PENGARUH SORTASI BIJI DAN KADAR AIR SERTA VOLUME KEMASAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG. Rahmawati, Yamin Sinuseng dan Sania Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros ABSTRAK

MUTU BENIH JAGUNG HASIL TANGKARAN DI KABUPATEN BULUKUMBA DAN WAJO, SULAWESI SELATAN. Rahmawati dan I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia

MUTU FISIOLOGIS BENIH DARI BERBAGAI TINGKAT BOBOT BIJI SELAMA PERIODE SIMPAN. Rahmawati Balai Penelitian Tanaman Serealia

EVALUASI MUTU BENIH JAGUNG DALAM GUDANG PENYIMPANAN BENIH UPBS. Rahmawati dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia

MUTU BENIH JAGUNG DI TINGKAT PETANI DAN PENANGKAR DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Deteksi Dini Mutu dan Ketahanan Simpan Benih Jagung Hibrida F1 Bima 5 Melalui Uji Pengusangan Cepat (AAT)

KUALITAS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA PENANGKAR DAN UPBS BALITSEREAL

Mutu fisiologis Benih pada Beberapa Varietas Jagung Selama Periode Simpan

MUTU BENIH JAGUNG PADA BERBAGAI CARA PENGERINGAN. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia

Pemahaman Petani terhadap Mutu Benih Jagung (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Selatan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH

KINERJA MESIN PEMBERSIH JAGUNG UNTUK PANGAN DAN SORTASI BENIH. I.U. Firmansyah, Rahmawati dan Riyadi Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

PEMBENTUKAN PENANGKARAN BENIH UNTUK PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH VARIETAS JAGUNG NASIONAL

TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN PEMIPILAN UNTUK PERBAIKAN MUTU BIJI JAGUNG (Studi Kasus di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

EVALUASI PRODUKSI DAN PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH JAGUNG (Studi Kasus di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT)

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

PENGUJIAN MUTU BENIH JAGUNG DENGAN BEBERAPA METODE

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

IDENTIFIKASI POTENSI, MASALAH, DAN PELUANG SUSTAINABILITAS DISTRIBUSI DAN PEMASARAN BENIH SUMBER JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG MANIS (Zea Mays Sachaarata Strurt) DI PT. SANG HYANG SERI (PERSERO) SUKAMANDI

MUTU FISIOLOGI BENIH JAGUNG (Zea mayzs L.) PADA BEBERAPA PERIODE SIMPAN

Kelembagaan dalam sistem usahatani adalah suatu kesatuan untuk

Pengembangan Metodologi untuk Penekanan Susut Hasil pada Proses Pemipilan Jagung

PEMBINAAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBAIKAN PENANGANAN PASCA PANEN JAGUNG (ZEA MAYS L.) DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Haruna 1)

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

BOCORAN KALIUM SEBAGAI INDIKATOR VIGOR BENIH JAGUNG. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH DAN PRODUKTIVITAS JAGUNG. Fauziah Koes dan Rahmawati Balai Penelitian Tanaman Serealia

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS)

Pengelolaan Benih Jagung

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

KELEMBAGAAN PRODUKSI DAN PASCAPANEN JAGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berbeda menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

MAKALAH SEMINAR UMUM. ANALISIS MATEMATIS PENDUGAAN UMUR SIMPAN BENIH CABAI MERAH (Capsicum annum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

PENGUJIAN MESIN PEMIPIL JAGUNG MODEL PJM4-BALITSEREAL DI PETANI. I.U.Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

DINAMIKA KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH JAGUNG BERSARI BEBAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hermawan (2013), klasifikasi botani tanaman sorgum (Sorghum bicolor

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI. OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS. Informasi Praktis Balitkabi No.:

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

PENGOLAHAN BENIH (SEED PROCESSING)

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan

PERBAIKAN DAN UJI PROTOTIPE MESIN PEMBERSIH BENIH JAGUNG

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

Oleh ENDANG SETlA MULlAWATi A

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BENIH. Faktor Genetik/ Faktor Lingkungan/ Eksternal

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010)

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

BAB III METODE PENELITIAN. Peneletian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT (BERSARI BEBAS) Penyusun Zubachtirodin Syuryawati Constance Rapar

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

TINJAUAN MUTU PADA PRODUKSI BENIH JAGUNG DI TINGKAT PETANI/PENANGKAR. Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK

PENGOLAHAN BUAH LADA

PENGKAJIAN SUHU RUANG PENYIMPANAN DAN TEKNIK PENGEMASAN TERHADAP KUALITAS BENIH KEDELAI

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), kebutuhan kedelai nasional

UPAYA PENYEDIAAN BENIH DASAR JAGUNG KOMPOSIT MELALUI PEMBINAAN PENANGKAR BENIH DI TINGKAT PETANI. Muhammad Yasin Balai Penelitian Tanaman Serealia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

Kajian Daya Simpan Benih Beberapa Varietas Kedelai

Penanganan Pascapanen Jagung

SISTEM PRODUKSI BENIH SUMBER VARIETAS SUKMARAGA DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN RAWA ABSTRAK

PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Sumarni Panikkai Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

Transkripsi:

PENGARUH SORTASI BIJI DAN KADAR AIR SERTA VOLUME KEMASAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG Rahmawati, Sania Saenong dan E. Y. Hosang Balai Penelitian Tanaman Serealia BPTP NTT ABSTRAK Benih merupakan benda hidup dan akan mengalami proses deteriorasi yang mengakibatkan turunnya kualitas benih. Sedangkan ketersediaan benih yang bermutu tinggi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya tanaman. Untuk memperoleh benih jagung berkualitas diperlukan penanganan pasca panen yang tepat. Sortasi biji, mempertahankan tingkat kadar air agar tetap rendah, cara dan jenis pengemasan dalam penyimpanan merupakan kegiatan utama dalam mempertahankan kualitas benih selama penyimpanan. Makalah ini merupakan review hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan di Balitsereal. Sortasi yang optimal untuk varietas Lamuru adalah menggunakan saringan dengan diameter 8 mm, sedangkan untuk varietas Srikandi Kuning dapat menggunakan saringan yang lebih kecil yaitu 7 mm. air yang baik untuk penyimpanan selama satu tahun pada suhu kamar sebaiknya tidak lebih dari 11 %. Penyimpanan benih pada kadar air 8 % selama setahun, daya kecambah benih masih sekitar 95%, pada kadar air 10% daya kecambahnya masih 94 %, sementara pada kadar air 12% turun menjadi 92% dan pada kadar air 14% daya kecambah turun menjadi 89,3% baik pada varietas Lamuru atau Srikandi Kuning. Kemasan yang lebih operasional dalam penyimpanan benih jagung adalah pada volume 5 kg, dan selama 6 bulan penyimpanan, daya kecambahnya masih lebih tinggi dibanding volume kamasan 10 dan 20 kg. Penyimpanan benih petani selama 12 bulan di Kabupaten TTU dan TTS provinsi NTT dalam tongkol berkelobot di atas perapian Dapur/Rumah Bulat Timor, daya kecambahnya masih mencapai 92 sampai 94%. Kata Kunci : Benih, kadar air, sortasi, penyimpanan dan volume kamasan PENDAHULUAN Benih merupakan benda hidup dan akan mengalami proses deteriorasi yang mengakibatkan turunnya kualitas benih. Ketersediaan benih yang bermutu tinggi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya tanaman. Untuk mendapatkan benih jagung yang berkualitas diperlukan penanganan panen dan pasca panen yang cepat dan tepat. Tahapan pengelolaannya dimulai dari : cara dan waktu panen yang tepat, pengeringan tongkol, sortasi tongkol, pemipilan, pengeringan biji, sortasi biji, pengemasan dan penyimpanan dengan menggunakan wadah yang kedap udara. Sedangkan penyimpanan jagung yang sudah dipipil umumnya menggunakan karung plastik dan disimpan dalam rumah. Cara ini juga kurang aman karena karung plastik bukan merupakan wadah atau kemasan yang kedap udara. Oleh karenanya benih yang disimpan dengan menggunakan karung plastik tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Ini berhubungan erat dengan kenaikan kadar air pada benih jagung yang disimpan. Dalam hal ini penggunaan karung plastik sebagai kemasan tidak mampu menahan terjadinya penyerapan uap air dari udara di sekelilingnya. Dari beberapa hasil penelitian, telah dilakukan beberapa model penyimpanan, seperti : penyimpanan dengan menggunakan kemasan plastik dan disimpan dengan menggunakan silo plastik, silo kayu, jerigen plastik dan dapat pula menggunakan botol 1

yang berwarna gelap. Untuk melakukan penyimpanan benih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : kadar air benih pada saat akan disimpan, jenis kemasan, wadah penyimpanan, suhu ruang penyimpanan dan kelembaban ruang penyimpanan. PROSESING BENIH JAGUNG Benih jagung yang akan disimpan harus melalui prosesing yang tepat. Jagung yang telah masak fisiologis siap untuk dipanen, karena pada kondisi ini, benih berada pada kondisi puncak. Setelah panen, tongkol jagung tanpa kelobot dijemur dan disortasi (setelah 2 hari penjemuran) dengan memisahkan tongkol jagung yang baik dan besar dengan tongkol jagung yang kecil/inferior, perbedaan warna biji, yang terkena penyakit dan ompong. Pengeringan tongkol dilakukan hingga kadar air 15-17%. Selanjutnya dilakukan pemipilan dengan menggunakan mesin pemipil. Biji hasil pipilan dikeringkan lagi hingga kadar air ± 11%. Proses selanjutnya dilakukan sortasi biji untuk memisahkan biji-biji berukuran kecil (yang dianggap tidak layak untuk dijadikan benih) dengan biji jagung yang berukuran besar. Benih dengan kadar air yang aman disimpan disarankan antara 9 10%. Sedangkan pengemasan dilakukan dengan menggunakan jenis kemasan dan wadah penyimpanan yang kedap udara. PENYIMPANAN BENIH JAGUNG Terdapat beberapa cara penyimpanan benih mulai dari wadah penyimpanan berupa botol, jerigen, karung plastik, silo kayu, bahan plat/logam dan silo plastik. Sedangkan jenis kemasan plastik yang biasa digunakan adalah plastik dengan ketebalan 0,09 mm dan 0,2 mm. Umumnya petani atau penangkar menyimpan benih hanya menggunakan karung plastik. Tingkat kekedapan udara pada karung plastik sangat rendah, sehingga memberi peluang yang besar terhadap terjadinya perubahan kadar air pada benih jagung yang disimpan. air benih akan meningkat apabila benih disimpan pada suatu ruang simpan dengan kelembaban nisbi yang tinggi. Jika kelembaban nisbi ruang simpan rendah, kadar air benih yang disimpan dapat menurun. Nilai kadar air keseimbangan pada setiap benih beragam dan sangat tergantung pada jenis benih, kemampuan benih menyerap air juga tergantung pada komposisi kimia benih dan suhu ruang simpan benih (Saenong, 1988). Penyimpanan menggunakan jenis kemasan plastik dengan ketebalan 0,2 mm dan wadah penyimpanan silo plastik serta dengan kadar air penyimpanan antara 9-10% pada suhu kamar mampu mempertahankan kualitas benih jagung sampai pada periode simpan 12 bulan. Umumnya tidak terjadi perubahan kadar air yang besar selama periode simpan. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BENIH dan Sortasi Biji Benih yang akan disimpan harus memiliki kadar air yang cukup rendah yaitu berkisar 9 10%. Pada kadar air ini, benih akan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Dari hasil penelitian tahun 2005 penyimpanan benih dengan kadar air awal 9 10% dan dengan perlakuan sortasi, daya kecambah rata-rata masih di atas 90% dengan periode simpan 12 bulan. 2

Tabel 1. Rata-rata kadar air dan daya kecambah pada periode simpan 0, 2, 4 dan 6 bulan pada benih jagung varietas Lamuru dan Srikandi Kuning-1. NTB 2005. Periode Simpan (Bulan) Perlakuan 0 2 4 6 kecambabah kecam- kecambah kecambah -----------%---------- Varietas Lamuru Benih berdiameter 9,63 100,00 9,33 99,33 9,00 100 9,13 98,67 8 mm Benih berdiameter 9,87 98,67 9,57 100,00 9,10 99,33 9,57 99,33 antara 7-8 mm Benih tanpa 9,43 99,33 9,20 98,67 8,73 94,00 8,97 98,67 disortasi Benih disortasi dengan cara manual 9,63 92,00 9,40 99,33 8,87 93,33 9,27 95,33 Varietas Srikandi Kuning-1 Benih berdiameter 9,20 94,00 8,83 98,67 8,73 96,67 9,26 96,67 8 mm Benih berdiameter 9,10 99,33 8,80 100,00 8,70 98,00 8,88 96,00 antara 7-8 mm Benih tanpa 9,27 96,67 9,00 97,33 8,90 90,00 8,81 97,33 disortasi Benih disortasi dengan cara manual 9,03 95,33 8,50 93,33 8,73 89,33 8,49 92,00 Sumber : Rahmawati, 2006 Welch dan Delouche (1967), mengatakan bahwa kadar air benih merupakan faktor penentu utama terhadap kemunduran, kemudian suhu yang akan memacu laju kemunduran apabila kadar air benih memungkinkan proses biokimia berlangsung. Hasil penelitian pada benih jagung yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa apabila penyimpanan benih dapat dilakukan pada kadar air yang rendah (di bawah 10%) maka daya kecambah benih masih cukup tinggi (lebih dari 90%) walaupun telah disimpan selama satu tahun pada suhu kamar (Saenong, 1987; Saenong et al.,1999). Namun penyimpanan jagung harus menggunakan alat simpan kedap air dan kedap udara agar dapat mempertahankan kadar air benih awal, sehingga daya kecambah benih yang disimpan tetap tinggi (Pabbage et al., 1990; Saenong et al., 1990) Dari hasil penelitian Saenong (2007), benih dengan periode simpan 12 bulan dengan menggunakan suhu kamar pada varietas Lamuru dan Srikandi Kuning-1 (kadar air 8%, 10%, 12% dan 14%), memberikan daya kecambah yang tidak jauh berbeda. Tepatnya pada varietas Lamuru dengan kadar air awal penyimpanan 8% daya kecambahnya 94,67%, kadar air 10% daya kecambahnya 94%, kadar air 12% daya kecambahnya 92% dan kadar air 14% hanya 89,33%. Sedangkan pada varietas Srikandi Kuning-1, kadar air 8% daya kecambahnya 94,67%, kadar air 10% daya kecambahnya 93,33%, kadar air 12% daya kecambahnya 92,67% dan kadar air 14% daya kecambahnya 87,33%. 3

Tabel 2. Rata-rata kadar air dan daya kecambah pada periode simpan 8, 10 dan 12 bulan pada benih jagung varietas Lamuru dan Srikandi Kuning-1. NTB 2005. Periode Simpan (Bulan) Perlakuan 8 10 12 kecambah kecambah kecambah ------------%------------- Varietas Lamuru Benih berdiameter 9,08 86,67 9,33 96,00 9,67 96,67 8 mm Benih berdiameter 9,28 92,00 9,24 97,33 9,90 94,67 antara 7-8 mm Benih tanpa 8,91 94,67 8,90 96,67 9,60 96,00 disortasi Benih disortasi dengan cara manual 9,13 86,67 8,99 95,33 9,90 90,00 Varietas Srikandi Kuning-1 Benih berdiameter 8,82 96,67 9,23 97,33 9,13 96,00 8 mm Benih berdiameter 8,90 98,67 9,37 87,33 9,13 99,33 antara 7-8 mm Benih tanpa 8,96 100,00 9,47 92,00 9,13 97,33 disortasi Benih disortasi dengan cara manual 8,63 76,67 9,03 80,00 9,16 98,67 Sumber : Rahmawati, 2006 Sedangkan RahmAwati et al., 2006, melaporkan penelitian penyimpanan benih pada suhu kamar (menggunakan plastik 0,09 mm dan wadah penyimpanan silo plastik dengan volume kemasan 1,5 kg) dengan perlakuan kadar air 13,5% dengan periode simpan 6 bulan, daya kecambah untuk benih berukuran diameter 10 mm adalah 86,67%; untuk benih berukuran diameter antara 8-10 mm adalah 84,67% dan untuk benih berukuran diameter antara 6 8 mm adalah 83,33%. Ini menunjukkan periode simpan yang cukup singkat pada benih yang disimpan dengan kadar air yang cukup tinggi yaitu di atas dari 13%. Sedangkan perlakuan penyimpanan dengan kadar air 11,6%, daya kecambah untuk benih berukuran diameter 10 mm adalah 96%, benih berukuran diameter antara 8 10 mm adalah 98,67% dan untuk benih berukuran diameter antara 6 8 mm adalah 90%. Selanjutnya perlakuan penyimpanan dengan kadar air 9,8% pada benih berukuran diameter 10 mm dan benih berukuran diameter antara 8 10 mm, daya kecambahnya masing-masing adalah 92 dan 100%. Sedangkan untuk benih berukuran diameter antara 6 8 mm daya kecambahnya hanya 88%. Pada periode simpan 10 bulan, penyimpanan dengan kadar air awal 13,5% tidak dianjurkan, karena daya kecambahnya telah menurun hingga mencapai 60% (Gambar 1.) 4

DAYA BERKECAM 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 KA 13,5% KA 11,6% KA 9,8% 0.00 0 2 4 6 8 10 BULAN Gambar 1. kecambah benih dengan ukuran biji sedang (S 2) pada penyimpanan benih dengan kadar air 13,5%; 11,6% dan 9,8%. Sumber : Rahmawati et al., 2006 Suhu Ruang Simpan dan Suhu ruang simpan benih sangat berpengaruh terhadap laju deteriorasi. Semakin rendah suhu ruang simpan, semakin lambat laju deteriorasi benih sehingga benih dapat lebih lama disimpan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu ruang simpan semakin cepat laju deteriorasi, dan menyebabkan periode simpan benih semakin pendek. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa apabila benih dikeringkan hingga kadar air mencapai 12% (dengan sinar matahari pada musim kemarau), daya kecambah benih masih dapat dipertahankan sampai 10 bulan pada suhu kamar (28 o C). Tabel 3. Pengaruh kadar air, suhu penyimpanan dan periode simpan terhadap daya kecambah benih jagung varietas Arjuna, Maros 1997. kecambah pada periode simpan (bulan) 0 2 4 6 8 10 12 14 Suhu kamar (28 o C) 8 99,3 99 98 99 94 92,3 91,3 89,3 10 99,3 96 96 94,7 94 86,7 80,3 81,3 12 99,3 94 93,7 91 88,3 80,5 65 63 14 99,3 91 93,3 87,3 86,5 71,3 33 23,7 16 99,3 93 84,7 0 0 0 0 0 Suhu sejuk (12 o C) 8 99,3 99 99,3 97,7 91,7 88,7 96 92,7 10 99,3 97,3 97,3 95,7 89 85 91,7 81,3 12 99,3 96,7 96,7 94,7 91 86,3 94 82,3 14 99,3 95,7 93 93 89,3 85 85,5 77,7 16 99,3 92 90,7 91 63 56 34 28,7 Suhu dingin (6 o C) 8 99,3 99,3 99,3 98 91 91,7 95 94 10 99,3 98 98 97,3 92,7 83,7 91,3 85 12 99,3 98,3 98,3 98,7 91,7 84,7 92,7 89,3 14 99,3 97,7 97,7 98,7 94 83,3 92 90 16 99,3 93,7 93,7 95 68 65,5 74,3 60,3 Sumber : Saenong et al, 1999 5

Apabila kadar air benih dapat diturunkan hingga 10%, daya kecambah benih dapat dipertahankan sampai 14 bulan, dan pada kadar air 8% dapat bertahan lebih dari 14 bulan karena daya kecambah pada 14 bulan masih tinggi (89,34%). Di lain pihak, pada kadar air yang tinggi (14%), benih tahan disimpan selama 8 bulan dan kadar air 16% benih hanya tahan selama 4 bulan. Jika periode simpan yang diperlukan sampai 6 8 bulan, maka kadar air benih yang digunakan cukup 14% untuk menghemat biaya pengeringan, dengan syarat alat pengukur kadar air yang digunakan dijamin ketepatannya (telah dikalibrasi dengan metode oven). Jenis Kemasan Untuk dapat mempertahankan mutu benih selama periode simpan, benih yang akan disimpan harus dikemas dengan menggunakan kemasan yang kedap udara, tahan terhadap regangan dan tidak mudah pecah / sobek. Plastik high density poly Etilen dengan ketebalan 0,2 mm mampu menghambat kadar air benih selama proses penyimpanan. Selain jenis kemasan yang digunakan, produsen benih juga harus memperhatikan volume kemasan sehingga saat kemasan dibuka seluruh benih dapat habis terpakai. Saenong et al., (2003) melaporkan bahwa benih jagung yang dikemas menggunakan plastik tebal (double plastik, tebal 0,09 mm) dengan volume kemasan 5 kg adalah yang terbaik (Tabel 4). Tabel 4. Rata-rata daya kecambah pada varietas Lamuru dengan berbagai volume kemasan 5, 10 dan 20 kg selama periode simpan. Perlakuan kecambah pada periode simpan (Bulan) 2 4 6 Wadah karung plastik dan kemasan double plastik (tebal 0,09 mm) Volume kemasan 20 kg 92,67 85,33 92,00 Volume kemasan 10 kg 94,67 93,33 96,67 Volume kemasan 5 kg 97,33 96,00 97,33 Wadah karung plastik dan kemasan plastik tipis (tebal 0,09 mm) Volume kemasan 20 kg 94,67 86,67 91,33 Volume kemasan 10 kg 92,00 91,33 94,00 Volume kemasan 5 kg 96,67 93,33 94,67 Wadah silo plastik dan kemasan double plastik (tebal 0,09 mm) Volume kemasan 20 kg 93,33 84,67 92,00 Volume kemasan 10 kg 96,00 86,67 96,67 Volume kemasan 5 kg 98,00 96,00 99,33 Wadah silo plastik dan kemasan plastik tipis (tebal 0,09 mm) Volume kemasan 20 kg 91,33 88,00 86,67 Volume kemasan 10 kg 94,67 90,00 88,00 Volume kemasan 5 kg 96,00 90,67 90,67 Sumber : Data Primer setelah diolah, 2004 WADAH PENYIMPANAN Silo Plastik Bobot biji dari benih yang disortasi pada ukuran sortasi 8 mm, masih tetap tinggi daya kecambahnya yaitu 94,67 % pada varietas Lamuru dan 98,0 % pada varietas Srikandi Kuning-1 pada periode simpan 12 bulan dan tidak berbeda nyata dibanding daya kecambah pada awal periode simpan. Dilain pihak, benih yang tidak disortasi sudah jatuh daya kecambahnya menjadi 86,67 % pada varietas Lamuru dan 80 % pada Srikandi Kuning-1. Cara sortasi petani cukup baik pada kedua varietas tersebut, dan pada periode simpan 12 bulan daya kecambahnya masih mencapai 96,00 % untuk Lamuru dan 94,67 untuk Srikandi-Kuning-1. Benih yang 6

Tabel 5. Rata-rata daya kecambah varietas Lamuru dan Srikandi Kuning-1 dengan berbagai cara sortasi pada periode simpan 0 sampai 12 bulan. Wadah Silo Plastik Bobot 100 biji Awal kecambah Periode Simpan (Bulan) Perlakuan (g) 0 2 4 6 8 10 12 Varietas Lamuru Benih uk. 8 mm 29.57 9.63 100.00 a 99.33 a 100.00 a 98.67 a 96.67ab 96.00 a 94.67 ab Benihuk.7-8 mm 24.00 9.87 98.67 a 100.00 a 99.33 ab 99.33 a 92,00 bcd 97.33 a 86.67 bc Benih t. Sortasi * 28.47 9.43 99.33 a 98.67 a 98.67ab 95.33 ab 90.67 cd 95.33 a 86.67 bc Cara manual 28.73 9.63 99.33 a 92.00 b 93.33 bc 98.67 a 94.67 abc 96.67 a 96.00 a Varietas Srikandi Kuning-1 Benih uk. 8 mm 27.13 9.20 100.00 a 98.67 a 96.67ab 96.67ab 96.67 ab 97.33 a 98.00 a Benih uk.7-8mm 23.00 9.10 99.33 a 100.0 a 98.00 ab 96.00 ab 98.67 a 94.00 a 94.67 ab Benih t. Sortasi * 26.00 9.27 96.00 a 93.33 b 96.67ab 92.00 b 86.67 d 80.00 b 80.00 c Cara manual 26.17 9.03 97.33 a 97.33 a 89.33 c 97.33 ab 96.67 ab 92.00 a 94.67 ab Sumber : Rahmawati dan Sania Saenong, 2007 Keterangan *t = tanpa 7

berukuran 7-8 mm hanya dapat disimpan sampai periode penyimpanan 6 bulan untuk Lamuru dan dapat mencapai 12 bulan untuk varietas Srikandi Kuning-1 (Tabel 5 Silo Kayu, plat logam dan botol gelas Pada Tabel 6, periode simpan 4 bulan dengan perlakuan berbagai jenis silo belum menunjukkan perbedaan terhadap daya kecambah benih. Tabel 6. Rata-rata kadar air dan daya kecambah pada periode simpan 0, 2,dan 4 bulan pada benih jagung varietas Lamuru, Maros 2005 Periode Simpan (Bulan) Perlakuan 0 2 4 kecambah Berkecam bah Berkecam bah ---------------%------------- Alat Simpan Kayu Lapis Seng Benih berdiameter >9,7 mm 9,80 99,33 11,60 100,00 11,70 98,67 Benih berdiameter >8,6-<9,7 mm 10,53 98,67 11,20 100,00 11,40 96,00 Benih berdiameter <8,6 mm 10,50 98,67 12,67 98,67 13,63 87,33 Campuran Ketiga Ukuran 10,53 97,33 12,20 100,00 12,03 98,00 Alat Simpan Bahan Plat/logam Benih berdiameter >9,7 mm 10,57 98,67 10,90 100,00 10,93 99,33 Benih berdiameter >8,6-<9,7 mm 10,57 99,33 12,07 100,00 11,50 99,33 Benih berdiameter <8,6 mm 10,63 98,67 11,87 100,00 11,97 99,33 Campuran Ketiga Ukuran 10,40 100,00 11,20 99.33 11,50 96,67 Alat Simpan Botol Benih berdiameter >9,7 mm 10,77 98,00 11,43 98,00 10,43 95,33 Benih berdiameter >8,6-<9,7 mm 10,37 98,00 11,60 98,67 10,83 94,67 Benih berdiameter <8,6 mm 10,83 98,67 11,53 99,33 10,87 93,33 Campuran Ketiga Ukuran 10,53 98,00 11,07 98,67 11,37 93,33 Sumber : Fauziah et al., 2006 Pada periode simpan 8 bulan (Tabel 7), perlakuan penyimpanan menggunakan kayu lapis seng dan bahan plat/logam umumnya daya kecambah benih lebih rendah dibanding dengan perlakuan penyimpanan menggunakan botol. Penyimpanan menggunakan kayu lapis seng masih terjadi peningkatan kadar air hingga mencapai 12,60 13,70%, sehingga daya kecambahnya menurun sampai 67,33 80%. Dengan menggunakan bahan plat/logam, kadar air juga masih mengalami peningkatan dibanding sebelum disimpan yaitu berkisar 11,87 13,30%, sehingga daya kecambahnya lebih rendah yaitu berkisar 80,67 91,33%. Sedangkan penyimpanan dengan menggunakan botol, kenaikan kadar air hanya sedikit yaitu berkisar 10,50 11,83% karena itu daya kecambahnya masih tinggi yaitu berkisar 93,33 95,33%. air yang tinggi akan mempercepat terjadinya proses respirasi sehingga panas dan uap air yang dihasilkan akan mempercepat terjadinya kerusakan.. 8

Tabel 7. Rata-rata kadar air dan daya kecambah pada periode simpan 6 dan 8 bulan pada benih jagung varietas Lamuru, Maros 2005 Periode Simpan (Bulan) Perlakuan 6 8 kecambah kecambah -------------------%------------------- Alat Simpan Kayu Lapis Seng Benih berdiameter >9,7 mm 13,03 83,33 13,40 68,00 Benih berdiameter >8,6-<9,7 mm 11,60 90,67 12,60 80,00 Benih berdiameter <8,6 mm 13,23 66,67 13,70 67,33 Campuran Ketiga Ukuran 12,87 86,00 13,33 80,00 Alat Simpan Bahan Plat/logam Benih berdiameter >9,7 mm 11,17 94,00 11,87 86,00 Benih berdiameter >8,6-<9,7 mm 11,70 93,67 12,90 91,33 Benih berdiameter <8,6 mm 12,93 84,00 13,30 80,67 Campuran Ketiga Ukuran 11,87 90,67 12,87 88,67 Alat Simpan Botol Benih berdiameter >9,7 mm 11,70 97,33 11,60 93,33 Benih berdiameter >8,6-<9,7 mm 11,73 94,67 11,83 95,33 Benih berdiameter <8,6 mm 10,53 96,67 11,53 94,67 Campuran Ketiga Ukuran 10,33 98,00 10,50 95,33 Sumber : Fauziah et al., 2006 PENYIMPANAN JAGUNG DI TINGKAT PETANI Petani NTT di Kabupaten TTU dan TTS umumnya menyimpan jagung dalam bentuk kelobot di atas para-para, baik para-para di atas dapur maupun para-para biasa (tidak di atas dapur). Dengan periode simpan 12 bulan, daya kecambah pada jagung tersebut masih mencapai 90%. Tabel 8. kecambah beberapa jagung yang disimpan di atas para-para, luar rumah dan para-para di atas dapur di Kabupaten TTU, TTS dan Kupang Timur selama 6-12 bulan Bentuk Penyimpanan Jenis Jagung kecambah Para-para (tempat musyawarah) (TTU) Pulut (6 bulan) 94,67 Para-para di luar rumah (Kupang Timur) Pulut (6 bulan) 95,33 Para-para (Kupang Timur) Kuning (6 bulan) 93,33 Para-para di atas dapur (Kupang Timur) Pulut (6 bulan) 92,00 Para-para di atas dapur (TTS) Kuning (12 bulan) 92,50 Sumber : Data primer setelah diolah Sedangkan pada beberapa lokasi di daerah Sulsel (Kabupaten Bulukumba dan Jeneponto) kerusakan biji selama penyimpanan dan daya kecambahnya dapat dilihat pada Tabel 9. Pada Kabupaten Bulukumba dan Jeneponto penyimpanan jagung di petani adalah dalam bentuk pipilan, tongkol berkelobot dan tongkol tanpa kelobot. Dari hasil uji daya kecambah yang dilakukan cukup beragam yaitu sekitar 65 99% untuk petani responden di Kabupaten Bulukumba dan 75 99% untuk Kabupaten Jeneponto. 9

Tabel 9. Persentase biji rusak dan daya kecambah pada beberapa Lokasi di Kabupaten Bulukumba dan Jeneponto dengan periode simpan 4 bulan Kabupaten Bulukumba No. Sampel Biji Warna Utuh Berjamur Berlubang Lain Berkecam-bah 1. Jagung putih 99 - - 16,63 1 99 (Kelobot) 2. Jagung putih 99,5 - - 15,59 0,5 99 (Tanpa kelobot) 3. Jagung putih 86,5-11,35 15,11 2,21 87 (Pipil) 4. Jagung putih 87,58 0,1 11,52 15,29-72 (Tanpa kelobot) 5. Jagung kuning 97,4 1,1-16,92 1,7 69 (Kelobot) 6. Jagung Kuning 99,4 0,2 0,65 16,20 0,6 95 (Pipil) 7. Jagung Kuning 80,6 19,94-19,97-65 (Kelobot) 8. Jagung Kuning 91,44 1,31 6,95 17,90-72 (Kelobot) 9. Jagung Putih 99,4 - - 16,81 0,5 93 (Kelobot) 10. Jagung Kuning 99,68-0,40 17,18 4,41 85 (Pipil) 11. Jagung Kuning (Tanpa Kelobot) 95,6-3,8 13,89-95 1. Jagung putih (Tanpa Kelobot) 2. Jagung putih (Kelobot) 3. Jagung Kuning (Tanpa Kelobot) 4. Jagung Kuning (Tanpa Kelobot) 5. Jagung Putih (Tanpa Kelobot) Sumber : Rahmawati, 2004 Kabupaten Jeneponto 100 - - 15,51-99 95,77 4,23-15,20-75 96,82 0,7 2,59 14,98-91 91,39 2,71 0,91 14,51-84 99,20 0,8-14,38-94 KESIMPULAN 1. Benih tanpa sortasi lebih cepat menurun daya kecambahnya dibanding benih yang disortasi. Pada periode simpan 10 bulan, benih tanpa sortasi varietas Srikandi Kuning-1 daya kecambahnya telah jatuh hingga 80%, sementara yang disortasi masih berkisar 94 97,33% 2. Penyimpanan benih dengan kadar air 13,5% pada suhu kamar tidak dianjurkan sampai periode simpan 10 bulan, karena daya kecambahnya telah menurun hingga mencapai 60%. air tertinggi pada penyimpanan 10 bulan sebaiknya tidak lebih dari 11%. 3. Penyimpanan benih dengan kadar air 8% baik pada suhu kamar, suhu sejuk dan dingin memberikan daya kecambah yang masih tinggi. Pada suhu kamar daya kecambahnya 89,3%, suhu sejuk 92,7% dan suhu dingin 94%. 4. Penyimpanan benih sampai periode simpan 14 bulan dengan menggunakan suhu kamar disarankan kadar airnya tidak lebih dari 10%. Sedangkan suhu sejuk tidak lebih dari 12% dan pada suhu dingin kadar air tidak lebih dari 14%. 5. Sebaiknya pada penyimpanan benih digunakan kemasan 5 kg. 10

6. Penyimpanan jagung dengan cara menggantung jagung di atas para-para baik di atas perapian maupun tidak di atas perapian cukup efektif selama kelobotnya tidak dikupas untuk melindungi penetrasi uap air dari luar. DAFTAR PUSTAKA Fauziah Koes, I.U. Firmansyah dan Rahmawati. 2006. Evaluasi Kualitas Benih pada Beberapa Ukuran Biji pada Alat Simpan Bahan Kayu Lapis Seng dan Plat Logam. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Dukungan Teknologi Infrastruktur dan Kebijakan dalam Pengembangan Agribisnis Jagung Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian p363-368. Pabbage, M.S., S. Saenong dan Djafar Baco. 1990. Pengaruh Wadah Penyimpanan Benih Jagung dan Pirnifosmetil terhadap populasi Sitophillus Zea mays L. dan Mobilitas Benih. Agrikam, Buletin Penelitian Pertanian Maros. 5(2) : 62-70. Rahmawati, 2004. Variasi Kualitas Jagung di Sulawesi Selatan (Studi Kasus Petani Jagung di Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Jeneponto. Widyariset. Volume 7, Tahun 2004. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. ---------, Yamin Sinuseng dan Sania Saenong. 2006. Pengaruh Ukuran Biji pada Berbagai Tingkat Terhadap Viabilitas Benih. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Dukungan Teknologi Infrastruktur dan Kebijakan dalam Pengembangan Agribisnis Jagung Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian p351-362. ---------, dan Saenong S. 2007. Pengaruh Sortasi Biji terhadap Mutu Benih Jagung Varietas Lamuru dan Srikandi Kuning-1. Makalah Disampaikan pada Acara Simposium 2007 (Belum terbit). ---------, 2006. Hubungan air dan Berkecambah pada Benih Jagung Selama Periode Simpan. Prosiding Seminar Nasional. Pengembangan Usaha Agribisnis Industrial Pedesaan melalui Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Mendukung Revitalisasi Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Saenong, S. 1987. Keseimbangan dan Upaya Mempertahankan Viabilitas Benih Jagung (Zea mays L.) dan Kedelai (Glycine max L. Merr.) pada Beberapa Kelembaban Nisbi. Agrikam. Buletin Penelitian Pertanian Maros, Vol 2(3) 79-88 p. ----------, 1988. Teknologi Benih Jagung dalam Subandi, M. Syam dan Adi Widjono.(Eds.) Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. ----------, R. Arief and Nanny Riany. 1990. Simple Method for Soybean Seed Storage at The Village Level In Indonesia. Food Legumes and Coarse Grains Newsletter. FAO/UDP. RAS 89/040 : (12) :p. 11. ----------, Syafruddin, N. Widiyati dan R. Arief. 1999. Penetapan Cara Pendugaan Simpan Benih Jagung. Teknologi Unggulan, Pemacu Pembangunan Pertanian Vol. 2, Januari 1997. Badan Litbang Pertanian. ----------, Margaretha. SL., J. Tandiabang, Syafruddin, Y. Sinuseng dan Rahmawati. 2003. Sistem Perbenihan untuk Mendukung Penyebarluasan Varietas Jagung Nasional. Laporan Hasil Penelitian Kelompok Peneliti Fisiologi Hasil. Balitsereal. Maros. ----------, 2007. Data Primer Setelah Diolah (Belum Dipublikasi). 11

Welch, G.B. and J.C. Delouche. 1967. Seed Processing and Storage facilities For Tropical Areas. For Presentation at the 60 th Annual Meeting American Society of Agricultural Engineers Meeting Jointly with the Canadian Society of Agricultural Engineering. Saskatoon, Saskachewan. 12