ANALISIS DAN IMPLEMENTASI APLIKASI PENGENALAN GERAK BIBIR MENJADI TEKS MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE

dokumen-dokumen yang mirip
PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

SISTEM PENGENALAN PENGUCAPAN HURUF VOKAL DENGAN METODA PENGUKURAN SUDUT BIBIR PADA CITRA 2 DIMENSI ABSTRAK

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI APLIKASI PENGENALAN SUARA MENJADI TEKS MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

IMPLEMENTASI APLIKASI PENGENALAN JENIS KELAMIN BERDASARKAN CITRA WAJAH DENGAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE SECARA REAL TIME

Identifikasi Jenis Kayu Menggunakan Support Vector Machine Berbasis Data Citra

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

PENGENALAN BAHASA ISYARAT HURUF ABJAD MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) SKRIPSI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR CHAIN CODE ABSTRAK

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA TELINGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI HOUGH ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

PENGENALAN WAJAH MELALUI WEBCAM DENGAN METODA GABOR WAVELET-KERNEL FISHER ANALYSIS

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan Wajah dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

Muhammad Najiburahman 1, Rita Magdalena 2, Ratri Dwi Atmaja 3 1,2,3

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

ANALISA DETEKSI KELOMPOK USIA DAN GENDER BERDASARKAN KONTUR WAJAH DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prototype Pendeteksi Jumlah Orang Dalam Ruangan

PENGKONVERSIAN IMAGE MENJADI TEKS UNTUK IDENTIFIKASI PLAT NOMOR KENDARAAN. Sudimanto

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCAL BINARY PATTERN ABSTRAK

IDENTIFIKASI PLAT NOMOR MOBIL MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

APLIKASI PENGENALAN WAJAH UNTUK VALIDASI PESERTA UJIAN ONLINE MENGGUNAKAN METODE HAAR CASCADE DAN EIGEN FACE VECTOR

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

REALISASI PERANGKAT LUNAK UNTUK IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCAL LINE BINARY PATTERN (LLPB)

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang

SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE EIGENFACE DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

IDENTIFIKASI CITRA BILANGAN DESIMAL 0-9 BERBASIS LEARNING VECTOR QUANTIZATION SECARA REAL TIME

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

IDENTIFIKASI RAMBU-RAMBU LALU LINTAS MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

Implementasi Pengenalan Citra Wajah dengan Algoritma Eigenface pada Metode Principal Component Analysis (PCA)

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

SIMULASI DAN ANALISIS PENERJEMAH BAHASA ISYARAT KE TEKS MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR SCALE INVARIANT FEATURE TRANSFORM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. perhitungan LSI dan juga interface yang akan dibuat oleh penulis.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner

IDENTIFIKASI NOMOR POLISI KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN SELF ORGANIZING MAPS (SOMS)

PENGENALAN AKSARA BALI MENGGUNAKAN METODE MODIFIED DIRECTION FEATURE DAN ALGORITMA GENERALIZED LEARNING VECTOR QUANTIZATION (GLVQ)

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

DETEKSI GANGGUAN ORGAN JANTUNG MENGGUNAKAN KOMPUTERISASI IRIDOLOGI DENGAN METODE KLASIFIKASI SVM

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE

PENGENALAN KUALITAS BUAH JERUK KINTAMANI MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI KOMANG SONIYA GUNAWAN

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3573

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN MODIFIED HAUSDORFF DISTANCE ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

PENGENALAN EMOSI SESEORANG BERDASARKAN BENTUK BIBIR DENGAN METODE DISCRETE HARTLEY TRANSFORM ABSTRAK

KLASIFIKASI KUALITAS TELUR ASIN BERDASARKAN CITRA RED GREEN BLUE MENGGUNAKAN ADAP TIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI METODE CANNY DAN SOBEL UNTUK MENDETEKSI TEPI CITRA

MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI KEASLIAN MATA UANG RUPIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR (K-NN)

PENGENALAN POLA BENTUK BUNGA MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS DAN K-NN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

Oleh: Angger Gusti Zamzany( ) Dosen Pembimbing: Dr. Dwi Ratna Sulistyaningrum, S.Si, M.T.

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL

IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION

VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FILTER GABOR ABSTRAK

Oleh: Ulir Rohwana ( ) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Isa Irawan, M.T.

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.5, No.1 Maret 2018 Page 578

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. berbeda antara manusia satu dengan yang lain. Manusia mengenali

BAB II LANDASAN TEORI

Perbandingan Dua Citra Bibir Manusia Menggunakan Metode Pengukuran Lebar, Tebal dan Sudut Bibir ABSTRAK

KLASIFIKASI POLA UKIR KAYU JEPARA BERDASARKAN DETEKSI TEPI BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN

Transkripsi:

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI APLIKASI PENGENALAN GERAK BIBIR MENJADI TEKS MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE ANALYSIS AND IMPLEMENTATION OF LIP MOVEMENT TRANSLATOR APPLICATION TO TEXT USING SUPPORT VECTOR MACHINE Revi Febriana S. 1, Budhi Irawan,S.Si.,MT. 2, Inung Wijayanto,ST.,MT. 3 1,2,3 Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 1 revifebrianas@gmail.com, 2 bir@ittelkom.ac.id, 3 iwijayanto@telkomuniversity.ac.id Abstrak Membaca ujaran merupakan suatu metode komunikasi secara verbal dalam memahami pembicaraan orang lain dengan melihat gerakan bibirnya. Dalam proses membaca ujaran diperlukan kunci untuk dapat mengenali kata yaitu huruf vokal. Biasanya membaca ujaran digunakan untuk berkomunikasi oleh penyandang tuna rungu. Hal ini dikarenakan kaum tuna rungu mempunyai keterbatasan dalam mendengar suara, sehingga memanfaatkan penglihatan untuk membaca gerakan bibir lawan bicara. Pada penelitian ini dirancang sebuah aplikasi pengenalan gerak bibir menjadi teks. Secara umum, sistem terdiri dari tiga tahapan utama yaitu preprocessing, ekstraksi ciri, dan pengklasifikasian. Metode ekstraksi ciri yang digunakan adalah Principal Component Analysis (PCA). Kemudian, metode klasifikasi yang digunakan adalah metode Support Vector Machine (SVM). Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, sistem pengenalan gerak bibir dapat mengidentifikasi 5 kelas yang merepresentasikan suku kata. Hasil klasifikasi dengan akurasi tertinggi diperoleh pada kernel Gaussian dengan sigma 4000 dan dimensi 80x80 yaitu sebesar 69% untuk data yang diujikan non realtime dengan menggunakan 200 data latih dan 100 data uji. Kata Kunci : ujaran, tuna rungu, principal component analysis, support vector machine Abstract Speechreading is a method of verbal communication to understand the speech of others by see the lip movement. In the process of speechreading, the key to understand lip movement are vowel. Usually speechreading used to communicate by the deaf. This is because the deaf have limitations in hearing the sound, so they take advantage of their sight to read the lip of the speaker. In this research designed a lip translator applications into text. In general, the system consists of three main stages, namely preprocessing, feature extraction, and classification. Feature extraction method in this research using Principal Component Analysis (PCA). Then, the classification method using Support Vector Machine (SVM). Based on the results of tests, lip translator application system can identifies 5 classes that represent syllables. The results of the classification with the highest accuracy is obtained on a Gaussian kernel sigma 4000 with dimensions 80x80 and this research resulted in 69% accuracy for data tested in non-realtime with 200 training data and 100 testing data. Keywords: speech, hearing, principal component analysis, support vector machine 1. Pendahuluan Membaca ujaran merupakan suatu metode komunikasi secara verbal dalam memahami pembicaraan orang lain dengan melihat gerakan bibirnya. Akan tetapi, hanya sekitar 50% bunyi ujaran yang dapat terlihat pada bibir. Sedangkan 50% lainnya diproses pada bagian mulut lainnya atau ada beberapa bunyi ujaran yang secara visual tampak mirip sehingga pembaca gerakan bibir tidak dapat memastikan bunyi apa yang dilihatnya. Dalam proses membaca ujaran diperlukan kunci untuk dapat mengenali kata yaitu huruf vokal. Biasanya membaca ujaran digunakan untuk berkomunikasi oleh penyandang tuna rungu. Hal ini dikarenakan kaum tuna rungu mempunyai keterbatasan dalam mendengar suara, sehingga kemampuan membaca ujaran sangat bermanfaat dalam kehidupan kaum tuna rungu. Dari perihal di atas, maka pada penelitian ini dibahas tentang pembuatan aplikasi pengenalan gerak bibir menjadi teks. Secara umum, proses terdiri dari tiga tahapan utama yaitu preproses citra masukan, ekstraksi ciri, dan pengklasifikasian. Metode ekstraksi ciri yang digunakan adalah Principal Component Analysis (PCA). Kemudian,

metode klasifikasi yang digunakan adalah metode Support Vector Machine (SVM). Selain itu akan dilakukan pengujian beberapa jenis parameter SVM yang digunakan dan berpengaruh terhadap tingkat akurasi dan waktu komputasi dari masukan yang diberikan untuk kemudian dianalisa. 2. Perancangan Sistem Pengolahan citra adalah istilah umum untuk berbagai teknik yang keberadaannya untuk memanipulasi dan memodifikasi citra dengan berbagai cara [2]. Pengolahan citra dan pengenalan pola menjadi bagian dari proses pengenalan citra. Kedua aplikasi ini akan saling melengkapi untuk mendapatkan ciri khas dari suatu citra yang hendak dikenali [6]. Secara umum rancangan sistem dalam penelitian ini digambarkan dalam flowchart berikut: Gambar 2.1 Flowchart Sistem Motion Identification terdiri dari tiga tahapan utama yaitu preproses citra masukan, ekstraksi ciri, dan pengklasifikasian [6]. Ketika memulai sistem pengenalan gerak bibir, hal yang dilakukan pertama kali adalah sistem menerima input berupa video dari webcam.. Image hasil input akan melalui tahap preprocessing. Pada tahap ini terjadi beberapa proses, yaitu deteksi objek, grayscaling, dan thresholding. Data hasil preprocessing selanjutnya akan dilakukan proses ekstraksi ciri menggunakan Principal Component Analysis (PCA) sehingga akan menghasilkan kumpulan vektor citra dalam bentuk Principal Component (PC) untuk kemudian diklasifikasi menggunakan Support Vector Machine. 2.1 Preprocessing Pada penelitian ini, penulis menggunakan library Haarcascade yang disediakan EMGU CV. Di dalam Haarcascade, sudah terdapat data untuk mendeteksi bibir dan kemudian membandingkan dengan database library yang ada untuk selanjutnya mampu mendeteksi ada atau tidaknya objek dalam frame. Jika ada bibir terdeteksi, maka akan terbentuk bounding rectangle pada bibir yang terdeteksi untuk selanjutkan akan di segmentasi dan dilanjutkan ke proses berikutnya. Gambar 2.2 Bibir terdeteksi dalam bounding rectangle Pada proses grayscaling, citra dari webcam akan dikonversi menjadi citra berskala keabuan (grayscale). Tujuan konversi citra RGB ke grayscale adalah untuk mempermudah komputasi citra ke proses berikutnya. Gambar dibawah ini merupakan implementasi konversi citra RGB ke citra grayscale.

Gambar 2.3 Citra RGB Gambar 2.4 Citra grayscale Pada proses thresholding, citra grayscale dikonversi menjadi citra biner. Tujuan konversi citra grayscale menjadi citra biner adalah untuk memudahkan komputasi karena pada citra biner hanya mengenal nilai bit 1 dan bit 0. Untuk merubah citra grayscale menjadi citra biner, maka diperlukan suatu threshold. Threshold atau nilai ambang digunakan untuk menentukan suatu piksel pada citra grayscale termasuk piksel hitam atau piksel putih. Pada sistem pengenalan gerak bibir ini digunakan threshold 70. Gambar dibawah ini merupakan implementasi konversi citra grayscale ke citra biner dengan threshold 70. Gambar 2.4 Citra grayscale Gambar 2.5 Citra biner 2.2 Ekstraksi Ciri (PCA) [3][5] PCA merupakan salah satu teknik reduksi untuk tipe data numerik. Fokus kerja PCA adalah meringkas data, bukan mengelompokkan data seperti clustering. PCA adalah salah satu teknik statistika yang umum digunakan pada bidang pengenalan pola, pengenalan wajah, prediksi, kompresi data, dll. PCA mencari pola dan mengambil ciri-ciri penting dari data berdimensi tinggi dengan cara mereduksi data tersebut menjadi data berdimensi rendah. Sekumpulan dimensi baru yang dihasilkan proses PCA dinamakan Principal Component atau disingkat PC. Adapun langkah proses PCA dapat digambarkan seperti diagram aliran data pada Gambar dibawah ini: Start Normalisasi Covariance Matrix Eigenvector dan Component Eigenvalues Principal Component Gambar 2.6 Langkah-langkah pembentukan PCA Pada tahap ini, metode yang digunakan untuk proses ekstraksi ciri adalah Principal Component Analysis (PCA). Proses ekstraksi ciri bertujuan untuk mendapatkan informasi-informasi penting pada sebuah citra yang membedakan antar citra. Proses ekstraksi ciri dengan PCA menggunakan kumpulan citra yang memiliki dimensi yang sama, maka dilakukan penyeragaman ukuran pada citra menjadi 40 x 40, 60 x 60, dan 80 x 80 yang nantinya akan dianalisa pengaruh dimensi terhadap performansi sistem. 2.3 Klasifikasi dengan SVM Proses latih pada klasifikasi SVM, digunakan untuk mencari nilai w (weight), b (bias), dan support machine dari masing-masing kelas. Gambar 2.7 akan menjelaskan bagaimana proses latih untuk klasifikasi 2 kelas pada SVM.

Gambar 2.7 Diagram Alir Proses Latih Klasifikasi SVM [1][4] Pada proses uji, parameter-parameter w (weight), b (bias), dan support vector yang didapatkan pada proses latih dan juga data uji diperlakukan sebagai masukan pada fungsi keputusan f ( x) y a x x b*. Nilai sign dari fungsi keputusan yang di dapat merupakan hasil kelas dari data yang diujikan. Gambar 2.8 akan menjelaskan proses uji untuk identifikasi menggunakan SVM. i i i 3. Pengujian Sistem dan Analisis 3.1 Pengujian Alpha Gambar 2.8 Diagram Alir Proses Uji Klasifikasi SVM [1][4] Tabel 3. 1 Pengujian Blackbox Yang Diuji Data Masukan Hasil yang diharapkan Hasil Keluaran Kesimpulan Deteksi Bibir User berada didepan Menampilkan bibir dalam Bibir dalam Bounding webcam bounding rectangle rectangle ditampilkan Segmentasi Bibir User berada didepan Menampilkan hasil segmentasi webcam bibir Bibir ditampilkan Mulai Pelatihan User mulai mengucapkan Dapat memulai perekaman suku kata frame Memulai perekaman frame Berhenti Pelatihan User berhenti Dapat menyimpan perekaman mengucapkan suku kata frame Menyimpan perekaman frame Ekstraksi Ciri Tombol Train ditekan Dapat menyimpan Data latih Menyimpan Data latih dalam dalam bentuk.xls bentuk.xls Mulai Pengujian User mulai mengucapkan Dapat menyimpan perekaman secara real time suku kata frame Menyimpan perekaman frame Berhenti User berhenti Dapat mengenali suku kata yang Mengenali suku kata yang Pengujian secara mengucapkan suku kata diucapkan diucapkan real time

Pengujian non realtime Pengujian non realtime Pengujian Waktu Komputasi Tombol Browse ditekan Tombol Test ditekan Tombol Stop (Test), Tombol Test ditekan Dapat menampilkan frame yang akan diuji Dapat mengenali frame yang diuji Dapat menampilkan waktu komputasi untuk pengenalan Menampilkan frame yang akan diuji Mengenali frame yang diuji Menampilkan waktu komputasi untuk pengenalan Hasil pengujian Alpha yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Aplikasi yang dibangun sudah memenuhi persyaratan fungsional. Secara fungsional, aplikasi sudah dapat menghasilkan keluaran seperti yang diharapkan. 3.2 Pengujian Beta Berdasarkan hasil penilaian MOS, maka dengan menggunakan skala likert didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Tingkat Kemudahan Aplikasi ) ) ) ) )) ) 2. Tingkat Interface Aplikasi ) ) ) ) ) ) 3. Tingkat Respon Sistem ) ) ) ) )) ) Dari nilai MOS yang diperoleh, dilihat bahwa tingkat kemudahan Aplikasi yaitu 81%, berarti responden merasa mudah dalam menggunakan aplikasi pengenalan gerak bibir. Kemudian untuk interface sudah baik, dapat dilihat pada nilai pertanyaan kedua yaitu 78%. Dan menurut responden respon aplikasi sudah baik, dapat dilihat pada nilai pertanyaan ketiga yaitu 76%. 3.3 Pengujian Jenis dan Sigma Kernel Pada pengujian pengaruh jenis dan sigma kernel terhadap waktu komputasi menggunakan kernel Gaussian, Laplacian, dan Invers Multiquadric serta menggunakan sigma kernel 100, 1000, 4000, 7000, dan 10000 dengan data latih sebanyak 200 data dan data uji sebanyak 100 data. Tabel 3.2 Tabel Pengaruh Jenis dan Sigma Kernel terhadap Akurasi dan Waktu Komputasi Sigma Laplacian Gaussian Invers Multikuadrik Akurasi Waktu Akurasi Waktu Akurasi Waktu 100 32% 7475,05 ms 32% 7553,42 ms 49% 7664,83 ms 1000 39% 7359,73 ms 32% 7522,31 ms 50% 7483,36 ms 4000 68% 7413,48 ms 69% 7606,13 ms 60% 7644,44 ms 7000 68% 7505,98 ms 68% 7571,63 ms 63% 7642,89 ms 10000 66% 7606 ms 67% 7506,78 ms 63% 7533,18 ms Pada Tabel 3.2 terlihat akurasi tertinggi sebesar 69% diperoleh pada kernel Gaussian dengan besar sigma 4000. Parameter sigma tidak berbanding lurus terhadap tingkat akurasi yang dihasilkan dikarenakan ada suatu kondisi optimum yang akan menghasilkan akurasi maksimum dan menurunkan tingkat akurasi setelah parameter optimum tercapai. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terlihat bahwa jenis dan sigma kernel tidak berpengaruh terhadap waktu komputasi yang dihasilkan. Tabel menunjukkan bahwa rata-rata sistem pengenalan gerak bibir memerlukan waktu 7 detik untuk memproses pengklasifikasian. 3.4 Pengujian Dimensi Pada pengujian pengaruh Dimensi terhadap tingkat akurasi dan waktu komputasi, menggunakan Dimensi 40x40 piksel, 60x60 piksel, dan 80x80 piksel dengan data latih sebanyak 200 data dan data uji sebanyak 100 data. Tabel 3.3 Tabel Pengaruh Dimensi terhadap Akurasi dan Waktu Komputasi Kelas Data Uji 40 x 40 60 x 60 80 x 80 Akurasi Waktu Akurasi Waktu Akurasi Waktu Ba 60% 1814,25 ms 65% 4028,75 ms 65% 7586,85 ms Be 75% 1847,55 ms 75% 4034,35 ms 75% 7622,1 ms Bi 60% 1837,45 ms 60% 4025,05 ms 65% 7587,55 ms Bo 90% 1853,85 ms 90% 4018,85 ms 90% 7575,05 ms Bu 50% 1835,6 ms 50% 4026,65 ms 50% 7486,6 ms Rata-rata 67% 1837,74 ms 68% 4026,73 ms 69% 7571,63 ms

Pada Tabel 3.3 terlihat akurasi tertinggi sebesar 69% diperoleh pada dimensi 80x80. Hal ini dikarenakan pada dimensi 80x80 piksel, matriks penyusun citra tersebut lebih banyak sehingga ciri yang dihasilkan akan lebih detail daripada citra dengan dimensi 40x40 piksel dan 60x60 piksel. Sedangkan waktu komputasi tercepat diperoleh pada citra dengan dimensi 40x40. Dengan demikian, dimensi citra yang digunakan berbanding lurus terhadap waktu komputasi yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan proses waktu yang komputasi akan menyesuaikan dengan banyaknya matriks penyusun suatu citra. 3.5 Pengujian Jumlah Frame Pada pengujian pengaruh dimensi terhadap tingkat akurasi dan waktu komputasi, menggunakan Jumlah Frame 10, 20, dan 30 dengan data latih sebanyak 200 data dan data uji sebanyak 100 data. Tabel 3.4 Tabel Pengaruh Dimensi terhadap Akurasi dan Waktu Komputasi Jumlah Frame Akurasi (%) Waktu (ms) 10 44 8895.88 20 56 10068.08 30 56 11205.52 Pada Tabel 3.4 menunjukkan akurasi tertinggi sebesar 56% diperoleh dengan jumlah frame 20 dan 30. Pada saat jumlah frame yang digunakan adalah 20 frame, tingkat akurasi akan meningkat dari ketika menggunakan 10 frame. Hal ini dikarenakan frame yang terekam lebih banyak sehingga memberikan ciri lebih detail. Akan tetapi ketika jumlah frame yang digunakan adalah 30 frame maka maka tingkat akurasi akan cenderung konstan. Hal ini dikarenakan jumlah frame sudah mencapai kondisi maksimum. Sedangkan waktu komputasi tercepat diperoleh dengan jumlah frame 10. Jumlah frame yang digunakan berbanding lurus terhadap waktu komputasi yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah frame yang digunakan maka semakin lama waktu komputasi yang diperlukan untuk pemrosesan pengklasifikasian, demikian juga sebaliknya. 4. Kesimpulan Dari hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan pada sistem, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Aplikasi sudah dapat mengidentifikasi 5 kelas dengan menggunakan metode Support Vector Machine. Tingkat akurasi sistem maksimal yang didapatkan yaitu 69 % dengan waktu komputasi adalah 9 detik. 2. Pengujian terbaik secara non realtime adalah dengan dimensi 80x80, menggunakan kernel Gaussian dengan sigma 4000. 3. Pengujian terbaik secara realtime adalah dengan jumlah frame 20 dan 30. Daftar Pustaka [1] Campbell, Colin. Support Vector Machine and Kernel Methods. Note Lecture of Bristol University. [2] Kadir, Abdul dan Adhi Susanto. 2013. Teori dan Aplikasi Pengolahan Citra. Yogyakarta: Andi Publisher. [3] Rachmat, Adam. 2010. Sistem Identifikasi Biometrik Ruas Jari Tangan Manusia Menggunakan Principal Component Analysis (PCA) dan Learning Vector Quantization (LVQ). Bandung: Institut Teknologi Telkom. [4] Santosa, Budi. Tutorial Support Vector Machine. Surabaya: Institut Teknologi Sebelas Maret. [5] Souza, Cesar R. 2012. A Tutorial on Principal Component Analysis with the Accord.NET Framework. Universaidade Federal De Sao Carlos. [6] Wijaya, Marvin Ch, dan Agus Prijono. 2007. Pengolahan Citra Digital Menggunakan Matlab Image Processing Toolbox. Bandung: Informatika.