Pengembangan Metode Analisis Parasetamol dalam Daging Bebek Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Metode Analisis Parasetamol dalam Daging Bebek Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi"

Transkripsi

1 Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN Pengembangan Metode Analisis Parasetamol dalam Daging Bebek Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 1 Intan Permata Sekar Arum, 2 Diar Herawati Effendi, 3 Syarif Hamdani 1,2 Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung isekararum@yahoo.com, 2 diarmunawar@gmail.com, 3 Syarif@catatankimia.com Abstrak. Parasetamol merupakan bahan kimia obat yang tidak boleh terdapat dalam produk pangan. Salah satu produk pangan yang diduga menambahkan parasetamol sebagai bahan pengempuk adalah daging bebek. Penelitian dilakukan terhadap daging bebek olahan yang beredar di pasaran dibandingkan dengan kontrol positif. Daging bebek dipreparasi menggunakan asam trikloroasetat 1%, asetonitril, dan diekstraksi cair-cair dengan penambahan n-heksan. Proses pemisahan menggunakan teknik ekstraksi fase padat (SPE). Kolom ekstraksi fase padat diaktifkan dengan metanol, lalu dibilas dengan aquadest, dan dielusi menggunakan etanol. Hasil preparasi selanjutnya dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan kolom Zorbax C-18 dengan fase gerak campuran eluen aquabidest: metanol: asam asetat glasial (71: 26: 3), sistem isokratik, laju alir 1,5 ml/menit, dan detektor UV dengan panjang gelombang 275 nm. Hasil analisis KCKT menunjukan bahwa sampel daging bebek yang dianalisis tidak mengandung parasetamol. Hal ini dipertegas oleh analisis validasi yang memberikan hasil berupa akurasi 83,489%, presisi 1,511%, koefisien korelasi (r) 0,998, batas deteksi 0,027 ppm, dan batas kuantisasi 0,092 ppm. Kata Kunci : daging bebek, parasetamol, kromatografi cair kinerja tinggi. A. Pendahuluan Masyarakat harus berhati-hati dalam memilih makanan karena banyak oknumoknum nakal menggunakan bahan-bahan berbahaya untuk memasak daging bebek (Widhawati, 2012: dari TransTV). Bahan berbahaya yang banyak digunakan dalam campuran daging bebek antara lain tawas, pewarna kain, dan obat sakit kepala dan demam (parasetamol). Kegunaan masing-masing bahan berbahaya tersebut dalam olahan daging bebek yaitu tawas dapat membuat daging bebek menjadi bersih dan tidak bau amis, pewarna kain dapat membuat daging bebek tidak pucat sehingga mendapatkan nilai tambah dari warna daging bebek yang lebih menarik, dan parasetamol dapat membuat daging lebih cepat lunak karena daging bebek yang sedikit alot membuat daging bebek lebih enak untuk dimakan (Widhawati, 2012: dari TransTV). Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2013 tentang Batas maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna Bab 1 pasal 1 ayat 2, bahwa bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Parasetamol bukan merupakan bahan tambahan pangan karena tidak terlampir pada peraturan kepala BPOM RI sehingga penambahan parasetamol pada daging bebek untuk membuat cepat lunak dan mengempukkan daging bebek tidak dibenarkan untuk digunakan pada pengolahan daging bebek (BPOM, 2013: 2-3). Adapun untuk metode analisis parasetamol dalam daging bebek telah dilakukan penelitian sebelumnya pada sampel kontrol positif (dengan bebek yang ditambahkan parasetamol). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kombinasi metode ekstraksi caircair (ECC), ekstraksi fase padat atau solid phase extration (SPE), dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dapat memberikan hasil analisis parasetamol yang memenuhi 37

2 38 Intan Permata, et al. kaidah validasi. 1 Tetapi diduga terdapat prosedur uji validasi yang kurang sesuai, sehingga metode hasil penelitian ini perlu dilakukan pengembangan. Selain itu dilakukan juga pengujian terhadap sampel daging bebek. Berdasarkan hal di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk pengembangkan metode penelitian parasetamol dalam daging bebek, dan untuk mendeteksi kandungan parasetamol dalam daging bebek. Kemudian jika sampel positif mengandung parasetamol dilanjutkan dengan analisis kadarnya. B. Landasan Teori NH CH 3 HO Struktur Parasetamol O Parasetamol memiliki nama lain yaitu asetaminofen dengan nama IUPAC N- (4hidroxyphenyl) acetamide, dan juga 4-Hidroksiasetanilida. Parasetamol merupakan serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Parasetamol larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1N, mudah larut dalam etanol. Parasetamol memiliki berat molekul 151,16 (Depkes RI, 1995: 649). Parasetamol pertama kali digunakan dalam pengobatan oleh Von Mering pada tahun Akan tetapi parasetamol terkenal hanya sejak Setelah itu diakui bahwa parasetamol sebagai metabolit aktif utama dari asetanilid dan fenasetin. Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol di Indonesia tersedia dalam bentuk bebas namun perlu diperhatikan karena terdapat laporan kerusakan fatal hepar akibat takar akut (Goodman, 1940: 703; Syarif, 2009: 237). Efek samping yang terjadi antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati dan pada dosis diatas 6 g mengakibatkan nekrosis hati yang tidak reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh gluthation (suatu tripeptida dengan SH). Pada dosis diatas 10 g persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat diri pada protein dengan gugusan SH di sel-sel hati dan terjadilah kerusakan irreversible. Dosis dari 20 g sudah berefek fatal (Tjay, 2002: 318). Parasetamol diabsorpsi dengan cepat dan hampir sempurna dalam saluran cerna. Absorpsinya bergantung pada kecepatan pengosongan lambung dan kadar puncaknya dalam darah biasanya tercapai dalam waktu menit. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma 25% parasetamol terikat protein plasma oleh enzim mikrosom hati. Sebagian parasetamol (80%) dikonjugasi dengan asam glikoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat, yang secara farmakologi tidak aktif. Selain itu obat ini juga dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui 1 Mulatsih Ani, Pengembangan Metode Analisis Parasetamol Pada Daging Bebek Olahan, Skripsi Progam Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Bandung, 2014, hlm 37. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

3 Pengembangan Metode Analisis Parasetamol dalam Daging Bebek ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi (Katzung, 2010: 608; Syarif, 2009: 238). Parasetamol digunakan sebagai anlgetik dan antipiretik yang setara dengan aspirin. Meskipun efeknya setara, parasetamol berbeda karena efek antiinflamasinya hampir tidak ada. Parasetamol dapat digunakan untuk pasien yang kontaindikasikan menggunakan aspirin atau jika salisilat tidak dapat ditoleransi (misalnya pasien tukak lambung) untuk efek analgetik ringan atau antipiretik (Katzung, 2010: 608). Ekstraksi cair-cair berguna untuk memisahkan analit yang dituju dari pengganggu dengan cara melakukan partisi sampel antara 2 pelarut yang tidak saling bercampur. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang lain adalah pelarut organik seperti kloroform atau petrolium eter. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan ditemukan di dalam fase air, sementara senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut organik. Analit yang terekstraksi ke dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan pelarut, sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan secara langsung ke dalam kolom. (Rohman, 2009: 30-31). SPE merupakan teknik yang relatif baru. SPE cepat berkembang sebagai alat yang utama untuk pra-perlakuan sampel atau untuk clean-up sampel-sampel yang kotor, misal sampel-sampel yang mempunyai kandungan matriks yang tinggi seperti garamgaram, protein, polimer, resin, dan lain-lain. Keunggulan SPE dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair adalah proses estraksi lebih sempurna, pemisahan analit dari penggangu yang mungkin ada menjadi lebih efisien, mengurangi pelarut organik yang digunakan, fraksi analit yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan, mampu menghilangkan partikulat, dan lebih mudah diotomatisasi. SPE merupakan proses pemisahan yang efisien maka recovery yang tinggi (>99%) lebih mudah dicapai pada SPE dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair. Dengan ekstraksi cair-cair diperlukan ekstraksi beberapa kali untuk memperoleh recovery yang tinggi, sedangkan dengan SPE hanya dibutuhkan satu tahap saja untuk memperolehnya (Rohman, 2009, 35-36). Prinsip kerja KCKT adalah dengan bantuan pompa fase gerak cair dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat berinteraksi dengan fasa diam maka solut-solut tersebut akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen campuran yang keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkan dalam bentuk kromatogram (Hendayana, 2006: 69). C. Metode Penelitian Analisis dilakukan pada 3 sampel daging bebek olahan yang diduga mengandung parasetamol yang diambil dari pedagang bebek kuliner di Kecamatan Coblong Kota Bandung. Sampel daging bebek dihancurkan dengan cara diblender dan diambil sebanyak 10 g, dibebaskan protein terlebih dahulu dengan ditambahkan TCA 1%, dan asetonitril, diekstraksi dengan n-heksan sehingga mendapatkan larutan yang diduga terdapat parasetamol. Fase asetonitril diuapkan sampai dihasilkan filtrat pekat, diaktifkan kolom SPE dengan metanol, sampel dilewatkan ke dalam kolom SPE, ditambahkan air dan Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik

4 40 Intan Permata, et al. diamkan, dielusi dengan etanol, dihasilkan ekstrak pekat, ditambahkan dengan fase gerak dan disaring dengan membran filter kemudian dapat dianalisis. Kondisi pengujian yang digunakan untuk kromatografi cair kinerja tinggi untuk menganalisis parasetamol menggunakan kolom Zorbax C-18 (250 x 4,6 mm) sebagai fasa diam, dan fase gerak yaitu aquabides decampurkan dengan metanol dan asam asetat dengan menggunakan perbandingan 71:26:3, laju alir nya 1,5 ml/menit dan detektor yang digunakan adalah detektor UV dengan panjang gelombang 275 nm. Pertama-tama dilakukan uji kesesuaian sistem dengan cara 7 kali penyuntikan lalu sampel daging bebek yang berisi parasetamol dapat dianalisis kemudian dilakukan pengujian kerja analitik yang meliputi presisi, akurasi, linieritas, penetapan batas deteksi dan uji perolehan kembali. Pengerjaan ekstraksi dan analisis sampel daging bebek olahan yang beredar di Kecamatan Coblong Kota Bandung dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi dilakukan di Laboratorium Penelitian Farmasi, FMIPA, Unisba, Bandung. D. Hasil Penelitian Penyuntikan ke Luas Area Jumlah ,000 Rata-rata ,857 SD ,641 SBR 1,796 Dari data uji kesesuaian sistem dihasilkan perhitungan yang mendapatkan nilai simpangan baku relatif (SBR) sebesar 1,796%, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ini memenuhi persyaratan karena nilai SBR kurang dari 2%. Luas Area y = ,857x ,914 r = 0, Konsentrasi (ppm) Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

5 Pengembangan Metode Analisis Parasetamol dalam Daging Bebek Dari hasil gambar kurva kalibrasi didapat persamaan garis ,857x ,914. Dan juga didapatkan koefisien korelasi nya yaitu 0,998 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian ini memenuhi persyaratan karena nilai koefisien korelasi (r) mendekati 1. Sampel Luas Area Konsentrasi A - - B - - C - - D ,44 ppm Berdasarkan data uji sampel diatas didapatkan bawah sampel A, B, dan C yang merupakan sampel yang beredar di sekitaran Kecamatan Coblong Kota Bandung negatif mengandung parasetamol, sedangkan kontrol positif yang dibuat yaitu sampel D mengandung parasetamol dengan kadar 0,44 ppm. Parameter-parameter validasi yang digunakan dalam analisis kali ini adalah presisi, akurasi, linieritas, batas deteksi, dan batas kuantisasi. Dari presisi ini didapatkan nilai simpangan baku (SD) dan simpangan baku relatif (RSD). Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai simpangan baku (SD) adalah 0,0055, dan nilai simpangan baku relatif (RSD) adalah 1,511 %. Tabel Presisi Sampel Pengukuran Luas Area Kadar (x) (X-X) (X-X) ,370 0,006 0, ,361-0,003 0, ,369 0,005 0, D , ,355-0,009 0, ,365 0,001 0, Rata-rata 0,364 Jumlah 0, Akurasi dilakukan dengan metode standar adisi yaitu dimana satu sampel dan ditambahkan dengan larutan standar dengan tiga konsentrasi yang berbeda 0,4; 0,5; dan 0,6 ppm. Tabel Akurasi Konsentrasi Teoritis (ppm) Luas Area Hasil Hitung % Recovery Rata-rata % Recovery D + 0,4 ppm 0, ,183 43,543 D + 0,4 ppm 0, ,189 44,926 43,782 1,044 D + 0,4 ppm 0, ,180 42,878 D + 0,5 ppm 0, ,364 77,421 D + 0,5 ppm 0, ,355 75,505 76,855 1,175 D + 0,5 ppm 0, ,365 77,640 SD Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik

6 42 Intan Permata, et al. D + 0,6 ppm 0, ,444 85,470 D + 0,6 ppm 0, ,428 82,236 83,489 1,736 D + 0,6 ppm 0, ,430 82,760 Dari data tersebut didapatkan persen perolehan kembali pada setiap konsentrasi dan hasil persen perolehan kembali yang didapat kemudian dirata-ratakan untuk konsentrasi 0,4 ppm adalah 43,782%, konsentrasi 0,5 ppm adalah 76,855%, dan 0,6 ppm adalah 83,489%. Luas Area y = ,857x ,914 r = 0, Konsentrasi (ppm) Linieritas menghasilkan persamaan regresi linier yaitu ,857x ,914 dengan koefisien korelasinya 0,998, nilai slope (kemiringan) nya ,857, dan perotongan garis dengan sumbu 8423,914. Analisis tersebut valid karena nilai koefisien korelasinya (r) mendekati 1. Dari persamaan tersebut selanjutnya diperoleh harga simpangan baku residual (S y/x ) sebesar 1537,667, standar deviasi (Sxo atau SD) 0,009183, dan koefisien variansi (Vxo) 2,04 %. Nilai batas deteksi yang diperoleh dari hasil perhitungan linieritas adalah 0,027 ppm. Nilai batas kuantisasi yang diperoleh dari hasil perhitungan linieritas adalah 0,092 ppm. Pembahasan Sampel daging bebek diambil dari 3 pedagang bebek olahan di sekitar Kecamatan Coblong Kota Bandung dalam kondisi bebek olahan sebelum digoreng. Pengambilan sampel sangat tergantung pada sifat dan jumlah bahan yang dianalisis. Pada prinsipnya pengambilan sampel yang dianalisis harus bersifat representatif, artinya pengambilan sampel memperhitungkan sebaran sehingga dapat mewakili populasi yang ditetapkan (Rohaman, 2009: 26-27). Tetapi karena keterbatasan waktu dalam penelitian ini, hanya diambil 3 sampel daging bebek dari 3 pedagang yang diperkirakan ramai pembeli dan dagingnya empuk. Sampel daging bebek di preparasi dengan menggunakan asam trikloroasetat 1%, sebanyak 10 ml, lalu ditambakan asetonitril sebanyak 25 ml, dan diekstraksi cair-cair dengan n-heksan sebanyak 30 ml dengan 4 kali pengulangan. Kemudian fase asetonitril di ambil, dan dilakukan pemekatan hingga 5 ml. Proses selanjutnya digunakan ekstraksi fase padat (SPE) untuk memisahkan analit dari pengotor. SPE berguna sebagai alat utama untuk pra-perlakuan sampel atau untuk clean up sampel-sampel kotor. Tahapan pertama kolom SPE dilakukan pengkondisian dengan mengalirkan 10 ml metanol. Kemudian tahap kedua dimasukkan Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

7 Pengembangan Metode Analisis Parasetamol dalam Daging Bebek sebanyak 5 ml sampel (5 ml fasa pekat asetronitril) ke dalam kolom. Tahap ketiga kolom dicuci dengan menggunakan 5 ml aquadest dan didiamkan. Setelah itu, tahap keempat kolom tersebut dielusi dengan 5 ml etanol, penggunaan etanol bertujuan untuk mengambil analit yang dikehendaki. Untuk pemantauan digunakan Plat KLT Dibuat fase gerak menggunakan etil asetat dan asam asetat glasial dengan perbandingan (95:5) lalu masukkan ke dalam chamber, tunggu hingga chamber jenuh. Plat KLT ditotolkan larutan standar dan larutan uji kemudian dimasukkan ke dalam chamber yang telah jenuh, biarkan terelusi. Setelah itu, plat KLT yang telah terelusi diamati bercak dan Rf yang terbentuk dibawah lampu UV 256 nm. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bercak dan Rf yang sama terhadap standar, hal ini menunjukan bahwa fase gerak dapat menarik analit. Analisis parasetamol ini menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi yang digunakan yaitu KCKT agilent Sistem kromatografi nya menggunakan sistem fase terbalik dimana fase diam yang digunakan yaitu kolom Zorbax C-18 (250 x 4,6 mm) yang bersifat non polar, dan fase gerak yang digunakan bersifat polar yaitu berupa campuran aquabides dicampurkan dengan metanol dan asam asetat dengan menggunakan perbandingan 71:26:3, laju alir 1,5 ml/menit dan parasetamol dideteksi menggunakan detektor UV dengan panjang gelombang 275 nm. Optimasi fase gerak dilakukan sebelum analisis sampel, dengan melihat perbandingan fase gerak yang mampu menghasilkan peak standar yang sesuai yang bertujuan untuk menghasilkan analisis yang baik. Setelah optimasi fase gerak, selanjutnya melihat uji kesesuaian sistem dengan cara menyuntikan larutan standar 100 ppm sebanyak tujuh kali. Uji kesesuaian sistem ini dilakukan untuk menentukan bahwa sistem analisis beroperasi secara benar dan memastikan bahwa hasil analisis sesuai dengan nilai sebenarnya atau menjamin bahwa metode tersebut dapat memberikan hasil yang optimum dalam pengujian. Dari data dihasilkan perhitungan yang mendapatkan nilai simpangan baku relatif (SBR) sebesar 1,796%, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ini memenuhi persyaratan karena nilai SBR kurang dari 2%. Setelah optimasi fase gerak, selanjutnya melihat uji kesesuaian sistem dengan cara menyuntikan larutan standar 100 ppm sebanyak tujuh kali. Selanjutnya kurva kalibrasi dilakukan terhadap larutan standar. Kurva kalibrasi ini dilakukan untuk melihat hubungan antara konsentrasi analit terhadap respon alat. Analisis sampel dilakukan untuk menetapkan kadar parasetamol yang terdapat di dalam tiga sampel daging bebek olahan. Dan juga kontrol positif yang telah dibuat. Validasi metode analisis dilakukan untuk menjamin bahwa metode yang dikerjakan sesuai dengan tujuan penggunaannya, untuk menghasilkan hasil analisis yang paling baik, bersifat akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Parameter-parameter yang digunakan dalam analisis kali ini adalah presisi, akurasi, linieritas, batas deteksi, dan batas kuantisasi. Presisi dilakukan untuk melihat ukuran kedekatan antar serangkaian hasil analisis yang diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada sampel homogen yang sama. Akurasi dilakukan untuk melihat ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang diterima sebagai nilai sebenarnya, baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, ataupun nilai rujukan. Akurasi dilakukan dengan metode standar adisi yaitu dimana satu sampel dan ditambahkan dengan larutan standar dengan tiga konsentrasi yang berbeda 0,4; 0,5; dan 0,6 ppm. Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik

8 44 Intan Permata, et al. Linieritas dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh hasil-hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan (Rohman, 2009: 230) Batas deteksi diperoleh dari perhitungan linieritas, dimana dihitung berdasarkan kurva kalibrasi parasetamol terhadap luas area kromatogram dikali dengan bilangan faktor yaitu 3, dan dibagi dengan b dari persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai batas deteksi yang diperoleh dari hasil perhitungan linieritas adalah 0,027 ppm. Penentuan batas kuantisasi juga sama diperoleh dari perhitungan linieritas, dimana dihitung berdasarkan kurva kalibrasi parasetamol terhadap luas area kromatogram dikali dengan bilangan faktor yaitu 10, dan dibagi dengan b dari persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai batas kuantisasi yang diperoleh dari hasil perhitungan linieritas adalah 0,092 ppm. E. Kesimpulan Tiga sampel daging bebek olahan yang beredar di sekitaran Kecamatan Coblong Kota Bandung negatif tidak mengandung parasetamol. Sehingga yang digunakan untuk validasi metode analisis adalah kontrol positif yang sengaja ditambahkan parasetamol ke dalam daging bebek, dengan hasil uji berupa batas deteksi 0,027 ppm, batas kuantisasi 0,092 ppm, akurasi 83,489%, presisi 1,511%, dan linieritas 0,998. Hal ini bermakna metode analisis ini memenuhi persyaratan validasi untuk menganalisis kadar parasetamol dalam sampel daging bebek. Daftar pustaka Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2013). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 37 tahun Batas maksimum penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV, direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta. Gandjar, I.G. dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Goodman & Gilman. (1940). The Pharmacological basic of therapeutic, 10 editon, newhaven:conneclicut. Hendrayana, S. (2006). Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Katzung, Betram G. (2010). Basic & Clinical Pharmacology 10 edition. Terjemahan, Jakarta, EGC. Mulatsih, A. (2014). Pengembangan Metode Analisis Parasetamol Pada Daging Bebek Olahan [Skripsi], Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung, Bandung. Rohman, A. (2009). Kromatografi untuk Analisis Obat. Pustaka Graha Ilmu, Yogyakarta. Syarif, dr.amir, dkk. (2009). Farmakologi dan Terapi, edisi ke lima, Departemen Farmakologi dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Tjay, T, H, dan Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi keenam. Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta. Widhawati. (2012). Daging Bebek Beracun. ( transtv) diunduh pada tanggal 21 mei Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Bebek Kata bebek merupakan istilah yang populer di Indonesia untuk menyebut unggas air. istilah tersebut sering dicampuradukkan antara unggas air petelur (seperti itik Khaki

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel ini dilakukan berdasarkan ketidaklengkapannya informasi atau keterangan yang seharusnya dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Preparasi Sampel Larutan standar dibuat dengan melarutkan standar tetrasiklin sebanyak 10 mg dalam metanol 100 ml dari larutan standar tersebut lalu dibuat larutan baku dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam Ditimbang 10,90 mg fenobarbital dan 10,90 mg diazepam, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan TEKNIK VALIDASI METODE ANALISIS KADAR KETOPROFEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Erina Oktavia 1 Validasi metode merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Pangan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Badan POM RI,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. 3.2 Alat-alat Alat alat yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC Hasnah Lidiawati. 062112706. 2015. Optimasi Fase Gerak pada penetapan kadar campuran dextromethorphane HBr dan diphenhydramine HCl dalam sirup dengan metode HPLC. Dibimbing Oleh Drs. Husain Nashrianto,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan kadar Aspartam ini dilakukan menggunakan alat KCKT, dengan sistem kromatografi fasa terbalik, yaitu polarisitas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam dengan kolom

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 007 tahun 2012 obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Preparasi Sampel Sampel telur ayam yang digunakan berasal dari swalayan di daerah Surakarta diambil sebanyak 6 jenis sampel. Metode pengambilan sampel yaitu dengan metode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah krim wajah. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Analisis Etakridin Laktat pada Daging Ayam dengan Metoda Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Analisis Etakridin Laktat pada Daging Ayam dengan Metoda Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Analisis Etakridin Laktat pada Daging Ayam dengan Metoda Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 1 Linda Susilawati, 2 Anggi arumsari, 3 Rully Nugraha 1,2,3 Prodi Farmasi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar metoflutrin dengan menggunakan kromatografi gas, terlebih dahulu ditentukan kondisi optimum sistem kromatografi gas untuk analisis metoflutrin. Kondisi

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analgetik dan antipiretik disamping jenis obat lainnya. Jenis obat tersebut banyak

BAB I PENDAHULUAN. analgetik dan antipiretik disamping jenis obat lainnya. Jenis obat tersebut banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan, melunakkan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau pada hewan. Jenis-jenis obat yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan dan validasi metode analisis untuk penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit secara KCKT menggunakan kolom C 18 dengan

Lebih terperinci

Optimasi Metode Ekstraksi Fase Padat Dan Kckt Untuk Analisis Kuantitatif Bahan Kimia Obat Parasetamol Dan Deksametason Dalam Jamu Pegal Linu

Optimasi Metode Ekstraksi Fase Padat Dan Kckt Untuk Analisis Kuantitatif Bahan Kimia Obat Parasetamol Dan Deksametason Dalam Jamu Pegal Linu Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 215 ISSN 246-6472 Optimasi Metode Ekstraksi Fase Padat Dan Kckt Untuk Analisis Kuantitatif Bahan Kimia Obat Parasetamol Dan Deksametason Dalam Jamu Pegal Linu 1 Dewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai dilakukan secara rutin dengan metode yang sistematis. Hal ini juga didukung oleh perkembangan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis DHA Kondisi analisis optimum kromatografi gas terpilih adalah dengan pemrograman suhu dengan suhu awal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibuprofen 2.1.1 Sifat Fisikokimia Menurut Ditjen POM (1995), sifat fisikokimia dari Ibuprofen adalah sebagai berikut : Rumus Struktur : Gambar 1. Struktur Ibuprofen Nama Kimia

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Bebek Kata bebek merupakan istilah yang populer di Indonesia untuk menyebut unggas air. Istilah tersebut sering dicampuradukkan antara unggas air petelur (seperti itik Khaki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai parasetamol adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Rumus Struktur Parasetamol Nama Kimia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom

Lebih terperinci

Penentuan Kadar Tablet Asetosal Menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) Tiffany Sabilla Ramadhani

Penentuan Kadar Tablet Asetosal Menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) Tiffany Sabilla Ramadhani Penentuan Kadar Tablet Asetosal Menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) Tiffany Sabilla Ramadhani 26111486 Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang

Lebih terperinci

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472 Karakterisasi Daun Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) dan Identifikasi Kandungan Senyawa Steroid dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl. BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penetapan kadar ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat Nama Generik 2.1.1. Pengertian Obat Generik Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin B pada pemerah pipi (blush on) yang beredar di Surakarta dan untuk mengetahui berapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tramadol HCl berikut: Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai Gambar 1. Struktur Tramadol HCl Tramadol HCl dengan rumus molekul C 16 H 25 N 2, HCl

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB III METODE PERCOBAAN

BAB III METODE PERCOBAAN BAB III METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Instrument PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan Jalan Raya Tanjung Morawa Km. 9 pada bulan Februari

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS Amalia Choirni, Atik Setiani, Erlangga Fitra, Ikhsan Fadhilah, Sri Lestari, Tri Budi Kelompok 12 Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simvastatin merupakan obat antihiperlidemia yang bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk kolesterol dengan bantuan katalis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii v DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY 9 SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Penetapan secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Meka et al (2014) dalam penelitiannya melakukan validasi metode KCKT untuk estimasi metformin HCl dan propranolol HCl dalam plasma dengan detektor PDA (Photo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian eksperimental sederhana (posttest only control group

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1995-an, metode kromatografi

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1995-an, metode kromatografi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis senyawa obat baik dalam bahan ruahan (bulk), dalam sediaan farmasi, maupun dalam cairan biologis dengan metode kromatografi dapat dilihat kembali pada awal

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO Muhammad Irfan Firdaus*, Pri Iswati Utami * Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA Retno Putri Pamungkas, Vivin Nopiyanti INTISARI Analisis Rhodamin

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN RINGKASAN Pengembangan dan Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi pada Analisis Andrografolida dalam Bahan Baku dan Tablet Fraksi Etil Asetat Andrographis paniculata Pada pengembangan produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami* PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DALAM TETES MATA PADA SEDIAAN GENERIK DAN MERK DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami* Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus: 8 Kolom : Bondapak C18 Varian 150 4,6 mm Sistem : Fase Terbalik Fase Gerak : Asam oksalat 0.0025 M - asetonitril (4:1, v/v) Laju Alir : 1 ml/menit Detektor : Berkas fotodioda 355 nm dan 368 nm Atenuasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Parasetamol dan Propifenazon merupakan obat yang secara luas digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Parasetamol dan Propifenazon merupakan obat yang secara luas digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Parasetamol, Propifenazon dan Kafein Parasetamol dan Propifenazon merupakan obat yang secara luas digunakan dalam penanganan rasa nyeri (analgetika) dan demam (antipiretika).

Lebih terperinci

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DEKSAMETASON DALAM JAMU PEGAL LINU MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Aqnes Budiarti 1 *, Muhamad Barik Ulfa Faza 1 1 Jurusan S1 Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cefadroxil 2.1.1 Sifat fisikokimia Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 1 Struktur cefadroxil Nama Kimia : 5-thia-1-azabicyclo[4.2.0]oct-2-ene-1-carbocylic

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembentukan Senyawa Indotimol Biru Reaksi pembentukan senyawa indotimol biru ini, pertama kali dijelaskan oleh Berthelot pada 1859, sudah sangat lazim digunakan untuk penentuan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apabila kita lihat pengertian aslinya, sebenarnya apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti penyimpanan. Dalam bahasa Belanda, apotek disebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang berfungsi sebagai media dalam pengolahan bahan pangan. Selain dapat memperbaiki struktur fisik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gates dan George Soros, sehingga terbentuk GF ATM (global fund against

BAB I PENDAHULUAN. Gates dan George Soros, sehingga terbentuk GF ATM (global fund against BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis hingga kini masih jadi masalah kesehatan utama di dunia. Berbagai pihak mencoba bekerja bersama untuk memeranginya. Bahkan penyakit ini akhirnya mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asam retinoat adalah bentuk asam dan bentuk aktif dari vitamin A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada preparat kulit terutama

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Sampel 4.1.1. Pengumpulan Sampel Sampel yang digunakan berupa minuman serbuk dalam kemasan sachet yang beredar di pasar Bandung. Sampel yang digunakan diambil dari sebuah toko

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun ciplukan (Physalis

Lebih terperinci

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008 4 3 5 1 2 6 Gambar 3. Alat kromatografi cair kinerja tinggi Keterangan : 1. Pompa LC-10AD (Shimadzu) 2. Injektor Rheodyne 3. Kolom Kromasil TM LC-18 25 cm x 4,6 mm 4. Detektor SPD-10 (Shimadzu) 5. Komputer

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental di laboratorium untuk memperoleh data.data yang dikumpulkan adalah data primer. Pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50) Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Kloramfenikol Baku untuk Menentukan Perbandingan Fase Gerak yang Optimum Perbandingan fase gerak metanol-air (40:60) Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50) Perbandingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK Ika Yuni Astuti *, Wiranti Sri Rahayu, Dian Pratiwi Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK Wirasuta, I.M.A.G. 1), Astuti, N.M.W. 1), Dharmapradnyawati, N.N.P. 1), Wiputri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidrokuinon merupakan zat aktif yang paling banyak digunakan dalam sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon yaitu dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium riset dan laboratorium kimia instrumen Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Bahan baku dan sianokobalamin diperiksa menurut Farmakope Indonesia IV. Hasil pemeriksaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pemeriksaan Pemerian Tabel 4.1 Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sifat Fisikokimia Sifat fisikokimia menurut Ditjen POM (1995) adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sifat Fisikokimia Sifat fisikokimia menurut Ditjen POM (1995) adalah sebagai berikut : BAB II TIJAUA PUSTAKA 2.1 Uraian Umum 2.1.1 Simetidin 2.1.1.1 Sifat Fisikokimia Sifat fisikokimia menurut Ditjen POM (1995) adalah sebagai berikut : Rumus struktur H 3 C H CH 2 S H 2 C C H 2 H C C H CH

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) Gambar 4 Twin trough chamber (a) dan flat bottom chamber (b)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) Gambar 4 Twin trough chamber (a) dan flat bottom chamber (b) 6 pengembang yang masih segar. Pelat dideteksi dengan UV 366 nm. Stabilitas Analat pada Pelat dan dalam Larutan. Ekstrak ditotolkan pada pelat 10 x 10 cm. Ekstrak dibuat sebanyak tiga buah. Ekstrak satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Deksklorfeniramin maleat Baku untuk Mencari Perbandingan Fase Gerak larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M - Metanol yang Optimal untuk Analisis. A Perbandingan fase

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alprazolam 2.1.1 Sifat fisikokimia Rumus struktur : Gambar 1 Struktur Alprazolam Nama Kimia Rumus Molekul :8-Kloro-1-metil-6-fenil-4H-s-triazolo[4,3-α] [1,4] benzodiazepina

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Pengukuran serapan harus dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimumnya agar kepekaan maksimum dapat diperoleh karena larutan dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan

Lebih terperinci