LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN SEKRETARIAT KPA NASIONAL AGUSTUS 2010 Diskusi Peserta dalam Pertemuan antara KPA Nasional dan Masyarakat Sipil Bulan Agustus merupakan bulan bersejarah bagi bangsa Indonesia dan dikenal sebagai bulan perjuangan merebut kemerdekaan. Dengan semangat yang sama, KPA Nasional beserta mitra-mitra strategis berjuang bersama melakukan kegiatan dalam rangka menekan laju epidemi HIV di Indonesia. Pemaparan Narasumber pada Pelatihan Peningkatan Kapasitas Sektor dan Masyarakat Sipil Bekerja sama dengan IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia) sebagai salah satu anggota KPA Nasional, KPA Nasional mengembangkan Renstrada (Rencana Strategik Daerah) yang akan dilaksanakan bersama dengan KPA Provinsi/ Kabupaten/Kota. Diskusi dengan parlemen terkait dengan penggunaan NAPZA suntik berlangsung di Jakarta. Pertemuan yang strategis ini dilakukan sebagai upaya advokasi parlemen demi keberlanjutan program penanggulangan HIV dan AIDS. Round Table Disscussion dengan Tema Penggunaan NAPZA Suntik di Jakarta Berbagai kegiatan koordinasi dengan melibatkan masyarakat sipil dan sektor dilakukan pada bulan ini. Selain itu, supervisi dan evaluasi terus dilakukan ke daerah sebagai bagian dari upaya jaga mutu kinerja KPA di daerah. Ibu Nafsiah Mboi dalam Acara Penutupan Kongres JOTHI ke-2 Sekretariat KPA Nasional Menara Topas Lt.9 Jl. MH Thamrin Kav.9 Jakarta Pusat Telp. (021) 3901758 Fax. (021) 3902665 www.aidsindonesia.or.id
A. Pengembangan Kebijakan Pertemuan Nasional Diseminasi Hasil Pengembangan Rencana Strategik Daerah (Renstrada) Renstrada merupakan instrumen kebijakan perencanaan yang bersifat strategis sebagai acuan daerah untuk terlibat dalam penanggulangan HIV dan AIDS. Dokumen perencanaan ini menjadi salah satu alat ukur advokasi komitmen daerah terhadap upaya penanggulangan yang diperlukan di daerah. Se-Indonesia dilaksanakan pertemuan lanjutan dengan pengurus daerah IAKMI yang sudah mengikuti pelatihan sebelumnya. Total peserta dan narasumber yang mengikuti kegiatan adalah 37 orang yang terdiri atas perwakilan dari 15 provinsi. Dalam Strategi Nasional dijelaskan bahwa upaya penanggulangan HIV dan AIDS melibatkan lembaga profesi yang juga merupakan salah satu anggota KPA Nasional berdasarkan Perpres No.75 Tahun 2006: IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia). Pada tahun 2009 KPA Nasional bersama IAKMI melakukan kegiatan pelatihan pengelolaan program. Tanggal 1-5 Agustus di Bandung bersamaan dengan Kongres IAKMI Hasil dari pertemuan tersebut antara lain: - KPA Nasional membuat surat edaran kepada KPA Provinsi mengenai keterlibatan IAKMI dalam penanggulangan HIV dan AIDS. - Audiensi Pengurus Daerah IAKMI dengan KPA Provinsi. - Pelatihan keterampilan khusus dalam perencanaan strategik pengembangan program. - Revitalisasi forum komunikasi peserta pelatihan. B. Penetapan Langkah Strategik Diskusi Meja Bundar: Dialog Isu-isu Kunci Hubungan Penggunaan NAPZA dengan HIV dan AIDS Pada tanggal 30 Agustus di Hotel Mulia Jakarta berlangsung diskusi yang dihadiri oleh Sekretaris KPA Nasional, Perwakilan Anggota DPR, BNN, Panitia Anggaran DPR, dan perwakilan lembaga donor, UNODC. Kegiatan diawali dengan pemaparan oleh Ibu Nafsiah Mboi mengenai Epidemi Ganda AIDS: Napza Suntik di Indonesia. Dipaparkan tentang pola masuknya HIV di masyarakat. Selain itu, dalam presentasi juga digambarkan bagaimana perjalanan HIV hingga AIDS. Ibu Naf juga memaparkan berbagai Program Penanggulangan HIV dan AIDS yang telah dilakukan oleh KPA Nasional sejak terbit Perpres No 75 Tahun 2006 Tentang KPA Nasional secara khusus tentang Harm Reduction. Pemaparan kedua sedianya akan dilakukan oleh Bapak Harry Azhar Azis MA, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI. Dikarenakan berhalangan hadir, peserta dibagikan makalahnya. Rekomendasi yang disampaikan adalah, secara pribadi, Bapak Harry Azis merasa perlunya menggagas ide pembentukan Peserta Pertemuan Round Table Discussion Komite Parlemen untuk HIV dan AIDS. Komite ini diharapkan secara intens menggalang dukungan parlemen dalam penanggulangan HIV dan AIDS, terkait penyusunan RUU tentang HIV dan AIDS, dukungan alokasi anggaran, dan pengawasan. Pemaparan ketiga oleh Bapak Benny Arzil dari BNN. UU No 35/2009 tentang Narkotika, secara umum isi UU ini dirasakan sangat keras terhadap pengedar, tetapi humanis terhadap pecandu atau pengguna, karena dalam UU ini sudah sangat jelas dibedakan antara pengedar dan pengguna. Saat ini fokus BNN adalah pada peningkatan demand 1
reduction, namun demikian tetap harus ada keseimbangan antara demand reduction dengan supply reduction. Sedangkan Harm Reduction merupakan tanggung jawab KPA. Secara umum anggota DPR yang hadir memberikan apresiasi atas kerja KPA Nasional. Sudah ada bentuk dukungan yang dilakukan DPR, misalnya Panja MDG s yang fokus antara lain kepada HIV dan AIDS, Kaukus Perempuan terkait feminisasi HIV dan AIDS, dan forum diskusi lainnya. Hal ini lah yang harus ditindaklanjuti oleh KPA Nasional. Banyak tawaran diskusi untuk advokasi ke parlemen dan diharapkan akan ada dukungan peraturan UU dan alokasi anggaran yang mendukung penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. C. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Kongres JOTHI (Jaringan Orang Terinfeksi HIV Indonesia) ke-2 Tanggal 15-17 Agustus di Park Hotel, Jakarta berlangsung Kongres JOTHI ke-2 dengan agenda utama pertanggungjawaban kepengurusan koordinator nasional JOTHI, pemilihan Koordinator Nasional, dan penguatan kapasitas. Hari pertama diawali dengan pembukaan dan kampanye kandidat koordinator nasional. Hari kedua diisi dengan persidangan, laporan pertanggungjawaban kerja pengurus JOTHI tahun 2008-2010, dan agenda tambahan berupa penguatan kapasitas bagi peserta. Hasil kongres menyatakan menerima laporan pertanggungjawaban pengurus dan Sesi Perkenalan Peserta pada Kongres JOTHI ke-2 Anggota Dewan Pengurus Nasional Terpilih 2010-2013 disahkan melalui surat keputusan tentang Laporan Pertanggungjawaban Pengurus JOTHI 2008-2010. Siang harinya dilanjutkan dengan pembahasan AD/ART dan karena keterbatasan waktu, bahasan tersebut dilanjutkan keesokan harinya. Materi yang diberikan dalam sesi penguatan kapasitas adalah Kajian Sejarah JOTHI dan diskusi Aspek Legal Penanggulangan HIV dan AIDS. Hari ketiga dilanjutkan pembahasan AD/ART dan penetapan 28 orang perwakilan provinsi berikut surat ketetapannya. Budi Kurniawan dari Sumatera Barat terpilih sebagai Koordinator Nasional 2010-2013. Sekretaris KPA Nasional, Ibu Nafsiah Mboi, hadir dalam acara penutupan dan memberikan apresiasi atas terselenggaranya Kongres Nasional JOTHI ke-2. Pertemuan Technical Working Group: Progress Update Disburesment Report (PUDR) Dukungan GF ATM R 8 Semester 2 Pertemuan dalam rangka koordinasi dan up date terbaru pelaksanaan program dukungan GF ATM R 8 telah dilakukan pada tanggal 10 Agustus di Ruang Pertemuan KPA Nasional. Hadir dalam pertemuan tersebut perwakilan dari KPA Nasional, PKBI, dan Kemenkes. Acara dibuka oleh Bapak Edhie Rahmat Ketua TWG AIDS CCM dan dilanjutkan dengan pemaparan oleh Ibu Nafsiah Mboi mengenai Project Update KPA Nasional. Secara umum, pencapaian semua indikator naik: Indikator #1 (Jumlah Penasun yang Terjangkau Program LASS): telah dilakukan Survey Cepat Perilaku untuk perbaikan target dikarenakan adanya perubahan perilaku dari penggunaan napza suntik ke oral. 2
Indikator #2 (Jumlah Penasun yang Dirujuk ke Tempat Rehabilitasi - minimal 1 bulan): masih banyak merah di P1 tetapi di P2 bisa mencapai lebih dari yang ditargetkan. Indikator #3 (Jumlah WBP yang Menerima Intervensi HR - kecuali Metadon): ini baru jangkauan, perlu tingkatkan efektifitas dan sustainability. Dimulai dengan intervensi struktural di Lapas. Indikator #4 (Jumlah Kondom yang Terdistribusi): DKI Jakarta dan Jawa Barat pencapaian target rendah karena (1) target terlalu tinggi, (2) adanya pembubaran lokalisasi, dan (3) banyak dijual kondom komersial. Untuk Sumatera Utara dan Jawa Timur ada kekeliruan dalam managemen kondom. Tetapi wilayah lain, telah terjadi pencapaian target. Indikator #5 (Jumlah Mitra Sektor dan Organisasi Masyarakat Sipil yang Terlibat dalam Respons Penanggulangan HIV dan AIDS): tidak ada masalah, semua berjalan sesuai rencana. Indikator #6 (Jumlah Provinsi yang Menyampaikan Laporan Tepat Waktu - bukan kumulatif): Secara umum semua melaporkan dengan baik dan tepat waktu, kecuali DKI Jakarta. Kesepakatan peserta: Secara umum laporan dapat diterima. Dalam capaian P2 nilai di atas 100, tetapi tetap perlu peningkatan mutu atau efektivitas kegiatan. Keseimbangan antara capaian kuantitatif dan kualitas program. Masalah koordinasi, dirasakan masih ada perbedaan antara PR, diperlukan koordinasi yang lebih baik agar terjadi keseimbangan. Dari semua itu disepakati dengan catatan: Isu kualitas layanan untuk tetap menjadi perhatian. Pertemuan KPA Nasional dan Masyarakat Sipil Bertempat di Ruang Pertemuan Lt.14 Menara Topas, berlangsung pertemuan antara KPA Nasional dan Masyarakat Sipil pada tanggal 12 Agustus. Peserta terdiri atas staf dan Sekretaris KPA Nasional, perwakilan masyarakat sipil, dan perwakilan organisasi jaringan populasi kunci. Pada awal sesi dilakukan pembukaan dan perkenalan peserta oleh Ibu Nafsiah Mboi selaku Sekretaris KPA Nasional. Setelah pembukaan, peserta dipersilakan untuk bertanya dan komentar tentang apa pun terkait dengan program penanggulangan HIV dan AIDS. Bapak Very Kamil terpilih sebagai fasilitator. Adapun beberapa hasil diskusi pertemuan sebagai berikut: - KPA Nasional berbentuk komisi dan bukan badan untuk memungkinkan peran serta masyarakat sipil yang berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan pemerintah. Penanggulangan HIV dan AIDS yang efektif harus melibatkan masyarakat sipil. - Diakui bahwa koordinasi antar sektor tidak mudah, terutama mendorong keterlibatan sektor. Namun demikian sejak lima tahun terakhir, banyak kementerian yang telah menyediakan anggaran untuk program HIV dan AIDS serta itu semua butuh proses. Ibu Nafsiah Mboi dalam Acara Pertemuan - Dengan dana yang terbatas, KPA Nasional memprioritaskan program yang efektif dan paling banyak mencegah penularan baru dengan dana yang minimal. Berdasarkan analisis berbasis evidens, pencegahan difokuskan pada populasi kunci dimana selain paling banyak terjadi penularan, populasi kunci juga paling banyak membutuhkan layanan komprehensif. - Terjadi informasi yang tidak imbang di masyarakat dan LSM, perlu ada diseminasi pelaporan dan informasi yang lebih terbuka dan kontinyu terkait kerja-kerja KPA, baik di nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota. - Pertemuan semacam ini dapat sering dilakukan sehingga akan terjadi dialog antara KPA dengan Masyarakat Sipil yang lebih baik dan mampu membuka keran komunikasi yang lebih efektif. 3
Pelatihan Peningkatan Kapasitas untuk Pelaporan Sektor dan Masyarakat Sipil ilmiah, popular, dan teknik dasar editing. Peserta terdiri atas 16 orang perwakilan sektor dan masyarakat sipil, baik peserta dalam pelatihan terdahulu maupun peserta baru yang memiliki kemampuan dasar penulisan. Peserta Pelatihan Peningkatan Kapasitas Sektor dan Masyarakat Sipil Pada tahun 2008 KPA Nasional telah mengadakan peningkatan kapasitas penulisan bagi sektor dan masyarakat sipil. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut adalah diadakannya pelatihan peningkatan kapasitas penulisan laporan bagi Tim Penulis KPA Nasional. Kegiatan diadakan pada 3-5 Agustus di Bogor dengan materi penulisan artikel Materi yang disampaikan pada pelatihan tersebut terdiri atas Materi I: Gambaran HIV dan Pengantar Pelaporan oleh Wenita Indrasari, Materi II: Penulisan Persuasif oleh Lisa Febriyanti, Materi III: Penggunaan Tulisan sebagai Bahan Advokasi oleh Elis Wilden, Materi IV: Menulis Laporan Ilmiah oleh Bapak Suriadi Gunawan, dan Materi V: Pengenalan Editing oleh Aditya. Tindak lanjut dari pelatihan adalah akan diadakannya pertemuan lanjutan Tim Penulis dalam rangka penguatan kapasitas. Tim Penulis akan berkontribusi dalam penulisan artikel untuk dipublikasikan di web site KPA Nasional (www. aidsindonesia.or.id). Selain itu, hasil tulisan Tim Penulis akan dikembangkan menjadi bentuk ilmiah yang mengandung pesan-pesan advokasi. D. Penyebarluasan Informasi PIAN sebagai Pusat Informasi AIDS Nasional KPA Nasional melalui PIAN (Pusat Informasi AIDS Nasional) memiliki alamat situs www.aidsindonesia.or.id yang dapat diakses oleh siapa saja pengguna internet. Berbagai informasi kegiatan maupun data HIV dan AIDS di Indonesia tersaji dalam situs tersebut. Bulan Agustus data menunjukkan bahwa sebanyak 3.440 orang mengunjungi situs tersebut. Dilihat dari jumlah kunjungan, telah terjadi sebanyak 4.351 kunjungan. Artinya lebih dari 1.000 orang melakukan kunjungan berulang. Selain menyediakan informasi melalui internet, PIAN juga menyediakan berbagai informasi lainnya dalam bentuk buku, jurnal, dan publikasi lainnya. Masyarakat yang membutuhkan informasi dan data dapat mengunjugi PIAN pada hari dan jam kerja, Senin- Jumat jam 09.00-16.00 WIB. Saran dan kritik dari masyarakat masih terbuka demi kemajuan PIAN ke depan. 4
E. Kerja Sama Internasional dan Regional Pengajuan Proposal GF ATM Regional Ronde 10 Dukungan ke MSM dan ODHA Pada tanggal 5 Agustus 2010 Country Coordinating Mechanism Global Fund ATM (CCM GFATM) telah sepakat untuk memberi persetujuan pengiriman proposal regional Round 10 dengan topik program penanggulangan AIDS pada Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA). Program ini di Indonesia dikembangkan oleh JOTHI dan didukung oleh KPA Nasional dan UNAIDS. Adapun proposal induk dikoordinasikan oleh APN+ di Bangkok, dan melibatkan negaranegara: Bangladesh, Kamboja, Cina, Fiji, Indonesia, Laos, Nepal, Pakistan, Filipina, dan Vietnam. Indonesia pada tanggal 18 Agustus 2010, adalah proposal untuk peningkatan upaya pencegahan penanggulangan HIV dan AIDS di kalangan Lakilaki yang seks dengan laki-laki. Proposal di Indonesia dikembangkan oleh GWL- INA dengan dukungan dari KPA Nasional dan HIVOS. Empat negara yang ikut dalam proposal ini adalah Indonesia, Malaysia, Filipina dan Timor Leste dalam ISEAN (Insular Southeast Asia Network of MSM and TG CBOs). Proposal regional AIDS GF ATM Ronde 10 lainnya yang diajukan Indonesia dan telah memperoleh kesepakatan dari CCM *MSM = Man who have sex with men; TG = Trans Gender; CBOs = Community Based Organizations F. Pengendalian, Pemantauan, dan Evaluasi Supervisi Dalam Rangka Program Dukungan GFATM SSF Group B Dukungan GF ATM SSF Group B dilaksanakan di provinsi Sumatera Barat, Lampung, Banten, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku, NTB, dan NTT. Salah satu kegiatan yang dilakukan di masingmasing provinsi tersebut adalah kegiatan supervisi. Tim Pembinaan III KPA Nasional melakukan supervisi pada tanggal 22-26 Agustus di Provinsi Sulawesi Utara dan tanggal 30 Agustus-2 September di Provinsi Kalimantan Timur. Catatan supervisi di Provinsi Sulawesi Utara sebagai berikut: # KPAP bersama KPAK telah mengorganisasikan dengan baik rencana kegiatan di tingkat provinsi/kabupaten/kota hingga Desember 2010. Meski demikian, rencana bimbingan teknis dari provinsi ke Kab./Kota belum disusun. Pengelola monev di provinsi akan segera menyusun dan ditembuskan ke KPA Nasional. # Persepsi mengenai program subtitusi (methadone atau subutex) masih simpang siur. Sehingga diperlukan sebuah pertemuan khusus mengenai subtitusi ini dengan mengundang narasumber dari pusat (Kemenkes dan PDSKJI). Pertemuan ini direncanakan pada Q2 dan akan menggunakan sumber dana dari pertemuan serial HR. # Secara umum kerja sama dan koordinasi antara KPAP dan KPAK cukup baik, namun masih terdapat beberapa KPAK yang belum optimal. Dr. Meiske, selaku Sekretaris KPAP, akan membenahi hal tersebut. Catatan supervisi di Provinsi Kalimantan Timur sebagai berikut: Sedang terjadi reformasi kelembagaan besarbesaran di KPAP. Terdapat penggantian staf termasuk Sekretaris, PP (Pengelola Program), dan PA (Pengelola Administrasi). Nantinya sekretariat akan mandiri dengan menempati gedung baru. Penyusunan rencana kerja merupakan pekerjaan rumah yang perlu segera dibenahi setelah struktur yang baru terbentuk. 5
Rencana Kegiatan Sekretariat KPA Nasional Bulan September 2010 No. NAMA KEGIATAN GAMBARAN KEGIATAN RENCANA OUT PUT 1. Pertemuan Koordinasi Empat PR Dukungan SSF Empat PR yakni KPA Nasional, PKBI, NU, dan Kemenkes melakukan pertemuan koordinasi terkait dengan penentuan lokasi intervensi struktural grup A dan grup B. Adanya dokumen kesepakatan antara empat PR dalam hal penentuan lokasi untuk intervensi struktural. 2. Pelatihan untuk Pelatih (Training for Trainer atau TOT) dan Rencana Pelatihan tingkat kabupaten/kota Bidang Monitoring dan Evaluasi Program HIV dan AIDS Pelatihan ini dibagi dalam tiga kelompok peserta agar kapasitas yang diberikan tepat sasaran. Keempat kelompok tersebut yakni peserta pelatihan baru, pelatihan penyegaran bagi pelatih yang sebelumnya pernah terlibat, dan pelatihan bagi mitra di kabupaten/kota. Kegiatan akan dilakukan dalam bentuk presentasi, diskusi, dan praktek. Terjadinya peningkatan kapasitas peserta dalam hal monitoring dan evaluasi serta pengolahan data. Selain itu, peserta dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di institusi masing-masing. 3. Pelatihan Komprehensif HR (Harm Reduction) Pelatihan tersebut diselenggarakan di provinsi Lampung, DI Yogyakarta, Banten, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, NTB, dan NTT. Kegiatan akan fokus pada penguatan kapasitas, pengembangan kelompok kerja, dan pelaksanaan program HR di lapangan. Terbangunnya kapasitas manajemen pelaksana dan kelompok kerja program HR, terbentuknya kelompok kerja HR di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, dan adanya SOP pelaksanaan HR di daerah terkait UU Narkotika No.35 Tahun 2009. 4. Rapat Pertemuan ke-2 Persiapan HAS (Hari AIDS Sedunia) 2010 Dilakukan koordinasi dan berbagi informasi mengenai rencana penyelenggaraan HAS 2010 oleh masingmasing lembaga yang hadir. Peserta yang hadir juga akan menyampaikan bentuk kontribusi untuk melengkapi satu sama lain. Adanya dokumen mengenai rencana penyelenggaraan HAS 2010 oleh masing-masing lembaga dan rencana tindak lanjut pertemuan lanjutan. 6