BAB II KOMUNIKASI SELULER INDOOR. dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung (makrosel dan mikrosel

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

Kata Kunci :In-building coverage (Indoor) system, EIRP, propagasi indoor

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

Transmisi Signal Wireless. Pertemuan IV

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

BAB II PROPAGASI SINYAL. kondisi dari komunikasi seluler yaitu path loss, shadowing dan multipath fading.

BAB 2 DASAR TEORI. Sistem telekomunikasi yang cocok untuk mendukung sistem komunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERHITUNGAN CAKUPAN SINYAL SISTEM WCDMA PADA AREA KAMPUS AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA PURWOKERTO

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel)

Topologi WiFi. Topotogi Ad Hoc

BAB II STUDI PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

Radio Propagation. 2

BAB II KOMUNIKASI BERGERAK SELULAR GSM

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB I PENDAHULUAN. Microwave base transceiver station (BTS microwave) merupakan jaringan

BAB IV KOMUNIKASI RADIO DALAM SISTEM TRANSMISI DATA DENGAN MENGGUNAKAN KABEL PILOT

BAB II DASAR TEORI. atau gedung. Dengan performa dan keamanan yang dapat diandalkan,

SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM STUDI KASUS PT TELKOMSEL

Jenis media transmisi

BAB III SISTEM LINK BUDGET

BAB II PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM PERENCANAAN JARINGAN SISTEM SELULAR

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III PERENCANAAN REPEATER GSM DI GEDUNG GRAHA PDSI. berapa jarak maksimum yang dapat dicapai antara transmitter r

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

BAB II DASAR TEORI. cara menitipkan -nya pada suatu gelombang pembawa (carrier). Proses ini

Perencanaan Transmisi. Pengajar Muhammad Febrianto

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENGANTAR SISTEM KOMUNIKASI SELULER

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS BTS BERBASIS ANTENA SINGLE- BAND DAN MULTI-BAND UNTUK MENDUKUNG KESTABILAN JARINGAN

BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

Antenna NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP

ANALISA PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM RUANG PADA KOMUNIKASI RADIO BERGERAK

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

Powered By TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO

BAB II LANDASAN TEORI

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT

BAB III METODE PERENCANAAN

ANALISIS SISTEM INTEGRASI JARINGAN WIFI DENGAN JARINGAN GSM INDOOR PADA LANTAI BASEMENT BALAI SIDANG JAKARTA CONVENTION CENTRE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR ANALISA LINK BUDGET DALAM PENENTUAN TITIK ANTENA PADA SISTEM DCS1800 DAN UMTS2100 DI GEDUNG IKEA TANGERANG

TEKNOLOGI WIMAX UNTUK LINGKUNGAN NON LINE OF SIGHT (Arni Litha)

ANALISIS KINERJA ALGORITMA SUBOPTIMAL HANDOVER PADA SISTEM KOMUNIKASI WIRELESS

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA BIQUAD YAGI DAN ANTENA BIQUAD OMNIDIRECTIONAL SEBAGAI REPEATER PASIF UNTUK MENINGKATKAN DAYA TERIMA SINYAL WCDMA

Radio dan Medan Elektromagnetik

ANALISIS PERBANDINGAN PERUBAHAN MEDIA PENGHANTAR DARI MICROWAVE BASE TRANSCEIVER STATION MENJADI MACROCELL OUTDOOR FIBER OPTIK DI DAERAH BATAM

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA

BAB III LANDASAN TEORI. Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian infomasi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Media Transmisi Jaringan

Indra Surjati, Yuli Kurnia Ningsih & Hendri Septiana* Dosen-Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR MERCU BUANA

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

EVALUASI EFISIENSI PERANGKAT BASE STATION MENGGUNAKAN DRIVE TEST PADA ANTENA SINGLE-BAND DAN MULTI-BAND

ANALISIS UNJUK KERJA RADIO IP DALAM PENANGANAN JARINGAN AKSES MENGGUNAKAN PERANGKAT HARDWARE ALCATEL-LUCENT 9500 MICROWAVE PACKET RADIO (MPR)

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS MODEL PROPAGASI PATH LOSS SEMI- DETERMINISTIK UNTUK APLIKASI TRIPLE BAND DI DAERAH URBAN METROPOLITAN CENTRE

BAB III PERHITUNGAN LINK BUDGET SATELIT

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL

Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom BANDUNG, 2012

Spektrum Electromagnetic

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

ANALISIS RUGI PROPAGASI INDOOR COVERAGE PADA SISTEM DCS 1800

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler

BAB 2 DASAR TEORI. Selain istilah sel, pada sistem seluler dikenal pula istilah cluster yaitu kumpulan

Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi MHz di Provinsi Papua Barat

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN PATHLOSS EKSPONEN UNTUK CLUSTER RESIDENCES, CENTRAL BUSINESS DISTRIC (CBD), DAN PERKANTORAN DI DAERAH URBAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu media transmisi (Forouzan, 2007). transmitter, transmission system, receiver, dan media

Transkripsi:

BAB II KOMUNIKASI SELULER INDOOR 2.1 Umum Komunikasi jaringan indoor merupakan suatu sistem yang diterapkan dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung (makrosel dan mikrosel outdoor) dalam memenuhi layanan seluler dan wireless. Perencanaan sel dalam gedung (Indoor coverage) meliputi perencanaan area cakupan sesuai dengan komitmen area, kapasitas trafik sesuai kebutuhan dan kualitas sinyal yang memuaskan pelanggan, dan dengan interferensi yang kecil. Pemenuhan akan kebutuhan sinyal dalam gedung sudah merupakan sebuah kebutuhan mendasar. Aplikasi sistem ini sangat populer dikota megapolitan dimana banyak bangunan superblock terintegrasi, gedung tinggi, tunnel dimana kondisi di dalam gedung tersebut sangat sulit menerima sinyal dari tower telekomunikasi bahkan tidak dapat menerima sinyal sama sekali. Prinsip kerja sistem ini secara sederhana adalah memanfaatkan sistem distribusi antena indoor untuk mendistribusikan sinyal dari BTS/Repeater, sehingga semua sisi bangunan dapat terjangkau sinyal dengan baik. Secara sederhana, sebuah sistem Indoor coverage terdiri atas dua bagian yaitu yang pertama adalah sumber sinyal Macrocell BTS, Picocell BTS, Repeater. Dan yang kedua adalah Distributed Antenna System yaitu Passive Distribution Mode, Active Distribution Mode, Optical Fiber Distribution Mode, Leaky Cable Distribution Mode.

Aplikasi In-building coverage sangat variatif dan spesifik mengikuti kebutuhan. Hal ini erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan konsumen disetiap gedung yang unik. Dampak positifnya, berbagai kemajuan telah dicapai dalam rekayasa RF Design, dan perkembangan teknologi perangkat terintegrasi yang mendukung aplikasi multi-sistem, multi-carrier dan multiband[1]. 2.2 Sistem Komunikasi Jaringan Indoor Prosedur dari perencanaan sel antara lain adalah cakupan dan analisa interferensi, perhitungan trafik, perencanaan frekuensi, dan parameter sel. Beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam membuat suatu perencanaan sel adalah[1]: 1. Cakupan 2. Kapasitas 3. Kualitas Sistem jaringan selular indoor dapat dikembangkan dengan berbagai alasan kebutuhan. Ketika cakupan yang berasal dari sel (BTS) yang berada di luar gedung lemah atau kulitas rendah, sehingga pengembangan sistem jaringan selular indoor merupakan solusi yang baik. Suatu gedung dengan tingkat trafik komunikasi selular tinggi, seperti gedung konferensi, perkantoran, pusat swalayan dan airport memerlukan sistem jaringan indoor untuk menjaga kelangsungan komunikasi selular. Aplikasi sistem jaringan seluler indoor juga bertujuan untuk melengkapi maupun menggantikan sistem jaringan telepon tetap (fixed) yang jumlahnya belum sebanding dengan pengguna di Indonesia.

Tujuan dari pengembangan sistem jaringan selular indoor hampir sama dengan perencanaan sel biasa atau outdoor yaitu untuk mendapatkan cakupan yang baik dan kapasitas yang sangat memadai sesuai dengan kebutuhan pelanggan dengan tetap mengusahakan tingkat interferensi yang kecil. 2.2.1 Karakteristik Seluler Indoor Sistem dalam gedung sangat berbeda dengan sistem luar gedung, hal yang paling mendasar adalah model perancangan sistem radio dan distribusi antenanya harus disesuaikan dengan karakteristik gedung tempat sel tersebut terpasang. Pada sistem sel dalam gedung dibutuhkan teknik khusus untuk mengatasi kondisi propagasi dalam ruangan. Tidak sama dengan area ruang kosong, sistem dalam gedung mengalami banyak rugi seperti kepadatan material dalam gedung, konstruksi gedung, kepadatan orang dalam gedung, dan terbatasnya celah antar ruangan seperti jendela dan pintu. Beberapa karakteristik sel dalam gedung sebagai berikut[1]: a. Area cakupan sel kecil b. Sinyalnya terbatas sampai pada sisi gedung c. Daya pemancar yang digunakan rendah d. Antena dipasang di dalam gedung e. Ukuran antena kecil 2.2.2 Penetrasi sinyal luar gedung ke dalam gedung Komunikasi mobile dan nirkabel adalah kebutuhan dasar dalam masyarakat modern. Statistik menunjukkan bahwa di banyak negara seluler penetrasi telepon sudah lebih tinggi dari yang tetap. Ponsel mobile digunakan di

mana-mana, tidak hanya di luar ruangan, tetapi juga lebih yaitu dalam ruangan.dalam lingkungan ini, pelanggan menuntut baik cakupan maupun kualitas layanan. Sinyal dari BTS makrosel untuk kondisi tertentu bisa saja sangat kuat, misalnya untuk gedung berlantai tinggi dimana sudut datang dari posisi BTS dan penerima dalam gedung sangat kecil, hal lain yang mempengaruhi adalah loss sinyal dari BTS luar karena dinding luar gedung hanya dari kaca. Maka untuk mempertahankan prioritas cakupan sel dalam gedung, perlu ditetapkan level sinyal dari transmitter dalam gedung lebih tinggi dari level daya pancar transmitter dari BTS luar. Hal ini untuk menghindari agar trafik makrosel tidak digunakan oleh pelanggan dalam gedung dan juga untuk menghindari terjadinya handover dari BTS mikro indoor ke BTS makro atau sebaliknya jika pelanggan masih berada[1]. 2.2.3 Alokasi Frekuensi Alokasi frekuensi jaringan GSM 900 MHz dan 1800 MHz ditunjukkan pada Tabel 2.1[2]. Tabel 2.1 Alokasi Jaringan GSM 900 dan DCS 1800 Mhz Parameter GSM 900 Mhz GSM 1800 Mhz Frekuensi Kerja 8890-960 MHz 1710-1880 MHz Uplink ( dari MS ke BTS 890-915 MHz 1710-1785 MHz Downlink ( dari BTS ke MS ) 935-960 MHz 1805-1880 MHz RF Carier 25 MHz 75 MHz Bandwith setiap kanal 200 KHz 200 KHz Kanal Frekuensi 124 Kanal 374 Kanal Frekuensi Duplex 45 MHz 95 MHz Isi satu Frekuensi Carier 8 timeslot 8 timeslot Kecepatan Pengiriman 13 kbps ( suara ) 13 kbps ( suara ) 9,6 kbps (data ) 9,6 kbps ( data )

Suatu jaringan telekomunkasi yang berbasis GSM (1800 MHz) didalam gedung yaitu mempunyai solusi untuk mendesain/planning jaringan telekomunikasi di dalam gedung, menyediakan sinyal bagi pengguna agar dapat menggunakan suatu alat telekomunikasi (celluler phone) dimana saja berada terutama di dalam gedung yang sulit dijangkau oleh sinyal luar (outdoor). 2.3 Prinsip Kerja Komunikasi Seluler Indoor Sistem seluler jaringan indoor yaitu suatu sistem dengan perangkat pemancar dan penerima (transceiver) yang dipasang di dalam gedung yang bertujuan untuk melayani kebutuhan telekomunikasi dalam gedung tersebut baik kualitas sinyal, cakupan (coverage) maupun kapasitas trafficnya. Sebenarnya sistem ini memiliki prinsip yang sama BTS dengan sel standar, dengan perangkat pemancar dan penerima ( transceiver ), dengan menggunakan frekuensi 890-945 MHz dan menggunakan sel mikro. Basis kapasitas trafik biasanya digunakan untuk[3]: 1. Public Access area (mall, bandara, stadion hotel, rumah sakit dan lain lain) Merupakan tempat-tempat umum yang sering dikunjungi tiap harinya. 2. Business/Offices area (daerah perkantoran, pusat perbisnisan ) Dituntut adanya indoor cell yang memungkinkan tingkat telekomunikasi yang tinggi. Penyaluran sistem komunikasi seluler indoor dapat dibagi dua: 1. Penyaluran sistem antena menggunakan komponen pasif seperti spliter, coupler, dan kabel.

2. Penyaluran sistem antena menggunakan komponen aktif seperti amplifier, repeater. Keuntungan dari komunikasi seluler indoor antara lain: 1. Meningkatkan coverage area dan meningkatkan layanan ke pelanggan 2. Menyediakan konnektivitas wireless ke pelanggan 3. Meningkatkan kualitas suara 4. Merupakan solusi alternatif lain dari jaringan fixed telekomunikasi. 2.4 Propagasi Jaringan Indoor Model propagasi pada umumnya bertujuan untuk memprediksi kekuatan sinyal yang diterima pada jarak tertentu dari pemancar, juga perubahan kekuatan sinyal yang dekat dengan lokasi tertentu. Propagasi sinyal dalam representasi waktu dan jarak dari satu titik ke titik lainnya akan mengalami benturan dan rintangan dengan benda-benda disekitarnya. Akibatnya sinyal yang sampai di penerima tidak hanya dari satu lintasan, melainkan dari banyak lintasan. Hal ini menyebabkan sinyal yang diterima Mobile Station (MS) mengalami penaikan dan penurunan sinyal. Karakteristik propagasi pada jaringan bergerak (seluler) berbeda dibandingkan dengan karakteristik propagasi jaringan tetap. Pada jaringan bergerak fading yang terjadi lebih hebat dan fluktuatif dibandingkan dengan jaringan tetap. Untuk menghitung path loss pada propagasi jaringan seluler telah banyak dilakukan percobaan dan penelitian. Beberapa diantaranya yang sering dipakai adalah[4]:

1. Model Hata 2. Model Walfisch-Ikegami ( COST-231 ) 3. Model Okumura Karakteristik utama dari propagasi indoor yang membedakannya dengan kondisi outdoor adalah multipath yang cenderung lebih banyak, bahkan path yang line of sight bisa jadi tidak ada. Selain itu kondisi lingkungan dapat berubah secara drastis dalam waktu maupun jarak yang singkat. Jarak yang discover cukup sempit, berkisar pada 100 meter atau kurang. Dinding, pintu, furniture, dan manusia dapat menyebabkan redaman yang cukup signifikan. Gambar 2.1 berikut menunjukkan sistem propagasi jaringan indoor[4]. Gambar 2.1 Sistem Propagasi jaringan indoor Kekuatan sinyal di dalam gedung dapat berubah ubah tergantung pada kondisi pintu di dalam bangunan tersebut (terbuka atau tertutup). Letak antena juga berpengaruh pada large scale path loss. Antena yang diletakkan di ketinggian setingkat meja di dalam kantor yang disekat sekat akan menerima sinyal yang berbeda bila dibandingkan dengan antena yang ditempatkan di langitlangit. Model propagasi ruang bebas (Free Space Loss) digunakan untuk memprediksi kekuatan sinyal yang diterima ketika pemancar dan penerima

memiliki LOS (line of sight) atau memiliki jalur lintasan yang segaris pandang. Daya di ruang bebas yang diterima oleh sebuah antena penerima dengan jarak tertentu dari antena pemancar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.1 berikut[4]: P r (d) = (2.1) Dengan : P t P r (d) G r G t d L = Daya yang ditransmisikan oleh pemancar = Daya yang diterima dalam watt = Penguatan antena pemancar = Penguatan antena penerima = Jarak pemancar dan penerima (meter) = Faktor rugi atau redaman Lingkungan indoor sangat dipengaruhi oleh multipath, dalam kaitannya dengan beberapa mekanisme propagasi ( Reflection, Diffraction dan Scattering), yang tergantung pada posisi dinding bangunan, bahan-bahan bangunan, ukuran dan bentuk bangunan. Path loss atau pelemahan sinyal RF terjadi apabila jarak antara pemancar dan penerima semakin jauh, serta adanya rintangan antar pemancar dan penerima. Jumlah attenuasi bervariasi tergantung dari halangan jenis material dan kepadatan gedung. Untuk menghitung cakupan bukan LOS (line of sight) dengan teliti sangat sulit dilakukan, karena meliputi banyak penghalang dan variabel yang mengakibatkan pantulan. Penurunan sinyal yang terdapat pada material dinding sehingga mengurangi kekuatan sinyal dari antena. Dinding gedung juga mempunyai rugi-rugi (loss), bahan dasar dinding seperti Gypsum, Beam, wooden, glass, concrete atau tembok bata sekalipun mempunyai

nilai loss yang berbeda. Pelemahan sinyal karena terhalang oleh suatu material ditunjukkan pada Tabel 2.2. Diharapkan dengan tabel tersebut, dapat memprediksi daya terima yang dipancarkan oleh antena setelah melewati material di dalam gedung. Tabel 2.2 Nilai Material Konstruksi Umum Pada Pelemahan 1800 MHz[7] Material Redaman ( dbm ) Kayu / Wood 2,5 Beton / Concrete 8,0 Σ ( redaman material ) 10,5 2.4.1 Karakteristik Propagasi Sinyal Mekanisme yang terjadi dibalik propagasi gelombang elektromagnetik secara umum terdapat 3 jenis yaitu pemantulan (reflection), pembelokan (difraction), dan penghamburan (scattering). Mekanisme propagasi tersebut dapat mengakibatkan pelemahan gelombang (attenuasi) atau pelenyapan sinyal secara gradual (fading) yang bersifat merusak sinyal dan telah menjadi permasalahan umum pada suatu kanal propagasi[7]. 1. Pemantulan sinyal (reflection) Sinyal radio bisa memantul bila menemui cermin/kaca. Biasanya banyak terjadi pada ruangan kantor yang di sekat. Pemantulan tergantung dari frekuensi sinyalnya. Ada beberapa frekuensi yang tidak terpengaruh sebanyak frekuensi yang lainnya. Dan salah satu efek dari pemantulan sinyal ini adalah terjadi multipath. sinyal datang dari 2 arah yang berbeda. Karakteristiknya adalah penerima kemungkinan menerima sinyal yang sama beberapa kali dari arah yang berbeda. Ini tergantung dari panjang gelombang dan posisi penerima.

2. Pemecahan sinyal (scattering) Pemecahan sinyal terjadi saat sinyal dikirim dalam banyak arah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa objek yang dapat memantulkan sinyal dan ujung yang lancip, seperti partikel debu di air dan udara. Ilustrasinya dalah menyinari lampu ke pecahan kaca. Cahaya akan dipantulkan ke banyak arah dan menyebar. Dalam skala besar adalah bayangkan saat cuaca hujan. Hujan yang besar mempunyai kemampuan memantulkan sinyal.oleh karena itu disaat hujan, sinyal wireless dapat terganggu. 3. Pembelokan Sinyal (Refraction) Refraction adalah perubahan arah, atau pembelokan dari sinyal disaat sinyal melewati sesuatu yang beda massanya. Sebagai contoh sinyal yang melewati segelas air. Sinyal ada yang di pantulkan dan ada yang dibelokkan. 2.4.2 Efek Propagasi Gelombang Radio Adanya pemantulan dari berbagai macam objek menyebabkan gelombang elektromagnetik menempuh jalur (path) yang berbeda-beda panjangnya. Interaksi antar gelombang yang terpisah ini menyebabkan multipath fading (fading yang disebabkan oleh multipath). Suatu kanal yang memiliki karakteristik multipath tersebut disebut multipath channel[7]. 1. Pemudaran (Fading) Fading didefinisikan sebagai perubahan fase, polarisasi, atau level suatu sinyal yang ditransmisikan terhadap waktu. Fading merupakan fenomena yang diakibatkan oleh mekanisme-mekanisme propagasi yang ada.

Jarak yang ditempuh gelombang dan mekanisme perambatan yang telah dialami gelombang menyebabkan gelombang yang datang memiliki amplitude dan fase yang berbeda satu sama lain. Kondisi lingkungan yang selalu berubah dari waktu ke waktu juga mengakibatkan amplitude dan fase gelombang radio yang diterima berubah-ubah (bervariasi) dari waktu ke waktu. Keadaan ini dikenal dengan istilah pemudaran (fading). Secara umum, fading terbagi atas dua jenis short term fading dan long term fading. Short term fading terjadi pada periode waktu dan jarak yang pendek dan disebabkan oleh pantulan multipath suatu sinyal yang ditransmisikan seperti akibat pemantulan oleh rumah-rumah, gedung-gedung, hutan atau pepohonan. Sedangkan long term fading terjadi pada periode waktu dan jarak yang panjang seperti akibat pada pemantulan oleh gunung atau bukit. 2. Multipath Multipath dapat didefinisikan secara sederhana sebagai fenomena perambatan dari sinyal yang dikirimkan melalui lintasan yang bervariasi. Dengan kata lain, multipath merupakan fenomena diterimanya sinyal-sinyal yang mengalami fading oleh penerima. Karena adanya fenomena ini maka sinyal yang datang dari Tx akan diterima oleh Rx dengan level daya dan waktu kedatangan yang bervariasi dimana sinyal secara LOS (langsung) akan diterima oleh Rx dengan waktu kedatangan yang lebih awal dan level daya yang lebih besar dibandingkan sinyal yang berpropagasi secara NLOS (tidak langsung). Oleh karena itu total sinyal yang diterima oleh Rx merupakan penjumlahan dari masing-masing komponen sinyal yang melalui lintasan dengan berbagai macam mekanisme propagasi. Ini berarti daya yang diterima oleh penerima merupakan jumlahan

(vektor) dari seluruh gelombang radio yang datang tersebut yang memiliki kemungkinan untuk saling menguatkan atau malah melemahkan. 2.5 Konfigurasi Sistem Antena Konfigurasi antena untuk sistem aplikasi indoor dapat dibagi menjadi 4 kategori, yaitu[8]: 1. Antena integrasi, dimana antena tersebut terintegrasi di dalam base station. Area indoor yang dicakup dapat dilakukan pada satu lokasi, seperti tempat atau ruangan yang terbuka dimana memungkinkan untuk menempatkan RBS pada salah satu dinding. Contoh aplikasi ini dapat diterapkan pada arena olahraga dan stasiun kereta. 2. Antena distribusi, dengan menggunakan jaringan coax. Antena distribusi dengan konfigurasi ini merupakan aplikasi yang sering dipergunakan. Hal ini disebabkan adanya beberapa keuntungan, yaitu biaya instalasi yang murah, fleksibilitas di dalam mendesain cakupan, kuat dan telah teruji. 3. Kabel terbuka ( Leaking cable) Kabel terbuka merupakan salah satu alternatif antena distribusi yang digunakan untuk beberapa aplikasi, seperti pada terowongan kereta maupun kenderaan. Kabel terbuka juga dapat digunakan untuk jaringan selular indoor. Dibandingkan dengan antena distribusi (coaxial), maka biaya instalasi dan peralatan kabel terbuka lebih mahal. Terdapat dua loss yang berhubungan dengan kabel terbuka :

a. Longitudinal loss Longitudinal loss hampir sama dengan loss pada penghubung biasa. Kabel terbuka memiliki loss yang sedikit lebih tinggi dibandingkan kabel coaxial normal. b. Coupling loss Coupling loss adalah perbedaan rata rata antara level sinyal di dalam kabel dan power yang diterima oleh antena dipole. 4. Antena distribusi dengan menggunakan jaringan fiber optik Solusi yang berbeda tergantung dari fiber optik yang digunakan pada sistem jaringan indoor. Tujuan utama dari konfigurasi ini adalah untuk mengatasi masalah loss yang terjadi pada kabel penghubung coaxial yang panjang. Terdapat beberapa tipe antena yang biasa digunakan pada aplikasi jaringan selular indoor. Tipe antena yang sering digunakan dalam aplikasi ini adalah: a. Antena omnidirectional Antena jenis ini paling banyak digunakan dalam perencanaan indoor. Antena omni memiliki karakteristik propagasi melingkar 360 0. Gambar 2.2 menunjukkan antenna omnidirectional. Gambar 2.2 Antena Omnidirectional

b. Antena directional Antena directional memiliki karakteristik propagasi sektoral. Antena jenis ini memiliki peningkatan gain pada satu atau beberapa arah, akan tetapi mengalami pengurangan gain pada arah yang lain. Antenna directional pada perencanaan indoor, biasanya digunakan pada bangunan yang memiliki lorong lorong. c. Antena bidirectional Antena jenis ini memiliki karakteristik propagasi yang sama dengan antena directional yaitu sektoral, tetapi antena bidirectional memancar dua arah, sehingga cocok digunakan untuk area yang memanjang dimana antena directional tidak dapat mencapai areanya ( areanya terlalu panjang ). Antena yang digunakan pada sistem indoor ini adalah antena omnidirectional keluaran Kathrein. Berdasarkan jenis antena yang digunakan, sel dapat dibagi menjadi dua yaitu sel omnidireksional dan sel sektoral seperti terlihat pada Gambar 2.3. Sel omnidirectional hanya mampu melayani dengan luasan yang sempit. Pada sel sektoral terdapat tiga arah pancaran, yang masingmasing melingkupi area sebesar 120 0 [1]. (a) Omnidireksional ( b ) sektoral Gambar 2.3 Sel Sektoral Pancaran Antena Omnidireksional

2.6 Loss Loss jaringan seluler indoor dapat dilihat dari spesifikasi material yang digunakan. Loss ini berpengaruh terhadap sinyal output antena dan besarnya throughput data yang diterima oleh user di dalam gedung dengan menggunakan antena microcell dimana antena mempunyai nilai EIRP dan semuanya tergantung dari material yang digunakan. Untuk mendapatkan hasil perhitungan Link Budget diperlukan adanya beberapa komponen Loss yang terdapat pada jaringan GSM indoor yaitu[6] : 1. Panjang Kabel Feeder ( coaxial Cable ) dan 2. Jumper loss yang dibutuhkan. Setiap kabel baik dari segi jenis dan juga merk mempunyai rugi-rugi (loss) yang berbeda-beda. Semakin besar diameter kabel yang dipakai, maka rugi-rugi (loss) yang didapat semakin kecil dan secara tidak langsung akan mempengaruhi daya yang dipancarkan oleh antena. Kabel yang digunakan pada perencanaan cakupan indoor adalah kabel koaksial, ½ dan 7/8. Jumper berfungsi untuk menghubungkan antara feeder / kabel dengan antena. Pada ujung-ujung kabel jumper yang elastis terdapat sebuah konektor. Untuk Besarnya nilai redaman pada masing-masing kabel dapat dilihat pada Tabel 2.3[6]. Tabel 2.3 Redaman Pada Cabel Coaxial dan Jumper Tipe Kabel Panjang Kabel Nilai Loss Total Loss ½ 50 m 7,12 db/m 7,0225 db 7/8 50 m 4,72 db/m 10,593 db Jumper ½ 1 m 1 db/m 1 db Σ ( Feeder dan Jumper Loss ) 18,6155 db