BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Perumusan key..., Dino Andrian, FE UI, 2009

Pengukuran Kinerja (Performance Measurement)

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

Taryana Suryana. M.Kom

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. di BUMIDA untuk mengatasi kelemahan financial control system yang selama ini

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi

BAB V PENUTUP. Padang dengan pendekatan balanced scorecard. Berdasarkan hasil

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value.

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya konsep balanced scorecard. Sejarah balanced scorecard dimulai dan

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT

The Balanced Scorecard. Amalia

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

KERANGKA KERJA SISTEM MANAJEMEN KINERJA

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

Farah Esa B

Prepared by Yuli Kurniawati

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat

BALANCED SCORECARD ROBERT S. KAPLAN DAVID P NORTON

BAB 9 EVALUASI KINERJA DALAM PERUSAHAAN YANG TERDESENTRALISASI

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai organisasi. Namun masih banyak manager bisnis yang belum yakin akan

BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan pembahasan

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

Audit Sistem Informasi MEKANISME PEGAWASAN & EVALUASI TATAKELOLA TI. Pendahuluan. Penilaian Kesuksesan Penerapan Tatakelola TI

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas yang

Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sakit harus mempertimbangkan persaingan dan kompetisi. Faktor-faktor lingkungan

STUDI KELAYAKAN BISNIS PERTEMUAN KETUJUH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas bisnis pada era pasar persaingan sempurna saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang telah dilaksanakan oleh masing-masing pusat. personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja. dihasilkan oleh suatu perusahaan atau organisasi dalam periode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Untuk berhasil dan tumbuh dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sistem Informasi merupakan kumpulan elemen-elemen/sumberdaya dan

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien sehingga visi perusahaan dapat tercapai. Sebagai konsekuensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam perusahaan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan dalam

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penelitian ini untuk menguji dampak kebermanfaatan penerapan e-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik. perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh M. Toha Zainal tahun yang meneliti pada PT. Madura Prima Interna.

Kerangka Kerja Sistem Manajemen Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. untuk organisasi sangat diperlukan agar suatu organisasi mampu bersaing dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL

PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai bisnis, dewasa ini kita dapat merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Persaingan dalam dunia bisnis semakin hari semakin menunjukkan

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. tidur dan tenaga kerja sebanyak 677 orang. Masalah utama dalam penelitian ini

BAB III PERUMUSAN MASALAH

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencapai tujuannya, organisasi perlu merumuskan dan. bahwa implementasi strategi organisasi memerlukan sebuah pengukuran

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad informasi saat ini, kita dihadapkan pada semakin ketatnya

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. proyek ini adalah metode kontrak umum (generally contract method), dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan Konsumen, Pentingnya Kepuasan Konsumen Dalam Pemasaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan (trading). Tanpa teknologi

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SERBA USAHA SINAR MENTARI KARANGANYAR TAHUN 2008

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang sangat kompetitif, kinerja

BAB I PENDAHULUAN. demikian yang dikatakan oleh Wiliam Thompson (Lord Kelvin), Dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengukuran dari aspek keuangan, kurang memperhatikan. pengukuran tersebut dengan strategi badan usaha.

Kata Kunci : Penilaian Kinerja dan Balanced Scorecard

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkup Kerja Pengadaan Dobler dan Burt (1996) menyebutkan bahwa purchasing dan procurement merupakan istilah yang terkadang digunakan bergantian, dan Van Weele (2000) juga menambahkan terkadang istilah supply management atau logistic management juga digunakan. Meskipun definisi dari masing-masing istilah di atas berbeda-beda, tapi mereka memiliki sesuatu yang umum (Scheuing, 1989; Fearon et al., 1992; Lysons, 1996). Sebagai contoh, memperoleh produk atau jasa dari pihak luar merupakan sesuatu yang umum dimiliki oleh semua istilah di atas, sebagaimana juga pengadaan harus membantu organisasi mencapai tujuannya. Gambar 2. 1. Perbandingan Procurement dan Purchasing Sumber: Van Weele (2000) Van Weele (2000) mencoba untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan tersebut di atas dengan menggambarkannya dalam Gambar 2.1. Procurement meliputi semua aktifitas yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk dari pemasok sampai tujuan akhirnya, sementara purchasing meliputi semua aktifitas sampai perusahaan menerima tagihan dari pihak luar. 9

10 Leenders, et al. (2006) dan Van Weele (2000) menjelaskan bahwa lingkup pekerjaan fungsi pengadaan tidak hanya terkait dengan proses pelelangan semata tetapi juga pada: 1. Identifikasi kebutuhan, 2. Penerjemahan kebutuhan tersebut ke dalam deskripsi yang ekuivalen secara komersial, 3. Pencarian pemasok potensial, 4. Pemilihan sumber yang tepat, 5. Kesepakatan dalam detail pesanan atau kontrak, 6. Pengiriman produk atau jasa, 7. Pembayaran kepada pemasok, 8. Peyelesaian klaim, 9. Menjaga file-file produk dan pemasok tetap up-to-date, dan 10. Melakukan penilaian dan pemeringkatan pemasok. 2.2. Pengukuran Kinerja Fungsi Pengadaan Barnett (2006) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai proses kuantifikasi efisiensi dan keefektifan dari suatu tindakan. Ukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai suatu matriks yang digunakan untuk mengkuantifikasi efisiensi dan/atau keefektifan dari suatu tindakan. Sistem pengukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai kumpulan matriks yang digunakan untuk mengkuantifikasi baik efisiensi dan keefektifan tindakan. Sebagaimana dapat dilihat dalam definisi pengukuran kinerja, supaya organisasi dapat mencapai tujuannya untuk memuaskan pelanggan, dua dimensi kinerja yang paling fundamental adalah efisiensi dan efektivitas (Neely, 1999). Efisiensi mengukur kesuksesan dalam mengubah input menjadi output, efektivitas mengukur kesuksesan sistem mencapai output yang diharapkan. Sistem pengukuran kinerja mengukur area rantai pasok di mana fungsi pengadaan memiliki kontrol. Bagian dari rantai pasok tersebut terbentang dari pemasok sampai ke pelanggan internal, disebut supply link, di mana aktor utamanya adalah sebagai berikut:

11 1. Pemasok 2. Fungsi pengadaan 3. Pelanggan internal (user) Hubungan di antara ketiga aktor utama sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 2.2 tersebut terdiri atas: 1. Hubungan antara fungsi pengadaan dan pelanggan internal, dan 2. Hubungan antara fungsi pengadaan dan pemasok. Gambar 2.2. Komponen Supply Link Sumber: Chao et al. (1993) Supply link harus diukur sedemikian rupa sehingga pembuat keputusan dapat memahami bagaimana usaha-usaha berdampak pada hasil. Sistem pengukuran kinerja diharapkan memberi fungsi pengadaan informasi yang tidak bias dan obyektif terkait kinerja supply link. Informasi yang dianalisa merupakan sumber yang berguna untuk peningkatan operasi fungsi pengadaan. Chao, et al. (1993) mengajukan tiga area utama dalam mengukur kinerja fungsi pengadaan: 1. Representasi supply link, 2. Efisiensi supply link, dan 3. Keefektifan supply link. Representasi supply link digambarkan dalam hal lingkungan dan struktur, aktivitas dan alur apa yang berjalan dalam supply link. Indikator kinerja yang generik dari supply link dalam hal waktu, kualitas, fleksibilitas, dan biaya digunakan untuk mengukur efisiensi dan keefektifan. Efisiensi dalam supply link menjelaskan seberapa baik sumber daya dimanfaatkan. Karena sumber daya terbatas, merupakan perhatian tiap orang untuk memaksimalkan pemanfaatannya. Keefektifan supply link menggambarkan seberapa baik obyektif dicapai.

12 Gambar 2.3. Area Kunci Pengukuran Kinerja Fungsi Pengadaan Sumber: Van Weele (2000) Cavinato dan Kauffman (1999) telah mendiskusikan sepuluh area pengukuran kinerja fungsi pengadaan yang berbeda dalam buku mereka. Van Weele (2000) merekomendasikan area pengukuran berdasarkan keefektifan dan efisiensi fungsi pengadaan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.3. Keefektifan fungsi pengadaan didefinisikan sebagai sejauh mana dengan memilih melakukan tindakan tertentu, target atau standar yang telah ditentukan sebelumnya dapat dipenuhi. Lebih jauh, efisiensi fungsi pengadaan didiefinisikan sebagai hubungan antara pengorbanan yang direncanakan dan aktualnya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati sebelumnya.

13 Sebagai konsekuensi dari kedua definisi di atas, kinerja fungsi pengadaan dapat disebut sebagai kemampuan fungsi pengadaan untuk target yang telah ditetapkan sebelumnya dengan mengorbankan sumber daya organisasi yang minimum. Sehingga, empat dimensi di mana pengukuran dan evaluasi aktivitas pengadaan dapat didasarkan pada dimensi harga/biaya, dimensi produk/kualitas, dimensi logistik, dan dimensi organisasi. Hubungan antara masing-masing dimensi tersebut juga dapat dilihat pada Gambar 2.3. Ringkasan dari area kunci pengukuran kinerja fungsi pengadaan beserta contoh-contohnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah. Tabel 2.1. Contoh Indikator Pengukuran Kinerja Fungsi Pengadaan Area Harga dan biaya material yang dibeli Produk/Kualitas material yang dibeli Logistik dan pasokan pengadaan Staf dan organisasi pengadaan Sumber: Van Weele (2000) Pengukuran ditujukan pada Kontrol biaya material yang dibeli Pengurangan biaya material yang dibeli Keterlibatan awal pengadaan dalam desain dan pengembangan Quality control and assurance inspeksi barang yang datang Pemantauan requisitioning Kehandalan pengiriman (kualitas dan kuantitas) Pelatihan dan motivasi staf pengadaan Kualitas manajemen pengadaan Sistem dan prosedur pengadaan Riset pengadaan Continuous/ Incidental C C I C I/C I/C I Contoh Budget material, laporan variansi, laporan inflasi harga, pendapatan pengadaan Penghematan biaya, cost avoidance, dampak pada ROI Waktu yang dihabiskan pengadaan pada proyek desain dan rekayasa, initial sampling reject rate (%) Reject rate (%), line reject rate (%), biaya kualitas per pemasok Lead time administrasi pengadaan, order backlog (per buyer) Rush orders, indeks kehandalan pengiriman per pemasok, materials shortages, inventory turnover ratio, pengiriman tepat waktu Analisis waktu dan beban kerja departemen pengadaan, anggaran pengadaan, audit pengadaan dan pasokan

14 Sementara itu, Carter, Monckza & Mosconi (2005) dalam penelitiannya pada fungsi purchasing dan supply 15 perusahaan besar yang telah memiliki sistem pengukuran kinerja yang baik, mengkategorikan ukuran strategis fungsi pengadaan menjadi: 1. Ukuran Harga/biaya Ukuran harga/biaya dapat diorganisir menjadi empat kategori yaitu target price, pengurangan biaya, tingkat perubahan harga aktual terhadap perubahan indeks pasar, dan cost avoidance. 2. Ukuran Pendapatan Ukuran pendapatan menunjukkan dampak strategi dan tindakan purchasing dan supply terhadap pendapatan perusahaan. 3. Ukuran Barang persediaan (Inventory) Ukuran barang persediaan merefleksikan, sebagian, kesuksesan purchasing dan supply dalam menstrukturisasi hubungan dengan pemasok untuk mengoptimalkan barang persediaan pada perusahaan pembeli. Dengan menciptakan hubungan kreatif dengan pemasok, purchasing dan supply dapat memberikan dampak langsung terhadap barang persediaan dan, oleh karena itu, pada efisiensi operasional dan basis aset perusahaan. 4. Ukuran Ketersediaan Ukuran ketersediaan berhubungan dengan barang persediaan namun secara luas mengindikasikan kemampuan pemasok barang dan jasa untuk mendukung operasi dan memenuhi kebutuhan pelanggan, dalam kuantitas dan waktu yang disyaratkan. Ukuran ketersediaan meliputi kuantitas, kualitas, dan dimensi waktu. 5. Ukuran teknologi, inovasi, dan pengenalan produk/proses baru Meskipun terbatas, ukuran-ukuran yang terkait teknologi dan pengenalan produk/proses baru cukup penting bagi perusahaan penyedia barang maupun jasa. 6. Ukuran kualitas Ukuran kualitas umumnya ada tiga jenis yaitu ukuran kuantitatif, survey pengguna, dan program sertifikasi kualitas pemasok.

15 7. Tenaga kerja Ukuran ini membantu menjamin semua pegawai menerima perlakuan yang adil dan kesempatan untuk berkembang dan tumbuh dalam tanggung jawab pekerjaan. 8. Kinerja pemasok Ukuran pemasok dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu kinerja pemasok, manajemen basis pasokan, dan hubungan pemasok. 9. Ukuran operasional Merupakan ukuran yang mengukur efisiensi dari fungsi purchasing dan supply dan mengindikasikan kepatuhan terhadap kebijakan perusahaan dan departemen. Kategori lain dari ukuran-ukuran operasional terkait penggunaan alat bantu elektronik. 10. Ukuran Kepuasan pelanggan Ukuran-ukuran kepuasan pelanggan digunakan baik untuk pelanggan internal maupun eksternal. Pelanggan internal dapat berupa manufacturing/operasi, teknikal/engineering, advertising, pemasaran, sumber daya manusia, IS/IT, dan lain-lain. Layanan dan kepuasan pelanggan dapat diukur dengan biaya, ketersediaan, pengiriman tepat waktu, dan kualitas terhadap syarat yang telah ditetapkan. 2.3. Balanced Scorecard Balanced scorecard dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992. Premis awalnya adalah ketergantungan total pada ukuran-ukuran finansial mengakibatkan organisasi membuat keputusan yang buruk. Kaplan dan Norton (1992) berpendapat bahwa perusahaan harus melihat di luar ukuran finansial, yang merupakan lagging indicator, dan memakai ukuran yang merupakan leading indicator dari kinerja. Mereka lebih jauh menyarankan bahwa ukuran yang paling sesuai yang akan menyebabkan organisasi melakukan hal-hal yang benar adalah indikator yang mengukur strategi, kegiatan dan proses fungsional dari perusahaan.

16 Menurut Kaplan dan Norton (1996), balanced scorecard merupakan serangkaian ukuran-ukuran yang memberikan top management pandangan tentang bisnis yang cepat dan komprehensif. Balanced scorecard meliputi ukuran finansial yang menceritakan hasil dari tindakan-tindakan yang pernah diambil. Ukuran finansial dilengkapi dengan ukuran operasional pada kepuasan pelanggan, proses internal, dan aktivitas inovasi dan pengembangan organisasi yang merupakan penggerak kinerja finansial di masa depan. Sebagai tambahan, Kaplan dan Norton menekankan bahwa pengukuran itu sendiri bukanlah tujuannya. Pengukuran dan indikator memberikan kejelasan pada pernyataan umum dan strategi yang fokus yang menjadi dasar pengakuan kinerja dan reward. Carter, Monckza & Mosconi (2005) menyarankan agar fungsi purchasing dan supply dapat membuat kontribusi bernilai signifikan pada perusahaan dan mencapai status leading-edge, organisasi pengadaan haruslah: 1. Menjadi bagian integral dari strategi perusahaan, 2. Mampu mengukur kontribusi pada kesukesan strategi perusahaan, dan 3. Membuat sebuah balanced scorecard untuk mengarahkan strateginya sendiri agar terhubung baik dengan strategi perusahaan keseluruhan. 2.4. Perspektif Balanced Scorecard Setiap organisasi memiliki strategi mengenai bagaimana organisasi tersebut merencanakan penciptaan nilai bagi pelanggan, pemegang saham dan pemangku kepentingannya. Berbagai pendekatan telah dikembangkan tentang cara terbaik menggambarkan dan fine-tune strategi untuk meningkatkan penciptaan nilai. Pendekatan balanced scorecard, menurut Kaplan dan Norton (2004), berpandangan bahwa kemampuan organisasi untuk menciptakan nilai di masa depan akan didorong oleh empat faktor atau perspetif kunci yaitu: a. Perspektif Finansial Hasil finansial apa yang akan dibutuhkan untuk tampak sukses di mata pemegang saham. Hasil-hasil tersebut akan merupakan suatu keseimbangan antara berinvestasi untuk pertumbuhan jangka panjang atau pemotongan biaya untuk hasil jangka pendek yang superior.

17 b. Perspektif Pelanggan Value proposition yang spesifik dan berbeda apakah yang diberikan organisasi bagi pelanggannya. Dalam praktek, ada empat value proposition utama yaitu: - Total cost of ownership terendah. - Produk atau jasa yang superior. - Menawarkan solusi pelanggan yang lengkap. - System lock-in yang membuat perpindahan sulit dilakukan. c. Perspektif bisnis internal Berbagai proses internal yang dengannya produk atau jasa dipersiapkan dan dikirim kepada pelanggan. Perspektif ini dapat dikelompokkan ke dalam empat grup yaitu: - Manajemen operasi - produksi dan pengiriman. - Manajemen pelanggan membangun hubungan. - Inovasi produk atau jasa generasi berikutnya. - Peraturan dan sosial ketaatan terhadap hukum. d. Perspektif inovasi dan pembelajaran Bagaimana aset nirwujud (keterampilan, teknologi, budaya) ditingkatkan sehingga memungkinkan nilai tambah yang lebih dapat diciptakan di masa depan. Aset nirwujud dapat dibagi ke dalam tiga kategori yaitu: - Human capital - Information capital - Organizational capital 2.5. Model Proses Penerjemahan Strategi Tahap ini diawali dengan membuat peta strategi yang menggambarkan strategi serta sasaran strategis perusahaan. Proses kemudian dilanjutkan dengan memilih ukuran-ukuran dan target yang merefleksikan bagaimana strategi perusahaan diukur. Ringkasan proses ini dapat dilihat pada Tabel 2.2.

18 Tabel 2.2. Model Proses Penerjemahan Strategi Proses Penerjemahan Sasaran Penghambat Enabling Tools Stratgei Membuat peta strategi Mengembangkan model strategi terintegrasi yang Strategi-strategi tipikal dibangun oleh grup yang Peta strategi (sebab dan akibat) Sasaran strategis Bagaimana mengekspresikan strategi? komprehensif yang menarik secara bersama kompenenkomponen yang berbeda dari rencana berbeda dalam bagian yang berbeda di organisasi. Strategi-strategi tersebut tidak terintegrasi. Memilih ukuran dan target Bagaimana mengukur strategi? Mengkonversi pernyataan arahan stratejik ke dalam ukuran dan target yang dapat terhubungn dengan sistem manajemen. Sasaran dan target level yang lebih rendah tidak selaras dengan tujuan pada level yang lebih tinggi. Balanced scorecard Ukuran Target Gap Sumber: Kaplan dan Norton (2008) Luis dan Biromo (2007) mengemukakan bahwa strategi-strategi yang telah dibangun di tingkat perusahaan akan diturunkan dan diselaraskan ke divisi-divisi yang bersangkutan. Divisi-divisi tersebut meliputi divisi bisnis (business division) dan divisi pendukung (support division). Divisi bisnis memiliki peran untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan dan memberikan nilai tambah kepada pelanggan. Sedangkan, tugas divisi pendukung adalah memberikan dukungan kepada divisi bisnis agar dapat menjalankan fungsinya. Peran divisi bisnis dan divisi pendukung perlu ditelaah karena berkaitan dengan struktur perspektif dalam balanced scorecard. Sebagai penghasil pendapatan, perspektif keuangan di divisi bisnis merupakan tujuan akhir, sehingga posisi dan letak keempat perspektif serupa dengan strategi tingkat perusahaan (lihat Gambar 2.4).

19 Gambar 2. 4. Perbedaan Struktur Peta Strategi pada Divisi Bisnis dan Divisi Pendukung Sumber: Luis dan Biromo (2007) Sementara pada divisi pendukung, seringkali keuangan bukan merupakan hal yang penting karena unit ini mendapatkan dukungan dana dari perusahaan, dan tidak menghasilkan pendapatan secara langsung bagi perusahaan. Peran dari divisi pendukung dalam hal ini lebih terarah pada pengelolaan anggaran secara efisien. Karena itu, tak heran bila perspektif pelanggan (baik pelanggan internal maupun eksternal) di divisi pendukung dianggap lebih penting daripada perspektif keuangan. Oleh karena itu, kedua perspektif ini diletakkan di bagian teratas di peta strategi divisi pendukung (lihat Gambar 2.4).