Korelasi Antara Kemampuan Merespon Pelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Monta Tahun Pelajaran 2013/2014 Fahruddin Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara kemampuan merespon pelajaran dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu kelas VII SMP Negeri 2 Monta tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah penelitian korelasional Antara Kemampuan Merespon Pelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi IPA Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Monta Tahun Pelajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 24 orang siswa. Instrumen yang digunakan adalah Angket, dan lembar observasi. Hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan didapat bahwa r hitung yang diperoleh yaitu 0,6563 lebih besar dibanding r tabe l pada taraf signifikan 5% yaitu 0,157 maka r hitung r tabel yang berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: Ada korelasi yang sedang antara kemampuan merespon pelajaran dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi IPA Terpadu kelas VII SMP Negeri 2 Monta tahun pelajaran 2013/2014. Kata Kunci:, Kemampuan Merespon, Prestasi Belajar Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan dan gerakan atau tindakan (Budiningsih, 2005:21). Gestalt dalam Djamarah (2002) menyatakan bahwa faktor yang terpenting dalam belajar adalah penguatan yaitu apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons atau tanggapan dalam mengikuti proses pembelajaran. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat yang mengakibatkan terjadinya peningkatan aktivitas belajar. Respon merupakan salah satu aspek yang timbul akibat adanya faktor tersebut, baik oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Timbulnya respon tersebut akan memberi dampak pada prestasi belajar siswa. Dengan demikian dapat diprediksi bahwa tinggi rendahnya respon yang dilakukan siswa akan memberi dampak pada tinggi randahnya prestasi belajar yang dimilikinya. Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil atau nilai yang diperoleh akibat adanya 28 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013
interaksi antara stimulus dan respon dalam situasi edukatif. Respon adalah reaksi atau tanggapan (Partanto,1994:396). Sedangkan menurut Thorndike dalam Budiningsih (2005) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang berupa pikiran, perasaan dan gerakan atau tindakan. Jadi yang dimaksud dengan respon dalam hal ini adalah reaksi atau tanggapan yang dimunculkan peserta didik (siswa) ketika belajar baik berupa pikiran, perasaan maupun berupa gerakan atau tindakan terhadap materi yang diajarkan oleh guru, sehingga mempengaruhi prestasi belajar yang dicapainya. Dalam pengajaran IPA Terpadu di SMP, khusus di SMP Negeri 2 Monta, guru sering mengeluh karena masih terdapat siswa yang kurang bergairah dalam mengikuti pembelajaran IPA Terpadu, hal ini menunjukkan bahwa respon siswa terhadap materi yang diajarkan masih kurang, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa kurang optimal. Minimnya hasil belajar yang diperoleh disebabkan kurangnya reaksi siswa dalam menanggapi informasi yang disampaikan guru. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar sehingga menimbulkan reaksi dalam menanggapi informasi yang di sampaikan oleh guru diperlukan kamampuan siswa, terutama kemampuan dalam merespon pelajaran yang disajikan. Gagne (1988) menyatakan bahwa penguat yang diberikan pada siswa haruslah bersifat informasi mengenai apa yang sesungguhnya dicapai sehingga siswa dapat menunjukkan keaslian, kreatifitas dan daya ciptanya dalam kegiatan tertentu. KAJIAN PUSTAKA Kemampuan Merespon Pelajaran Kemampuan adalah kata kerja yang mempunyai arti: Kesanggupan, keahlian untuk melakukan sesuatu kekayaan yang dimiliki (Partanto,1994:299). Kemampuan dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau keahlian siswa dalam melakukan sesuatu yang berhubungan dengan belajar. Sedangkan merespon berasal dari kata respon yang berarti jawab, reaksi atau tanggap (Partanto:1994:369). Thorndike dalam Budiningsih (2005) menyatakan bahwa respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang berupa pikiran, perasaan dan gerakan atau tindakan. Nasution (2005) menyatakan bahwa salah satu kondisi belajar berdasarkan stimulus-respon adalah ulangan, dimana ulangan merupakan kondisi yang dapat mempercepat terjadinya hubungan antara stimulus-respon. Respon yang tepat adalah 34 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013
respon yang terbentuk secara berangsurangsur dalam kegiatan belajar. Berdasarkan definisi di atas, Maka yang dimaksud dengan kemampuan merespon pelajaran dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau keahlian siswa dalam memberikan reaksi, tanggapan atau jawaban baik berupa pikiran, perasaan, gerakan maupun tindakan terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran melalui interaksi edukatif dalam kelas. Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang menunjang terjadinya stimulus-respons menurut Budiningsih adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran 2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat itu termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa. 3. Menentukan materi pembelajaran 4. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian-bagian kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik dan sebagainya. 5. Menyajikan materi. 6. Memberikan stimulus, dapat berupa pertanyaan baik lisan maupun tertulis. 7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa. 8. Memberikan penguatan (renforcemen) (penguat positif maupun negatif) ataupun hukuman. 9. Memberi stimulus baru (Budiningsih,2005:29). Dalam setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan prestasi belajar. Tinggi rendahnya prestasi yang dicapai dalam belajar sangat tergantung pada bagaimana cara siswa dalam merespon materi pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar mengajar. Bentuk-bentuk respon yang dapat merangsang siswa dalam meningkatkan keberhasilan dalam belajar yaitu: Persiapan prabelajar, dorongan motivasi, perbedaan perorangan, kondisi pengajaran, partisipasi aktif, prestasi yang berhasil, praktik, mengetahui hasilnya, kecepatan menyajikan materi dan sikap guru (Djamarah, 2002:119). Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Djamarah menjelaskan bahwa Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dari jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk 35 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik (Djamarah, 2002, 21). Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesankesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil aktivitas dalam belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar (Djamarah, 2002:126). Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan (prestasi) dalam proses belajar mengajar. 2. Guru Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik disekolah sesuai dengan bidang profesinya (Djamarah, 2002:126). Sedangkan Partanto menyatakan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (Partanto, 1994:188). Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan ilmu yang dimilikinya guru dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. Dengan demikian maka guru diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar untuk mengantarkan anak didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkepribadian. 3. Anak Didik Anak didik adalah orang yang sengaja datang di sekolah untuk di didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkepribadian (Djamarah, 2002:128). Anak-anak dengan ciri-ciri mereka masing-masing itu dikumpulkan di dalam kelas, banyak sedikitnya anak jumlah anak di dalam kelas akan mempengruhi pengelolaan kelas. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mengajar. Dengan demikian, dapat diyakini bahwa anak didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar berikut hasil dari kegiatan itu, yaitu keberhasilan belajar anak didik (siswa). 4. Kegiatan Pengajaran 36 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013
Djamarah menyatakan bahwa Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar, maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik, sedangkan anak didik adalah orang yang digiring kedalam lingkungan belajar yang telah diciptakan oleh guru (Djamarah, 2002:129). Selanjutnya Ali menyatakan bahwa program kegiatan pengajaran terdiri dari: (1) bahan yang akan dipelajari, (2) metode yang digunakan, (3) Alat pelajaran dan (4) Alokasi waktu yang digunakan (Ali, 2000:32). Dalam kegiatan belajar mengajar, diperlukan penyusunan bahan secara sistematis untuk dapat mencerminkan target yang jelas dari perilaku siswa setelah proses belajar mengajar. Disamping itu metode mengajar yang diambil guru harus mengacu pada tujuan dan bahan serta dengan menggunakan alat pelajaran yang tepat. Selanjut perencanaan alokasi waktu harus berpedoman pada tujuan, sehingga waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik. Dengan proses tersebut maka akan dapat menghasilkan belajar yang lebih baik dan matang. 5. Evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan terencana dan dilakukan secara berkesinambungan (Purwanto, 2004:3). Sedangkan untuk bahan evaluasi Djamarah menyatakan bahwa bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat didalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan (Djamarah, 2002:131). Disamping itu, fungsi evaluasi menurut Ali adalah untuk mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan dapat tercapai atau tidak (Ali, 2000:113). Dengan mengetahui hasil pekerjaanya, apalagi kalau terjadi kemajuan sangat mendorong siswa untuk lebih meningkatkan frekuensi belajarnya dengan harapan hasilnya terus meningkat. 6. Suasana Kelas Selain faktor tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran serta evaluasi, faktor suasana kelas juga merupakan faktor yang mempengruhi keberhasilan belajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan didalam kelas. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas yang sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi 37 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013
yang dilaksanakan. Hal inilah yang memberikan dampak terhadap keberhasilan belajar. METODE Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemampuan siswa dalam merespon pelajaran (X) terhadap prestasi belajar siswa (Y). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Monta tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah 120 orang siswa. Tehnik pengambilan sampel menggunakan Cluster Random Sampling, sampel dalam penelitian sebanyak 24 orang siswa. Adapun instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah Lembar Angket, yang berisi 20 butir pertanyaan dengan 3 alternatif jawaban mengikuti skala Likert (Summated Rating Scales) dalam Nurhasan (2001) yaitu, untuk jawaban a, b dan c adalah 3, 2 dan 1. Variabel yang akan digali datanya melalui angket yaitu variabel x (kemampuan siswa merespon pelajaran IPA Terpadu), dengan indikator sebagai berikut: a) Tujuan pembelajaran yang dilakukan, b) Kemampuan dasar materi yang dibahas, c) Motivasi atau minat dalam mengikuti pembelajaran, d) Berpatisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, e) Variasi metode pembelajaran, f) Sikap dan perilaku guru dalam kegiatan pembelajaran, g) Evaluasi pembelajaran. Dalam menentukan kategori mengacu pada pendapat Purwanto, (2004) sebagai berikut: Tabel. 1. Kategori Skor Angket Kemampuan Merespon Pelajaran. Kategori Skor / Nilai X Mi + 0.75 Sdi Mi X Mi + 0.75 Sdi X Mi Keterangan: a. Mi = Rata-rata ideal Tinggi Sedang Rendah Rata-rata ideal dapat dicari dengan rumus : Mi = 2 1 x SMI ( Skor Maksimal Idela). b. Sdi = Standar deviasi ideal Standar deviasi ideal dapat dicari dengan rumus: Sdi = 3 1 x Mi. Instrumen kedua adalah Pedoman Observasi, yaitu pedoman penelitian untuk mendapatkan data tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisa dengan menggunakan analisis korelasi product moment. (Sugiyono, 2005). 38 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data kemampuan merespon siswa dalam pembelajaran Mata Pelajaran IPA Terpadu dan prestasi belajar siswa kelas VII SMPN 2 Monta Tahun Pelajaran 2013/2014 disajikan sebagai berikut. Tabel 2 Data tentang Kemampuan Merespon Pelajaran dan Prestasi Belajar. No. Kemampuan Prestasi Merespon Pelajaran Belajar (Y) (X) 1 2 4 1. 80 55 2. 53 80 3. 36 70 4. 53 80 5. 47 70 6. 47 70 7. 52 70 8. 36 70 9. 53 70 10. 55 70 11. 50 90 12. 53 70 13. 36 70 14. 50 70 15. 51 70 16. 52 80 17. 35 70 18. 35 70 19. 37 70 20. 37 70 21. 51 70 22. 51 80 23. 37 70 24. 55 80 1111 1760 Dari data tentang kemampuan merespon pelajaran dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu kelas VII SMP Negeri 2 Monta, dapat dikategori menjadi: kategori tinggi, sedang dan rendah. Tabel. 3. Kategori skor kemampuan merespon pelajaran Kemampuan merespon Kategori Frekuensi 20 29,9 0 Rendah 30 37,5 Sedang 8 37,6 60,0 Tinggi 16 Jumlah 24 Dari tabel 3. dapat diketahui bahwa dari 24 responden yang diamati, terdapat 16 orang atau 66,67% siswa memiliki kemampuan merespon pelajaran tinggi dan 8 orang atau 33,34% siswa memiliki kemampuan merespon sedang serta 0% siswa yang memiliki kemampuan merespon rendah. Sedangkan untuk mengetahui kategori nilai prestasi belajar mata pelajaran IPA Terpadu kelas VII SMP Negeri 2 Monta tahun pelajaran 2013/2014 dalam kaitannya dengan kemampuan merespon siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu dapat dilihat pada tabel 4. Menurut Depdiknas (2003) bahwa Secara umum skor maksimal ideal untuk prestasi belajar mata pelajaran IPA Terpadu yaitu 100 dan skor minimal idealnya adalah 0. berdasarkan hasil yang diperoleh melalui dokumentasi menunjukkan bahwa nilai 39 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013
tertinggi 90 dan terendah adalah 70. Untuk lebih jelas persentase prestasi belajar berdasarkan kemampuan merespon dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 4. Persentasi prestasi belajar siswa dalam kaitan dengan kemampuan merspon siswa kelas VII SMP Negeri 2 Monta tahun pelajaran 2013/2014. Kemampuan merespon 1 20 29,9 0,0 2 30 37,5 33,3% 3 37,6 60,0 66,7% No Persentase Prestasi Belajar Dari hasil perhitungan koefisien korelasi (r) diperoleh nilai r hitung = 0,6563. Kemudian harga r hitung dikonsultasikan dengan r tabel = 0,157 pada taraf signifikan 5%. Hal ini berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan dalam penelitian ini yang berbunyi Ada korelasi antara kemampuan merespon pelajaran dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu kelas VII SMP Negeri 2 Monta tahun pelajaran 2013/2014, diterima. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari data siswa mengenai tingkat kemampuan dalam merespon pada mata pelajaran IPA Terpadu cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh yaitu lebih dari 50% siswa yang menjawab dengan skor tertinggi yang berarti bahwa sebagian besar siswa mendukung terlaksananya semua indikator yang diajukan dalam rangka menjaring kemampuan siswa dalam meresepon pelajaran pada mata pelajaran IPA Terpadu. Disamping itu, bukti lain dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan yaitu dari 5 indikator kemampuan merespon pelajaran dan 4 indikator prestasi belajar yang diajukan masing-masing memiliki rata-rata skor 4,2 dan 4,0 yang termasuk dalam kategori baik, yang artinya bahwa ke-5 indikator kemampuan merespon dan 4 indikator prestasi belajar yang diajukan sama-sama tercapai dengan baik. Kondisi seperti ini menggambarkan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 2 Monta rata-rata memiliki kemampuan yang cukup tinggi dalam merespon pelajaran pada mata pelajaran IPA Terpadu. Disamping itu, dari data persentase prestasi belajar siswa dalam kaitannya dengan kemampuan siswa dalam merespon pelajaran yang diperoleh melalui dokumentasi menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan siswa dalam merespon pelajaran maka persentasi-prestasi belajarnya semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang peroleh siswa rata-rata lebih besar dari 70. Kondisi seperti ini menggambarkan bahwa rata-rata siswa kelas VII SMP Negeri 40 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013
2 Monta memiliki persentase prestasi belajar yang cukup tinggi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, menunjukkan bahwa tinggi kemampuan siswa dalam merespon pelajaran dapat berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi belajarnya. Dengan demikian, maka antara kemampuan merespon pelajaran dengan prestasi belajar memiliki hubungan yang signifikan, yang berarti bahwa ada korelasi yang positif antara kemampuan merespon pelajaran dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu kelas VII SMP Negeri 2 Monta tahun pelajaran 2013/2014. Semakin baik kemampuan siswa dalam memberikan respon terhadap pelajaran yang diberikan, maka prestasi belajarnya juga akan semakin baik, demikian pula sebaliknya (Sardiman 2001:40). menyatakan bahwa kecepatan jiwa seseorang dalam memberikan respon pada suatu pelajaran merupakan faktor penting dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajarnya, sehingga materi pelajaran dapat dikuasai sepenuhnya. Disamping itu adanya korelasi antara kemampuan merespon pelajaran dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu dapat pula dilihat dari hasil analisis korelasi yang diperoleh yaitu r xy = 0,6563 yang lebih besar dari r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu 0,157, yang berarti bahwa antara kemampuan merespon pelajaran dan prestasi belajar siswa terdapat hubungan yang sedang. Disamping itu dapat dilihat dari nilai koefisisen determinasi (r 2 ) yang diperoleh yaitu 0,1575, yang berarti bahwa prestasi belajar siswa 15,75% ditentukan oleh kemampuan merespon pelajaran. Dalam hal ini Sugiyono menyatakan bahwa hubungan yang signifikan berarti antara kemampuan merespon pelajaran sebagai prediktor dan prestasi belajar siswa sebagai kriterium mempunyai hubungan positif dan kuat. Kenaikan atau penurunan prediktor selalu diikuti oleh kenaikan dan penurunan kriterium (Sugiyono 2005:215). Jadi dalam hal ini kenaikan atau penurunan kemampuan siswa merespon pelajaran selalu diikuti oleh kanaikan dan penurunan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu. Berkaitan dengan hal tersebut, (Nasution 2005:149) menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal, diperlukan kondisi belajar yang mendukung terjadinya stimulus dan respon dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan secara statistik bahwa r hitung yang diperoleh yaitu 0,6563 dan dikonsultasikan dengan r tabe l pada taraf signifikan 5% yaitu 0,157 maka r hitung r tabel 41 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013
yang berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: Ada korelasi yang sedang antara kemampuan merespon pelajaran dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu kelas VII SMP Negeri 2 Monta tahun pelajaran 2013/2014. DAFTAR RUJUKAN Ali Muhamad, 2000. Guru Dalam Proses Belajar mengajar. PT Sinar Baru Algesindo. Bandung. Aqib Zainal, 2002. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Penerbit Insan Cendekia. Surabaya Arikunto Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Penerbit, Rineka Cipta, Jakarta. Budiningsih Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Runeka Cipta. Jakarta. Djamarah Bahri Syaiful, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Siswa, Usaha Nasional, Surabaya., 2002. Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Gagne Robert, 1988. Prinsip-prinsip Belajar untuk Pengajaran. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya Hamalik Oemar, 2002. Pendekatan Baru Strategi Belajar mengajar Berdasarkan CBSA. Penerbit Sinar Baru. Bandung Husein, 1999. Matematika Seibu Pena Kelas 2 SMA. Penerbit Erlangga. Jakarta Nasution, 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Nurhasan, 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Penerbit Direktorat Jenderal Olah Raga. Jakarta Partanto, 1994. Kamus Kecil Bahasa Indonesia. Penerbit Arkola, Surabaya Purwanto Ngalim, 2004. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, PT Remaja Rosdakarya. Bandung Prasetya Tri Joko, 2005. Strategi Belajar Mengajar Untuk Fakultas Tarbiyah. Penerbit Pustaka Setia Bandung Riyanto Yatim, 2001. Metode Penelitian Pendidikan, Penerbit SIC anggota IKAPI, Surabaya. Russefendi, 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensi Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Penerbit Tarsito. Bandung. Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada Jakarta. Sugiyono, 2005. Statistik untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung. Syah Muhibbin, 2005. Psikologi Pendidikan. Penerbit Remaja Rosdakarya Bandung. Nazir, 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta 42 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 2 Nomor 1 April 2013