VII ANALISIS PENAWARAN APEL

dokumen-dokumen yang mirip
VI ANALISIS RISIKO HARGA

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

IV. METODE PENELITIAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Pasar Industri Kakao di Indonesia

IV METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 1 Mahasiswa 2 Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendamping

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV STUDI KASUS. Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

IV METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. terdiri dari sawi, kol, wortel, kentang, dan tomat.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

panjang antara ukuran perusahaan (SIZE) dengan capital adequacy ratio dan loan to

VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI

KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kelompok rujukan terhadap

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga

Oleh : Fuji Rahayu W ( )

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Perubahan perkembangan perekonomian mengakibatkan munculnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

Model Summary b. a. Predictors: (Constant), insentif, pengalaman, pendidikan, umur, upah b. Dependent Variable: produktivitas.

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekunder deret waktu (time series) mulai dari Januari 2013 sampai

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut merupakan Statistik Deskriptif variabel dependen dan variabel. Tabel 4.1

VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

H 2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

BAB V ANALISIS DATA. untuk mengetahui pengaruh modal perusahaan (X1), produktivitas tenaga kerja

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Produk Hasil Pertanian

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

: Fariz Fadlillah NPM : DosenPembimbing :Dr. HENNY MEDYAWATI, SKom., MM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

DAFTAR ISI. Halaman Sampul... i. Halaman Judul... ii. Halaman Pengesahan... iv. Motto... v. Halaman Persembahan... vi. Daftar Isi...

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I. REGRESI LINIER BERGANDA

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Kata Kunci: Relationship marketing, Petani, Tengkulak, Sayuran

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. deskriptif yaitu : N merupakan jumlah data yang akan diolah dalam penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI APLIKOM LANJUT UJI ASUMSI KLASIK

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ROKOK SAMPOERNA A MILD DIKALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA KALIMALANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. meliputi analisis kuantitatif yang berupa analisis regresi berganda serta

Transkripsi:

VII ANALISIS PENAWARAN APEL 7.1 Analisis Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Pada penelitian ini penawaran apel di Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dijelaskan dengan melihat besarnya produksi apel yang dihasilkan perusahaan untuk pemasaran buah melalui divisi ini. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa apel yang dijual di Divisi Trading merupakan jumlah total produksi apel setelah dikurangi dengan produksi apel yang dijual melalui wisata petik. Model penawaran apel ini dirumuskan dalam sebuah model regresi linier berganda. Model regresi linier berganda digunakan karena model ini cukup sederhana untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi suatu keadaan seperti penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Variabel yang digunakan meliputi variabel ekspektasi harga apel (X 1 ), variabel variasi harga apel (X 2 ), variabel harga obat obatan (X 3 ), variabel upah tenaga kerja (X 4 ), variabel ekspektasi produksi apel (X 5 ), variabel variasi produksi apel (X 6 ), variabel harga jeruk (X 7 ), variabel harga jambu (X 8 ), variabel harga buah naga (X 9 ), dan variabel harga strawberi (X 10 ). Pengujian terhadap model penduga digunakan untuk mengetahui apakah model penduga tersebut sudah tepat dalam menduga parameter dan fungsi dengan menggunakan uji F. Berdasarkan hasil output Minitab 14 diperoleh nilai F-hitung sebesar 6,34 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,000. Jadi berdasarkan nilai tersebut, maka H 0 ditolak. Hal ini berarti paling sedikit terdapat satu variabel independen (X) yang digunakan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, sehingga model yang digunakan tersebut layak digunakan untuk memperkirakan variabel dependen (Y). Pengujian terhadap koefisien regresi bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh nyata terhadap penawaran apel. Secara statistik, pengujian terhadap koefisien regresi ini dilakukan dengan melihat nilai P-value. Apabila P-value lebih kecil dari taraf nyata lima persen, berarti variabel independen yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Adapun hasil pengujian nilai koefisien variabel independen dapat dilihat pada Tabel 14. 74

Tabel 14. Koefisien Regresi pada Variabel Independen Variabel Coef Std. Error T P VIF Intersep -2801 2085-1,34 0,186 Ekspektasi Harga Apel (X 1 ) 0,17645 0,07314 2,41 0,020 1,7 Variasi harga apel (X 2 ) -0,00000061 0,00000039-1,57 0,124 1,2 Harga obat-obatan (X 3 ) 0,002062 0,003092 0,67 0,509 1,4 Upah tenaga kerja (X 4 ) 0,0001755 0,0004841 0,36 0,719 1,4 Ekspektasi produksi apel (X 5 ) 0,6194 0,2652 2,34 0,024 1,7 Variasi produksi apel (X 6 ) 0,00005928 0,00001704 3,48 0,001 1,3 Harga jeruk (X 7 ) -0,01088 0,08395-0,13 0,898 1,5 Harga jambu (X 8 ) -0,02488 0,05889-0,42 0,675 2,0 Harga buah naga (X 9 ) 0,07117 0,04508 1,58 0,122 1,3 Harga strawberi (X 10 ) 0,01116 0,01798 0,62 0,538 1,4 R-Sq = 60,7 % R-Sq(adj) = 51,1 % F-hitung = 6,34 P-value = 0,000 Durbin-Watson statistic = 1,74854 Sebagaimana yang tercantum pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa hanya terdapat tiga variabel yang berpengaruh nyata terhadap penawaran apel pada taraf nyata lima persen. Selain itu, dari hasil analisis juga dapat diketahui bahwa tidak semua pengaruh variabel independen sesuai dengan hipotesis dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 16. Tabel 16. Perbandingan Hasil Analisis Regresi dengan Hipotesis Variabel Hipotesis Hasil Analisis Regresi Ekspektasi harga Apel (X 1 ) + + Variasi harga apel (X 2 ) - - Biaya obat-obatan (X 3 ) - + Upah tenaga kerja (X 4 ) - + Ekspektsi produksi Apel (X 5 ) + + Variasi produksi Apel (X 6 ) - - Harga jeruk (X 7 ) + - Harga jambu (X 8 ) + - Harga buah naga (X 9 ) + + Harga strawberi (X 10 ) + + 75

Sementara itu, nilai R-Square dari model yang diperoleh adalah sebesar 0,607 Artinya sebesar 60,7 persen variabel independen dapat menjelaskan penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai R-square yang relatif kecil kemungkinan disebabkan variabel penyusunnya tidak dapat menjelaskan secara nyata penawaran, karena penawaran apel dipengaruhi oleh faktor alam seperti cuaca dan iklim, serta serangan hama dan penyakit. Sehingga variabel-variabel tersebut tidak dapat mengambarkan dengan jelas penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Untuk mengetahui kebaikan model, terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam menduga sebuah model regresi linier berganda dengan menggunakan metode OLS. Metode OLS meliputi asumsi normalitas, heteroskedastisitas, non-multikolinieritas, dan non-autokorelasi. Hasil analisis regresi didapatkan bahwa model telah memenuhi asumsi normalitas. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil pengujian Anderson darling (Lampiran 30) yaitu P-value menunjukkan angka 0,368 lebih besar dari taraf nyata lima persen artinya data sisaan menyebar normal. Asumsi homoscedasticity dapat dipenuhi dengan melihat hasil output eviews (Lampiran 31). Hasil output eviews menunjukkan nilai probability Obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata lima persen sehingga dapat disimpulkan bahwa sudah tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model. Multikolinieritas artinya adalah adanya suatu hubungan linear antar variabel independen. Indikasi adanya multikolinieritas apabila nilai VIF pada output Minitab lebih dari 10. Berdasarkan hal tersebut, jika dilihat hasil olahan regresi maka model tersebut terbebas dari adanya multikolinieritas pada model dugaan karena nilai VIF semua variabel kurang dari 10. Selain itu model regresi yang diperolah juga telah memenuhi asumsi non-autokorelasi. Terpenuhinya asumsi ini dapat dilihat pada nilai statistik Durbin-Watson yang nilainya sebesar 1,74854 (DW berada pada kisaran 0 sampai 4). 76

7.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Hasil linier regresi berganda menunjukkan bahwa tidak seluruh variabel penyusun model berpengaruh nyata terhadap penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya pada selang kepercayaan 60,7 persen. Dari 10 variabel yang menyusun model terdapat tiga variabel yang berpengaruh nyata terhadap penawaran apel. Ketiga variabel tersebut adalah ekspektasi harga apel (X 2 ), ekspektasi produksi apel (X 5 ), dan variasi produksi apel (X 6 ). Pengaruh masingmasing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Ekspektasi Harga Apel (X 1 ) Nilai ekspektasi harga apel (X 1 ) merupakan gambaran seberapa besar harapan perusahaan terhadap harga apel. Koefisien variabel ekspektasi harga apel bernilai positif yaitu sebesar 0,17645 menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai harapan perusahaan akan harga apel semakin tinggi pula penawaran apel. Hal ini sesuai dengan teori penawaran bahwa besarnya penawaran dipengaruhi secara positif oleh harapan perusahaan terhadap harga yang terjadi. Nilai ekspektasi harga apel diambil dari data perkiraan harga pada buku Rancangan Anggaran Belanja PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Penentuan nilai ekspektasi harga apel ini didasarkan pada besarnya perkiraan produksi apel dan besarnya kebutuhan yang terjadi pada bulan lalu serta melihat perkembangan harga pada tahun sebelumnya dan dua tahun sebelumnya. Dalam teori penawaran harapan produsen mengenai masa depan sangat tergantung pada tujuan yang ingin dicapai dari perusahaan itu sendiri. PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan salah satu perusahaan yang memiliki tujuan untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh. Hal tersebut menyebabkan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya tidak akan berusaha menggunakan kapasitas produksinya secara maksimal namun akan menggunakannya pada kapasitas yang memaksimalkan keuntungan. Berdasarkan nilai P value dari variabel harga maka diketahui bahwa variabel harga berpengaruh secara siginifikan terhadap penawaran apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dengan taraf nyata sebesar lima persen. Hal ini dikarenakan pada dasarnya perusahaan dalam memutuskan untuk 77

memproduksi apel dengan memperhatikan harga apel yang terjadi pada saat itu maupun pada periode sebelumnya. Selain itu karena tujuan dari perusahaan yang memaksimalkan keuntungan menyebabkan perusahaan sangat memperhatikan faktor harga. Meskipun harga apel berfluktuatif namun PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya memiliki standar harga yang ditetapkan di perusahaan itu hanya saja tetap menyesuaikan dengan tingkat harga yang terjadi di pasar. 2. Variasi Harga Apel (X 2 ) Dalam jangka waktu satu tahun harga yang terjadi pada apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya berkisar antara Rp 10.000,00 sampai dengan Rp 22.000,00 per kg. Sedangkan harga pasar berkisar antara Rp 5000,00 - Rp 8500,00 per kg (Dinas Pertanian Kota Batu 2010). Perbedaan harga PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dan harga pasar disebabkan oleh brand image yang dimiliki apel produksi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya sangat kuat. Hasl tersebut disebabkan kualitas buah yang dimiliki PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang cenderung diatas kualitas apel yang dijual di pasar. Harga tertinggi untuk apel biasanya terjadi pada periode bulan Mei hingga Agustus. Harga tertinggi disebabkan oleh jumlah apel yang ditawarkan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menurun. Hal tersebut terkait dengan faktor budidaya apel yang sangat bergantung pada kondisi iklim dan cuaca. Sedangkan harga terendah apel akan terjadi pada periode bulan September hingga November. Harga terendah ini disebabkan oleh jumlah apel yang ditawarkan meningkat baik di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya maupun di luar PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya atau terjadi panen raya apel di daerah Batu. Fluktuasi harga apel ini tidak terlepas dari karakteristik komoditas hortikultura umumnya dan apel khususnya. Apel memiliki karakteristik umum dari komoditas hortikultura yakni perishable, voluminious, dan bulky. Perishable artinya komoditas tersebut mudah rusak atau busuk. Biasanya apel yang dipetik langsung dijual kepada konsumen sehingga kualitas dari apel terjaga. Namun ada kalanya pada saat kondisi jumlah apel melimpah sedangkan apel tidak secara langsung terjual menyebabkan terjadinya penumpukan buah di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Penanganan pasca panen yang kurang memadai untuk buah 78

segar menyebabkan harga semakin turun seiring dengan semakin menurunnya kualitas apel. Variabel variasi harga apel (X 2 ) memiliki koefisien yang negatif, yang artinya terdapat hubungan yang negatif antara variabel variasi harga apel dengan produksi apel. Variabel variasi harga apel menunjukkan adanya indikasi risiko harga apel yang terjadi di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Semakin besar nilai variasi harga ini semakin besar pula tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Koefisien variasi harga apel yang bernilai negatif sesuai dengan hipotesis awal, dan juga telah sesuai dengan teori bahwa adanya kecenderungan para pelaku bidang pertanian enggan meningkatkan penawaran seiring dengan meningkatnya risiko yang dihadapi oleh kegiatan budidaya tersebut. Berdasarkan nilai koefisien variabel variasi yang negatif juga dapat disimpulkan bahwa perilaku perusahaan dalam menghadapi risiko tergolong dalam perilaku yang takut menghadapi risiko (risk averter). Namun variabel variasi harga apel ini tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Hal tersebut disebabkan harga jual yang diterima perusahaan relatif tinggi, selain itu rantai pemasaran apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang pendek yaitu langsung dijual ke konsumen akhir menyebabkan harga jual apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya diatas harga apel yang berlaku di pasar. Risiko harga ini dipengaruhi oleh adanya fluktuasi jumlah penawaran apel. Untuk itu sebaiknya perusahaan lebih meningkatkan koordinasi antara Divisi Budidaya Tanaman Tahunan dan Divisi Trading terkait antara perkiraan produksi dengan jumlah permintaan apel sehingga risiko harga dapat diminimalkan. 3. Harga Obat-Obatan (X 3 ) Variabel harga obat-obatan (X 3 ) memiliki koefisien positif yang artinya antara harga obat-obatan dan penawaran apel memiliki hubungan positif. Hasil olahan regresi tidak sesuai dengan teori penawaran bahwa harga input produksi memiliki korelasi negatif dengan penawaran apel. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin intensifnya penggunaan obat-obatan dalam pengendalian hama 79

dan penyakit pada tanaman apel. Adanya pencegahan serangan hama dan penyakit ini dapat meningkatkan produksi tanaman apel itu sendiri. Dilihat dari nilai P-value dari variabel harga obat-obatan ini, maka variabel harga obat obatan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat penawaran apel. Hal tersebut disebabkan karena tanaman apel memiliki ketergantungan obatobatan relatif tinggi untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerangnya sehingga apabila terjadi kenaikan harga obat-obatan perusahaan akan tetap menggunakannya tanpa mengurangi dosis pemakaian obat-obatan tersebut. Obatobatan tersebut meliputi pestisida dan fungisida, terlebih sistem pengendalian yang diterapkan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya bersifat preventif sehingga kebutuhan akan obat-obatan relatif besar. 4. Upah Tenaga Kerja (X 4 ) Variabel upah tenaga kerja memiliki koefisien yang bernilai positif, yang artinya bahwa terdapat hubungan positif antara besarnya upah tenaga kerja dengan jumlah penawaran apel. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori penawaran bahwa harga input berpengaruh negatif terhadap jumlah penawaran. Adanya kenaikan upah tenaga kerja tidak menyebabkan pengurangan jumlah tenaga kerja. Hal ini dikarenakan tanaman apel yang membutuhkan perawatan yang intensif jika terjadi pengurangan tenaga kerja akan mengakibatkan produksi apel menurun. Selain itu terkait dengan kegiatan budidaya apel seperti pengguguran daun, pemangkasan, penyemprotan yang membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit, berpengalaman dan teliti serta membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Hubungan positif antara upah tenaga kerja dengan penawaran apel mengindikasikan bahwa apabila tenaga kerja kesejahteraan mengalami peningkatan maka kinerja mereka juga baik, sehingga mampu meningkatkan produktivitas tanaman apel itu sendiri. Namun jika dilihat nilai p-value yang lebih besar jika dibandingkan dengan taraf nyata lima persen mengindikasikan bahwa kenaikan upah tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya jumlah penawaran apel. Hal itu dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan menggunakan tenaga kerja dengan sistem borongan. Sistem borongan memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan antara lain waktu kerja yang lebih terkontrol karena perusahaan memberikan batas waktu penyelesaian untuk setiap kegiatan budidaya yang 80

dilakukan lebih cepat dibandingkan apabila dikerjakan tenaga kerja harian atau kontrak. Selain itu upah tenaga kerja borongan relatif lebih rendah dibandingkan dengan tenaga kerja harian. Dengan begitu biaya produksi dapat ditekan sehingga kenaikan upah tenaga kerja tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kegiatan budidaya sehingga produksi dan kualitas produk yang dihasilkan akan tetap terjamin. Alasan lain yaitu budidaya apel pada dasarnya lebih didominasi dipengaruhi oleh faktor iklim dan cuaca, sehingga seberapapun ketelitian para tenaga kerja belum tentu dapat meningkatkan produktivitas tanaman apel. 5. Ekspektasi Produksi Apel (X 5 ) Nilai ekspektasi produksi apel merupakan gambaran seberapa besar harapan perusahaan terhadap hasil panen apel. Koefisien nilai ekspektasi produksi bernilai positif yaitu sebesar 0,6194. Hal ini sesuai dengan teori penawaran yang menjelaskan bahwa besarnya harapan perusahaan terhadap produksi apel berpengaruh positif terhadap penawaran apel. Nilai ekspektasi produksi apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya diambil dari Rancangan Anggaran Belanja PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Penentuan nilai ekspektasi ini didasarkan kepada kondisi tanaman di lapang, kondisi cuaca, serta pengalaman produksi sebelumnya. Berdasarkan nilai P-value variabel nilai ekspektasi produksi apel berpengaruh signifikan terhadap penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya pada taraf nyata lima persen. Hasil ini menunjukkan bahwa motivasi perusahaan untuk memproduksi apel cukup tinggi. Hal tersebut terkait apel merupakan komoditas utama yang dibudidayakan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, selain itu apel memberikan kontribusi pendapatan yang terbesar dibandingkan dengan komoditas lainnya yang dibudidayakan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yaitu sekitar 55,17 persen dari total pendapatan yang diperoleh PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dari kegiatan pembudidayaan buah. 6. Variasi Produksi Apel (X 6 ) Variabel variasi produksi apel (X 6 ) mempunyai koefisien yang bernilai positif yaitu sebesar 0,00005928. Nilai koefisien ini tidak sesuai dengan hipotesis 81

awal yang menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan nilai variasi produksi maka produsen cenderung akan mengurangi jumlah penawaran. Variabel variasi produksi apel ini menggambarkan tingkat risiko produksi yang dihadapi dalam pembudidayaan apel. Semakin tinggi nilai variasinya maka semakin tinggi pula risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan. Dilihat dari nilai P-value, variabel variasi produksi ini berpengaruh nyata terhadap penawaran pada taraf nyata lima persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembudidayaan apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menghadapi risiko produksi. Risiko produksi yang dihadapi perusahaan relatif besar namun perusahaan tetap berusaha untuk meningkatkan penawaran apel. Hal itu disebabkan dari segi harga, harga jual apel perusahaan relatif tinggi sehingga merangsang perusahaan unuk terus meningkatkan penawaran apel dengan harapan keuntungan yang diperoleh perusahaan akan semakin besar. Jadi dapat disimpulkan meskipun tingkat risiko produksi yang dihadapi perusahaan relatif tinggi namun perusahaan tetap berusaha meningkatkan produksi apel. 7. Variabel Harga Jeruk (X 7 ), Harga Jambu (X 8 ), Harga Buah Naga (X 9 ), dan Harga Strawberi (X 10 ) Variabel lain yang digunakan untuk mengidentifikasi perilaku penawaran apel Kusuma Agrowisata yaitu variabel harga komoditas lain yang dihasilkan oleh Kusuma Agorwisata. Komoditas tersebut antara lain buah, sayuran organik, dan sayuran hidroponik. Hanya saja dalam penelitian ini variabel yang digunakan hanya variabel harga untuk komoditas buah-buahan saja. Variabel yang digunakan yaitu variabel harga jeruk (X 7 ), harga jambu (X 8 ), harga buah naga (X 9 ), dan harga strawberi (X 10 ). Dilihat dari nilai koefisien keempat variabel tersebut variabel harga buah jeruk (X 7 ) dan jambu (X 8 ) bernilai negatif yang artinya bahwa harga kedua komoditas tersebut berpengaruh negatif terhadap penawaran apel. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman jeruk dan jambu merupakan tanaman pesaing atau kompetitor dari tanaman apel. Persaingan ini dicerminkan dengan makin kurang intensifnya pemeliharaan buah apel dibandingkan buah jeruk atau jambu ketika kedua harga buah tersebut meningkat atau lebh tinggi dibandingkan harga apel. Selain itu ketika produksi apel mengalami penurunan yaitu sekitar bulan April 82

hingga Juli maka kedua komoditas ini yang akan menggantikan apel terutama untuk memenuhi permintaan wisata petik. Apabila produksi apel untuk wisata petik mengalami penurunan maka wisata petik apel akan dialihkan ke wisata petik jeruk atau jambu. Sedangkan untuk penjualan langsung, ketidaktersediaan apel yang cukup akan dibantu suplai buah apel di luar kebun Kusuma Agrowisata seperti suplai apel dari mitra tani maupun mitra beli, hanya saja khusus buah apel yang memenuhi standar mutu dan kualitas yang ditetapkan oleh Kusuma Agrowisata. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 15 yang menunjukkan produksi antara buah apel, jeruk dan jambu. Berdasarkan nilai P-value kedua komoditas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran apel, karena pada dasarnya komoditas-komoditas tersebut memiliki pasar masing-masing. Gambar 15. Perbandingan Produksi Apel, Jeruk dan Jambu Kusuma Agrowisata Periode Januari 2008 - April 2010 Sumber : Laporan Manajemen Kusuma Agrowisata 2008-2010 Sedangkan variabel harga buah naga (X 9 ) dan strawberi (X 10 ) bernilai positif yang artinya harga kedua komoditas tersebut akan berpengaruh positif terhadap penawaran apel. Harga buah naga yang meningkat mengindikasikan bahwa ketersediaan buah ini di Kusuma Agrowisata menurun atau memang sedang tidak berbuah. Untuk menutupi biaya produksi dari budidaya buah naga tersebut maka Kusuma Agrowisata akan meningkatkan penawaran apel dan begitupun sebaliknya. Alasan Kusuma Agrowisata membudidayakan buah naga adalah budidaya buah naga dianggap menguntungkan bagi perusahaan dengan 83

harga jual buah tersebut cukup tinggi yaitu berkisar antara Rp. 18.000 - Rp. 25.000 per kg. Berdasarkan nilai P-value dapat disimpulkan bahwa variabel harga buah naga tidak berpengaruh signifikan pada taraf nyata lima persen terhadap penawaran buah apel. Buah strawberi merupakan komoditas yang cukup penting selain apel yang dibudidayakan di Kusuma Agrowisata. Hubungan positif yang terjadi antara apel dengan strawberi disebabkan karena dua komoditas ini merupakan komoditas utama yang dibudidayakan oleh perusahaan terutama untuk wisata petik. Kondisi yang terjadi di lapangan kedua komoditas ini ditawarkan dalam satu paket wisata petik. Sedangkan untuk penjualan langsung melalui Divisi Trading, konsumen cenderung akan memilih buah apel apabila harga strawberi meningkat sehingga, untuk mengatasi dampak peningkatan harga strawberi tersebut perusahaan akan meningkatkan penawaran apel. Namun pada dasarnya kedua komoditas ini memiliki pasar masing-masing sehingga harga strawberi tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran apel. 84