I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki cadangan. lahan sangat luas berupa hutan konversi yang dapat dimanfaatkan sebagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengembangan wilayah di berbagai daerah melalui. melalui program revitalisasi perkebunan mendorong para pengusaha/ pekebun untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Utara, baik yang dikelola oleh BUMN seperti PTPN 2, PTPN 3, dan PTPN 4

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai. Suatu

DAFTAR ISI. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Waktu dan Lokasi Penelitian Konsep Dasar Balanced Scorecard...

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era revormasi yang sedang berlangsung dewasa ini, pelaksana

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah. pelanggan maupun mitra usaha. Sistem komunikasi dan kemudahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan perusahaan jasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan baik jasa, dagang maupun industri selalu berusaha mengikuti

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

I. PENDAHULUAN. pangsa pasar dan memenangkan persaingan. lingkungan bisnis yang kompleks dalam rangka mewujudkan visi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Untuk berhasil dan tumbuh dalam

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas serta pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut.

Manfaat Penggunaan Balanced Scorecard

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bagaimana

I. PENDAHULUAN. PT. Kabelindo Murni, Tbk merupakan salah satu perusahaan manufaktur

I. PENDAHULUAN. sangat besar. Akan tetapi, potensi ini belum dapat diwujudkan secara optimal di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Peluang pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia sangat besar. dikarenakan faktor lingkungan yang sesuai dengan pertanaman sekaligus merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis di Indonesia semakin kompetitif yang menuntut setiap

I. PENDAHULUAN. makin ketat, sejalan dengan kecenderungan globalisasi perekonomian dan

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari pengukuran kinerja merupakan ukuran apakah sebuah strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

I. PENDAHULUAN. Meningkat pesatnya kegiatan pembangunan serta laju pertumbuhan

Farah Esa B

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dewasa ini memicu setiap organisasi bisnis untuk beroperasi

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana pencapaian perusahaan. Selama ini yang umum dipergunakan dalam

I. PENDAHULUAN. kritis bagi kelangsungan kegiatan operasional dan beban keuangan

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian telah berperan dalam pembangunan melalui. pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pertumbuhan industri sedang gencar-gencarnya,

RINGKASAN EKSEKUTIF E. GUMBIRA SA ID & SETIADI DJOHAR.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

I. PENDAHULUAN. memberikan pedoman kebijakan industri BPR agar jelas dan terarah yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya perekonomian, keikutsertaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kecil, pimpinan perusahaan dapat mengawasi secara langsung kinerja di

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis telah memasuki era persaingan bebas, di mana persaingan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. ukur yang telah ditetapkan (Widayanto, 1993). Pengukuran kinerja adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia menuju era globalisasi memungkinkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tidur dan tenaga kerja sebanyak 677 orang. Masalah utama dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. pengukuran kinerja yang hanya berdasar pada tolak ukur keuangan sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam tujuannya yaitu mengentaskan kemiskinan dan juga menjadi industry yang

BAB I PENDAHULUAN. saham, kreditur, karyawan, pemerintah, dan pelanggan. Implikasinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar1.1

BAB I PENDAHULUAN. cermat dan bijaksana dalam merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SERBA USAHA SINAR MENTARI KARANGANYAR TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JAMHARI KASA TARUNA NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

CARA PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. harta yang berharga bagi perusahaan (Intangible Assets) serta berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat perkembangan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. layanannya dalam mencapai customer value (nilai pelanggan) yang paling tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebuah perusahaan untuk mengelola strategi-strategi perusahaan. Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dewasa ini banyak sekali menghadapi tantangan dalam

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, Mei 2011

BAB I PENDAHULUAN. berdampak negatif bagi perusahaan. memilih pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard

PELATIHAN ADMINISTRASI KEUANGAN DAN PERENCANAAN Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat LATAR BELAKANG Visi UGM menjadi

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bidang yang sangat penting bagi perusahaan. Perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. ANALISIS PENERAPAN BALANCED SCORECARD (Studi Kasus pada PT. Telkom Divisi Consumer Service Barat )

BAB I PENDAHULUAN. sumber, yakni informasi finansial dan informasi nonfinansial. Informasi finansial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kinerja usahanya yang dapat bertahan dan menghasilkan keuntungan

I. PENDAHULUAN. Berlakunya Asean Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2003 menyebabkan

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, setiap. perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan efisiensi dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Masa depan merupakan suatu hal yang tidak pasti, begitu juga dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Model deskriptif manajemen strategik lanjutan Meet -5

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. hal yang sangat berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak di dalam sektor publik. Reformasi birokrasi muncul karena adanya

Perancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun industri lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena adanya perkembangan pesat

STUDI KELAYAKAN BISNIS PERTEMUAN KETUJUH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki cadangan lahan sangat luas berupa hutan konversi yang dapat dimanfaatkan sebagi perkebunan kelapa sawit. Lahan yang dapat dijadikan area pengembangan perkebunan kelapa sawit adalah 18 juta hektar. Namun dari jumlah tersebut baru sekitar 5 juta hektar yang telah diusahakan menjadi perkebunan kelapa sawit. Pasar pelaku bisnis yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit menyadari bahwa mereka harus menghadapi persaingan bisnis yang semakin kompleks, baik untuk persaingan dalam negeri maupun luar negeri dalam penyediaan kecambah kelapa sawit (PPKS, 2003). Salah satu cara yang harus dilakukan untuk menghadapi persaingan dimaksud adalah dengan memperbaiki kinerja Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), agar kinerja PPKS lebih baik. Saat ini terdapat tujuh perusahaan sebagai produsen kecambah kelapa sawit di Indonesia yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Medan), PT. London Sumatera (Sumut), PT. Socfindo (Sumut), PT. Bina Sawit Makmur (Sumsel), PT. Tunggal Yunus Estate (Riau), PT. Dami Mas (Riau), dan PT. Tania Selatan (Riau). Berikut ini disajikan Estimasi Produksi dan Harga Benih Sawit Indonesia (Tabel 1). PPKS harus dapat mengantisipasi penjualan produk kecambah kelapa sawit yang akan terbagi dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru sebagai produsen kecambah kelapa sawit.

Tabel 1. Estimasi Produksi dan Harga Benih Sawit Indonesia No Produsen Kapasitas 2006 (Juta) Rencana Produksi 2005 (Juta) Prakiraan Harga (rupiah/benih) 1 PPKS 40 40 3.000 & 3.500 2 PT. Socfindo 35 35 4.300 3 PT. Lonsum 15 15 70 cusd 4 PT. Tunggal Yunus 6 6 3.750 5 PT. Dami Mas 14 14 4.500 6 PT. Bina Sawit 17 12 4.000 Makmur 7 PT. Tania Selatan 2 1,7? T O T A L 129 123,7 Sumber: Balai Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Perkebunan (BP2MB) Medan, 2005. Sesuai dengan UU No 18 Tahun 2004, pemerintah mengharapkan pengembangan perkebunan yang mempunyai manfaat ekonomi terhadap sumber daya alam yang berkesinambungan (Wahyono, et al. 2006). Perusahaan harus bekerja keras membenahi sistem manajemennya untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Persaingan tidak hanya berasal dari perusahaan sejenis, namun meluas ke industri yang tidak sejenis (Mulyadi, 2001). Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) merupakan Perusahaan Perkebunan Negara (BUMN) yang berada di bawah naungan Kementerian BUMN yang bergerak dalam bisnis penghasil Kecambah Kelapa Sawit, Marfu, Palm-Bionic, Feromonas, Biodiesel, dan Oleo-pangan. Bisnis utama PPKS adalah penghasil Kecambah Kelapa Sawit, sedangkan Marfu, Palm- Bionic, Feromonas, Biodiesel, dan Oleo-pangan merupakan produk-produk sampingan. PPKS merupakan penyedia kecambah kelapa sawit terbesar di 2

Indonesia. Selain untuk memenuhi kebutuhan kecambah untuk perkebunan sawit Indonesia, PPKS juga memasok kecambah untuk permintaan luar negeri (Khaerudin, 2006). Perkebunan dalam negeri banyak didominasi oleh Perseroan Terbatas Perkebunan Negara (PTPN). Selain memasok kebutuhan PTPN, PPKS juga menyediakan kecambah kelapa sawit bagi perkebunan swasta dan perkebunan rakyat. Penjualan Kecambah Kelapa Sawit PPKS baik dalam maupun luar negeri mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2003 PPKS menyalurkan sebanyak 26.485.987 kecambah kelapa sawit, dan pada tahun 2004 sebanyak 34.154.780 kecambah kelapa sawit, serta tahun 2005 sebanyak 59.506.447 kecambah kelapa sawit. Peningkatan penjualan Kecambah Kelapa Sawit PPKS dapat dilihat pada Gambar 1. Produksi Kecambah PPKS Penyaluran Kecambah 70.000.000 60.000.000 50.000.000 40.000.000 30.000.000 20.000.000 10.000.000 0 59.506.447 26.485.987 34.154.780 2003 2004 2005 Tahun Gambar 1. Jumlah Penjualan Kecambah Sawit PPKS (PPKS, 2006) 3

Penerimaan PPKS mengalami peningkatan dari hasil penjualan produknya setiap tahun. Pada tahun 2003 penerimaan PPKS adalah Rp. 63.539.337.590 dan pada tahun 2004 adalah Rp. 75.177.679.443 serta tahun 2005 adalah Rp. 130.908.104.456. Peningkatan penerimaan PPKS dari penjualan kecambah dan produk lainnya dapat dilihat pada Gambar 2. 140.000.000.000 Penerimaan PPKS Rp. 130,908,104,456 Jumlah Penerimaan (Rp) 120.000.000.000 100.000.000.000 80.000.000.000 60.000.000.000 40.000.000.000 20.000.000.000 0 Rp. 63,539,337,590 Rp. 75,177,679,443 2003 2004 2005 Tahun Gambar 2. Jumlah Penerimaan PPKS (PPKS, 2006) Peningkatan penerimaan tersebut merupakan salah satu indikasi adanya perkembangan kinerja PPKS yang setiap tahunnya dapat meningkatkan angka produksi. Dengan kondisi saat ini PPKS dapat berupaya mewujudkan sasaran penelitiannya yaitu peningkatan produktivitas, produksi, pendapatan, dan kesejahteraan pekebun, serta melakukan konservasi sumberdaya pertanian, lingkungan dan keanekaragaman hayati. Namun untuk menghadapi persaingan usaha yang semakin kuat diperlukan kinerja perusahaan yang tidak hanya memperhatikan dari sisi penjualan dan 4

produksi, tetapi juga aspek posisi keuangan secara menyeluruh, pemasaran produk, dan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. 1.2. Perumusan Masalah PPKS sebagai salah satu instansi pemerintah memiliki kewajiban akuntabilitas instansi untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan ataupun kegagalan dalam melaksanakan strategi instansi mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan. Hal di atas sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 239/IX/6/8/2003, tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa pelaporan kinerja pemerintah diatur dan dibuat berdasarkan Sistem Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) (DEPTAN, 2003). SAKIP menetapkan indikator pengukuran kinerja instansi pemerintah yang terdiri dari hal-hal berikut: 1) Indikator kinerja input (masukan): segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat menghasilkan keluaran yang ditentukan. 2) Indikator kinerja output (keluaran): sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik. 3) Indikator kinerja outcome (hasil): segala sesuatu yang yang mencerminkan berfungsinya keluaran (output) kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). 4) Indikator kinerja benefit (manfaat): segala sesuatu terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. 5

5) Indikator kinerja impact (dampak): pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan. Kelima indikator tersebut masih bersifat umum dan belum menggambarkan indikator yang spesifik yang sesuai dengan inti binis dari instansi pemerintah. Dengan demikian diperlukan suatu alat lain untuk melengkapi Sistem Akuntansi Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dalam membantu menerjemahkan indikator yang masih bersifat umum tersebut. Ukuran kinerja BUMN/BUMD yang selama ini pelaporannya masih berupa data keuangan telah bertahun-tahun menjadi pedoman Badan Pengawasan Keuangan Pembangunan (BPKP) untuk menyatakan suatu BUMN/BUMD sehat atau tidak sehat (Pakpahan, 2006). Oleh karena itu organisasi/instansi pemerintah perlu mencoba alat yang sesuai untuk menerjemahkan indikator yang masih bersifat umum tersebut yaitu dengan menggunakan metode Balanced Scorecard. Menurut Yuwono (2006), Balanced Scorecard dapat mengukur seberapa besar unit bisnis menciptakan nilai bagi para pelanggan perusahaan saat ini dan yang akan datang. Selain itu, perusahaan juga harus meningkatkan kapabilitas internal dan investasi dalam sumberdaya manusia, sistem dan prosedur yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja yang akan datang. Balanced Scorecard mencakup berbagai aktivitas penciptaan nilai yang dihasilkan dan mengungkapkan berbagai faktor yang menjadi pendorong tercapainya kinerja finansial dan kompetitif jangka panjang. 6

Konsep Balanced Scorecard menekankan adanya keseimbangan antara faktor keuangan dan non-keuangan. Faktor tersebut meliputi faktor internal (karyawan dan perusahaan) dan eksternal (pemegang saham dan pelanggan), faktor jangka pendek (operasional), dan faktor jangka panjang (visi dan misi). Rancangan Balanced Scorecard mengusulkan manajemen memerlukan suatu distribusi ukuran kinerja dengan empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Wilson, et al. 2003). Metode tersebut diturunkan dari visi strategi serta dapat merefleksikan aspek-aspek terpenting dalam suatu bisnis. Balanced Scorecard merupakan suatu alat manajemen dalam mengukur kinerja perusahaan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya yaitu adanya lingkungan bisnis perusahaan yang sangat kompetitif dan bergejolak (dinamis) dengan memusatkan komitmen seluruh individu dalam membangun masa depan perusahaan. Untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan tersebut, diperlukan dukungan dan keterlibatan pimpinan perusahaan guna memudahkan penerapan Balanced Scorecard di lingkungan perusahaan. PPKS perlu mengantisipasi diri dengan memperbaiki dan meningkatkan kinerja manajemennya di setiap bidang. Dengan demikian perusahaan perlu mencoba menggunakan pengukuran Balanced Scorecard sebagai suatu sistem pengukuran kinerja manajemen. Pokok permasalahan pengukuran kinerja yang dianalisa pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit adalah sebagai berikut: 7

a) Selama ini pengukuran kinerja PPKS hanya berdasarkan indikator keuangan saja sehingga tidak memberikan gambaran yang jelas tentang kinerja yang sebenarnya. b) Belum ada prioritas perspektif kinerja yang ingin dinilai. c) Tidak ada gambaran atau informasi yang jelas bagaimana kinerja PPKS berdasarkan perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Menjabarkan visi, misi, dan tujuan perusahaan dengan menggunakan empat perspektif Balanced Scorecard. b) Menganalisa prioritas perspektif kinerja PPKS. c) Merancang pengukuran kinerja PPKS dengan metode Balanced Scorecard. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Memberikan usulan penggunaan Balanced Scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja pada PPKS. b) Mengetahui kondisi PPKS saat ini ditinjau dari perspektif keuangan, pelanggan, bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. 8

c) Memberi masukan kepada PPKS dalam pengambilan keputusan, guna meningkatkan kinerja perusahaan, sedangkan bagi institusi pendidikan, dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian perancangan pengukuran kinerja suatu perusahaan. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Melakukan perancangan pengukuran kinerja dengan metode Balanced Scorecard. Perancangan Balanced Scorecard dibuat mulai dari penerjemahan visi, misi dan tujuan strategik perusahaan, dan selanjutnya penyusunan Balanced Scorecard dengan penentuan Key Performance Indicators (KPI) perusahaan ke dalam empat perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, maka penggunaan metode Balanced Scorecard direkomendasikan kepada PPKS sebagai masukan dalam pengambilan keputusan. 9