BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

Pengembangan Metode Analisis Parasetamol dalam Daging Bebek Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PERCOBAAN

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

Gambar 1. Alat kromatografi gas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB I PENDAHULUAN. analgetik dan antipiretik disamping jenis obat lainnya. Jenis obat tersebut banyak

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

SEJARAH. Pertama kali digunakan untuk memisahkan zat warna (chroma) tanaman

Lampiran 1. Gambar alat KCKT dan syringe 100 µl

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAB 3 METODE PENELITIAN

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.

Penentuan Kadar Tablet Asetosal Menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) Tiffany Sabilla Ramadhani

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

Cara uji kimia-bagian 11: Penentuan residu tetrasiklin dan derivatnya dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pada produk perikanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

No Nama RT Area k Asym N (USP)

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

EFISIENSI KOLOM. Bentuk-bentuk kromatogram

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat 1% sebagai zat pengendap protein. Lalu tambahkan asetonitril yang berfungsi sebagai pelarut parasetamol dalam daging bebek dan dilakukan filtrasi. Filtrat diekstraksi cair-cair dengan menambahkan n-heksan yang berfungsi melarutkan lemak. Tahapan ekstraksi cair-cair ini diulang sebanyak dua kali. Fase n-heksan dibuang dan fase hasil ekstraksi caircair lainnya dilakukan pemekatan menggunakan penangas air. Lalu disentrifugasi untuk mengendapkan kembali protein pengotor dalam larutan sampel yang dipisahkan dengan cara dekantasi. 5.2. Pemisahan dengan SPE Proses pemisahan analit dari pengotor dilanjutkan dengan menggunakan SPE. Tahap pertama dilakukan pengkondisian dengan mengalirkan metanol kedalam kolom SPE, hal ini bertujuan untuk membasahi permukaan penjerap dan untuk menciptakan kondisi yang sama sehingga dapat menghindari perubahanperubahan kimia yang terjadi ketika sampel dimasukkan. Tahap kedua yaitu retensi atau dimasukkannya sampel ke dalam kolom bertujuan untuk menahan analit yang diharapkan sementara komponen lain terelusi atau menahan pengotor 26

27 yang terdapat dalam sampel sementara analit yang dikehendaki terelusi. Tahap ketiga adalah pembilasan digunakan air yaitu untuk membilas komponen yang tidak tertahan dalam penjerap kolom dan tahap keempat adalah elusi dengan etanol yang bertujuan untuk mengambil analit yang dikehendaki jika analit tertahan dalam penjerap. Adapun hasil tiap tahapan SPE adalah sebagai berikut:: Tabel V.1 Hasil Warna Setiap Tahapan SPE Tahap pengkondisian retensi pembilasan elusi Hasil bening kuning kuning bening bening Berdasarkan data di atas diperoleh data bahwa pada tahap pengkondisian, hasil tampungan berupa warna bening, tahap retensi berwarna kuning hal ini sesuai dengan warna asal dari sampel dan kuning bening untuk tahap pembilasan karena terdapat sedikit sampel di dalamnya serta berwarna bening untuk tahap elusi. 5.3. Analisis Kualitatif Parasetamol menggunakan KLT Analisis kualitatif menggunakan KLT diawali dengan melakukan optimasi fase gerak menggunakan parasetamol standar sebagai larutan uji dengan berbagai pelarut dalam perbandingan yang berbeda sehingga diperoleh data sebagai berikut:

28 Tabel V.2 Optimasi Fase Gerak KLT Fase Gerak Rf kloroform:aseton : ammonium hidroksida (8:2:0,1) 0,85 n -heksan : etil asetat (1:1) 0,13 etil asetat : asam asetat (95:5) 0,73 n-heksan : aseton (75:25) - n-heksan :aseton (tidak dijenuhkan) (75:25) 0,2 Penggunaan KLT ini dilakukan bertujuan untuk memantau keberadaan parasetamol di setiap tahap yang dilakukan. Berdasarkan hasil optimasi diambil fase gerak etil asetat (95:5) karena bercak dan Rf yang diperoleh lebih baik yaitu 0,73. Pemantauan parasetamol menggunakan KLT dilakukan terhadap filtrat asetonitril sebelum ditambahkan dengan n-heksan (A sb ); fraksi asetonitril setelah preparasi (A sa ); air rebusan daging bebek (air); fasa n-heksan 1 (nh 1 ) dan fasa n- heksan 2 (nh 2 ) dan diperoleh data sebagai berikut: Tabel V.3 Hasil Analisis Kualitatif Parasetamol Setiap Tahapan Preparasi Sampel Sampel Rf Kepekatan Spot Pembanding 0,70 +++ Asb 0,70 + Asa 0,70 ++ air - - nh 1 - - nh 2 - - Berdasarkan data di atas diperoleh hasil bahwa terdapat parasetamol pada filtrat asetonitril sebelum dicampurkan n-heksan. Parasetamol juga terdapat pada fraksi asetonitril siap SPE serta tidak terdapat parasetamol pada air rebusan, dan fraksi n-heksan.

29 selanjutnya dilakukan pemantauan KLT terhadap larutan sampel dari tiap tahap SPE dan diperoleh data sebagai berikut : Tabel V.4 Hasil Identifikasi Parasetamol pada SPE 1 kondisi pelarut hasil pengkondisian metanol:air - retensi sampel +++ pembilasan metanol 5% + elusi etanol - Tabel V.5 Hasil Identifikasi Parasetamol pada SPE 2 Kondisi Pelarut Hasil pengkondisian metanol - retensi sampel +++ pembilasan air + elusi etanol - Dalam teknik SPE, dilakukan dua modifikasi pelarut SPE untuk mencari pelarut yang efektif sehingga diperoleh bahwa penggunaan SPE untuk mengambil analit berupa parasetamol yang lebih bebas dari pengotor diketahui terdapat dalam tahap kedua (retensi) dan ketiga (pembilasan), hal ini terjadi karena analit tidak dapat terjerap sepenuhnya di dalam penjerap karena sifat dari penjerap yang nonpolar walaupun telah diciptakan kondisi yang sesuai dengan analit. Hasil tersebut berdasarkan pengamatan menggunakan KLT. Plat KLT pertama-tama dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105,5 0 C selama 1 jam yang bertujuan untuk mengaktifkan adsorben karena berada dalam kondisi anhidrat sehingga akan mengadsorbsi analit lebih kuat. Fase gerak

30 dijenuhkan menggunakan kertas saring Whatman No.41 dan dalam kondisi tertutup rapat, hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan proses elusi. Plat KLT yang telah ditotolkan kemudian dimasukkan ke dalam chamber kemudian biarkan terelusi hingga batas atas KLT. Plat KLT yang telah terelusi diangkat, lalu diamati bercak dan Rf yang terbentuk apakah sebanding dengan standar parasetamol dibawah lampu UV 254. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bercak dan Rf yang sama terhadap standar, hal ini menunjukkan bahwa prosedur yang dilakukan dapat menarik analit dari sampel dimana terdapat analit pada tahap kedua dan ketiga dari SPE. 5.4. Analisis Parasetamol dengan Metode KCKT Parasetamol dianalisis dengan sistem kromatografi fase terbalik, dimana fase diam yang digunakan bersifat nonpolar yaitu C-18 dengan fase gerak yang digunakan bersifat polar. Fase gerak yang digunakan, berupa campuran aquabidestilata, metanol dan asam asetat glasial. Parasetamol dideteksi menggunakan detektor UV pada panjang gelombang 275 nm. 5.4.1 Optimasi Fase Gerak Tahap awal yang dilakukan sebelum analisis sampel terlebih dahulu dilakukan optimasi fase gerak yang bertujuan untuk menghasilkan analisis yang baik dengan melihat perbandingan fase gerak yang mampu menghasilkan peak standar yang sesuai syarat. Fase gerak yang digunakan berupa campuran aquabidestilata, metanol dan asam asetat dengan perbandingan volume 71: 26: 3. Akuabidestilata digunakan karena merupakan kandungan utama fase gerak fase

31 terbalik dan ditambahkan metanol untuk mengatur kepolaran fase gerak dalam hal ini meningkatkan kepolaran fase gerak agar mampu memisahkan analit dari pengotor dan dapat menarik analit untuk keluar dari kolom terlebih dahulu dibandingkan matriks yang sifatnya kurang polar dari analit. Dapat pula ditambahkan asam asetat glasial untuk menghindari terjadinya tailing dengan mempertahankan kepolaran fase gerak. Standar parasetamol 100 ppm yang dilarutkan dengan metanol pro KCKT di injekkan dengan fase gerak akuabidestilata, metanol dan asam asetat (69:28:3) dan laju alir 1 ml/menit, diperoleh waktu retensi 4,137 menit, puncak yang tidak simetris dan tidak lancip serta ditemukan banyak pengotor dengan waktu analisis 10 menit. Puncak yang dihasilkan tidak sesuai diharapkan sehingga dilakukan penggantian pelarut untuk standar dengan dilarutkannya menggunakan fase gerak dan mengganti perbandingan fase gerak aquabidestilata, metanol dan asam asetat (71: 26: 3) dan laju alir 1,5 ml/menit, diperoleh waktu retensi 2,887 menit, puncak yang lancip dan simetris serta tidak ditemukan banyak pengotor dengan waktu analisis 5 menit. Hasil pengujian tersebut memberikan hasil yang lebih baik sehingga sistem tersebut digunakan untuk tahap analisis selanjutnya. 5.4.2 Uji Kesesuaian Sistem Uji kesesuaian sistem dilakukan bertujuan untuk memastikan bahwa hasil analisis sesuai dengan nilai sebenarnya atau menjamin bahwa metode tersebut dapat memberikan hasil yang optimum dalam pengujian. Uji kesesuaian sistem dilakukan dengan menyuntikkan larutan standar 100 ppm sebanyak enam kali.

32 Tabel V.6 Data Uji Ksesuaian Sistem Penyuntikan Ke Luas Area Waktu Retensi 1 16681684 2,917 2 17136771 2,893 3 16914451 2,913 4 16916940 2,897 5 16827435 2,890 6 16820995 2,910 Jumlah 101298276 17,420 Rata-rata 16883046 2,903 SD 150997,363 0,011 SBR 0,894 0,393 Dari hasil perhitungan didapat nilai simpangan baku relatif (SBR) sebesar 0,894 %. Dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai UKS memenuhi persyaratan karena kurang dari 2 %. 5.4.3 Kurva Kalibrasi Kurva kalibrasi dilakukan bertujuan untuk melihat hubungan antara konsentrasi analit terhadap respon alat. Kurva kalibrasi dilakukan terhadap larutan standar dibuat dengan konsentrasi 50; 100; 200; 250; 300; 400 ppm. Berikut ini kurva yang diperoleh : luas area 70000000 60000000 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 0 y = 150807,589x + 1219692,050 R² = 0,998 0 100 200 300 400 500 Konsentrasi (ppm) Gambar V.1 Kurva Kalibrasi Parasetamol

33 Dari hasil gambar kurva kalibrasi didapat persamaan garis y= 150807,589x+1219692,050. Selain itu juga diketahui koefisien korelasinya yaitu 0,998 yang dapat disimpulkan bahwa pengujian linieritas ini memenuhi persyaratan karena nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1. 5.4.4 Analisis Sampel Dilakukan analisis sebanyak tiga sampel dan diperoleh hasil bahwa parasetamol terdeteksi oleh KCKT. Tabel V.7 Data Uji Sampel Sampel Luas Area Konsentrasi (ppm) A 27970341 177,383 B 41156926 264,822 C 56350603 365,571 D 15422000 94,175 E 13282212 79,986 F 16518613 101,447 Tabel V.8 Data Jumlah Konsentrasi Sampel Sampel Konsentrasi (ppm) 1 271,558 2 344,809 3 467,018 Berdasarkan data diatas disimpulkan bahwa sampel satu dideteksi dengan kadar 271 ppm, sampel dua 344,809 ppm, dan sampel tiga 467,018 ppm. 5.5 Validasi Metode Analisis Validasi metode analisis dilakukan bertujuan untuk menjamin bawha metode yang dikerjakan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Parameter-

34 parameter yang digunakan dalam analisis kali ini adalah kecermatan, keseksamaan, linieritas, batas deteksi, dan batas kuantitasi. 5.5.1 Linieritas Linieritas dilakukan dengan tujuan untuk melihat kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan (Gandjar, 2007: 469). Suatu analisis dapat dikatakan valid dengan melihat koefisien korelasi (r 2 ) mendekati 1. Berikut ini kurva linieritas : 70000000 60000000 y = 150807,589x + 1219692,050 R² = 0,998 50000000 Luas Area 40000000 30000000 20000000 10000000 0 0 100 200 300 400 500 Konsentrasi Gambar V.2 Kurva Linieritas Linieritas dilakukan dengan membuat larutan standar dengan konsentrasi 50; 100; 200; 250; 300; 400 ppm. Persamaan regresi linier yang diperoleh adalah y=150807,589x+1219692,050 dengan koefisien kolerasi 0,998. Dari persamaan tersebut dapat diperoleh harga simpangan baku residual (S y/x ) sebesar 878575,156, standar deviasi (S x0 atau SD) 5,826 dan koefisien variansi (V x0 ) 2,689%. Berdasarkan nilai yang diperoleh diketahui koefisien kolerasi dari kurva kalibrasi mendekati 1 dan nilai koefisein variansi < 5%, hal ini menunjukkan bahwa alat

35 KCKT dapat memberikan respon yang sebanding terhadap konsentrasi parasetamol. 5.5.2 Batas Deteksi Hasil uji batas deteksi dihitung berdasarkan kurva kalibrasi parasetamol terhadap luas area kromatogram dikali dengan bilangan faktor yaitu 3 dan dibagi dengan b dari persamaan regresi hasil dari kurva kalibrasi. Nilai batas deteksi yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah 17,447 ppm. 5.5.3 Batas Kuantitasi Penentuan batas kuantitasi sama dengan batas deteksi, namun bilangan faktornya, yaitu 10. Sehingga diperoleh batas kuantitasi yang adalah 58,258 ppm. 5.5.4 Akurasi (Ketepatan) Akurasi melihat ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang diterima baik konvensi, nilai sebenarnya, atau nilai rujukan. Akurasi dilakukan dengan metode standar adisi dimana satu sampel dan ditambahkan dengan larutan standar dengan tiga konsentrasi yang berbeda yaitu 100; 200; 300 ppm dan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel V.9 Data akurasi Sampel Konsentrasi (ppm) Perolehan Kembali (%) Rentang 100 104,269 ± 1,29 A 200 96,926 ± 0,62 96,926-104,269 300 101,828 ± 0,74 Berdasarkan data diatas diperoleh rentang 96,93-104,27%. Pada pengujian akurasi memenuhi kriteria akurasi dimana rentang yang sebenarnya adalah 80-150 %. namun jika dilihat dimana persen perolehan kembali untuk konsentrasi

36 100 ppm melebihi 100%, hal ini karena keberadaan pengotor yang masih tertinggaldan adanya respon alat terhadap pengotor tersebut. 5.5.5 Presisi (Keseksamaan) Presisi dilakukan dengan melihat ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda signifikan secara statistik (Gandjar, 2007: 466).Dokumentasi presisi mencakup simpangan baku (SD) dan simpangan baku relatif (RSD). Suatu metode analisis dianggap baik jika memiliki nilai simpangan baku dan simpangan relatif sama dengan atau kurang dari 2% (Gandjar, 2007: 466). Tabel V.10 Data Presisi Sampel Pengukuran Luas Area Kadar (x) (X - rata-rata) (X - rata-rata)2 A 1 28920078 183,680 0,366 0,134 2 28600034 181,558-1,756 3,083 3 28883080 183,435 0,121 0,015 4 28844636 183,180-0,134 0,018 5 29029225 184,404 1,090 1,189 6 28911824 183,626 0,312 0,097 Rata-rata 183,314 Jumlah 4,535 SD 0,952 RSD 0,520 Uji presisi dilakukan untuk melihat kedekatan antara hasil uji yang dilakukan secara berulang pada sampel. Konsentrasi yang diambil untuk menghitung presisi ini adalah 200 ppm. Dari hasil perhitungan didapat nilai simpangan baku 0,952 dengan nilai koefisien variansi atau nilai RSD sebesar 0,52%. Dapat disimpulkan bahwa hasil presisi memenuhi persyaratan dimana syarat presisi adalah 2%.