BAB III SISTEM LINK BUDGET

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III SISTEM LINK BUDGET"

Transkripsi

1 BAB III SISTEM LINK BUDGET 3.1 INFORMASI GEDUNG Gedung IKEA terletak di kawasan Alam Sutera Tangerang, Jl. Sutera Boulevard No. 45, Tangerang, Banten. Ikea Tangerang memiliki 4 level tingkatan, fungsi dari bangunan adalah untuk pusat perbelanjaan. Dengan Total luas area M 2. Luas bangunanan level 2 adalah M 2, luas bangunan level 1 adalah M 2, luas bangunan level ground adalah M 2, luas bangunan level basement adalah M 2. Titik koordinat berada di titik longitude dan latitude Berikut gambaran deskripsi level bangunan di IKEA Tangerang : Level 2 Level 1 Level ground Level basement Gambar 3.1 Deskripsi level di gedung IKEA Tangerang 29

2 Tabel 3.1 Informasi Gedung IKEA Tangerang No Level Level Description Business Sector 1 Level 2 Office Business 2 Level 1 Shopping area Business 3 Level G Entrance hall, shopping area, check out area, food court Business 4 Level Basement Parking area Business 3.2 INDOOR BUILDING SOLUTION (IBS) Pada dasarnya alasan utama dalam pembangunan IBS adalah kurangnya RX level (sinyal) yang berada di dalam gedung sehingga tujuan IBS adalah untuk memperbaiki kualitas sinyal dan trafik didalam gedung yang memiliki kualitas sinyal jelek atau memiliki trafik yang sangat padat. IBS akan dipasang/diimplementasikan jika area gedung tersebut memiliki kualitas sinyal yang rendah yang menyebabkan terjadinya drop call atau blank spot Suatu jaringan telekomunikasi yang berbasis DCS1800 MHz dan UMTS 2100 MHz mempunyai solusi untuk mendesain jaringan telekomunikasi di dalam gedung yang menyediakan sinyal bagi pengguna agar dapat menggunakan suatu alat telekomunikasi (celluler phone) dimana saja berada terutama di dalam gedung yang sulit dijangkau oleh sinyal dari luar (outdoor) maka dari itu suatu operator telekomunikasi menyediakan desain khusus di dalam gedung untuk meningkatkan sinyal. 30

3 Dalam mendesain suatu jaringan telekomunikasi indoor building solution dibutuhkan tiga kriteria desain, yaitu : 1. Coverage Area 2. Capacity 3. Signal level (Quality) Desain yang baik adalah desain yang memenuhi kebutuhan tersebut. Selanjutnya perbedaan bentuk sebuah building akan mempertimbangkan desain tersebut, misalnya : 1. Public Access area (mall, bandara, stadion, hotel, rumah dan lain-lain) merupakan tempat-tempat umum yang sering dikunjungi tiap harinya. 2. Business/offices area (daerak perkantoran, pusat bisnis) dituntut adanya indoor cell yang memungkinkan tingkat telekomunikasi yang tinggi Setiap gedung memiliki karakterisitik yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh desain gedung tersebut. Dari analisa kondisi gedung dapat diperoleh data-data sebagai berikut : 1. Lokasi gedung 2. Luas bangunan 3. Desain eksterior gedung 4. Desain interior gedung 5. Jumlah lantai 6. Konstuksi 31

4 3.3 PERENCANAAN INDOOR BUILDING SOLUTION (IBS) Kebutuhan akan penyediaan cakupan jaringan radio di dalam gedung yang semakin meningkat belakangan ini seiring bertambahnya pengguna telepon seluler dan gedung-gedung bertingkat di Jakarta, maka diperlukan suatu solusi yaitu membangun sistem jaringan BTS tersendiri di dalam suatu gedung (indoor) untuk menambah kapasitas selain dari jaringan BTS luar sudah ada (outdoor). Untuk merencanakan Sistem Indoor ada beberapa cara yaitu dengan : 1. Simulasi peletakkan antenna sistem indoor dengan menggunakan software simulasi jaringan radio seperti : NPS/I (NOKIA), Site planner dan TEMS LIGHT 2. Perhitungan power budget / link budget. Untuk Tugas Akhir ini penulis akan membahas dengan cara perhitungan link budget. Link budget merupakan factor penting dalam merancang sistem indoor didalam ruangan. Sebagai salah satu operator telepon seluler di Indonesia, PT. XL Axiata memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia. Masing-masing operator memiliki rentang frekuensi. Karena frekuensi dan TX Power (dbm) dari BTS sangat mempengaruhi dalam perhitungan link budget maka pihak operator mengeluarkan ketentuan teknisnya masing-masing seperti terlihat pada Tabel dibawah ini : 32

5 Tabel 3.2 Standarisasi Perencanaan Frekuensi dan Tx Power PT XL Axiata Sistem Frekuensi (MHz) Tx Power(dBm) DCS UMTS PERANGKAT INDOOR Perangkat pada suatu gedung dengan sistem multi network mempunyai spesifikasi tertentu yang biasa di pakai oleh beberapa sistem yang ada GSM. UMTS, WCDMA. Berikut perangkat perangkat yang digunakan : 1. Perangkat Aktif a. RBS b. Repeater 2. Perangkat pasif 1. Antenna 2. Jumper 3. Kabel Coaxial 4. RF Tapper 5. Splitter 6. Coupler 7. Multi Combiner 8. Duplexer 9. Connector 33

6 3.5 SISTEM ANTENNA Distributed Antenna Systems (DAS) untuk sistem indoor dapat dibagi dalam empat kategori : 1. Antena Ingerasi 2. Antena distribusi melalui jaringan kabel fiber optic 3. Antena distribusi menggunakan kabel bocor (leaky cable) 4. Antena distribusi menggunakan kabel coaxial (feeder cable) ANTENA INTEGRASI Dimana antena tersebut terintegrasi di dalam base station. area indoor yang akan dilayani dapat dilakukan pada satu lokasi seperti tempat atau ruangan yang terbuka dimana memungkinkan untuk menempatkan RSB pada salah satu. Contoh aplikasinya pada gelanggang olahraga yang tidak tetap yaitu sirkuit balap yang biasanya padat pada event tertentu saja ataupun stasiun kereta api DISTRIBUSI ANTENA MELALUI FIBER OPTIK Fiber optik digunakan sebagai alternatif karena memiliki rugi-rugi (loss) yang sangat rendah dibandingkan kabel koaxial dan juga mudah dalam pemasangannya. Kerugian menggunakan fiber optik adalah fiber optik memerlukan sumber daya untuk tiap-tiap terminal antenna dan tidak efesien pada segi harga dan perawatan DISTRIBUSI ANTENA MELALUI KABEL BOCOR (LEAKY FEEDER) Kabel terbuka merupakan salah satu alternatif antena distribusi yang digunakan untuk beberapa aplikasi seperti pada terowongan kereta maupun kendaraan. Pada jaringan sistem indoor yang menggunakan leaky feeder antenna tidak diperlukan karena kabel bertindak sebagai antenna yang 34

7 memancarkan dan menerima gelombang radio. Keuntungan dari menggunakan kabel bocor adalah sinyal lebih terdistribusi merata sepanjang kabel. Tapi juga mempunyai kerugian yaitu lebih mahal jika dibandingkan dengan kabel coaxial. Terdapat dua loss yang berhubungan dengan kabel terbuka : 1. Longitudinal loss Longitudinal loss hampir sama dengan loss pada penghubung antena biasa. Kabel terbuka memiliki loss yang sedikit lebih tinggi dibandingkan kabel coaxial normal 2. Coupling loss Coupling loss adalah perbedaan rata rata antara level sinyal didalam kabel dan power yang diterima oleh antena dipole DISTRIBUSI ANTENA MELALUI KABEL COAXIAL Antena distribusi dengan konfigurasi ini merupakan aplikasi yang sering digunakan. Hal ini disebabkan adanya beberapa keuntungan, antara lain: Merupakan solusi murah dibandingkan dengan distribusi antenna yang lain karena biaya instalasi yang murah. Tidak menganggu sistem lain dalam gedung Fleksibel dalam perencanaan ketika menentukan daerah cakupan/ layanan Kuat dan telah teruji Tidak menghasilkan radiasi yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan sekitar Antenna adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk mengubah gelombang elektromagnetik menjadi gelombang elektromagnetik di ruang 35

8 bebas ataupun sebaliknya. Antenna indoor terdiri dari 2 macam yaitu omnidirectional dan directional (plannar). Pemilihan antenna pada ruangan disesuaikan dengan kondisi ruangan tersebut. Untuk ruangan yang melebar disarankan agar menggunakan antenna omni-directional. Sedangkan untuk ruangan yang berbentuk memanjang seperti lorong disarankan menggunakan antenna directional Pada sistem multi network menggunakan frekuensi range / Mhz. Penggunaan indoor biasanya digunakan 2 tipe antenna, Yaitu : a. Antenna Omnidirectiuonal Antenna jenis ini paling banyak digunakan dalam perencanaan indoor, Antenna omni memiliki propogasi melingkar Gambar 3.2 Pola radiasi antenna omni-directional b. Antenna Directional Antena directional memiliki karakteristik propogasi sektoral. Antena jenis ini memiliki peningkatan gain pada satu atau beberapa arah, akan tetapi mengalami pengurangan gain pada arah yang lain. Antenna directional pada perencanaan indoor biasanya digunakan pada bangunan yang memiliki lorong-lorong. 36

9 Gambar 3.3 Pola radiasi antenna directional Antena yang digunakan dalam sistem indoor ini adalah antena dengan tipe omni directional. 3.6 LOSS Sebelum menghitung link budget masing-masing material yang digunakan harus dikalkulasikan karena masing-masing material yang digunakan mempunyai rugi-rugi (loss) yang besarnya berbeda-beda dan mempengaruhi dalam perhitungan link budget. Rugi rugi (loss) yang mempengaruhi antara lain : 1. Cable loss 2. Splitter loss 3. Coupler loss 4. Jumper loss 5. Tapper loss 6. Wall loss 7. Body loss 8. Combiner loss 9. Path loss 37

10 3.6.1 CABLE LOSS Setiap kabel feeder mempunyai rugi-rugi (loss) yang berbeda beda, tergantung dari jenis dan merk (brand). Semakin besar diameter kabel yang dipakai maka rugi-rugi (loss) yang didapat semakin kecil dan secara tidak langsung akan mempengaruhi daya yang dipancarkan oleh antenna. Semakin besar diameter kabel semakin mahal pula harganya. Semakin Oleh karena itu dalam mendesain jaringan indoor DCS1800 dan UMTS2100 harus juga mempertimbangkan factor efiseinsi (cost). Untuk besarnya loss dari masingmasing kabel diperlihatkan pada Tabel 3.3 di bawah ini Tabel 3.3 Rugi-rugi loss kabel feeder (leoni) Sistem Frekuensi Kabel ½ Kabel 7/8 Kabel 1 1/4 Kabel 1 5/8 (MHz) (db) DCS , UMTS , SPLITTER LOSS Splitter atau biasa disebut dengan power divider dan kadang juga disebut power combiner. Fungsi dari splitter adalah membagi semua port di setiap portnya sama rata dan rugi-rugi (loss) untuk masing-masing portnya juga sama. Splitter juga mempunyai banyak macam merek (brand) dan juga mempunyai loss yang berbeda-beda tergantung dari jenisnya. Jenisnya terbagi atas 2 ways, 3 ways, dan 4 ways. 2 ways splitter membagi sebuah input power menjadi 2 output power, begitu juga dengan 3 ways dan 4 ways yang masingmasing membagi 3 output power dan 4 output power. Dimana masing-masing ouput power yang terbagi mempunyai nilai yang sama dengan inputnya 38

11 Untuk besarnya loss dari masing masing splitter dapat dilihat dari tabel 3.4 dibawah ini. Tabel 3.4 Splitter loss Sistem 2 Ways 3 Ways 4 Ways Loss (db) Loss (db) Loss (db) Semua Sistem COUPLER LOSS Coupler mempunyai 2 ouput port yang masing-masing port-nya mempunyai loss yang tidak sama. Bisa jadi loss untuk output port yang satu lebih besar dari ouput port yang lainnya sehingga dapat membagi RF power jika dibutuhkan RF power yang lebih besar disalah satu sisinya. Coupler yang terdiri dari banyak macam antara lain coupler 6 db, 10 db, 15 db, dan 20 db. Dimana output port-nya ada yang bernama through/direct dan coulin /side. Untuk besarnya loss dari masing-masing coupler dapat dilihat dari Tabel 3.5 dibawah ini Tabel 3.5 Coupler loss 10 db Sistem Coupling Thru Semua sistem db db 39

12 3.6.4 JUMPER LOSS Jumper berfungsi untuk menghubungkan antara feeder/kabel dengan coupler atau splitter atau bisa juga menghubungan antara feeder/kabel dengan antenna. Kabel jumper elastis dan pada ujung-ujungnya terdapat sebuah konektor. Untuk besarnya loss dari masing-masing jumper diperlihatkan pada Tabel 3.7 di bawah ini Tabel 3.6 Jumper loss Sistem Frekuensi Jumper Loss Konektor (MHz) 0.5 m (db) 1.0 m (db) 5.0 m (db) (db) DCS x 0.03 = 0.06 UMTS TAPPER LOSS RF Tapper dapat kita analogikan sebagai lubang pada saluran air. Seperti air (RF) mengalir melewati lubang namun ada sebagian yang bocor keluar. Pada dasarnya RF tap adalah antenna kecil yang dimasukkan kedalam kabel coaxial utama yang akan mengambil sebagai kecil energi dari cabang yang di tap dan di alihkan ke cabang yang baru. Tapper telah banyak tersedia dipasaran dan relative tidak mahal untuk membuat percabangan dari kabel coaxial utama. Beberapa tipe tapper dengan nilai lossnya dapat kita lihat Tabel 3.7 yaitu : Tabel 3.7 Tapper loss Sistem Tapper 6 db Tapper 7 db Coupling Thru Coupling thru Semua sistem -6 db -1.9 db db db 40

13 3.6.6 WALL LOSS Dinding juga mempunyai rugi-rugi (loss) biasanya pada saat mendesain seorang engineer harus mempertimbangkan letak atau posisi antenna terhadap dinding seperti gypsum, kayu, kaca ataupun beton (concrete). Wall loss diasumsikan sebesar -5 db, namun dapat dimasukkan nilainya sesuai dengan bahan dasar tersebut. Untuk besarnya loss diperlihatkan pada Tabel 3.8 dan Tabel 3.9 di bawah ini. Tabel 3.8 Wall loss Sistem Frekuensi (MHz) Wall Loss Multi Network Muti Network -5 db Tabel 3.9 Wall loss berdasarkan jenis bahan Bahan Dasar Dinding Wooden / kayu Glass / Kaca Concrete / beton Wall Loss db -2.2 db db Nilai loss pada tabel 3.8 dan tabel 3.9 di atas sebenarnya bukan referensi yang baku, karena biasanya pada prakteknya bila diukur sendiri nilainya tidak akan sama dengan nilai tabel diatas. Contoh pada tabel disebutkan loss dari dinding beton sebesar db apabila ada suatu ruangan dengan antena didalamnya bisa kurang atau lebih. Sebab tebal tiap dinding yang berbeda berpengaruh dalam meredam sinyalnya. 41

14 3.6.7 BODY LOSS Body loss dapat diasumsikan seperti pintu atau kaca yang berada di sekeliling antena di dalam gedung dan berpengaruh terhadap perhitungan link budget. Rugi-rugi (loss) biasanya sebesar -3 db, namun nilai tersebut dinaikkan sampai sebesar -5.2 db apabila jumlah user di suatu tempat terlalu padat (overcrowded). Besarnya body loss diperlihatkan pada Tabel 3.10 di bawah ini Tabel 3.10 Body loss Sistem Frekuensi Body Loss Multi network Multi network -3 db COMBINER LOSS Rugi-rugi atau loss yang diakibatkan oleh muti network combiner sebesar -6.3 dbm PATH LOSS Path loss atau free space loss adalah penurunan intensitas gelombang radiasi ketika merambat pada ruang bebas dari pemancar ke penerima pada sistem telekomunikasi. Path loss dapat timbul disebabkan oleh banyak factor seperti kontur tanah, lingkungan yang berbeda, medium propogasi (udara yang kering atau lembab), jarak antara antenna pemancar dan penerima, lokasi,dan tinggi antenna. Propogasi gelombang radio pada ruang bebas (free space) sendiri sangat tergantung pada frekuensi sinyal dan penghalang (obstacle) pada arah rambat gelombang. 42

15 Path loss merupakan komponen yang penting dalam perhitungan dan analisa link budget Sitem telekomunikasi. Perhitungan dalam mencari path loss indoor dapat dihitung dengan cara : PL(d) = 20 log ( 4πf ) + IBLF (3.1) c Dimana π = 3.14 c f = 3 x10 8 m/s = frekuensi (Hz) IBLF = In building Loss Factor (db) Tabel 3.11 In building loss factor Number Type of Type of Example IBLF Environtment Environtment (MHz) 1 Open Carpark/Garage Moderately Open Lobby 32 3 Low Partition Business Area Middle Partition Room Area Dense Partition Lift Area EIRP (EFFECTIVE ISOTROPIC RADIATED POWER) Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) atau disebut juga equipment isotropic radiated power adalah penjumlahan antara daya pancar pada antena dengan gain (penguatan) antenna dari pemancar, dapat dihitung dengan rumus : 43

16 EIRP = Tx Power (dbm) + Antenna Gain (db).(3.2) Dimana : Tx Power = daya pancar (dbm) Antenna Gain = penguatan antenna pemancar (db) 3.8 RSL (RECEIVED SIGNAL LEVEL) RSL (Received Signal Level) adalah level sinyal yang diterima di penerima dan nilainya harus lebih besar dari sensitivitas perangkat penerima (RSL Rth). Sensitivitas perangkat penerima merupakan kepekaan suatu perangkat pada sisi penerima yang dijadikan ukuran threshold. Nilai RSL dapat dihitung dengan persamaan berikut : RSL = EIRP Lpropogasi + G TX L RX (3.3) Dimana : EIRP = Effective Isotropic Radiated Power (dbm) Lpropogasi = rugi-rugi gelombang saat berpropogasi (db) G TX L RX = penguatan antenna penerima (db) = rugi-rugi saluran penerima (db) 3.9 LINK BUDGET Perhitungan link budget dimaksudkan untuk dpaat menghitung atau merencanakan kebutuhan daya sistem seluler sedemikan rupa, sehingga kualitas sinyal di penerima memenuhi standart yang di inginkan. Pada perencanaan sistem transmisi radio digital, perhitungan power link budget atau path analysis mengambil peranan penting agar hasil rancangan dapat mencapai hasil yang optimum dan efisien baik dari segi kehandalan teknis maupun biasa. Dalam perhitungan link budget dapat diperoleh Maximum Allowable Phat Loss (MAPL) yang sangat menentukan untuk perhitungan jarak atau radius sel dalam menentukan coverage area, juga dapat mengetahui 44

17 level daya yang diterima (Received Signal Level) yang diterima oleh penerima, hal ini akan menentukkan availability dari system yang di rancang dan besarnya harus sesuai dengan kualitas yang diinginkan. Link budget pada system perencanaan di bagi menjadi dua bagian yaitu : Uplink/ Link reverse (dari MS menuju BTS) dan Downlink / Link Forward (dari BTS menuju MS), untuk mendapatkan nilai path loss tersebut di ketahui dulu besar nilai MAPL (Maximum Allowable Path Loss), parameter di hitung dengan persamaan berikut: Lmax = EIRP Sensitivitas + G BTS Lcable FM (3.4) Sensitivitas = Eb/N o + N o + Im + Information Rate + NF BTS.... (3.5) Dengan : EIRP EIRP Lmax Sensitivitas P MS G BTS FM G MS L body Eb/No No Im NF BTS = P MS + G MS - L body = EIRP (MS/BTS) = Loss maksimum yang diizinkan = Sensitivitas (BTS/MS) = Daya Pancar MS = Gain BTS = Fading Margin = Gain MS = Loss Body = Kualitas Kanal Trafik = Receiver Noise Density = Receiver Interfrence Margin = Noise Figure BTS 3.10 COVERAGE AREA 45

18 Untuk memperkirakan seberapa banyak antenna yang dapat dipasang pada tiap lantai didalam gedung, dapat dihitung dengan cara menghitung area yang tercakup oleh sebuah antenna. Dengan mengetahui luas dan jarak (jarijari) yang dapat dihasilkan oleh masing-masing antena, maka dapat diperkirakan seberapa banyak dan letak antena yang dibutuhkan per satuan luas lantai (m 2 ). Untuk mencari jarak (jari jari) yang didapat dicakup oleh antenna (d) dapat dihitung dengan rumus : (EIRP fading bodyloss RxLev 20 log( d = 10 IBLF 4πf c ) ) (3.6) Dimana : d = jarak (jari-jari) dari antenna pemancar (meter) EIRP = Effective Isotropic Radiated Power (dbm) Fading = 7 db Bodyloss = Redaman yang diakibatkan oleh tubuh manusia (3dB) RxLev = Kuat sinyal yang ditentukkan oleh perusahaan IBLF = Inbulidng Loss factor Maka LuasArea = d 2 π 3.11 PENGUKURAN PERFORMANSI SINYAL DENGAN WALK TEST TEMS yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah Tems tools Configuration yaitu voice. TEMS merupakan suatu alat ukur untuk melakukan imvestigasi performansi jaringan seluler yang diproduksi oleh perusahaan jaringan BTS Ericson. yang juga dapat digunakan untuk mengukur performansi jaringan BTS micro indoor dan kegiatan pengukuran di sebut walk test. Walk test adalah kegiatan pengukuran sambil berjalan ke seluruh area cakupan. sehingga hasil pengukuran sesuai dengan sinyal yang 46

19 sebenarnya pada setiap titik atau sudut area cakupan. Pada umunya data walktest melihat dua data yang ada yaitu dedicated mode dan idle mode Parameter performansi pada pengukuran TEMS Rx level mempunyai range level berkisar antara -10 hingga -120 dbm. Semakin besar nilainya maka level sinyal semakin baik. Tabel 3.12 Parameter performansi pada pengukuran TEMS Rx level Range Rx Level / RSCP Level Legends Kategori -120 < Rx Level / RSCP < -100 dbm AMAT BURUK -100 < Rx Level / RSCP < -90 dbm BURUK -90 < Rx Level / RSCP < -80dBm SEDANG -80 < Rx Level / RSCP < -50 dbm BAIK -50 < Rx Level / RSCP < -10dBm SEMPURNA Pada Tabel 3.12 ditampilkan range pengukuran dari Rx level dan RSCP yang dipresentasikan berdasarkan legend warna-warni dan dibagi berdasarkan kategori performansi sinyal, sebagai berikut : 3.12 COVERAGE COMMITMEN 47

20 Coverage commitmen adalah gambaran area yang menjadi acuan dalam perancangan penempatan antena yaitu area area yang dicakup. Coverage commitmen dalam gedung ditentukan dengan memberi warna biru pada area yang akan dicakup Gambar 3.5 Komiten cakupan area lantai basement Gambar 3.6 Komiten cakupan area lantai lantai grounding 48

21 Gambar 3.7 Komiten cakupan area lantai 1 Gambar 3.8 Komiten cakupan area lantai 2 49

22 3.13 SKEMATIK DIAGRAM Skematik diagram adalah diagram perencaan yang menggambarkan wiring atau konfigurasi material dan perangkat sistem indoor building. Berikut adalah gambar skematik dari 4 level gedung IKEA Tangerang Gambar skematik diagram dapat dilihat pada Gambar 3.9 untuk lantai basement, gambar 3.10 untuk lantai grounding, gambar 3.11 untuk lantai 1 dan 2 bawah ini 50

23 Gambar 3.9 Schematic diagram di gedung IKEA Tangerang (lantai basement) 51

24 Gambar 3.10 Schematic diagram di gedung IKEA Tangerang (lantai grounding) 52

25 Gambar 3.11 Schematic diagram di gedung IKEA Tangerang (lantai 1 dan lantai 2) 53

26 3.14 CABLE ROUTING Cable routing merupakan denah yang berguna untuk mengetahui posisi atau letak antena dan kabel feeder yang akan terpasang pada gedung. Cable Routing tiap lantai dan penempatan masing masing antena memiliki persamaan dari lantai basement sampai lantai 2. Gambar 3.12 Cable routing lantai basement IKEA Tangerang 54

27 Keterangan : Area Coverage Building Block Omni Antenna: 59 Pieces Directional Antenna: 0 Pieces Untuk Cabel Routing didistribusikan oleh splitter 4 ways, splitter 3 ways dan splitter 2 ways, terbagi menjadi 59 output. Adapun material yang digunakan total untuk adalah untuk 338 m total jumper, 464 buah connector N,4 buah tapper 6 db dan 1 coupler 10 db. Gambar 3.13 Cable routing lantai grounding IKEA Tangerang 55

28 Keterangan : Area Coverage Building Block Omni Antenna: 64 Pieces Directional Antenna: 0 Pieces Untuk cabel routing disitribusikan oleh splitter 4 ways, splitter 3 ways dan splitter 2 ways, terbagi menjadi 64 output Adapun material yang digunakan total untuk adalah untuk 305 m total jumper, 416 buah connector N,2 buah tapper 6 db, dan 2 buah tapper 7 db. Gambar 3.14 Cable routing lantai 1 IKEA Tangerang 56

29 Keterangan : Area Coverage Building Block Omni Antenna: 50 Pieces Directional Antenna: 0 Pieces Untuk cabel routing disitribusikan oleh splitter 4 ways, splitter 3 ways dan splitter 2 ways, terbagi menjadi 50 output. Adapun material yang digunakan total untuk adalah untuk 278 m total jumper, 334 buah connector N, 2 buah tapper 7 db dan 1 coupler 10 db. Gambar 3.15 Cable routing lantai 2 IKEA Tangerang 57

30 Keterangan : Area Coverage Building Block Omni Antenna: 6 Pieces Directional Antenna: 0 Pieces Untuk cabel routing disitribusikan oleh splitter 4 ways dan splitter 2 ways, terbagi menjadi 4 output yaitu (A-L1-18, A-L1-19, A-L1-20 dan A- 21) 3.15 KONSEP KERJA Secara umum dalam Tugas Akhir ini diagram seperti di bawah ini walk test before Proses walk test after Perbandingan Gambar 3.16 Diagram Proses Kerja Keterangan : walk test before : melakukan analisa dari hasil walk test sebelum implentasi antena Proses : mengelolah data menjadi informasi dan melakukan perhitungan walk test after : melakukan analisa dari hasil walk test setelah implentasi antena Perbandingan : melakukan perbandingan hasil walk test sebelum dilakukan Implementasi dan setelah dilakukan implementasi dan perbandingan hasil Perhitungan EIRP DCS1800 dan UMTS

TUGAS AKHIR ANALISA LINK BUDGET DALAM PENENTUAN TITIK ANTENA PADA SISTEM DCS1800 DAN UMTS2100 DI GEDUNG IKEA TANGERANG

TUGAS AKHIR ANALISA LINK BUDGET DALAM PENENTUAN TITIK ANTENA PADA SISTEM DCS1800 DAN UMTS2100 DI GEDUNG IKEA TANGERANG TUGAS AKHIR ANALISA LINK BUDGET DALAM PENENTUAN TITIK ANTENA PADA SISTEM DCS1800 DAN UMTS2100 DI GEDUNG IKEA TANGERANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN EIRP SISTEM MULTI NETWORK

BAB IV PERHITUNGAN EIRP SISTEM MULTI NETWORK BAB IV PERHITUNGAN EIRP SISTEM MULTI NETWORK 4.1 PERHITUNGAN EIRP JARINGAN IBS Dalam perencanaan jaringan indoor setiap operator mempunyai Key performance Index, maka dari itu berikut Tabel 4.1 Parameter

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR

STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR STUDI PERENCANAAN JARINGAN SELULER INDOOR Silpina Abmi Siregar, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater,

Lebih terperinci

BAB II KOMUNIKASI SELULER INDOOR. dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung (makrosel dan mikrosel

BAB II KOMUNIKASI SELULER INDOOR. dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung (makrosel dan mikrosel BAB II KOMUNIKASI SELULER INDOOR 2.1 Umum Komunikasi jaringan indoor merupakan suatu sistem yang diterapkan dalam gedung untuk mendukung sistem luar gedung (makrosel dan mikrosel outdoor) dalam memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM Kevin Kristian Pinem, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departement Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUKURAN PERFORMAN IMPLEMENTASI WI-FI OVER PICOCELL

BAB IV ANALISA PENGUKURAN PERFORMAN IMPLEMENTASI WI-FI OVER PICOCELL 33 BAB IV ANALISA PENGUKURAN PERFORMAN IMPLEMENTASI WI-FI OVER PICOCELL 4. 1 Pengambilan Data Penggunaan Wi-Fi Over PICOCELL Pengambilan data implementasi Wi-Fi Over Picocell dilakukan di Departemen Information

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM INTEGRASI JARINGAN WIFI DENGAN JARINGAN GSM INDOOR PADA LANTAI BASEMENT BALAI SIDANG JAKARTA CONVENTION CENTRE

ANALISIS SISTEM INTEGRASI JARINGAN WIFI DENGAN JARINGAN GSM INDOOR PADA LANTAI BASEMENT BALAI SIDANG JAKARTA CONVENTION CENTRE JETri, Volume 7, Nomor 1, Agustus 2007, Halaman 1-16, ISSN 1412-0372 ANALISIS SISTEM INTEGRASI JARINGAN WIFI DENGAN JARINGAN GSM INDOOR PADA LANTAI BASEMENT BALAI SIDANG JAKARTA CONVENTION CENTRE Indra

Lebih terperinci

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL 21 BAB III IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL 3. 1 Sejarah Singkat Wireless Fidelity Wireless fidelity (Wi-Fi) merupakan teknologi jaringan wireless yang sedang berkembang pesat dengan menggunakan standar

Lebih terperinci

Kata Kunci :In-building coverage (Indoor) system, EIRP, propagasi indoor

Kata Kunci :In-building coverage (Indoor) system, EIRP, propagasi indoor SIMULASI CAKUPAN SISTEM IBC (IN-BUILDING COVERAGE) PADA KOMUNIKASI GSM Harry Rachmawan (L2F002581) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK Pada umumnya sebuah gedung

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN REPEATER GSM DI GEDUNG GRAHA PDSI. berapa jarak maksimum yang dapat dicapai antara transmitter r

BAB III PERENCANAAN REPEATER GSM DI GEDUNG GRAHA PDSI. berapa jarak maksimum yang dapat dicapai antara transmitter r 15 BAB III PERENCANAAN REPEATER GSM DI GEDUNG GRAHA PDSI 3.1 Model Propagasi pada Repeater Model propagasi digunakan untuk mengetahui keadaan suatu area ketika gelombang elektromagnetik merambat pada area

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan meningkatnya pengguna telepon seluler dan bertambahnya gedunggedung bertingkat dikota-kota besar seperti gedung-gedung perkantoran, hotel, apartemen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transmisi merupakan suatu pergerakan informasi melalui sebuah media jaringan telekomunikasi. Transmisi memperhatikan pembuatan saluran yang dipakai untuk mengirim

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk merancang dan membuat jaringan WLAN dan penempatan Access Point sesuai dengan keadaan bangunan yang berada di gedung

Lebih terperinci

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center)

Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center) Analisa Perencanaan Indoor WIFI IEEE 802.11n Pada Gedung Tokong Nanas (Telkom University Lecture Center) Silmina Farhani Komalin 1,*, Uke Kurniawan Usman 1, Akhmad Hambali 1 1 Prodi S1 Teknik Telekomunikasi,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON Tujuan utama dari perancangan Minilink Ericsson ini khususnya pada BTS Micro Cell adalah merencanakan jaringan Microwave untuk mengaktifkan BTS BTS Micro baru agar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Jenis penelitian adalah merupakan perancangan antenna Indoor pada gedung Twin building( perkuliahan E6 dan E7) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 18 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Konsep Perencanaan Sistem Seluler Implementasi suatu jaringan telekomunikasi di suatu wilayah disamping berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Tahapan awal analisa perancangan yang dilakukan adalah dengan menganalisa pengukuran awal sebelum dilakukan perancangan jaringan indoor Gedung E6 dan E7 Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL) Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS KEKUATAN DAYA RECEIVE SIGNAL LEVEL(RSL) MENGGUNAKAN PIRANTI SAGEM LINK TERMINAL DI PT PERTAMINA EP REGION JAWA Oleh : Hanief Tegar Pambudhi L2F006045 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Point to Point Komunikasi point to point (titik ke titik ) adalah suatu sistem komunikasi antara dua perangkat untuk membentuk sebuah jaringan. Sehingga dalam

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN 2.1 Perencanaan Cakupan. Perencanaan cakupan adalah kegiatan dalam mendesain jaringan mobile WiMAX. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam menentukan perencanaan jaringan berdasarkan

Lebih terperinci

SITE XXX. Indoor Walk Test Overview

SITE XXX. Indoor Walk Test Overview LAPORAN PERCOBAAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN LINE AMPLIFIER 33 dbm dengan 26 dbm SITE XXX Pendahuluan Percobaan perbandingan kedua Line Amplifier ini adalah karena adanya kebutuhan dari Operator Sellular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi dalam sistem komunikasi bergerak sudah berkembang cukup pesat. Seperti contoh teknologi yang banyak digunakan saat ini adalah teknologi 3.5G atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian dengan menghitung parameter Soft Handover dari model skenario yang telah dibuat. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL Proses pengukuran dan pemantauan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas dari jaringan GSM yang ada, Kemudian ditindak lanjuti dengan

Lebih terperinci

Indra Surjati, Yuli Kurnia Ningsih & Hendri Septiana* Dosen-Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

Indra Surjati, Yuli Kurnia Ningsih & Hendri Septiana* Dosen-Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti JETri, Volume 7, Nomor 2, Februari 2008, Halaman 1-20, ISSN 1412-0372 ANALISIS PERHITUNGAN LINK BUDGET INDOOR ENETRATION WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA) DAN HIGH SPEED DOWNLINK PACKET ACCESS

Lebih terperinci

Topologi WiFi. Topotogi Ad Hoc

Topologi WiFi. Topotogi Ad Hoc Topologi WiFi Jika dalam jaringan konvensional dikenal berbagai jenis topologi jaringan, seperti starring, dan bus, pada WiFi hanya dikenal 2 jenis topologi jaringan yatu ad hoc dan infrastructure. Topotogi

Lebih terperinci

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Eki Ahmad Zaki Hamidi, Nanang Ismail, Ramadhan Syahyadin Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) 802.11b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE Dontri Gerlin Manurung, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A.

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A. 76 BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA Pada Bab IV ini akan disajikan hasil penelitian analisa performansi kinerja radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Pada tahap ini akan dibahas tahap dan parameter perencanaan frekuensi dan hasil analisa pada frekuensi mana yang layak diimplemantasikan di wilayah Jakarta. 4.1 Parameter

Lebih terperinci

ANALISIS LINK BUDGET UNTUK PERFORMANSI JARINGAN 2G DAN 3G PADA IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN INDOOR BUILDING COVERAGE (IBC) DI MAL SKA PEKANBARU

ANALISIS LINK BUDGET UNTUK PERFORMANSI JARINGAN 2G DAN 3G PADA IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN INDOOR BUILDING COVERAGE (IBC) DI MAL SKA PEKANBARU ANALISIS LINK BUDGET UNTUK PERFORMANSI JARINGAN 2G DAN 3G PADA IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN INDOOR BUILDING COVERAGE (IBC) DI MAL SKA PEKANBARU TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV Analisa Jaringan Broadband Wifi Pada Bab Ini akan dibahas Hasil evaluasi Pra Perancangan Jaringan Broadband WIFI Commuter Line Jabodetabek dengan jaringan existing ( UMTS ) yang dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 3.1 Jaringan 3G UMTS dan HSDPA Jaringan HSDPA diimplementasikan pada beberapa wilayah. Untuk

Lebih terperinci

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO LINK BUDGET Ref : Freeman 1 LINK BUDGET Yang mempengaruhi perhitungan Link Budget adalah Frekuensi operasi (operating frequency) Spektrum yang dialokasikan Keandalan (link reliability) Komponen-komponen

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MERCU BUANA

TUGAS AKHIR MERCU BUANA TUGAS AKHIR Analisa Peningkatan Performance Indoor Coverage Signal GSM menggunakan Repeater Di Gedung Graha PDSI Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) MERCU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peningkatan jumlah pelanggan seluler dan trafik terus bertambah seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat di Indonesia, terutama pada bidang telekomunikasi yang

Lebih terperinci

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

Materi II TEORI DASAR ANTENNA Materi II TEORI DASAR ANTENNA 2.1 Radiasi Gelombang Elektromagnetik Antena (antenna atau areal) adalah perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektromagnetik dari media kabel ke udara

Lebih terperinci

BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER

BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER 3.1 Struktur Jaringan Transmisi pada Seluler 3.1.1 Base Station Subsystem (BSS) Base Station Subsystem (BSS) terdiri dari

Lebih terperinci

PW-MIA-33-CDW SITE XXX. Indoor Walk Test Overview

PW-MIA-33-CDW SITE XXX. Indoor Walk Test Overview LAPORAN PERCOBAAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN LINE AMPLIFIER PW-MIA-33-CDW SITE XXX Indoor Walk Test Overview Pendahuluan Site XXX merupakan Combined site dengan multi-operator Yakni : CDMA800-Flexi, DCS 1800mhz

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 54 LAMPIRAN 1 Pengukuran VSWR Gambar 1 Pengukuran VSWR Adapun langkah-langkah pengukuran VSWR menggunakan Networ Analyzer Anritsu MS2034B adalah 1. Hubungkan antena ke salah satu port, pada Networ

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Trafik Secara umum trafik dapat diartikan sebagai perpindahan informasi dari satu tempat ke tempat lain melalui jaringan telekomunikasi. Besaran dari suatu trafik telekomunikasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik MUHAMMAD ILHAM

UNIVERSITAS INDONESIA. TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik MUHAMMAD ILHAM UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS NILAI EFFECTIVE ISOTROPIC RADIATED POWER (EIRP) TIGA SISTEM JARINGAN (2G, 3G, CDMA) PADA PERANGKAT MULTI NETWORK TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung. Tabel 3.1. Jadwal kegiatan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung. Tabel 3.1. Jadwal kegiatan Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2012 s.d Oktober 2013, bertempat di Laboratorium Teknik Telekomunikasi, Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan

Lebih terperinci

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima

BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM. Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima BAB III PROPAGASI GELOMBANG RADIO GSM Saluran transmisi antara pemancar ( Transmitter / Tx ) dan penerima (Receiver / Rx ) pada komunikasi radio bergerak adalah merupakan line of sight dan dalam beberapa

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENAMBAHAN ANTENA 3G SITE KKO USMAN BADARUDIN DI PT.TELKOMSEL DIVISI SERVICE QUALITY ASSURANCE

PERENCANAAN PENAMBAHAN ANTENA 3G SITE KKO USMAN BADARUDIN DI PT.TELKOMSEL DIVISI SERVICE QUALITY ASSURANCE PERENCANAAN PENAMBAHAN ANTENA 3G SITE KKO USMAN BADARUDIN DI PT.TELKOMSEL DIVISI SERVICE QUALITY ASSURANCE Akhmad Sayuti [1], Yuslan Basri [2], M. Helmi [3] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA

BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA 4.1 Parameter Komponen Performansi BWA Berikut adalah gambaran konfigurasi link BWA : Gambar 4.1. Konfigurasi Line of Sight BWA Berdasarkan gambar 4.1. di atas terdapat hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan BTS (Base Transceiver Station) untuk jaringan WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) atau jaringan generasi ketiga (3G) dari GSM (Global System

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi di Indonesia menyebabkan semakin banyaknya fasilitas yang ditawarkan seperti video conference, streaming, dan game

Lebih terperinci

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel)

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel) Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel) Merupakan satuan perbedaan (atau Rasio) antara kekuatan daya pancar signal. Penamaannya juga untuk mengenang Alexander Graham Bell (makanya

Lebih terperinci

Perancangan Jaringan LTE (Long Term Evolution) Indoor di Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau

Perancangan Jaringan LTE (Long Term Evolution) Indoor di Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau Perancangan Jaringan LTE (Long Term Evolution) Indoor di Gedung C Fakultas Teknik Universitas Riau Triyanti*, Febrizal** *Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PERENCANAAN LINK MICROWAVE Tujuan utama dari perencanaan link microwave adalah untuk memastikan bahwa jaringan microwave dapat beroperasi dengan kinerja yang tinggi pada segala

Lebih terperinci

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI Zulkha Sarjudin, Imam Santoso, Ajub A. Zahra Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi GSM (Global System for Mobile) merupakan salah satu teknologi yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Teknologi GSM juga merupakan sistem dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING 4.1 Analisa Profil Lintasan Transmisi Yang di Rencanakan Jaringan Transmisi Gelombang mikro yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA BIQUAD YAGI DAN ANTENA BIQUAD OMNIDIRECTIONAL SEBAGAI REPEATER PASIF UNTUK MENINGKATKAN DAYA TERIMA SINYAL WCDMA

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA BIQUAD YAGI DAN ANTENA BIQUAD OMNIDIRECTIONAL SEBAGAI REPEATER PASIF UNTUK MENINGKATKAN DAYA TERIMA SINYAL WCDMA e-proceeding of Engineering : Vol., No.3 Desember 2017 Page 3363 PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENA BIQUAD YAGI DAN ANTENA BIQUAD OMNIDIRECTIONAL SEBAGAI REPEATER PASIF UNTUK MENINGKATKAN DAYA TERIMA SINYAL

Lebih terperinci

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler

Wireless Communication Systems. Faculty of Electrical Engineering Bandung Modul 14 - Perencanaan Jaringan Seluler Wireless Communication Systems Modul 14 Perencanaan Jaringan Seluler Faculty of Electrical Engineering Bandung 2015 Tujuan Mengetahui model perencanaan jaringan yang optimum Dapat memberikan pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN MINILINK ERICSSON BAB IV ANALISIS PERENCANAAN MINILINK ERICSSON 4.1. Analisis Unjuk Kerja Sistem Analisis perencanaan minilink Ericsson ini didapat dari perbandingan antara perhitungan link menggunakan rumus yang ada dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN CAKUPAN SINYAL SISTEM WCDMA PADA AREA KAMPUS AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA PURWOKERTO

ANALISIS PERHITUNGAN CAKUPAN SINYAL SISTEM WCDMA PADA AREA KAMPUS AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA PURWOKERTO ANALISIS PERHITUNGAN CAKUPAN SINYAL SISTEM WCDMA PADA AREA KAMPUS AKADEMI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SANDHY PUTRA PURWOKERTO Alfin Hikmaturokhman 1 Wahyu Pamungkas 2 Pambayun Ikrar Setyawan 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

Jurnal ICT Vol 3, No. 5, November 2012, hal AKADEMI TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA

Jurnal ICT Vol 3, No. 5, November 2012, hal AKADEMI TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA Jurnal ICT Vol 3, No. 5, November 2012, hal 48-55 AKADEMI TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA ANALISA PERENCANAAN SITE BARU 3G APARTEMEN GANDARIA PT. XL AXIATA NUR RACHMAD, SYAH MAULANA IKHSAN 1 AKADEMI TELKOM

Lebih terperinci

Radio dan Medan Elektromagnetik

Radio dan Medan Elektromagnetik Radio dan Medan Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat, Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS DAYA PANCAR ANTENA Tongyu TDQ DE-65F PADA BTS FLEXI MULTIRADIO (FMR) NOKIA SIEMENS NETWORKS (NSN)

ANALISIS KUALITAS DAYA PANCAR ANTENA Tongyu TDQ DE-65F PADA BTS FLEXI MULTIRADIO (FMR) NOKIA SIEMENS NETWORKS (NSN) ANALISIS KUALITAS DAYA PANCAR ANTENA Tongyu TDQ-182020DE-65F PADA BTS FLEXI MULTIRADIO (FMR) NOKIA SIEMENS NETWORKS (NSN) Ardi Dwi Irawan Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

DAFTAR SINGKATAN. xiv

DAFTAR SINGKATAN. xiv DAFTAR SINGKATAN 3GPP BHSA BTS DAS DL DSL EUTRAN EPC enodeb FAP FDD HSDPA HSUPA IBC LTE MAC MAPL Mbps MIMO MME PCRF PGW QPSK QAM RSL RPS SGW SINR SIR SPV TDD UE Third Generation Partnership Project Busy

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM STUDI KASUS PT TELKOMSEL

SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM STUDI KASUS PT TELKOMSEL SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM STUDI KASUS PT TELKOMSEL Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD

PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD PERENCANAAN KEBUTUHAN NODE B PADA SISTEM UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM (UMTS) DI WILAYAH UBUD Agastya, A.A.N.I. 1, Sudiarta, P.K 2, Diafari, I.G.A.K. 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

Sistem Transmisi KONSEP PERENCANAAN LINK RADIO DIGITAL

Sistem Transmisi KONSEP PERENCANAAN LINK RADIO DIGITAL Sistem Transmisi KONSEP PERENCANAAN LINK RADIO DIGITAL PERENCANAAN SISTEM KOMUNIKASI RADIO, MELIPUTI : * Perencanaan Link Radio (radio( link design) * Perencanaan Sub-sistem Radio (equipment( design) *

Lebih terperinci

Setyo Budiyanto 1,Mariesa Aldila 2 1,2

Setyo Budiyanto 1,Mariesa Aldila 2 1,2 STUDI ANALISIS PENGARUH INTERFERENSI CO-CHANNEL BCCH (BROADCAST CONTROL CHANNEL) TERHADAP KUALITAS SEL SISTEM JARINGAN DCS (DIGITAL CELLULAR SYSTEM) 1800 Setyo Budiyanto 1,Mariesa Aldila 2 1,2 Jurusan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEKOMUNIKASI ANTENA BROADBAND WIRELESS ACCESS (BWA) NOMADIC PADA PITA FREKUENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks seperti noise, fading, dan interferensi. Permasalahan tersebut merupakan gangguan yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGUATAN SINYAL INDOSAT MENGGUNAKAN REPEATER MICRO 3G REMOTEK DI PT. SICPA PERURI SEKURINK

PERANCANGAN PENGUATAN SINYAL INDOSAT MENGGUNAKAN REPEATER MICRO 3G REMOTEK DI PT. SICPA PERURI SEKURINK PERANCANGAN PENGUATAN SINYAL INDOSAT MENGGUNAKAN REPEATER MICRO 3G REMOTEK DI PT. SICPA PERURI SEKURINK Ahmad Widiyanto 1, Rummi Sirait 2, Jakarta, 12260 Telp (021) 5853753 Ext 255, Fax (021) Email : 1

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS BTS BERBASIS ANTENA SINGLE- BAND DAN MULTI-BAND UNTUK MENDUKUNG KESTABILAN JARINGAN

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS BTS BERBASIS ANTENA SINGLE- BAND DAN MULTI-BAND UNTUK MENDUKUNG KESTABILAN JARINGAN PERBANDINGAN EFEKTIFITAS BTS BERBASIS ANTENA SINGLE- BAND DAN MULTI-BAND UNTUK MENDUKUNG KESTABILAN JARINGAN Adith I.S 1, Agnes E.T 2, Basuki R.H 3, Ahmad S 4, Binti M 5 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, 4,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Microwave base transceiver station (BTS microwave) merupakan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Microwave base transceiver station (BTS microwave) merupakan jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Microwave base transceiver station (BTS microwave) merupakan jaringan umum yang dipakai oleh Operator telepon selular di Indonesia, tetapi seringkali terjadi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Indoor BTS (Base Transceiver Station) BTS (Base Transceiver Station) adalah perangkat seluler yang pertama kali berhubungan langsung dengan handset kita. Beberapa BTS

Lebih terperinci

Powered By TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

Powered By  TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive - Powered By http:/ TeUinSuska2009.Wordpress.com Upload By - Vj Afive - Jarlokar Adalah jaringan transmisi yang menghubungkan perangkat terminal pelanggan dengan sentral lokal dengan menggunakan media radio

Lebih terperinci

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN Donny Panggabean (1), Naemah Mubarakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0

SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0 SIMULASI MODEL INDOOR CEILING MOUNT ANTENNA SEBAGAI PENGUAT SINYAL WI-FI MENGGUNAKAN SIMULATOR ANSOFT HFSS V10.0 Hermanto Siambaton, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik

Lebih terperinci

Perencanaan dan Simulasi Jaringan Small Cell Indoor Hotspots Studi Kasus di Gedung Vokasi Universitas Telkom

Perencanaan dan Simulasi Jaringan Small Cell Indoor Hotspots Studi Kasus di Gedung Vokasi Universitas Telkom JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 20, No. 1, 67-74, Mei 2017 67 Perencanaan dan Simulasi Jaringan Small Cell Indoor Hotspots Studi Kasus di Gedung Vokasi Universitas Telkom (Planning and Network Simulation

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

PERANCANGAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING PERANCANGAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING Said Attamimi 1,Rachman 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana, Jakarta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 3G/UMTS. Teknologi WCDMA berbeda dengan teknologi jaringan radio GSM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 3G/UMTS. Teknologi WCDMA berbeda dengan teknologi jaringan radio GSM. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi 3G (WCDMA / UMTS) Teknologi WCDMA adalah teknologi radio yang digunakan pada sistem 3G/UMTS. Teknologi WCDMA berbeda dengan teknologi jaringan radio GSM. Pada jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan pokok saat ini. Dengan demikian, sudah selayaknya setiap personal saling terhubung satu dengan yang lain dimana pun berada, guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HANDOVER CELL YANG BERMASALAH Pada saat pengambilan data di ramayana Tambun terdeteksi bahwa ada sinyal dengan (CI) cell identity 31373 yang mempunyai ARFCN 749 lokasi BTSnya tidak jauh

Lebih terperinci

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) 2.1 Pengenalan CDMA CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik akses jamak (multiple access) yang memisahkan percakapan dalam domain

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha PENINGKATAN KAPASITAS MENGGUNAKAN METODA LAYERING DAN PENINGKATAN CAKUPAN AREA MENGGUNAKAN METODA TRANSMIT DIVERSITY PADA LAYANAN SELULER AHMAD FAJRI NRP : 0222150 PEMBIMBING : Ir. ANITA SUPARTONO, M.Sc.

Lebih terperinci

ANALISIS JENIS MATERIAL TERHADAP JUMLAH KUAT SINYAL WIRELESS LAN MENGGUNAKAN METODE COST-231 MULTIWALL INDOOR

ANALISIS JENIS MATERIAL TERHADAP JUMLAH KUAT SINYAL WIRELESS LAN MENGGUNAKAN METODE COST-231 MULTIWALL INDOOR 68 JURNAL MATRIX, VOL. 7, NO. 3, NOVEMBER 2017 ANALISIS JENIS MATERIAL TERHADAP JUMLAH KUAT SINYAL WIRELESS LAN MENGGUNAKAN METODE COST-231 MULTIWALL INDOOR Yusriel Ardian 1 1 Sistem Informasi, Universitas

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 PERENCANAAN SELULER

PERCOBAAN 1 PERENCANAAN SELULER PERCOBAAN 1 PERENCANAAN SELULER 1.1 Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah dalam perencanaan jaringan seluler GSM/GPRS/EDGE khususnya dengan menggunakan software Atoll. 2. Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION INDOOR DI STASIUN GAMBIR ANALYSIS OF LONG TERM EVOLUTION INDOOR NETWORK PLANNING IN GAMBIR STATION

ANALISA PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION INDOOR DI STASIUN GAMBIR ANALYSIS OF LONG TERM EVOLUTION INDOOR NETWORK PLANNING IN GAMBIR STATION ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 502 ANALISA PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION INDOOR DI STASIUN GAMBIR ANALYSIS OF LONG TERM EVOLUTION INDOOR NETWORK PLANNING

Lebih terperinci

BAB III PERFORMANSI AKSES BWA

BAB III PERFORMANSI AKSES BWA BAB III PERFORMANSI AKSES BWA 3.1 Pengertian BWA BWA (Broadband Wireless Access) mentransmisikan informasi dengan menggunakan gelombang radio antara pelanggan dengan perusahaan penyedia jasa layanan BWA.

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI PERANGKAT BASE STATION MENGGUNAKAN DRIVE TEST PADA ANTENA SINGLE-BAND DAN MULTI-BAND

EVALUASI EFISIENSI PERANGKAT BASE STATION MENGGUNAKAN DRIVE TEST PADA ANTENA SINGLE-BAND DAN MULTI-BAND EVALUASI EFISIENSI PERANGKAT BASE STATION MENGGUNAKAN DRIVE TEST PADA ANTENA SINGLE-BAND DAN MULTI-BAND Adith Ismail Shaleh 1, Aisah 2, Farida Arinie Soelistianto 3 123 Program Studi Jaringan Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... ii PRASYARAT GELAR... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Information source Electrical Transmit Optical Source Optical Fiber Destination Receiver (demodulator) Optical Detector Secara umum blok diagram transmisi komunikasi

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL

Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL Makalah Seminar Tugas Akhir PENINGKATAN KAPASITAS SEL CDMA DENGAN METODE PARTISI SEL Aksto Setiawan [1], Imam Santoso, ST, MT [2], Ajub Ajulian Zahra, ST, MT [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi yang cenderung memerlukan data rate tinggi, hal ini terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi yang cenderung memerlukan data rate tinggi, hal ini terlihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan trafik dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring trend berkomunikasi yang cenderung memerlukan data rate tinggi, hal ini terlihat dari kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G Maria Ulfah 1*, Nurwahidah Jamal 2 1,2 Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Negeri Balikpapan * e-mail : maria.ulfah@poltekba.ac.id Abstract Wave propagation through

Lebih terperinci

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014 ANALISIS LINK BUDGET UNTUK KONEKSI RADIO WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) 802.11B DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI RADIO MOBILE (STUDI KASUS PADA JALAN KARTINI SIANTAR AMBARISAN) Fenni A Manurung, Naemah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN 4.1. Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY Pengukuran dilakukan menggunakan metode drive test jaringan guna mengetahui optimal atau tidaknya jaringan provider

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. untuk memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin meningkat, sehingga manusia

Lebih terperinci

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000

Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000 Optimasi BTS Untuk Peningkatan Kualitas Jaringan CDMA 2000 Sulistyaningsih P2 Elektronika dan Telekomunikasi LIPI sulis@ppet.lipi.go.id Folin Oktafiani P2 Elektronika dan Telekomunikasi LIPI folin@ppet.lipi.go.id

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Dua unit komputer 2. Path Profile 3. Kalkulator 4. GPS 5. Software D-ITG

Lebih terperinci