMI INDONESIA. Lela Nurlaela Wati STIE Muhammadiyah Jakarta ABSTRAK

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Uni Eropa dalam Mengatasi Krisis Ekonomi Yunani

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir tahun 2015, ASEAN Economic Community (AEC) atau lebih

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

Analisis fundamental. Daftar isi. [sunting] Analisis fundamental perusahaan. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjaga kestabilan kawasan, baik itu secara ekonomi maupun politik, negara-negara memutuskan untuk berintegrasi dalam suatu organisasi regional. Bentuk tertinggi dari integrasi internasional adalah terbentuknya sistem monetary and political union. Saat ini, organisasi regional yang telah mencapai level tertinggi itu adalah Uni Eropa. Selain syarat geografis, yaitu berada di wilayah Eropa, ada beberapa persyaratan lain yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, tidak semua negara di benua Eropa tergabung dalam keanggotaan Uni Eropa. Secara politik, negara yang ingin menjadi anggota Uni Eropa harus memiliki institusi permanen yang secara aktif menjamin pelaksanaan demokrasi, penegakan hukum dan HAM, serta penghargaan dan perlindungan terhadap kaum minoritas. Secara ekonomi, negara yang ingin menjadi anggota Uni Eropa harus memiliki ekonomi pasar yang berfungsi dengan baik, dalam hal ini berarti memiliki kemampuan menghadapi tekanan dan dorongan pasar yang kompetitif di dalam Uni Eropa. Secara hukum, negara yang ingin bergabung dengan Uni Eropa harus bersedia menerima aturan yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa beserta praktiknya, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan politik, ekonomi, dan

2 moneter Uni Eropa. 1 Persyaratan-persyaratan tersebut sering dikenal dengan istilah Copenhagen Criteria. Pada tahun 1999, melalui Perjanjian Maastricht, negara-negara anggota Uni Eropa, kecuali Inggris dan Denmark, sepakat untuk membentuk European Monetary Union dan mengadopsi suatu mata uang tunggal di kawasan ini, yaitu Euro. 2 Euro sebagai suatu mata uang tunggal dalam suatu sistem ekonomi yang terintegrasi penuh tentunya tidak bisa secara sembarangan dipraktikkan. Negaranegara anggota Uni Eropa yang ingin mengadopsi Euro sebagai mata uang harus memiliki bank sentral yang independen dan harus memenuhi sejumlah kriteria, yang disebut dengan Convergence Criteria atau Maastricht Criteria. Kriteria yang harus dipenuhi suatu anggota Uni Eropa untuk mengadopsi Euro sebagai mata uang antara lain adalah harus memiliki tingkat inflasi yang rendah dan stabil, memiliki nilai tukar mata uang dan suku bunga jangka panjang yang stabil, serta memiliki kemampuan finansial pemerintah yang baik, dalam hal ini dilihat dari rasio defisit tahunan dan hutang pemerintah terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Untuk tingkat inflasi, suatu negara harus memiliki persentase inflasi yang tidak lebih 1,5 poin dari rata-rata inflasi tiga negara anggota yang perekonomiannya dinilai paling baik. Untuk defisit tahunan pemerintah, rasio defisit terhadap PDB tidak boleh di atas 3%. Untuk hutang pemerintah, rasio hutang terhadap PDB tidak boleh di atas 60%. Untuk nilai tukar, suatu negara 1 European Union, Enlargement, diakses dari http://europa.eu/pol/enlarg/index_en.htm pada 13 September 2012 2 Europan Commission, The Euro, diakses dari http://ec.europa.eu/economy_finance/euro pada 1 September 2012

3 harus mengaplikasikan Exchange Rate Mechanism 3 yang diadopsi oleh European Monetary System selama dua tahun dan tidak boleh melakukan devaluasi terhadap mata uangnya selama periode pengaplikasian berlangsung. Untuk suku bunga jangka panjang, nominalnya tidak melebihi 2 poin persentase dari tiga negara anggota dengan tingkat inflasi terendah. 4 Kriteria-kriteria tersebut diciptakan untuk menjaga stabilitas nilai Euro sekaligus menjaga stabilitas finansial kawasan Uni Eropa. Yunani adalah salah satu negara di Eropa yang sudah bergabung dengan Eurozone 5 sejak tahun 2001. Yunani bergabung dengan European Economic Community, yang merupakan organisasi pendahulu Uni Eropa pada tahun 1981 dan menjadi anggota Uni Eropa pada tahun 1999. Namun pada tahun 1999 saat Perjanjian Maastricht diratifikasi, Yunani belum memenuhi persyaratan fiskal untuk bergabung dalam Eurozone. Pada tahun 2001, Yunani dinyatakan sudah memenuhi semua persyaratan untuk bergabung dengan European Monetary Union dan diizinkan untuk mengadopsi Euro sebagai mata uang. Euro secara resmi digunakan sebagai mata uang Yunani pada tahun 2002 untuk menggantikan mata uang sebelumnya, yaitu drachma. 6 Yunani menjadi negara ke-12 yang mengadopsi Euro sebagai mata uang. Sejak tertinggal dengan negara anggota Uni Eropa yang sudah mengadopsi Euro sejak tahun 1999, pemerintah Yunani 3 Exchange Rate Mechanism adalah mekanisme yang digunakan untuk menjamin fluktuasi nilai tukar mata uang antara Euro dan mata uang lainnya di Eropa tidak mengganggu kestabilan ekonomi dalam pasar tunggal. 4 Madhusudhanan, Greece Crisis and Euro Currency-An Analysis, artikel dalam 2012 International Conference on Economics and Finance Research IPEDR Vol.32, Singapore: IACSIT Press, 2012, hal. 70 5 Eurozone merupakan istilah untuk merujuk pada negara-negara anggota Uni Eropa yang sudah bergabung dalam European Monetary Union dan sudah mengadopsi Euro sebagai mata uang. 6 Roger Cohen, Ther Great Greek Illusion, diakses dari http://www.nytimes.com/2011/06/21/opinion/21iht-edcohen21.html pada 14 September 2012

4 mengatakan bahwa mereka telah bekerja keras untuk menurunkan inflasi dan suku bunga pinjaman yang tinggi, serta berjanji akan menjamin stabilitas ekonomi. Namun, Uni Eropa tetap mengingatkan Yunani untuk tetap berhati-hati dan bekerja keras meningkatkan perekonomiannya. Dengan bergabung dengan Eurozone, banyak manfaat yang didapatkan oleh Yunani. Salah satunya adalah memiliki akses untuk masuk ke pasar Eurobond, yang artinya Yunani dapat meminta pinjaman dalam jumlah besar namun dengan suku bunga rendah ke negara-negara besar anggota European Monetary Union, seperti Jerman dan Perancis. Pada tahun 2004, Yunani mengalami defisit dalam jumlah yang sangat besar. Akhirnya pemerintah Yunani mengaku bahwa telah memanipulasi data, terkait kondisi perekonomian nasional, agar bisa bergabung dengan Eurozone. Defisit pemerintah Yunani diakui tidak pernah di bawah 3% sejak tahun 1999 seperti yang disyaratkan oleh Uni Eropa. 7 Berbagai usaha dilakukan Yunani untuk memulihkan perekonomiannya, termasuk menjadi tuan rumah dari event akbar internasional, seperti menjadi tuan rumah kompetisi olahraga dunia, Olympics 2004. Tapi setelah menjadi tuan rumah Olympics 2004, hutang Yunani semakin membengkak akibat pembangunan infrastruktur yang memerlukan dana yang besar untuk mempersiapkan Olympics. Yunani sebenarnya belum siap untuk bergabung dengan Eurozone. Peminjaman dan pengeluaran yang berlebih mendorong Yunani terus mengalami defisit yang semakin meningkat nilainya setiap tahunnya. Akibat 7 Graeme Waerden, Greece Debt Crisis: Timeline, diakses dari http://www.guardian.co.uk/business/2010/may/05/greece-debt-crisis-timeline pada 14 September 2012

5 jumlah hutang yang semakin membengkak, akhirnya pada tahun 2005, pemerintah Yunani melakukan kebijakan austerity 8 dalam rangka mengurangi jumlah defisit, khususnya setelah penyelenggaraan Olympics. Bentuk kebijakan yang dilakukan antara lain menaikkan pajak alkohol dan rokok, termasuk menaikkan pajak nilai tambah dari 18% menjadi 19%. Satu tahun setelah berjalannyak kebijakan austerity, perekonomian Yunani mulai mengalami pertumbuhan pada tahun 2006, ditandai dengan jumlah PDB yang naik sebesar 4,1% pada kuarter pertama. 9 Namun, saat terjadi krisis ekonomi global yang menyerang hampir seluruh negara di dunia pada tahun 2008, Yunani menjadi salah satu negara yang paling rentan terkena dampak dari krisis. Sebelum terjadinya krisis global, Yunani bahkan sudah berada dalam kondisi memiliki hutang yang tinggi, defisit yang membengkak, perekonomian yang stagnan, dan sistem pajak yang tidak berfungsi, krisis global yang terjadi tentunya semakin memperburuk kondisi perekonomian Yunani. Pada tahun 2009, pemerintah Yunani secara resmi mengumumkan bahwa Yunani sedang mengalami resesi. Krisis yang terjadi di Yunani dikarenakan akumulasi dari hutang dan defisit negara yang membengkak. Oleh karena itu, krisis yang terjadi disebut sovereign debt crisis. Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa sejak Yunani mulai mengadopsi Euro sebagai mata uang, rasio defisit pemerintah Yunani terhadap PDB lebih tinggi dari rata-rata anggota Eurozone setiap tahunnya. 8 Austerity merujuk pada kebijakan yang dilakukan pemerintah suatu negara untuk memangkas defisit dan mengurangi pengeluaran, misalnya dengan mengurangi subsidi. 9 Georgios P. Kouretas dan Prodromos Vlamis, The Greek Crisis: Causes and Implications, artikel dalam PANOECONOMICUS, 2010, 4, Beograd: Economists Association of Vojvodina, 2010, hal. 397

6 Tabel 1.1 Perbandingan Rasio Hutang Pemerintah terhadap PDB antara Yunani, Rata-Rata Negara Anggota Eurozone, dan Rata-Rata Negara Anggota Uni Eropa Region 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Yunani -4.5-4.8-5.6-7.5-5.2-5,7-6,5-9,8-15.6 Eurozone -1.9-2.6-3.1-2.9-2.5-1.3-0.6-2.0-6.3 EU -1.4-2.5-3.1-2.9-2.4-1.4-0.8-2.3-6.8 Sumber: Eurostat, http://epp.eurostat.ec.europa.eu Pada awal tahun 2010, pemerintah Yunani berusaha mendekati pasar hutang global untuk mengumpulkan dana agar bisa membayar obligasi hutang sebesar 8,5 milyar Euro yang akan jatuh tempo pada bulan Mei. Akan tetapi, pasar merasa takut karena besarnya rasio hutang dan defisit Yunani. Komisi Uni Eropa lalu mengeluarkan laporan terkait resmi statistika defisit dan hutang pemerintah Yunani yang sudah direvisi, seperti untuk data tahun 2008, rasio defisit direvisi dari 5,0% menjadi 7,7%, untuk data tahun 2009, rasio defisit direvisi dari 3,7% menjadi 12,5%, bahkan direvisi lagi menjadi 13,6%. 10 Pada Juni 2010, lembaga penilai peringkat hutang, Standard & Poor s, menurunkan peringkat hutang Yunani dari B menjadi CCC, yang artinya berpotensi gagal bayar. 11 CCC adalah peringkat terburuk yang diberikan untuk menilai hutang suatu negara. Nilai obligasi pemerintah Yunani pun turun drastis dan surat hutang negaranya tidak laku di pasar, akibatnya Yunani tidak dapat berhutang untuk menutup hutang yang sudah ada. Karena gagal mengumpulkan dana dari pasar obligasi, Yunani pun akhirnya meminta secara resmi kepada Uni Eropa dan IMF untuk memberikan bailout. 10 Madhusudhanan., Op.Cit., hal. 70 11 James Hertling, Greek Crisis Timeline From Maastricht Treaty to Election Rerun, diakses dari http://www.businessweek.com/news/2012-06-17/greek-crisis-timeline-from-maastricht-treaty-toelection-rerun pada 14 September 2012

7 Melihat Yunani yang semakin terpuruk dalam krisis dan melihat ancaman dampak dari krisis yang dapat menyebar dan memengaruhi kestabilan finansial Eropa dan global, Uni Eropa dan IMF pun sepakat untuk memberikan pinjaman sebesar 110 milyar Euro dengan jangka waktu jatuh tempo 3 tahun. Pinjaman yang diberikan dua kali lebih tinggi dibandingkan yang diajukan oleh Yunani, yaitu sebesar 45 milyar Euro. Selain itu, Yunani juga mendapatkan pemotongan bunga utang, perpanjangan jatuh tempo surat utang, bantuan pada sistem perbankan, serta komitmen untuk membantu Yunani dalam mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. 12 Program bantuan yang diberikan kepada Yunani ini dilaksanakan dengan dimonitori oleh Uni Eropa, European Central Bank, dan IMF. Program bantuan yang diberikan oleh Uni Eropa bertujuan untuk mengurangi jumlah defisit Yunani untuk berada di bawah 3% sesuai dengan standar Uni Eropa. Sebagai timbal balik atas program bantuan yang diberikan oleh Uni Eropa dan IMF, pemerintah Yunani harus setuju untuk berhemat dan melakukan pemotongan terhadap APBN sebesar 30 milyar Euro dalam jangka waktu 3 tahun. Hal yang dapat dilakukan pemerintah Yunani sebagai upaya meningkatkan cadangan devisa negaranya antara lain adalah memotong gaji pegawai negeri dan dana pensiun, memangkas upah buruh swasta sebesar 15% dan birokrasi sebesar 30%, menaikkan berbagai jenis pajak dan harga bahan bakar minyak, dan memangkas anggaran militer. 13 Langkah penghematan ini harus dilakukan oleh 12 Madhusudhanan., Op.Cit., hal. 71 13 Ibid., hal. 71

8 Yunani agar mampu mengurangi defisit menjadi di bawah 3% dari PDB menjelang tahun 2014, sesuai dengan janji pemerintah Yunani kepada Uni Eropa. Di tengah perekonomian yang semakin melemah dan surat hutang yang semakin tidak laku di pasar, Yunani sebenarnya tidak punya pilihan lain selain harus melakukan penghematan besar-besaran apabila tidak ingin semakin terpuruk dalam krisis. Akan tetapi kebijakan yang diambil oleh pemerintah Yunani di bawah Memorandum of Economic and Financial Policies ini justru berdampak pada aspek sosial dan ekonomi, khususnya menyebabkan naiknya tingkat kemiskinan dan kesenjangan di Yunani, serta memicu munculnya masalah sosial lain di Yunani. Tidak hanya di sektor publik, akibat pemotongan pengeluaran dan penaikkan pajak, sektor swasta juga melakukan pemangkasan jumlah pegawai dan pemotongan gaji. Akibatnya, tingkat pengangguran di Yunani bertambah. Dengan bertambahnya jumlah pengangguran, tingkat kemiskinan di Yunani naik. Sebelum bergabung dengan Eurozone, ketika kondisi perekonomian nasional berprospek tidak baik, alternatif yang dilakukan oleh pemerintah Yunani adalah melakukan devaluasi terhadap Drachma untuk meringankan beban hutang dan mengurangi defisit. 14 Tapi setelah mengadopsi Euro tentunya Yunani tidak bisa lagi melakukan devaluasi mata uang untuk meringankan beban perekonomian karena adanya aturan main yang diberlakukan oleh Uni Eropa untuk anggotaanggotanya. Uni Eropa pun juga tidak bisa lepas tangan atas krisis yang terjadi di Yunani. Krisis yang terjadi di Yunani sangat mengancam stabilitas finansial Eropa, khususnya mengancam stabilitas nilai Euro. Akibat turunnya peringkat 14 Suhail Abboushi, Analysis and Outlook of the Greek Financial Crisis, Pennsylvania: Duquesne University, 2011, hal. 2

9 hutang Yunani, serta seiringnya ketakutan akan ketidakmampuan Yunani untuk membayar hutangnya, para investor beramai-ramai melepas Euro dan beralih ke Dollar AS, sehingga nilai Euro semakin melemah. Krisis yang terjadi di Yunani akhirnya memunculkan pertanyaan serius pada keberlangsungan Euro sebagai mata uang tunggal di kawasan Uni Eropa. Krisis yang terjadi berhasil mensinyalirkan pecahnya Euro. Salah satu solusi bagi Yunani yang ditawarkan oleh para ahli ekonomi adalah meninggalkan Euro dan kembali ke Drachma. Akan tetapi meninggalkan Euro tidak semudah membalikkan telapak tangan, dan tentunya bukan menjadi pilihan yang baik bagi Yunani, karena akan menambah pengeluaran lagi untuk mencetak uang baru dan melakukan devaluasi. Selain itu, apabila Yunani meninggalkan Euro, tentu bukan menjadi pilihan yang baik bagi Uni Eropa, karena akan memberi opsi bagi negaranegara anggota lain yang terkena krisis, seperti Irlandia, Portugal, Italia, dan Spanyol, untuk meninggalkan Euro dan akhirnya semakin melemahkan nilai Euro. Kompleksitas dari krisis yang terjadi di Yunani akhirnya mendorong terjadinya interaksi-interaksi antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa, baik itu European Union Comission, European Central Bank, atau pun institusi-institusi Uni Eropa yang lain untuk segera menyelesaikan krisis yang terjadi sebelum memberikan dampak negatif yang lebih jauh dan semakin menyebar ke negaranegara lain. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas lebih mendalam pada bab-bab selanjutnya mengenai sovereign debt crisis yang terjadi di Yunani, pengaruhnya bagi Uni Eropa, dan interaksi antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam menangani krisis yang terjadi.

10 Grafik 1.1 Rasio Hutang Pemerintah Yunani Terhadap PDB pada tahun 1999-2011 Sumber: BBC News Grafik 1.2 Indeks Surplus dan Defisit Pemerintah Yunani Tahun 1999-2011 Sumber: BBC News

11 1.2 Rumusan Masalah Dengan adanya sistem tunggal yang harus diterapkan oleh negara-negara anggota yang terlibat dalam Uni Eropa, akhirnya tingkat sensitivitas dan vulnerabilitas tiap negara dengan negara lainnya meningkat, maka ketika suatu negara anggota Uni Eropa, seperti Yunani, terkena krisis, maka negara lainnya juga terancam terkena krisis, dan akhirnya krisis ekonomi yang terjadi menjadi krisis ekonomi sistemik di Uni Eropa. Hal ini tentunya mendorong Uni Eropa sebagai rezim pemerintah regional untuk turun tangan dalam membantu Yunani menyelesaikan krisis. Selain itu, tentunya ada kepentingan dari Uni Eropa untuk mempertahankan Yunani dalam keanggotaannya, dan tentunya ada kepentingan lain bagi pemerintah Yunani untuk tetap bergabung dalam Uni Eropa, yang akhirnya mendorong para aktor untuk saling berinteraksi menyelesaikan krisis yang terjadi. Melihat kompleksitas dari krisis ekonomi yang terjadi di Yunani saat ini, maka rumusan-rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana interaksi antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa sebagai organisasi regional dalam mengatasi Sovereign Debt Crisis Yunani periode 2009-2012? 2. Bagaimana implikasi dari terjadinya interaksi antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam mengatasi Sovereign Debt Crisis bagi Yunani, khususnya dalam aspek ekonomi, sosial, dan politik periode 2009-2012? Pemilihan kurun waktu yaitu periode tahun 2009 sampai dengan 2012 juga menjadi salah satu rumusan penting dilakukannya penelitian ini, karena pada

12 tahun 2009, Yunani secara resmi mengumumkan bahwa negaranya sedang mengalami resesi, dengan indikator hutang negara telah mencapai 300 milyar euro, yang berarti rasio hutangnya mencapai 113% dari total GDP. Padahal batas standar rasio hutang yang ditetapkan oleh Uni Eropa adalah 60% dari total GDP. 15 Selain itu, tahun 2009 adalah satu tahun setelah terjadinya krisis finansial yang melanda hampir semua negara pada tahun 2008. Oleh karena itu, dengan pemilihan tahun 2009 penulis juga ingin mencoba mengkaitkan antara krisis ekonomi yang terjadi dengan proses revitalisasi perekonomian Yunani akibat krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008. Selain itu, interaksi nyata antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam penyelesaian krisis dimulai dengan adanya bailout yang diberikan Uni Eropa kepada Yunani pada awal tahun 2010. Pemilihan tahun 2012 dikarenakan hingga saat ini krisis yang terjadi masih berlanjut, sehingga interaksi antar para aktor belum berhenti dan implikasi yang terjadi pun masih berlanjut. Terkait hal tersebut, maka penulis juga akan membatasi kebijakan yang masih diterapkan dan implikasi yang muncul hingga akhir Juni 2012 setelah Yunani melakukan pemilihan legislatif pada tanggal 17 Juni 2012. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penulisan penelitian ini adalah untuk menghasilkan hipotesis dan jawaban yang signifikan dari masalah yang telah dijelaskan. Secara 15 Timeline: The Unfolding Eurozone Crisis, diakses dari http://www.bbc.co.uk/news/business- 13856580 pada 5 September 2012

13 metodologis, penelitian ini dilakukan untuk menganalisa tentang krisis ekonomi yang terjadi di Yunani, serta bagaimana krisis yang terjadi di Yunani memengaruhi Uni Eropa, sehingga akhirnya mendorong interaksi antara pemerintah Yunani dengan Uni Eropa dalam hal penyelesaian krisis ekonomi yang terjadi dan interaksi yang terjadi memberikan implikasi tersendiri bagi Yunani, khususnya dalam aspek sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, secara spesifik, tujuan dari penelitian ini antara lain adalah: 1. Untuk mengidentifikasi interaksi-interaksi yang terjadi antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa sebagai organisasi regional dalam mengatasi Sovereign Debt Crisis Yunani periode 2009-2012; 2. Untuk menganalisa implikasi dari terjadinya interaksi antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam mengatasi Sovereign Debt Crisis bagi Yunani, khususnya dalam aspek ekonomi, sosial, dan politik periode 2009-2012. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut: 1. Manfaat bagi para peneliti dan akademisi: sebagai bahan refrensi dan pembanding untuk materi ajar atau penelitian topik yang serupa, sehingga dapat mengembangkannya lebih baik lagi berdasarkan kekurangan dan keterbatasan dari penelitian ini.

14 2. Manfaat bagi sosial: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan bagi pembaca agar dapat mengetahui dan mendapat informasi mengenai krisis ekonomi yang sedang terjadi di belahan dunia yang lain dan bagaimana krisis tersebut juga dapat memberikan pengaruh bagi Indonesia, serta bagaimana masyarakat dapat menghindari krisis yang sama terjadi di Indonesia. 3. Manfaat bagi para pengambil kebijakan: Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan, khususnya dalam masalah kebijakan ekonomi. Krisis ekonomi yang terjadi di Yunani disebabkan akumulasi dari hutang dan defisit negara yang membengkak karena anggaran negara yang boros dan sistem ekoonomi tunggal yang didominasi kepentingan negara besar. Dari terjadinya krisis yang terjadi dan implikasi interaksi yang terjadi dalam mengatasi krisis, pemerintah Yunani dan Uni Eropa menyadari kesalahannya dan segera memperbaiki diri. Belajar dari krisis ekonomi yang terjadi di Yunani, diharapkan para pengambil kebijakan di Indonesia agar lebih berhati-hati dalam merencanakan anggaran negara. Selain itu, bagi para pengambil kebijakan di level organisasi regional, seperti ASEAN, yang bercita-cita untuk menjadi Economic and Monetary Union, untuk lebih berhati-hati menentukan langkah untuk menciptakan sistem ekonomi tunggal.

15 1.5 Sistematika Penulisan Sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan, maka seluruh data yang didapat dari penelitian ini pada akhirnya akan disusun secara sistematis dengan format sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah yang mendasari pemilihan topik penelitan dan mendasari pentingnya diadakan penelitian. Selanjutnya, pada bab ini akan dijelaskan mengenai identifikasi atau pembatasan dan perumusan dari masalah yang akan dikaji secara mendalam dalam penelitian. Setelah itu, pada bab ini akan dijabarkan mengenai tujuan akhir yang ingin dicapai melalui penelitian ini. Bab ini juga akan berisi mengenai manfaat yang diharapkan dari diadakannya penelitian serta sistematika penulisan. BAB II KERANGKA BERPIKIR Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan teoretis yang terdiri dari landasan teori dan konsep-konsep terkait yang akan digunakan dan menunjang penelitian. Adanya penjelasan mengenai teori dan konsep yang akan digunakan diharapkan dapat membantu untuk mempermudah penulis untuk melakukan analisa dan identifikasi, sehingga dapat menjawab rumusan permasalahan yang diangkat dan mencapai tujuan dari penelitian,

16 serta mengasilkan hipotesis yang didukung oleh sumber data yang sudah dipastikan validasinya. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi uraian tentang rancangan penelitian, metode-metode dalam penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan, termasuk jenis-jenis data dan proses pengolahan data sehingga menjadikan penelitian ini menjadi penelitian yang sistematis. Adanya penjelasan pada bab ini diharapkan dapat memberi penjelasan yang lebih mendalam mengenai keabsahan penelitian. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan bagian yang paling penting dari penelitian, karena hasil perumusan masalah dalam penelitian ini akan dijawab pada bab ini. Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi identifikasi faktor penyebab terjadinya krisis ekonomi di Yunani, analisa dampak dan pengaruh krisis yang terjadi, baik itu bagi Yunani dan Uni Eropa, serta uraian mengenai kebijakan atau tindakan yang diambil untuk menyelesaikan krisis, sebagai bentuk interaksi antara pemerintah Yunani dan Uni Eropa dalam menangani krisis dan bagaimana interaksi yang diambil memberikan pengaruh bagi aspek ekonomi, sosial, dan politik Yunani. Pada bab ini juga akan dipaparkan mengenai relevansi dari hasil penelitian dengan teori-teori dan konsep yang digunakan yang telah dijabarkan di bab II.

17 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan berisi uraian tentang pokok-pokok kesimpulan sebagai jawaban akhir dari rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal penelitian dan saran-saran yang perlu disampaikan sebagai rekomendasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian.